Anda di halaman 1dari 10

Materi

Pengertian Diabetes Diabetes Melitus adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan
sekresi insulin yang dapat dilatar belakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi
insulin [Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)]. Apabila hormon insulin yang
dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi sumber
energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam
darah akan meningkat sehingga timbullah penyakit yang dinamakan dengan Diabetes Mellitus
(DM) atau Penyakit Kencing Manis.

Adapun organ vital yang paling berperan didalam memproduksi hormon insulin adalah
organ pankreas. Dari pankreas hormon disekresikan dan didistribusikan ke seluruh sel tubuh
untuk membantu penyerapan gula ke dalam sel sehinggal seluruh sel tubuh bisa bekerja dengan
normal. Jika jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak bisa
memberikan respon terhadap insulin, maka akan terjadi penumpukan gula dalam darah.

Fungsi Insulin (Hormon Pankreas) • Mendorong penyerapan gula lewat dinding usus ke
dalam darah • Mendorong gula masuk dalam sel • Mendorong proses pembentukan energi • Bila
glukosa terlalu banyak dalam darah, insulin mendorong penyimpanan glukosa (glikogen) di hati
(lever) dan sel otot.

faktor Resiko Penyebab Penyakit Diabetes Melitus

• Riwayat Keluarga

• Obesitas Atau Kegemukan Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami


resistensi terhadap hormon insulin.

• Usia Yang Semakin Bertambah Usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital
melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita
yang sudah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap
hormon insulin.
• Kurangnya Aktivitas Fisik
• Merokok
• Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi Batasi konsumsi kolestorol Anda tidak
lebih dari 300mg per hari.
• Stres Dalam Jangka Waktu Lama Kondisi setres berat bisa mengganggu keseimbangan
berbagai hormon dalam tubuh termasuk produksi hormon insulin.
• Hipertensi Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg.

Kehamilan Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu


keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh
menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya kembali normal
selah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat
beriso terhadap bayi yang dilahirkan untuk kedepan punya potensi diabetes
melitus. • Ras diperkirakan lebih 60% penderita berasal dari Asia. • Terlalu Sering
Konsumsi Obat-Obatan Kimia Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi
sebagai penyebab diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER.
Kedua jenis obat tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus
karena bisa merusak pankreas.

KLASIFIKASI DIABETES MELITUS Diabetes Tipe I Diabetes Tipe II Diabetes gestasional


 Tipe I (Diabetes Melitus Tergantung Insulin / DMTI) Pada diabetes tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati.
 . Tipe II (Diabetes Melitus, Tidak Tergantung Insulin / DMTTI) Pada diabetes tipe II
terdapat masalah resistensi insulin dan gangguan insulin. Normalnya insulin akan terikat
oleh reseptor khusus pada permukaan sel, sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut terjadi suatu reaksi metabolisme glukosa dalam sel : Resistensi ini di
serta penurunan reaksi reaksi intrasel, sehingga insulin tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
 Diabetes gestasional Pada diabetes jenis ini terjadi pada wanita selama kehamilan yang
disebabkan oleh hormon yang di sekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin.
Gejala diabetes melitus Gejala diabetes bervariasi berdasarkan jenis diabetes yang
dimiliki. Jika anda memiliki prediabetes (kadar gula darah lebih tinggi dari normal tapi
belum cukup dikategorikan sebagai diabetes) atau gestational diabetes (gula darah yang
meningkat saat kehamilan) mungkin tidak akan mengalami gejala. Gejala diabetes dapat
ditentukan dengan beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
1. Gejala Diabetes Tipe1 (Diabetes melitus pada anak-anak) Diabetes tipe 1 banyak
ditemukan pada anak- anak. Anak dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki gejala awal
sebagai berikut:
 Sering berkemih
 Banyak minum
 Berat badan berkurang
 Mudah lelah
2. Gejala Diabetes Tahap Lanjut ( diabetes melitus tipe 2) Diabetes tipe 2 yang
merupakan tipe diabetes yang paling umum dapat terjadi pada usia berapapun dan
umumnya dapat dicegah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai
berikut:
 Berat badan turun dengan cepat
 . Sering Kesemutan
 Luka yang sulit sembuh
3. Gejala Diabetes Pada Wanita Gejala diabetes melitus pada wanita sering ditemui tapi
tidak disadari oleh para wanita, sehingga jika mengalami gejala-gejala diabetes melitus
dibawah ini segera lakukan pemerikasaan atau konsultasi kedokter
. • Infeksi vagina yang ditandai dengan munculnya keputihan secara berulang, meskipun
telah mendapatkan pengobatan.
• Wanita diabetes lebih mudah terserang infeksi jamur di daerah organ intim karena
daerah tersebut mengalami kelambaban cukup tinggi.
• Mengalami gangguan fungsi hormonal karena aliran darah tidak lancar.
• Cenderung mengalami polycystic ovarian syndrome yaitu keseimbangan hormon
terganggu yang akan menganggu sistem reproduksi.
• Pemicu diabetes biasanya ditemukan pada wanita yang mengalami depresi.
• Memiliki kadar kolesterol yang tinggi dibanding pria
Diagnosis Diabtes Melitus
Diagnosis diabtes melitus Diagnosis diabetes melitus tidak boleh didasarkan atas
ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar
glukosa darah dari pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil
terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita Diabetes melitus jika ia mengalami satu atau lebih kriteria
di bawah ini:
 Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
 Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
 Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
 Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
 . Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL) Plasma
vena <100 100-199 ≥200 Darah kapiler <90 90-199 ≥200 Kadar glukosa darah
puasa (mg/dL) Plasma vena <100 100-125 ≥126 Darah kapiler <90 90-99 ≥100
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai diagnosis dari Diabetes
melitus:

Obat-obat Diabetes
Obat Antidiabetik Obat Hipoglikemi Oral Insulin.OHO/ADO Gol. Sulfonilurea
Gol.Meglitinid Gol. Biguanid Gol.Tiazolidinedion Gol.Penghambat Enzim α- Glikosidase
1. . Gol. Sulfonilurea
 Generasi 1 terdiri dari tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan
klorpropamid.
 Generasi 2 yang potensi hipoglikemik lebih besar antara lain adalah
gliburid, glipizid gliklazid dan glimepirid.
 MK: Sering disebut insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi
insulin dari granul-granul sel beta langerhans pancreas.
Generasi 1 Mula kerja: cepat masa paruhnya sekitar 4-7 jam Dalam darah 96 % tolbutamid
terikat protein plasma dan di hepar diubah menjadi karboksitolbutamid. Ekskresinya melalui
ginjal. Tolbutamid. Tolazamid absorbsinya lebih lambat dari yang lain. Efeknya dalam glukosa
darah belum nyata untuk beberapa jam setelah obat diberikan. Masa paruh sekitar 7 jam.
Tolazamid Masa paruh asetoheksamid pendek tetapi metabolit aktifnya, 1-hidroksiheksamid
masa paruhnya lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama dengan tolbutamid dan tolazamid.
Sebaiknya sediaan ini diberikan dalam dosis terbagi. Sekitar 10 % metabolitnya dieksresi
melalui empedu dan keluar bersama tinja asetoheksimid Klorpropamid dalam darah terikat
albumin, masa paruhnya panjang, 24-48 jam. Efeknya masih terlihat beberapa hari setelah obat
dihentikan Metabolismenya di hepar tidak lengkap, 20 % diekskresi utuh di urin. Klorpropamid
Generasi 2 potensi 200x lebih besar dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam.
Metabolismenya di hepar. Pada pemberian dosis tunggal hanya 25 % metabolitnya diekskresi
melalui urin, sisanya melalui empedu. • Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan
sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21% selama 1 ½ tahun. • Karena semua
sulfonylurea dimetabolisme di hepar dan diekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh
diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat. gliburid • absorbsinya
lengkap, masa paruh 3-4 jam. • Dalam darah 98% terikat protein plasma, potensinya 100x lebih
kuat dari tolbutamid, tetapi efek hipoglikemik maksimalnya mirip dengan sulfonylurea lain. •
Metabolismenya di hepar menjadi metabolit tidak aktif, 10 % diekskresi melalui ginjal dalam
keadaan utuh glipizid •Umumnya potensi hipoglikemiknya 100x lebih besar dari generasi I.
•Meski masa paruhnya pendek, yaitu 3-5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12-24 jam.
•Cukup diberikan 1x sehari. Gliklazid glimepiride
ESO • Insidens efek samping generasi I adalah 4 % dan lebih rendah lagi untuk genarasi II.
Dapat timbul hipoglikemia hingga koma. Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut
dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal, terutama yang menggunakan sediaan dengan masa
kerja panjang. • Efek samping lain yaitu mual, muntah, diare, gejala hematologic, ssp, mata, dsb.
Gangguan saluran cerna tersebut dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan obat
bersama dengan makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis. Gejala ssp berupa vertigo,
bingung, ataksia, dsb. Gejala hematologic seperti leucopenia, agranulositosis. Efek samping lain
yaitu hipotiroidisme, ikterus obstruktif, yang bersifat sementara dan lebih sering timbul akibat
klorpropamid. • Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh mekanisme
kompensasi berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang. Selain itu hipoglikemia
tidak mudah dikenali pada orang tua karena timbul perlahan tanpa tanda akut dan dapat
menimbulkan disfungsi otak sampai koma. Penurunan kecepatan ekskresi klorpropamid dapat m
eningkatkan hipoglikemia.
indikasi • Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien yang diabetesnya mulai timbul
pada usia diatas 40 tahun. Kegagalan terapi dengan salah satu derivate sulfonylurea mungkin
disebabkan oleh perubahan farmakokinetik obat, misalnya penghancuran obat yang terlalu besar
• Selama terapi pemeriksaan fisik dan laboratorium harus dilakukan secara teratur.
Interaksi • Obat yang dapat meningkatkan ririko hipoglikemia saat penggunaan sulfonylurea
adalah insulin, alcohol, fenformin, kloramfenikol, anabolic steroid, fenfluramin dan klofibrat. •
Propanolol dan β bloker lainnya menghambat reaksi takikardi, berkeringat dan tremor pada
hipoglikemia oleh berbagai sebab sehingga keadaan hipoglikemia menjadi lebih hebat tanpa
diketahui. Sulfonilurea terutama klorpropamid dapat menurunkan toleransi terhadap alcohol. Hal
ini ditunjukkan terutama dengan kemerahan di muka dan leher, reaksi mirip disulfiram.
2. Gol. Meglitinid Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme
kerjanya sama dengan sulfonylurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda. Golongan
ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-independent di sel β
pancreas. Repaglinide merupakan jenis pertama dari golongan ini. Mekanisme kerja
sama dengan SU akan tetapi tidak memiliki efek insulin eksitosis. Onsetnya sangat cepat
kira-kira 1 jam setelah dimakan tetapi durasi obatnya 5-8 jam. Oleh karena itu baik untuk
pengendalian gula postprandial. Di metabolisme di hati oleh CYP3A4. dosis anjuran
0,25-4 mg maksimal 16 mg. Dapat digunakan monoterapi atau kombinasi dengan
biguanides. Karena strukturnya tanpa sulfur maka baik untuk orang yang alergi sulfur
atau SU. • Nateglinide merupakan golongan terbaru, mekanisme dengan stimulasi cepat
dan transit pengeluaran insulin dari sel B dengan menutup channelATP-sensitif K+. Baik
untuk pengaturan gula darah postprandial tetapi kurang untuk gula darah malam dan
puasa. Obat ini diserap 20 menit setelah makan dan puncak dalam 1 jam dimetabolisme
dihati oleh CYP2C9 dan CYP3A4 dengan waktu paruh 1.5 jam. Sangat aman pada
penderita gagal ginjal.
3. Gol. Biguanid • Dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid, yaitu fenformin, buformin
dan metformin, tetapi fenformin telah ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan
asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin
MK • Biguanid merupakan obat antihiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan
sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan
produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose
terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel (AMP-activated
protein kinase). Meski masih controversial, adanya penurunan produksi glukosa di herar,
banyak data yang menyatakan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan glukoneogenesis.
Preparat ini tidak mempunyai efek pada sekresi glucagon, kortisol, hormone
pertumbuhan dan somatostatin. • Biguanid tidak merangsang atau menghambat
perubahan glukosa menjadi lemak. Pad apasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat
menurunkan BB dengan mekanisme yang belum jelas pula. • Metformin oral akan
diabsorbsi di intestine, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin
dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam. • Dosis awal 2x 500 mh, umumnya
dosis pemeliharaan adalah 3x 500 mg, dosis maksimal adalah 2,5 g. Obat diminum pada
waktu makan. Pasien yang tidak respon terhadap sulfonylurea dapat diatasi dengan
metformin atau dapat pula sebagai kombinasi dengan insulin atau sulfonylurea.
ESO • 20% pasien mengalami mual, muntah, diare, serta metallic taste, tetapi dengan
menurunkan dosis keluhan0keluhan tersebut segera hilang. Pada beberapa pasien yang
mutlak bergantung pada insulin eksogen, kadang-kadang biguanid menimbulkan ketosis
yang tidak disertai dengan hiperglikemia. Hal ini harus dibedakan dengan ketosis karena
defisiensi insulin. • Pada pesien dengan gangguan fungsi ginjal atau system
kardiovaskular, pemberian biguanid akan menimbulkan peningkatan kadar asam laktat
dalam darah, sehingga hal ini dapat ,mengganggu keseimbangan elektrolit dalam cairan
tubuh.
. Indikasi • Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen, dan
digunakan pada terapi diabetes dewasa. Fenformin dilarang dipasarkan di Indonesia
karena dapat menyebabkan asidosis laktat. Fenformin digantikan oleh metformin yang
lebih sedikit menyebabkan asidosis laktat. Dosis metformin adalah 1-3 g sehari dibagi
dalam dua atau 3x pemberian.
KI • Biguanid tidak boleh diberikan pad akehamilan, penyakit hepar berat, penyakit
ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kangestif serta penyakiut paru dengan
hipoksia kronik. Pada pasien yang akan diberi zat kontras intravena atau yang akan
dioperasi, pemberian obat ini sebaiknya dihentikan dahulu. Setelah lebih dari 48 jam,
biguanid baru boleh diberikan dengan catatan fungsi ginjal harus tetap normal. Hal ini
untuk mencegah terbentuknya laktat yang berlebihan dan dapat berakhir fatal akibat
asidosis laktat. Insidensi asidosis akibat metformin kurang dari 0.1 kasus per 1000 pasien
dalam setahun.
4. Golongan Tiazolidinedion • Mekanisme Kerja dan Efek Metaboliknya • TIazolidinedion
merupakan antagonis poten dan selektif PPARγ, mengaktifkan PPARγ membentuk
kompleks PPARγ-RXR dan terbentuklah GLUT beru. Di jaringan adipose PPARγ
mengurangi keluarnya asam lemak menuju ke otot, dan karenanya dapat mengurangi
resistensi insulin. • Selain itu glitazon juga menurunkan produksi glukosa hepar,
menurunkan asam lemak bebas di plasma dan remodeling jaringan adipose. • Pioglitazon
dan rosiglitazon dapat menurunkan HbA1c (1-1.5 %) dan berkecenderungan
meningkatkan HDL, sedang efeknya pada trigliserida dan LDL bervariasi. • Pada
pemberian oral absorbs tidak dipengaruhi oleh makanan, berlangsung sekitar 2 jam.
Metabolismenya di hepar oleh sitokrom P-450. Rosiglitazon dimetabolisme oleh isozim
2C8, sedangkan pioglitazon oleh 2C8 dan 3A4.
• Ekskresinya melalui ginjal, keduanya dapat diberikan pada insufisiensi renal, tetapi
kontraindikasi pada gangguan fungsi hepar (ALT> 2,5 kali normal). Meski laporan
hepatotoksik baru ada pada tioglitazon, FDA menganjurkan agar pada awal dan setiap 2
bulan sekali selama 12 bulan pertama penggunaan kedua preparat di atas dianjurkan
pemeriksaan tes fungsi hepar. Penelitian population pharmacokinetic menunjukkan
bahwa usia tidak mempengaruhi kinetiknya. • Glitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang
tidak berespon terhadap diat dan latihan fisik, sebagai monoterapi atau ditambahkan pada
mereka yang tidak member respon pada obat hipoglikemik lain (sulfonylurea, metformin)
atau insulin. • Dosis awal rosiglitazon 4 mg, bila dalam 3-4 minggu control glisemia
belum adekuat, dosis ditingkatkan 8 mg/hari, sedangkan pioglitazon dosis awal 15-30 mg
bila control glisemia belum adekuat, dosis dapat ditingkatkan sampai 45 mg. Efek klinis
maksimalnya tercapai setelah penggunaan 6-12 minggu. • Efek samping antara lain,
peningkatan berat badan, edema, menambah volume plasma dan memperburuk gagal
jantung kongestif. Edema sering terjadi pada pengguanaannya bersama insulin. Selain
penyakit hepar, penggunaannya tidak dianjurkan pada gagal jantung kelas 3 dan 4
menurut kliasifikasi New York Heart Association. Hipoglikemia pada penggunaan
monoterapi jarang terjadi
5. Penghambat Enzim α-Glikosidase • Obat golongan ini dapat memperlambat absorpsi
polisakarida, dekstrin dan disakarida di intestin. Sehingga dapat mencegah peningkatan
glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM. • Karena kerjanya tidak
mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping
hipoglikemia. • Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau
DM yang glukosa postprandialnya sangat tinggi. Diklinik sering digunakan bersama
antidiabetik oral lain dan/atau insulin.
PENANGANAN DIABETES MELLITUS • Diet atau pengaturan konsumsi makanan
dilakukan dengan cara penyesuaian kebutuhan kalori dengan kelainan metabolic, umur,
berat badan, tinggi badan dan aktifitas tubuh. Jumlah hidrat arang juga harus disesuaikan
dengan kesanggupan tubuh dalam menggunakannya. Kecukupan protein, mineral dan
vitamin juga harus dijaga. • Makanan yang harus dihindari dalam diet DM ini adalah gula
murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir, gula jawa, dodol,
coklat, madu, sirup, soda, susu kental manis, es krim, kue kue manis, kek, buah dalam
kaleng, dendeng, abon, kecap manis dll.
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin
(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu
adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan
(diet). • Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. • Pengontrolan nilai kadar
gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi
berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan,
maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut
diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
diabetes tipe 1 • pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau
Apidra) yang berkesinambungan, • berolahraga secukupnya serta melakukan
pengontrolan menu makanan (diet).
diabetes tipe 2 • gaya hidup dan aktivitas fisik yang sehat • Pengontrolan nilai kadar gula
dalam darah • mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak
mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet pemberian suntikan
insulin bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

Anda mungkin juga menyukai