Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan
setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang bertanggung
jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi
mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses
pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-
otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu
menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat
pertemuan antara udara- alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga
memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental
yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan pengaruh
tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi
sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan
yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali sangat kuat,
biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk
bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang
baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan
yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas
pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30–60 kali permenit
( pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali
permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas
merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus (stimulasi mekanik).
3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi sensorik).
4. Refleks deflasi Hering Breur.
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
Sistem Sirkulasi dan Hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang
besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel
kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui
duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat
umbilical cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi rendah,tahanan pembuluh
darah sistemik(SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang,tahanan vascular paru
menyebabkan penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran darah di
duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi.
Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-25 jam yang di
sebabkan kontraksi otot polos pada akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3
minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan
kehilangan darah, dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang untuk di toleransi.
Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik
merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan
sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak
pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg.
Frekuensi nadi bayi rata-rata 120x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60mmHg.