Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN Curcuma longa (L.

) OLEH MASYARAKAT LOKAL DI


INDONESIA DAN KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDERNYA

Marina Silalahi
Prodi Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
Coressponding author:*marina_biouki@yahoo.com

Abstract
Curcuma longa (L.) is a plant which used by Indonesia ethnic as medicine, dye, and spices. Tulisan ini akan
difokuskan pada pemanfaatan kunyit sebagai obat. This article aims to explain the usesand biological activitie of
Curcuma longa. This paper is based on literature offline and online media. Off line literatures based on
handbooks, dissertations and thesis. Web, Scopus, Pubmed, Journal, and other online media to supplement used
in this article. Curcuma longa have been used as medicine for antioxidant, anti bacteria, anti inflamation and
antiprotozoa. The C. longa contains curcuminoids: curcumin (diferuloylmethane), demethoxycurcumin,
bisdemethoxycurcumin) and volatile oils (tumerone, atlantone, and zingiberone).

Keywords: Curcuma longa, curcuminoids, antioxidants, anti inflamations

PENDAHULUAN dari famili Zingiberaceae adalah sebagai


Zingiberaceae merupakan salah satu bahan utama industri jamu.
famili terbesar dari anak kelas Liliopsida Penggunaan tumbuhan sebagai bahan
dan Ordo Zingiberales (Conqruist, 1989). baku obat modern maupun obat tradisional
Famili Zingiberaceae memiliki 4 sub famili obat semakin meningkat diberbagai negara
(Alpinioideae, Siphonochiloideae, dan diperkiran telah mencapai 35% pada
Tamijioideae, Zingiberoideae) dan 6 tribes tahun 1986 (Sofowora, 1986), dan jumlah
(Alpinieae, Riedelieae, Tamijieae, ini diduga terus meningkatkan sejalan
Siphonochileae, Zingibereae, Globbeae) dengan adanya paradigma bahwa obat
(Kress dkk., 2002). Famili Zingiberaceae bahan alam relatif lebih aman
memiliki sekitar 50 genus dan 1400 dibandingkan dengan bahan lainnya.
species, sebagian besar terdistribusi di Zingiberaceae atau yang dikenal juga
daerah tropis maupun sub tropis (Saensouk sebagai empon-emponan, telah lama
dkk., 2015), dan salah satu genusnya dimanfaatkan oleh berbagai etnis di
adalah Curcuma. Genus Curcuma tercatat Indonesia sebagai bahan obat maupun
sedikitnya 60 spesies di dunia (Larsen dan bahan jamu. Zingiber officinale,
Larsen, 2006), dan telah dikoleksi Boesenbergia pandurata, Zingiber
sebanyak 20 spesies di kebun Raya Bogor americanum, Curcurma zanthorrhiza, dan
pada tahun 1987 (Danimiharja dan Curcuma longa merupakan spesies dari
Notodiharjo, 1987). Salah satu penggunaan Zingiberaceae yang digunakan sebagai
bahan utama berbagai ramuan jamu.

430
ISSN e-journal 2579-7557
Marina Silalahi: Pemanfaatan Curcuma longa (L.) Oleh Masyarakat Lokal di Indonesia dan
Kandungan Metabolit Sekundernya

Curcuma longa atau kunyit telah online didasarkan pada ISI Web, Scopus,
lama dimanfaatkan oleh berbagai etnis di Pubmed, dan media on-line yang
Indonesia maupun negara lain selain digunakan untuk publikasi dari berbagai
sebagai bahan dasar pembuatan jamu juga Scientific Journals, dan lain-lain. Kajian
digunakan sebagai obat, pewarna dan secara Offline didasarkan pada berbagai
bumbu masak. Deb dkk. (2013) buku literatur seperti Plants Resources of
menyatakan bahwa di India, sejak tahun South East Asian (PROSEA), Tumbuhan
3000 SM. Curcuma longa telah digunakan Obat Indonesia, Tumbuhan Bermanfaat
sebagai bagian dari kuliner maupun Indonesia, Disertasi, Tesis.
sebagai pengawet makanan, serta bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
obat. Pemanfaatan C. longa oleh 1. Botani Curcurma longa
masayarakat lokal Indonesia diduga telah Curcuma merupakan salah satu
digunakan sejak ratusan tahun yang lalu, genus dari Famili Zingiberaceae banyak
namun catatan pastinya belum banyak dimanfaatkan di bidang pengobatan.
dilaporkan. Silalahi (2014) dan Silalahi Genus Curcuma beranggotakan sekitar
dkk. (2015a) melaporkan oleh etnis Batak 60 spesies (Larsen dan Larsen, 2006) -
memanfaatkan C. longa sebagai obat luka, 70 spesies (Lawrence, 1951;
demam, kolesterol, diare, penambah nafsu Purseglove, 1972) bahkan 80 spesies
makan, dan bahan sauna tradisioal (oukup). (Sirirugsa dkk., 2007). Jumlah spesies
Diduga masih banyak penelitian dari genus Curcuma semakin banyak
pemanfatan C. longa pada berbagai etnis di sejalan dengan makin banyaknya
Indonesia, namun belum banyak kajian eksplorasi dan penelitian yang
yang mengkompilasinya secara detail. dilakukan oleh para ahli. Kebun Raya
Secara ilmiah telah terbukti bahwa C. Bogor merupakan salah satu Kebun
longa memiliki aktivitas sebagai anti Raya di Indonesia yang mengkoleksi
bakteri, anti inflamantori, anti protozoa, genus Curcuma dan telah mengoleksi
anti oksidan (Araujo dan Leon, 2001; sekitar 20 spesies Curcuma pada taun
Damalas, 2011). Tulisan ini bertujuan 1987 (Danimiharja dan Notodiharjo,
menjelaskan hubungan pemanfaatan 1987), namun diduga jumlah koleksi
Curcuma longa dengan kandungan tersebut semakin banyak sejalan dengan
metabolit sekundernya. waktu serta semakin banyaknya
METODE PENELITIAN eksplorasi yang dilakukan di Indonesia.
Tulisan berdasarkan kajian literatur Curcuma longa memiliki
baik secara online dan offline. Kajian beberapa nama daerah dengan distribusi
431
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

sebaran yang luas. Spesies Curcuma kuning yang berasal dari senyawa
longa L. sinonim Amomum curcuma curcumin (Araujo dan Leon, 2001).
Jacq. (1776), dan Curcuma domestica Bunga merupakan bunga spika
Val. (1918). Bagi masyarakat lokal berukuran 5,20 x 3-7,5 cm, dengan
Indonesia, Curcuma longa dikenal susunan seperti spiral. Braktea
dengan nama kunir (Jawa), koneng berbentuk ellips-lanceolatus berukuran
(Sunda), hunik (Batak Toba), kuning 5-7,5 cm x 2,5 cm dengan susunan
gersing (Batak Karo) (Heyne, 1987). salaing menutupi. Braktea bagian
Asal usul C. longa tidak diketahui bawah bewarna hijau terang dengan
dengan pasti, namun diduga merupakan garis putih dibagian tepi, sedangkan
tanaman asli dari daerah Asia Selatan bagian atasnya membesar bewarna putih
hingga Asia Tenggara (Deb dkk., 2003). kadang-kadang mirip merah muda.
Araujo dan Leon (2001) menyatakan Corolla berbentuk tubuler dibagian
bahwa C. longa terdistribusi luas di basal, sedangkan setengah bagian
daerah tropis dan subtropis dan telah atasnya melebar dan memiliki tiga lobus
lama dibudidayakan terutama di negara- dengan ukuran yang tidak sama besar,
negara di daerah Asia seperti India, bewarna putih dengan labellum yang
China, dan termasuk Indonesia. Di obovate dengan diameter 12-17 mm dan
Indonesia C. longa diperkirakan telah dua lobus lagi berukuran lebih kecil
lama dinaturalisasi di hutan-hutan dengan warna kekuning kuningan.
daerah Jawa Timur (Indonesia) (de Ovarium berbentuk tricular dengan 2
Guzman dan Siemonsma, 1999). kelenjar (stylodes) pada bagian
Curcuma longa merupakan ujungnya. Walaupun memiliki bunga,
tumbuhan berhabitus herba, dengan namun buah tidak pernah dihasilkan (de
tinggi hingga 1-1,5 meter, tegak, dan Guzman dan Siemonsma, 1999). Dalam
sering ditanam sebagai tanaman pertumbuhannya Curcuma longa
menahun (Araujo dan Leon, 2001; de memerlukan kondisi iklim panas dan
Guzman dan Siemonsma, 1999). lembab dengan curah hujan 1000-2000
Rimpang atau rhizoma primernya mm. Dalam pembudidayaan dapat
berbentuk lonjong (ellips) dengan dilakukan hingga 1200 m dpl namun
ukuran 5 cm x 2,5 cm (Gambar 1.) dan paling baik pada ketinggian 450-900 m
merupakan bagian yang dimanfaatkan dpl.
sebagai obat (Deb dkk., 2003), bewarna

432
ISSN e-journal 2579-7557
Marina Silalahi: Pemanfaatan Curcuma longa (L.) Oleh Masyarakat Lokal di Indonesia dan
Kandungan Metabolit Sekundernya

Gambar 1. Curcuma longa L. atau Kunyit 1. Habitus; 2. Rhizoma (de Guzman dan
Siemonsma ,1999).

2. Pemanfaatan Curcuma longa dimanfaatkan, walaupun demikian


Pemanfaatan C. longa sebagai pemanfaatan rhizoma lebih menonjol
bumbu masak telah lama dilakukan oleh dibandingkan bagian lainnya. Oleh
berbagai kelompok masayarakat karena itu, C. longa ditanam dengan
diberbagai negara dan juga di Indonesia. tujuan untuk memperoleh rimpangnya
Rimpang C. longa merupakan bumbu (rhizoma). Tunas muda dan daun muda
penting untuk masakan di khususnya di C. longa dimanfaatkan sebagai sayuran
daerah Asia. Diperkirakan hingga 25% atau lalaban, sedangkan daun yang telah
makanan di Asia menggunakan C. tua banyak dimanfaatkan sebagai
longa sebagai salah satu bumbu bumbu tambahan masakan maupun
utamanya. Deb dkk. (2013) menyatakan bahan oukup (Silalahi, 2014). Walaupun
bahwa di India, C. longa telah C. longa banyak dimanfaatkan dalam
digunakan sebagai bagian dari kuliner bidang kuliner, namun tulisan ini lebih
maupun sebagai pengawet makanan difokuskan pemanfaatannya sebagai
sejak tahun 3000 SM. Bagi masyarakat obat.
lokal Indonesia C. longa telah Dalam pengobatan tradisional di
dimanfaatkan sebagai bahan utama India, tepung dari C. longa
pembuatan jamu, namun catatan pasti dimanfaatkan sebagai obat gangguan
mengenai awal pemanfaatannya belum kandung kemih, anoreksia, batu ginjal,
banyak diugkapkan. luka, diabetes mellitus, gangguan liver,
Rhizoma, daun, dan tunas muda dan rematik (Ammon dkk., 1992),
C. longa merupakan bagian yang sedangkan dalam pengobatan

433
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

Tabel 1. Manfaat Curcuma longa oleh masyarakat lokal Indonesia


Manfaat Bagian yang Etnis
dimanfaatkan
Obat luka Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi dkk. 2015a; Silalahi dkk.
2015b)
Diare Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi dkk. 2015a; (Silalahi dkk.
2015b))
Demam Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi dkk. 2015a)
Infeksi Mata Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi dkk. 2015a)
Malnutrisi Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi dkk. 2015a)
Maag Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi dkk. 2015a; (Silalahi dkk
2015b))
Minuman pasca Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi dkk. 2015a)
melahirkan
Penambah Rhizoma Batak Simalungun (Silalahi et a. 2015a; Purba dkk. 2016)
stamina
Oukup Daun Batak Karo (Silalahi dkk. 2015b)
Sakit perut Rhizoma Batak Karo (Purba dkk. 2016)
Diabetes Rhizoma Batak Karo (Purba dkk. 2016)
Kuning Rhizoma Batak Karo (Purba dkk. 2016)
Batuk Rhizoma Batak Karo (Purba dkk. 2016)
Menjaga organ Rhizoma Lako Akeiri (Wakhidah 2016)
reproduksi wanita

tradisional China untuk mengatasi 2.1. Antioksidan


penyakit yang berhubungan dengan Tumbuhan yang digolongkan
sakit bagian bagian perut (Araujo dan berkhasiat sebagai antioksidan adalah
Leon, 2001), dan untuk pemeliharaan tumbuhan yang menghasilkan senyawa
kesehatan kulit dan kecantikan (Maho yang dapat menghambat atau menekan
dkk., 2009). Oleh masyarakat lokal radikal bebas. Berbagai penelitian
Indonesia C. longa dimanfaatkan menunjukkan potensi C. longa sebagai
sebagai bahan jamu, obat diare, obat antioksidan (Masuda dkk., 2001;
luka dan obat kolesterol (Silalahi dkk Nurcholis dkk., (2012), Itokawa dkk.
2015a) (Tabel 1). (2008). Senyawa yang berasal dari
Secara ilmiah C. longa telah golongan fenolik lebih banyak dikenal
terbukti memiliki potensi sebagai sebagai antioksidan (Chan dkk., 2007)
antioksidan (Masuda dkk., 2001 2002; dibandingkan jenis senyawa lainnya,
Das dan Das, 2002; Damalas, 2011), namun beberapa peneliti juga
antibakteri (Yasunaka dkk., 2005; melaporkan bahwa essensial oil juga
Lawhavinit dkk., 2010), dan anti memiliki potensi untuk menghambat
inflamantori (Damalas, 2011; Ammon radikal bebas (Kunta dkk., 1997).
dan Wahl, 1991; Surh dkk., 2001), anti Linalool, menthol dan limonene
protozoa (Araujo dkk., 1998). merupakan kelompok essensial oil yang

434
ISSN e-journal 2579-7557
Marina Silalahi: Pemanfaatan Curcuma longa (L.) Oleh Masyarakat Lokal di Indonesia dan
Kandungan Metabolit Sekundernya

telah terbukti memiliki aktivitas sebagai essensial oil atau yang dikenal juga
antioksidan (Kunta dkk., 1997). dengan minyak atsiri. Phanthong dkk.
Curcuminoids merupakan (2013) melaporkan bahwa esensial oil
senyawa bioaktif utama yang terdapat dari jenis (+)-camphor, (-)-trans-
dalam rhizoma C. longa yang bersifat caryophyllene, 1,8-cineole, citral,
sebagai antioksidan yang ditunjukkan citronellal, citronellol, eugenol,
melalui kemampuannya mengahambat geraniol, α-humulene, D-limonene, (±)-
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) linalool, methyl chavicol, (-)-α -
(Nurcholis dkk., 2012; Itokawa dkk. terpineol, terpinen-4-ol, methyl
2008). Curcuminoids yang terdapat cinnamate, dan methyl eugenol mampu
pada C. longa terutama curcumin, mereduksi mikroba patogen yang
demethoxycurcumin, dan mengakibatkan keracunan maupun
bisdemethoxycurcumin (Lechtenberg pembusukan makanan melalui
dkk., 2004; Thaikert dan pencucuian dengan air yang
Paisooksantivatana, 2009). Hasil uji in mengandung essensial oil.
vitro menunjukkan bahwa ekstrak Ekstrak ethanol dan ekstrak
ethanol dari C. longa memiliki nilai hexane dari C. longa menghambat
IC50 sebesar 81.99 μg/ mL pertumbuhan 13 spesies bakteria yaitu:
menghambat raikal bebas 2,2-diphenyl- Vibrio harveyi, Vibrio cholerae, Vibrio
1-picrylhydrazyl (DPPH) (Nurcholis alginolyticus, Vibrio parahaemolyticus,
dkk., 2012). Senyawa yang berfungsi Vibrio vulnificus, Aeromonas
sebagai antioksidan antara lain: hydrophila, Streptococcus agalactiae,
curcumin, bisdemethoxy curcumin, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
demethoxy curcumin (Araujo dan Leon, epidermidis, Staphylococcus intermidis,
2001). Bacillus subtilis, Bacillus cereus dan
2.2. Anti Bakteri Edwardsiella tarda (Lawhavinit dkk.,
Terjadinya peningkatan resistensi 2010). Curcuminoids dari Curcuma
mikroorganisme terhadap antibiotik longa menghambat pertumbuhan
komersial, mengakibatkan peningkatan spesies bakteri yaitu: Aeromonas
penelitian terhadap potensi tumbuhan hydrophila, Staphylococcus agalactiae,
obat sebagai antibiotik (Yasunaka dkk., Staphylococcus aureus, Staphylococcus
2005). Famili Zingiberaceae merupakan epidermidis, Staphylococcus intermidis,
famili yang kaya akan kandungan Bacillus subtilis, Bacillus cereus dan

435
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

Edwardsiella tarda (Lawhavinit dkk., sebagai obat keseleo dan pembengkakan


2010). Kemampuan C. longa sebagai karena luka (Ammon dan Wahl, 1991).
anti bakteri juga berhubungan dengan Pemanfaatan C. longa sebagai anti
pemanfaatannya untuk pengawaten implamantori telah lama tercatat
makanan (Thaikert dan Ayurveda (catatan tentang pengobatan
Paisooksantivatana, 2009) dan juga tradisional India) (Jurenka, 2009).
sebagai obat diare. Curcumin merupakan molekul
2.3. Anti Inflamantori pleitropik yang mampu berinteraksi
Anti inflamantori merupakan dengan sejumlah molekul target yang
kemampuan untuk membantu terlibat dalam proses inflamasi
membantu perbaikan peradangan oleh (Jurenka, 2009). Curcumin berfungsi
karena adanya infeksi. Khasiat C. longa memodulasi respon inflamantori
sebagai anti inflamantori telah banyak melalui pengaturan aktivitas enzim
dilaporkan oleh berbagai ahli di cyclooxygenase-2 (COX-2),
antaranya Itokawa dkk. (2008), lipoxygenase, enzim yang menginduksi
Nurcholis dkk. (2012), dan Araujo dan nitric oxide synthase (iNOS),
Leon (2001). Nurcholis dkk. (2012) menghambat produksi inflammatory
menyatakan bahwa curcuminoids cytokines tumor necrosis factor-alpha
memiliki potensi sebagai anti (TNF-a), interleukin (IL) -1, -2, -6, -8,
inflamantori yang ditunjukkan melalui and -12, monocyte chemoattractant
kemampuannya menghambat protein (MCP), dan migration inhibitory
cyclooxygenase 2 (COX2). Hasil uji in protein, mitogen-activated dan Janus
vitro menunjukkan bahwa ekstrak kinases (Goel dkk., 2008; Abe dkk.,
ethanol dari Curcuma longa memiliki 1999).
nilai IC50 mampu menghambat 2.4. Anti Protozoa
cyclooxygenase 2 (COX2) sebesar Pemanfaatan C. longa sebagai
67.96% (Nurcholis dkk., 2012). antiprotozoa belum banyak dilaporkan.
Curcumin (Araujo dan Leon, 2001; Curcumin merupakan senyawa utama
Ammon dan Wahl, 1991) dan sodium dari Curcuma longa yang memiliki
curcumin (Ammon dan Wahl, 1991) antivitas sebagai antiprotozoa.
memiliki aktivitas sebagai anti Rasmussen dkk. (2000) menyatakan
implamantori dan telah lama digunakan bahwa ekstrak alkohol dari C. longa
memiliki khasiat sebagai anti

436
ISSN e-journal 2579-7557
Marina Silalahi: Pemanfaatan Curcuma longa (L.) Oleh Masyarakat Lokal di Indonesia dan
Kandungan Metabolit Sekundernya

Plasmodium falciparum dan longa, namun Deb dkk. (2013) dan


Leishmania major. Plasmodium Jurenka (2009) menyatakan bahwa C.
falciparum merupakan protozoa yang longa juga mengandung alkaloid,
mengakibatkan malaria melalui vektor flavonoid, tanin, karbohidrat, proteins,
nyamuk Aedes aegepty. and resins (Jurenka, 2009), namun tidak
3. METABOLIT SEKUNDER mengandung glikosida dan sterol.
Metabolit sekunder merupakan Selain senyawa tersebut C. longa juga
senyawa yang dihasilkan dari proses mengandung minyak atsiri (Jurenka,
metabolisme sekunder. Tumbuhan 2009). Minyak atsiri merupakan suatu
mensintesis metabolit sekunder campuran senyawa mudah menguap
berfungsi untuk pertahanan terhadap yang kebanyakan tergolong terpenoid
lingkungan yang kurang (Hegarty dkk., 2001).
menguntungkan, sehingga jenisnya Curcuma longa mengandung tiga
maupun konsentrasinya bervariasi jenis curcuminoids: yaitu curcumin,
tergantung pada spesies, tahap demethoxycurcumin, dan
perkembangan, dan lingkungan (Taiz bisdemethoxycurcumin. Curcumin
dan Zaniger, 2017). Tumbuhan merupakan senyawa diferuloylmethane
menghasilkan berbagai metabolit yang bertanggung jawab terhadap warna
sekunder sebagai salah satu cara cara kuning pada rhizoma C. longa (Jurenka,
untuk beradaptasi pada lingkungan. 2009; Akram dkk., 2010). Minyak
Curcumin merupakan senyawa atsiri atau minyak volatil yang terdapat
metabolit sekunder yang menyebabkan pada C. longa yaitu tumerone,
dan bertanggung jawab terhadap warna atlantone, dan zingiberone (Jurenka,
kuning pada rhizoma pada C. longa dan 2009). Curcumin merupakan larutan
telah berhasil diidentifikasi 1910 oleh yang larut dalam ethanol, alkalis,
Lampe and Milobedzka (Jurenka, ketone, acetic acid dan chloroform,
2009). Curcumin merupakan polifenol namun tidak larut dalam air (Araujo
lipophilik yaitu senyawa yang tidak dan Leon, 2001). Senyawa utama,
larut dalam air dan stabil pada pH asam struktur dan manfaat metabolit sekunder
di lambung (Wang, 1997). Walaupun yang terdapat pada C. longa terlihat
curcumin merupakan senyawa utama C. pada Tabel 2.

437
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

Tabel 2. Senyawa utama dan struktur metabolit sekunder pada C. longa (Araujo dan Leon 2001).
Senyawa Struktur Manfaat
Curcumin anti-bacteria, anti Leishmania
amazonensis, antioksidan,
anti inflamantori.
Ar-turmerone anti gigitan ular

Methylcurcumin anti Leishmania amazonensis

Demethoxy curcumin Antioksidan

Bisdemethoxy curcumin Antioksidan

Sodium curcuminate Anti inflammatori

KESIMPULAN 2. Curcuma longa mengandung metabolit


sekunder terutama curcuminoids
1. Curcuma longa memiliki aktivitas
(curcumin, demethoxycurcumin,
biologi sebagai antioksidant, anti
bisdemethoxycurcumin) dan volatile
bacteria, anti inflamation dan anti
oils (tumerone, atlantone, dan
protozoa.
zingiberone).

DAFTAR PUSTAKA

Araújo CAC dan LL. Leon. 2001. Ammon HP dan MA. Wahl. 1991.
Biological activities of Curcuma longa Pharmacology of Curcuma longa.
L. Mem. Inst. Oswaldo Cruz, Rio de Planta Med. 57(1): 1-7.
Janeiro, 96 (5): 723-728. Abe Y., S. Hashimoto dan T. Horie. 1999.
Akram M., A. Shahab-Uddin K., Ahmed Curcumin inhibition of inflammatory
A., Usmanghani E., Hannan., cytokine production by human
Mohiuddin M. Asif. 2010. Curcuma peripheral blood monocytes and
longa and curcumin: A Review Article. alveolar macrophages. Pharmacol. Res.
Rom. J. Biol. Plant Biol. 55(2): 65–70. 39: 41-47.
Ammon HPT., MI. Anazodo H., Safayhi Chan EWC., YY. Lim dan M. Omar. 2007.
BN., Dhawan dan RC. Srimal. 1992. Antioxidant and antibacterial activity of
Curcumin: a potent inhibitor of leaves of Etlingera species
Leukotriene B4 formation in rat (Zingiberaceae) in Peninsular Malaysia.
peritoneal polymorphonuclear Food Chem, 104: 1586-1593.
neutrophils (PMNL). Planta Med. 58: Cronquist A. 1988. The Evolution and
26. Classification of Flowering Plants.
Second Edition. New York: Columbia
University Press.
438
ISSN e-journal 2579-7557
Marina Silalahi: Pemanfaatan Curcuma longa (L.) Oleh Masyarakat Lokal di Indonesia dan
Kandungan Metabolit Sekundernya

Danimiharja S dan D. Notodiharjo. 1978. Kress WJ., LM. Price dan KJ. Williams.
An Alphabetical List of Plant Species 2002. The phylogeny and a new
Cultivated in the Hortus Botanicus classification of the gingers
Bogoriense. Bogor: Kebun Raya LBN (Zingiberaceae): Evidence from
LIPI. molecular data. American Journal of
Damalas CA. 2011. Potential uses of Botany, 89: 1682-1696.
turmeric (Curcuma longa) products as Lechtenberg M., B. Quandt dan A.
alternative means of pest management Nahrstedt. 2004. Quantitative
in crop production. Plants Omics determination of curcuminoids in
Journal 4(3):136-141. Curcuma rhizomes and rapid
Deb N., P. Majumdar dan A. Kumar. 2013. differentiation of Curcuma domestica
Ghosh pharmacognostic and Val. and Curcuma xanthorrhiza Roxb.
phytochemical evaluation of the by capillary electrophoresis.
rhizomes of Curcuma longa Linn. Phytochem. Anal. 15: 152-158.
Journal of Pharma Sci. Tech. 2(2): 81- Larsen K. 2005. Distribution patterns and
86. diversity centres of Zingiberaceae in
de Guzman CC dan JS. Siemonsma. 1999. Southeast Asia. Biologiske Skrifter, 55:
Spices. Plant resources of South-East 219-228.
Asia. Backhuys Publishers, Leiden. Larsen K., dan SS. Larsen. 2006. Gingers
Goel A., AB. Kunnumakkara dan BB. of Thailand, Queen Sirikit Botanic
Aggarwal. 2008. Curcumin as Garden, Chiang Mai.
“curecumin”: from kitchen to clinic. Lawrence GHM. 1951. Taxonomy of
Biochem Pharmacol. 75: 787-809. Vascular Plant. New York: John Wiley
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna & Sons.
Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan Lawhavinit OA., Kongkathip dan B
Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi Kongkathip. 2010. Antimicrobial
karyawan Departemen Kehutanan activity of curcuminoids from Curcuma
Jakarta Pusat. longa L. on pathogenic bacteria of
Hegarty MP, EE. Hegarty dan RBH. Wills. shrimp and chicken. Kasetsart J. (Nat.
2001. Australian Plant Bushfoods. Sci.), 44: 364- 371.
Kingston: Rural Industries Research and Maho S dan K. Yoshiyuki. 2009. Effects of
Development Corporation. a turmeric extract (Curcuma longa) on
Kunta JR., VR. Goskonda, HO. Brotherton chronic ultraviolet B irradiationinduced
MA., Khan dan IK. Reddy. 1997. skin damage in melanin-possessing
Effects of menthol and related terpenes hairless mice. Phytomedicine, 16: 1137-
on the percutaneous absorption of 1143.
propanolol across excised hairless Masuda CA., MA. Xavier., KA. Mattos.,
mouse skin. Journal Pharm. Sci. 86: A. Galina dan M. Montero-lomeli.
1369-1373. 2001. Phosphoglucomutase is an in vivo
Itokawa H., Q. Shi, T. Akiyama SL. lithium target in yeast. J. Biol Chem,
Morris-Natschke dan K.H. Lee. 2008. 276(41): 37794-801.
Recent advances in the investigation of Nurcholis W., L. Ambarsari NLPEK., Sari
curcuminoids. Chinese Medicine, 3 dan LK. Darusman. 2012. Curcuminoid
(11): 1-13. contents, antioxidant and anti-
Jurenka JS. 2009. Anti-inflammatory inflammatory activities of Curcuma
properties of curcumin, a major xanthorrhiza Roxb. and Curcuma
constituent of Curcuma longa: A domestica Val. promising lines from
Review of Preclinical and Clinical Sukabumi of Indonesia. Prosiding
Research Alternative. Medicine Review, Seminar Nasional Kimia Unesa
14( 2): 141-153.
439
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

Surabaya, 25 Pebruari 2012, c284- 2015b. The local knowledge of


c292. medicinal plants trader and diversity of
Phanthonga P., P. Lomarata MT., medicinal plants in the Kabanjahe
Chomnawang dan N. Bunyapraphatsar. traditional market, North Sumatra,
2013. Antibacterial activity of essential Indonesia. Journal Ethnopharmacology,
oil and their active components from 175: 432-443.
Thai spices against foodborne Sofowora A. 1982. Medicinal Plants and
pathogens. Science Asia, 39: 472-476. Traditional Medicine in Africa. New
Purba EC. 2015. Etnobotani Masyarakat York: John Willey Sons Ltd, p.6.
Etnis Karo di Kecamatan Merdeka Taiz L dan E. Zeiger. 2006. Plant
Sumatera Utara, [Tesis]. Departemen Physiology. Sinauer Associates, Inc,
Bilogi FMIPA, Universitas Indonesia, Sunderland.
Depok [tidak dipblikasikan]. Thaikert R dan Y. Paisooksantivatana.
Purseglove JW. 1972. Tropical Crops 2009. Variation of total curcuminoids
Monocotyledons. London: Longman. contents, antioxidant activity and
Rasmussen BB., KD. Tipton., SL. Miller., genetic diversity in turmeric (Curcuma
SE. Wolf dan RR. Wolfe. 2000. An oral longa L.) collections. Kasetsart J. (Nat.
essential amino acid-carbohydrate Sci.), 43: 507-518.
supplement enhances muscle protein Wakhidah AW. 2015. Ethnobotany
anabolism after resistance exercise. welcoming ceremony of girl maturity
Journal of Applied Physiology, 88: 386- (oke sou) at the village community Lako
392. Akediri and Bobanehena in West
Saensouk P., P. Theerakulpisut.., A. Halmahera. [Skripsi]. Departemen
Thammathaworn S., Saensouk C. Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Maknoi dan P. Kohkaew. 2015. Pollen Pengetahuan Alam, Universitas
morphology of genus Curcuma Indonesia, Depok. [Tidak
(Zingiberaceae) in Northeastern dipublikasikan].
Thailand. Scienceasia, 41:1513-1874. Wang YJ., MH. Pan AL. Cheng AL, dkk.
Silalahi M. 2014. The Ethnomedicine of 1997. Stability of curcumin in buffer
The Medicinal Plants in Sub-ethnic solutions and characterization of its
Batak North Sumatra and The degradation products. J. Pharm Biomed
Conservation Perspective. [Disertation]. Anal. 15:1867-1876.
Program Studi Biologi, Program Pasca Yasunaka K., F. Abe., A. Nagayama., H.
Sarjana, FMIPA, Universitas Indonesia. Okabe., L. Lozada-Perez., E. Lopez-
[unpublished]. Villafranco., E. Estrada Muniz., A.
Silalahi M., Nisyawati EB. Walujo dan J. Aguilar dan R. Reyes-Chilpa. 2005.
Supriatna. 2015a. Local knowledge of Antibacterial activity of crude extracts
medicinal plants in sub-ethnic Batak from Maxican medicinal plants and
Simalungun of North Sumatra, purified coumarins and xanthones.
Indonesia, Biodiversitas, 16(1): 44-54. Journal of Ethonophamacology, 97:
Silalahi M., Nisyawati E.B., Walujo J., 293-299.
Supriatna dan W. Mangunwardoyo.

440
ISSN e-journal 2579-7557

Anda mungkin juga menyukai