Ir Suplemen Mata Updated Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 50

Bismillahirahmanirrahim

Perhatian

Bahan-bahan di sini sifatnya suplemen aja, ya.

Tetep gk bsa menggantikan fungsi textbook, kuliah staff terbaru, maupun penjelasan
staff selama di poli.

Semoga bermanfaat, paling enggak bisa ada gambaran sekilas mengenai kasus-kasus
yang biasa ada di poli mata dan buat latian post test jg, hehe

Kalau mau ujian, jangan lupa tetep baca materi lagi, sambil dikroscek, ya.

Siapa tau ada yang salah dalam mengartikan dari bahasa inggris ke indonesia. Dan
beberapa ad yg lihat IR aja, hehe.

Salam hangat dari kami ♥♥♥


1. Gambarkan penampang melintang bola mata (beri keterangan dengan lengkap) !

2. Sistem lakrimalis
Appartus lakrimalis terdiri dari kel lakrimal aksesorius (glandula Krause dan
Wolfring) yang terletak di substansia propria di konjungtiva palpebra. Aliran air
mata berjalan melalui lactus lacrimalis ke punctum superius dan inferius serta
kanalikuli kemudian melewati saccus lacrimalis di fossa glandula lacrimalis ke
ductus nasolacrimalis dan berakhir di meautus inferior rongga hidung.

3. Sebutkan secara urut lapisan penyusun air mata (tear film) dan beserta organ
yang memproduksi masing-masing lapisan!
Terdiri dari tiga lapisan, yakni
1. Oily layer / lapisan lemak
Lapisan lemak pada bagian luar, disekresikan oleh kelenjar meibom
2. Water layer / lapisan air
Lapisan akuos atau air, disekresikan oleh kelenjar lakrimalis
3. Mucin layer / lapisan mucus
Lapisan mucus, disekresikan oleh sel goblet konjungtiva
4. Gambarkan secara skematik sistem lakrimalis mata dengan lengkap!

Glandula Meatus nasalis


lakrimalis inferior

Duktus Duktus
lakrimalis nasolakrimalis

Konjungtiva sakus lakrimalis

sebagian masuk ke punctum


lakrimal lalu ke kanalikuli

membasahi seluruh bola mata saat berkedip


5. Fungsi air mata
Lapisan lemak-> mencegah penguapan berlebihan, meningkatkan tekanan
permukaan, melubrikasi kelopak mata.
Lapisan aqueus->pelarut bagi oksigen, karbondioksida dan mengandung
elektrolit, protein, antibodi,enzim, mineral, glukosa; menghancurkan dinding sel
bakteri yang masuk ke mata; mempertahankan integritas bola mata dan
mempercepat penyembuhan luka kornea.
Lapisan musin->melapisi sel epitel kornea dan konjungtiva agar air mata dapat
membasahi permukaannya dan mempertahankan stabilitas air mata.
(NB : Kalau pada dry eyes itu terjadi defisiensi komponen lipid jadi menyisakan
water layer, trs si lapisan air ini menguap tinggalah hanya lapisan mucus saja.)

6. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi air mata!
a. Uji Anel
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi anastesi lokal
dan dilakukan dilatasi punctum lakrimal. Jarum anel dimasukkan ke dalam
punctum dan kanalikuli lakrimal lalu semprotkan garam fisiologis. Tanyakan
ke pasien apakah ada cairan masuk ke tenggorokkan/ ada refleks menelan. Bila
ada, fungsi ekskresi sistem lakrimal baik sedangkan bila tidak, ada
penyumbatan duktus nasolakrimal.
b. Uji Rasa
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi 1 tetes
sakarin pada konjungtiva lalu tunggu hinga 5 menit. Bila pasien merasa rasa
manis, sistem eksresinya dalam kondisi baik.
c. Uji Schirmer I
Uji untuk menilai kualitas dan kuantitas air mata yang tidak berhubugan
dengan kadar musin yang dikeluarkan oleh sel goblet. Mata pasien sebaiknya
tidak dimanipulasi. Pertama, selipkan kertas filter pada forniks konjungtiva
bulbi bawah dan biarkan ujung lainnya menggantung. Biarkan selama 5 menit.
Apabila kertas tidak basah, kuantitas air mata kurang. Hal itu dapat disebabkan
oleh refleks yang terlalu kuat. Apabila kertas filter yang basah sebesar <10
mm, fungsi sekresi air mata terganggu.
d. Uji Schirmer II
Uji ini dilakukan jika kertas filter yang basah sebesar <10 mm setelah 5 menit.
Uji ini menilai apakah gangguan sekresi terjadi karena hambatan kelelahan
sekresi atau fungsi dari refleks sekresi kurang. Salah satu mata pasien ditetesi
anastesi topikal dan diletakkan kertas Schirmer. Beri rangsang pada hidung
selama 2 menit lalu tungu selama 5 menit. Jika kertas tidak basah, refleks
eksresi gagal. Dikatakan normal apabila kertas basah sebanyak 15 mm.

7. Visual pathway
Retina -> saraf optik ->khiasma optikum-> traktus optikus -> korpus
genikulatum laterale -> radiasio optika traktus genikulokalkarina-> korteks
visual (area striata/17) -> korteks asosiasi visual

8. Sebutkan otot-otot ekstra okuler pergerakan bola mata beserta inervasinya.

a. Musculus rectus superior d. Musculus rectus lateralis


Inervasi : N. Inervasi : N. abducens
oculomotorius (N.III) (N.VI)
b. Musculus rectus inferior e. Musculus obliquus
Inervasi : N. superior
oculomotorius (N.III) Inervasi : N. trochlearis
c. Musculus rectus medialis (N.IV)
Inervasi : N. f. Musculus obliquus
oculomotorius (N.III) inferior
Inervasi : N.
oculomotorius (N.III)
9. Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan Hirschberg test dan interpretasi hasilnya.
a. Hirschberg test merupakan salah satu metode pengukuran derajat deviasi
bola mata dengan melihat refleks pada kornea. Dari jarak 60 cm langsung
di depan pasien, arahkan cahaya lampu senter pada kedua mata pasien,
kemudian inspeksi pantulan cahaya pada tiap kornea. Ketidakimetrisan
pantulan kornea menunjukkan deviasi dari kesejajaran mata yang normal.
b. Deviasi mata dari posisi normal disebut strabismus atau juling.
Strabismus dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok; yaitu
nonparalitik (dengan deviasi yang konstan pada semua arah pandangan)
dan paralitik (dengan deviasi bervariasi meurut arah pandangan).
Strabismus nonparalitik dapat diklasifikasikan menurut arahnya menjadi
strabismus konvergen (esotropia) dan strabismus divergen (eksotropia).
c. Berikut merupakan interpretasi deviasi mata berdasarkan derajat deviasi
refleks sinar.
i. Juling 5-6 derajat : refleks sinar dekat tengah pupil dibanding
tepi pupil
ii. Juling 15 derajat : refleks sinar satu di tengah, yang lain di
tepi pupil
iii. Juling 45 derajat : refleks sinar berada antara tepi pupil
dengan limbus
iv. Deviasi 60-80 derajat : refleks sinar diluar limbus

10. Jelaskan cara dan tujuan melakukan Placido test.


a. Placido test dilakukan untuk melihat kelengkungan kornea. Papan plasido
diletakkan menghadap pada sumber cahaya, sedangkan pasien diposisikan
membelakangi sumber cahaya tersebut. Melalui lubang di tengah
plasidoskop, dapat dilihat gambaran bayangan plasido pada kornea.
b. Interpretasi normal placido test berupa lingkaran konsentris yang
menunjukkan bahwa permukaan kornea licin dan regular. Bila terdapat
gambaran lingkaran lonjong, berarti terdapat astigmatisme kornea. Garis
lingkaran tidak teratur menunjukkan astigmatisme iregular.
11. Hal – hal apa sajakah yang perlu diperhatikan sebelum memberikan midriatikum
pada seorang penderita yang akan kita periksa?
Obat midriatikum memiliki kontraindikasi yaitu pada penderita glaucoma,
hipertensi, dan penyakit jantung bawaan.Hal ini disebabkan oleh karena
midriatikum bersifat anticholinergic agent, yang kompetitif dalam memblock
reseptor muskarinik.Pada mata, sehingga menimbulkan midriasis (dilatasi pupil)
yang dapat menyebabkan menutupnya kanal schlemm. Pada sistem
kardiovaskular, midriatikum dapat menimbulkan efek yang berbeda menurut
dosisnya, pada dosis rendah dapat memberikan efek bradikardia, pada dosis
tinggi akan menyekat reseptor jantung pada nodus SA dan memberikan efek
takikardia.
Maka sebelum memberikan midriatikum, cek terlebih dahulu:
- Cek tekanan darah
- Cek tekanan intraokular pasien. Penggunaan midriatikum pada pasien
glaukoma merupakan kontraindikasi. Pada pasien glaukoma penyaluran
cairan intraokular akan terhambat, terutama pada glaukoma sudut tertutup,
sehingga dapat meninggikan tekanan intraokular. Hal ini disebabkan karena
dalam keadaan midriasis saluran Schlemm yang terletak di sudut bilik depan
mata terbendung.
- Usia pasien. Untuk pasien anak menggunakan midriatikum 0,5% satu tetes
dengan pelarut efrisel, sedangkan pasien dewasa menggunakan midriatikum
1% satu tetes.
- Penyakit jantung bawaan. Pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan
tidak boleh diberikan efrisel, cukup diberikan midriatikum.

12. Jelaskan prosedur pemeriksaan tajam penglihatan dekat!


Alat pemeriksaan visus untuk jarak dekat adalah dengan menggunakan Jaeger
eye chart. Jaeger eye chart digunakan untuk membaca dekat dan untuk
menentukan penglihatan jarak dekat seseorang. Pada chart tersebut, ada notasi J1
kemudian ada paragraf dengan teks yang paling kecil, selanjutnya tulisan di
paragraf berikut (seterusnya) menjadi lebih besar ditandai dengan peningkatan
nomor J (misalnya J2, J3).
Nomor 15 pada gambar di atas berada di tengah atas dari baris tulisan yang
paling kecil yang ditandai dengan J1. Nomor ini mewakili penglihatan 20/15. J2
mempunyai nomor 20, untuk penglihatan 20/20. Semakin besar huruf pada
paragraf, menunjukkan penurunan kejelasan penglihatan. Standar kejauhan
Jaeger eye chart untuk memeriksa seseorang adalah 12-14 inci, atau 305-356
mm.

13. Jelaskan tentang alur aliran humor akuos mata!


Cairan mata (humor akuous) diproduksi oleh epitel proccesus ciliares dan
mengalir melalui pupilla ke ruang mata sebelah depan dan lalu terbawa ke dalam
kanal Schlemm di area sudut iridokorneal (sudut ruang). Di tempat ini pula
reticulum trabeculare yang juga disebut ligamentum pectinatum membentuk
jalinan jaringan yang rapat dengan celah-celah di antaranya, spatium anguli
iridokornealis.

14. Sebutkan 10 lapisan retina secara urut dari dalam ke luar!


a. Membran limitan interna
b. Lapisan serabut sel saraf
c. Lapisan sel ganglion
d. Lapisan pleksiform dalam
e. Lapisan nukleus dalam
f. Lapisan pleksiform luar
g. Lapisan nukleus luar
h. Membran limitan eksterna
i. Lapisan fotoreseptor (terdiri dari sel batang dan kerucut)
j. Lapisan epitel pigmen

15. Sebutkan lapisan-lapisan kornea beserta jaringan penyusunnya!


Kornea terdiri dari lima lapisan penyusun :
a. Epitel
Epitel kornea meruakan lapis paling luar kornea dan berbentuk epitel gepeng
berlapis tanpa tanduk dimana bagian terbesar ujung syaraf kornea berakhir.
Lapisan epitel memiliki daya regenerasi, sehingga mampu diperbaiki tanpa
membentuk jaringan parut atau fibrosis.
b. Membran Bowman
Merupakan membrane tipis homogeny yang terdiri atas susunan serat
kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Kerusakan pada
membrane Bowman dapat berakibat terbentuknya jaringan parut atau fibrosis
c. Stroma
Merupakan lapisan tebal terdiri atas jaringan kolagen yang tersususn dalam
lamel-lamel dan terisi oleh matriks, berjalan sejajar dengan permukaan
kornea. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan.
Serat dalam stroma sedemikian teratur sehingga memberikan gambaran
kornea yang transparan atau jernih. BIla terjadi gangguan dari susunan serat
di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan
mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
d. Membran Descemet
Merupakan suatu lapisan tipis enyal, kuat, tidak berstruktur dan bening,
terletak di bawah stroma, yang berfungsi sebagai barrier terhadap infeksidan
tempat masuknya pembuluh darah.
e. Endotel
Merupakan lapisan penyusun kornea yang terdiri atas sel-sel endotel
kornea.Sel endotel mengatur cairan dalam stroma kornea, dan tidak memiliki
daya regenerasi.

16. Jelaskan tentang fungsi sel cone dan rod retina serta dimana letak distribusi
masing masing sel!
Sel batang dan sel kerucut merupakan bagian dari fotorespetor pada sistem
penglihatan manusia.Fotorespetor diaktifkan ketika fotopigmen yang terkandung di
dalamnya menyerap secara berbeda berbagai panjang gelombang
cahaya.Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimia di fotopigmen yang
akhirnya diubah menjadi perubahan dalam laju perambatan potensial aksi di jalur
penglihatan yang keluar dari retina. Perubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal
listrik dikenal sebagai proses fototransduksi. Pesan visual ditransmisikan melalui
jalur kompleks ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak untuk pemrosesan
preseptual
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi tetapi hanya dapat
digunakan untuk meilhat pada siang hari atau pada keadaan terang, karena
sensitivitasnya yang rendah terhadap cahaya.Perbedaan stimulasi ketiga jenis sel
kerucut (sel kerucut merah, hijau, dan biru) oleh panjang gelombang yang berbeda
menghasilkan penglihatan warna.Sel batang hanya memberi gambaran kabur dalam
bayangan abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, maka sel ini dapat
digunakan untuk penglihatan malam hari.Distribusi sel batang terdapat lebih bayak
di tepi retina, sedangkan sel kerucut terkonsentrasi di daerah fovea.

17. Jelaskan bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan dan evaluasi segmen anterior
secara urut!
a. Pasien dan dokter duduk berhadapan dengan jarak ± 60 cm.
b. Perhatikan kulit palpebra: terdapat edema, hiperemi, hematoma, benjolan-
benjolan, dan kulit di atas benjolan terfiksasi atau bisa digerakkan.
c. Perhatikan rima palpebra: kanan dan kiri sama lebar, gerakan membuka dan
menutup mata ada yang tertinggal atau tidak.
d. Perhatikan apakah palpebra menutupi daerah pupil atau tidak (normalnya
menutupi ± 2 mm kornea bagian superior).
e. Amati silia dan margo palpebra.
f. Lakukan eversio palpebra lalu amati: warna mukosa, adanya benjolan sikatriks,
benda asing, bangunan-bangunan folikel, cabble’s stone, dan lain-lain.
g. Perhatikan konjungtiva bulbi: warna, oedema, bangunan/penonjolan, pelebaran
pembuluh darah, berkelok-kelok atau lurus, ikut pergerakan konjungtiva/tidak,
ada sekret/tidak.
h. Perhatikan sklera apakah ada penipisan atau penonjolan.
i. Perhatikan kornea (menggunakan senter dari arah 45° temporal kornea supaya
tidak silau, sesekali boleh bergerak ke nasal) lalu amati: kejernihan, bentuk,
ukuran, kecembungan, permukaan licin/kasar, adanya pembuluh darah,
pterygium, dan lainnya.
j. Periksa kedalaman bilik mata anterior dengan sinar yang diarahkan dari
temporal limbus. Tentukan kedalam dan kejernihannya.
k. Lakukan pemeriksaan refleks pupil terhadap cahaya (direct dan indirect).
Perhatikan pula bentuk pupil, bulat/tidak, sentral/tidak.
l. Periksa iris: bentuk, gambarannya, warna, adakah synechia.
m. Periksa kejernihan lensa (sebaiknya pupil dilebarkan jika tidak ada
kontraindikasi). Sinari dari arah 30°-45° temporal kornea. Perhatikan letak dan
kejernihannya (shadow test).

18. Jelaskan cara pemeriksaan BMD dengan menggunakan senter dan apa saja yang
dievaluasi!
Bilik mata depan disinari dengan cahaya senter membentuk sudut dengan iris
(45-60 derajat). Pemeriksaan menggunakan cahaya senter dapat mengevaluasi
kedalaman bilik mata depan, temuan cahaya akan menyebar menandakan bilik mata
depan dalam dan sudut terbuka, sedangkan pada temuan cahaya yang tidak tersebar
merata sehingga ada bagian yang gelap, menunjukkan bahwa bilik mata depan
dangkal dan sudut tertutup. Bilik mata depan dangkal terdapat pada dislokasi lensa,
tumor iris, sinekia anterior, blokade pupil, dan glaukoma subakut.
Penyinaran menggunakan cahaya senter pada bilik mata depan dapat
menemukan penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan (hipopion),
dan transudat cairan darah (hifema). Hipopion dapat ditemukan pada kasus ulkus
kornea, endoftalmitis, dan tumor intraokular, sedangkan hifema dapat ditemukan
pada trauma mata, hemophilia, dan tumor intrakranial.

19. Jelaskan bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan tes konfrontasi!


Tes Konfrontasi
Tujuan : pemeriksaan dilakukan untuk melihat gangguan lapang pandang
penderita
Dasar : membandingkan lapang pandang penderita dengan pemeriksa
Alat : tidak ada alat khusus
Teknik :
1. Penderita dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak
kira-kira 60 cm
2. Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan penderita ditutup
3. Sekarang mata kanan pemeriksa dengan mata kiri penderita saling
berpandangan
4. Benda diletakkan antara penderita dengan pemeriksa pada jarak yang
sama
5. Benda digerakkan dari perifer kearah sentral, dan penderita diminta
untuk memberitahu apabila mulai melihat benda obyek
6. Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal, temporal)
7. Percobaan dilakukan juga pada mata satunya baik pada pemeriksa
maupun penderita
Nilai : bila penderita dapat melihat sama dengan pemeriksa maka
lapang pandangan sama, namun bila penderita terlambat maka lapang
pandangan lebih sempit dibandingkan pemeriksa
Catatan : pemeriksa harus memiliki lapang pandangan normal.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kasar lapang pandangan. Apabila
dilakukan dengan obyek tertentu kadang-kadang dapat ditentukan adanya
scotoma dan lokasi titik buta

20. Sebutkan 3 tehnik pemeriksaan TIO dan bagaimanakah cara serta interpretasi
hasilnya!
Tonometri Schiotz
Tujuan : melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
Dasar : Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata
ke dalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea.
Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.Tonometer schiotz
merupakan tonometer indentasi.Dalam nya indentasi menunjukkan sejauh mana
bola mata dapat ditekan. Beban akan memberikan indentasi lebih dalam bila
tekanan mata lebih rendah dibanding mata dengan tekanantinggi.
Alat :
- Obat tetes anestesi lokal
- Tonometer Schiotz
Teknik :
1. Penderita diminta tidur terlentang
2. Mata ditetes obat tetes anestesi lokal
3. Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
4. Kelopak mata penderita dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan
menekan bola mata penderita)
5. Setelah telapak tonometer terletak pada kornea, skala tonometer akan
menunjukkan angka yang tetap
Nilai : pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui
tekanan bola mata dalam mmHg. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg
maka dicurigai adanya glaucoma, apabila tekanan lebih tinggi dari 25
mmHg maka pasien dinyatakan penderita glaucoma
Catatan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada myopia
dan penyakit tiroid dibanding dengan memakai tonometer aplanasi.
Tonometer harus dibersihkan atau disterilisasi setiap sebelum pemakaian
paling sedikit dengan alcohol untuk cegah penularan infeksi.

Tonometer Aplanasi
Tujuan : pemeriksaan ini untuk mendapatkan TIO dengan
menghilangkan pengaruh kekakuan sklera (scleral rigidity)
Dasar :
tekanan adalah sama besar dengan tenaga dibagi dengan luas yang
ditekan.
P=F/A P = Pressure F = Force A = Area
Tonometer aplanasi goldmann mempunyai diamteter 3.06 mm. Pada
tonometer goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali sepuluh
dikonversi langsung dalam mmHg bola mata. Dengan tonometer aplanasi
tidak diperhatikan kekakuan sclera (scleral rigidity) karena pada
tonometer aplanasi prisma yang dipakai hanya menggeser cairan dalam
mata 0,5 mm kubik shingga tidak terjadi pengembangan sklera yang
berarti
Alat :
- Slit lamp, dengan lampu biru
- Tonometer aplanasi
- Fluoresensi
- Obat tetes anastetik topical
Teknik :
1. Diberi anestesi lokal pada mata yang diperiksa
2. Fluoresensi diberikan pada mata penderita
3. Sinar oblik warna biru dari slit lamp disinarkan pada dasar
telapak prisma tonometer aplanasi goldmann
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan
diameter 10 mm
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan-
lahan
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah sehingga
gambar kedua setengah lingkaran pada kornea yang sudah
diberi fluoresensi terlihat bagian luar berimpit dengan bagian
dalam
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang
memberi gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan
tersebut merupakan tekanan intraokuler dalam mmHg
Nilai : dengan tonometer aplanasi bila tekanan mata lebih dari 20
mmHg maka dianggap sudah menderita glaucoma

Tonometri Digital Palpasi


Dasar : merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari
pemeriksa
Alat : tidak menggunakan alat khusus
Teknik :
1. Mata penderita ditutup
2. Pandangan kedua mata menghadap ke bawah
3. Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
4. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang
kornea bergantian (alternate)
5. Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya
menekan bola mata
Nilai :
- Didapat kesan berupa ringannya bola mata dapat ditekan
- Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat
dicatat, maka N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang
menyatakan tekanan lebih rendah dari pada normal
- Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian lentur
telapak tangan dengan tahanan tekanan bola mata bagian
superior. Bila tekanan lebih tinggi dapat dicurigai adanya
glaucoma.
- Catatan : pemeriksaan ini terdapat faktor subyektif
21. Jelaskan tentang tujuan, cara, dan interpretasu hasil dari siedel test!
Siedel test
Tujuan : tes untuk mengetahui letak kebocoran pada luka operasi pasca bedah
intraocular
Dasar : kebocoran kornea scleral akan terlihat dengan pewarnaan fluoresin
Alat : Fluoresin 2% tetes mata
Teknik :
1. Konjungtiva dibuka pada bleb yang dicurigai tempat adanya kebocoran
2. Fluoresin 2% diteteskan pada mata yang diperiksa
3. Dilihat dengan filter kobalt
4. Dilihat bagian yang diwarnai
Nilai : aquous humor yang bocor dari luka kornea scleral akan membersihkan
fluoresin sehingga tidak tampak warna hijau di tempat tersebut dengan demikiran
diketahui letak kebocoran
Catatan : kadang-kadang diperlukan sedikit penekanan pada bola mata untuk
menambah pengaliran aquous humor keluar pasca bedah

22. Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan Shadow test dan interpretasinya!


Shadow test bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa.
Cara melakukan: Sinari pupil dari arah 30°-45° temporal kornea lalu lihat bayangan
iris pada lensa keruh.
Interpretasi:
a. Positif: bayangan iris pada lensa terlihat lebih besar dan jauh terhadap pupil.
Hal ini menandakan bahwa lensa belum keruh sepenuhnya. Hasil positif sering
dijumpai pada katarak imatur.
b. Negatif: bayangan iris pada lensa terlihat lebih kecil dan dekat terhadap pupil.
Hal ini menandakan bahwa lensa telah keruh sepenuhnya. Hasil negatif sering
dijumpai pada katarak matur.

23. Jelaksan perbedaan antara Conjunctival Vascular Injection dan Pericorneal


Vascular Injection!
Conjunctival Vascular Pericorneal Vascular
Injection Injection
Asal a. konjungtiva posterior a. siliar
Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen anterior
Lokalisasi Konjungtiva Dasar konjungtiva
Warna Merah ungu
Arah aliran Ke perifer Ke sentral
Konjungtiva Ikut bergerak Tidak ikut bergerak
digerakkan
Ditetesi Epinefrin Menciut Tidak menciut
1:1000
Penyakit Konjungtiva Kornea, iris, glaukoma
Sekret + -
Penglihatan Normal Menurun

24. Jelaskan definisi dari miopia, hipermetropia, dan astigmatisme beserta cara
pemberian koreksi kacamatanya!
a. Miopia → kelainan refraksi dimana sinar sejajar aksis visual tanpa akomodasi
dibiaskan di depan retina→ oleh karena panjang bola mata AP terlalu
besar/kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat
Pengobatan pasien → kacamata sferis negatif terkecil → ketajaman penglihatan
maksimal. Contoh: pasien dikoreksi dengan S-2.00D → visus 6/6 dan koreksi S-
2.25D visus tetap 6/6, maka resep lensa yang diberikan adalah S-2.00D.
b. Hipermetropia → keadaan gangguan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina →
dapat disebabkan oleh sumbu bola mata pendek (sumbu/aksial); kelengkungan
kornea/lensa lemah (kurvatur); indeks bias yang lemah kurang pada sistem optik
(refraktif)
Tata laksana → kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar →
ketajaman penglihatan maksimal. Contoh: pasien dengan koreksi lensa S+2.00D
atau S+2.25D → visus 6/6, maka diberikan lensa S+2.25D.
c. Astigmatisme→sinar tidak difokuskan pada 1 titik akan tetai pada 2 garis titik
api yang saling tegak lurus → akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea
Koreksi dan pemeriksaan → px mata sentris di permukaan kornea → untuk
mengamati ireguler kornea dan kelengkungan kornea dan astigmat dial untuk
pemeriksaan subyektif. Koreksi dengan lensa silindris.
25. Apakah yang dimaksud dengan presbiopia dan bagaimana prinsip
penatalaksanaanya?
Presbiopia →gangguan akomodasi pada usia lanjut →proses degeneratif →
akibat kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat→
a. S+1.00D → 40 tahun
b. S+1.50D → 45 tahun
c. S+2.00D → 50 tahun
d. S+2.50D → 55 tahun
e. S+3.00D → 60 tahun
Jarak baca 33 cm → adisi S+3.00D → lensa positif terkuat.

26. Asthenopia adalah kelelahan mata. Pada keadaan ini didapatkan kelaian refraksi
yang tidak dikoreksi dengan betul, presbyopia, anisometropia yang berat,
insifiensi konvergen, paresis otot penggerak mata, penerangan saat membaca
yang kurang baik, dan otot yang tidak seimbang.
Tatalaksana:
a. Koreksi refraktif secara akurat
b. Manipulasi akomodasi
c. Bedah

27. Jelaskan tentang derajat kekeruhan katarak senilis!


a. Katarak insipien → kekeruhan mulai tampak dari tepi ekuator ke korteks
anterior&posterior; vakuol mulai tampak di dalam korteks; menimbulkan
poliopia akibat indeks refraksi tidak sama pada bagian lensa
b. Katarak imatur → sebagian lensa keruh, belum mengenai seluruh lapisan
lensa; volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif; menimbulkan hambatan pupil → glaukoma
sekunder
c. Katarak matur → kekeruhan seluruh masa lensa akibat deposisi ion Ca →
kalsifikasi lensa. Bilik maya depan kedalaman normal; uji bayangan iris
negatif
d. Katarak hipermatur → proses degenerasi lanjut; dapat menjadi keras/lembek
dan mencair; masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul → lensa
mengecil, kuning dan kering. Proses degenerasi lanjut → kapsul tebal dan
korteks degenerasi dan cair → katarak Morgagni.

28. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari teknik operasi katarak ECCE dan
fakoemulsisfikasi!
ECCE Fakoemulsifkasi

Keuntungan a. Dapat insersi IOL PC a. Bilik mata depan selalu


b. Jarang komlikasi terbentuk
vitreous di bilik mata b. Insisi kecil
depan
c. Angka kejadian CME c. Astigmatisme menurun
dan ablasio retina d. Penutupan luka mudah
lebih jarang e. Rehabilitasi tajam
d. Bila terjadi ablasio penglihatan cepat
retina lebih mudah
diatasi dan prognosis
lebih baik
e. Dapat dilakukan pada
penderita umur >40
tahun

Kerugian a. Perlu learning curve a. Instrumen mahal


lebih lama b. Tidak semua
b. 10-50% terjadi mempunyai alat
katarak sekunder fakoemulsifikasi
setelah 3-5 tahun c. Biaya pemeliharaan alat
c. Tidak dapat dilakukan lebih tinggi
pada penderita dengan d. Learning curve lebih
uveitis kronis yang lama.
aktif

29. Sebutkan tanda & gejala klinis dari glaukoma simpleks (POAG) serta
bagaimana tata laksananya!
Tanda→ Trias POAG: peningkatan TIO (24-32 mmHg); perubahan penampakan
diskus optik atau glaucomatous cupping; defek lapang pandang.
Gejala → onset tersembunyi, progresif perlahan, tidak menimbulkan nyeri,
kadang bilateral dapat asimetris. Biasanya terdiagnosis kalau sudah berat karena
tidak memberikan tanda dari luar.
Penatalaksanaan → medikamentosa dengan B adrenergik blocker sebagai lini
pertama pengobatan; pembedahan trabekulektomi; laser trabekuloplasti.

30. Sebutkan tanda dan gejala glaukoma akut beserta penatalaksanaannya.


Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada glaukoma akut adalah mata
merah, penglihatan turun, TIO meningkat, pupil melebar, kornea keruh oleh
edema, nyeri hebat pada mata dan sekitarnya, serta mual sampai muntah.
Pada keadaan akut, tekanan dapat diturunkan terlebih dahulu dengan
pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit, kemudian disusul setiap 1 jam
selama satu hari. Pilokarpin bekerja sebagai miotikum yang dapat membantu
membuka sudut iridokornealis.Asetazolamid dapat diberikan secara per oral
untuk mengurangi produksi aqueous humor.Bila keluhan mual dan muntah
ditemukan, sebaiknya asetazolamid diberikan secara IV. Nyeri hebat dapat
diredakan dengan pemberian morfin sub kutis. Dengan pemberian obat tersebut,
TIO turun dalam 30 menit atau beberapa jam kemudian.
Selanjutnya, diperlukan tindakan pembedahan untuk mencegah serangan
berulang.Tindakan pembedahan dilakukan pada saat TIO telah terkontrol dan
mata tenang.Mata yang tidak mengalami glaukoma juga diberi miotik untuk
mencegah serangan.

31. Sebutkan mekanisme penyebab peningkatan TIO pada glaukoma! Sebutkan


macam-macam obat anti glaukoma beserta cara kerjanya.
Peningkatan TIO pada glaukoma dapat disebabkan oleh bertambahnya
produksi cairan mata oleh badan siliar, atau berkurangnya pengeluaran cairan
mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.
Berikut merupakan beberapa obat anti glaukoma beserta cara kerjanya.
 Lokal
Miotika
Mengecilkan pupil sehingga membantu pengeluaran cairan
(Pilokarpin, Karbakol).
Beta blocker
Menghambat rangsangan simpatis, mengakibatkan penurunan
tekanan bola mata. Obat ini tidak mempengaruhi pupil, sehingga tidak
mengakibatkan gangguan akomodasi (Timolol).
 Sistemik
Penghambat karbonik anhidrase
Menyebabkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata yang
menurunkan tekanan bola mata (Asetazolamid).
Obat hiperosmotik
Mengatur tekanan bola mata dengan mengatur tekanan osmotik
cairan mata (Gliserin, Manitol).

32. Apakah yang disebut dengan hifema dan bagaimana penatalaksanaanya.


Hifema merupakan sel darah yang di dalam bilik mata depan. Hifema
dapat ditemukan pada kasus cedera mata, trauma bedah, diskrasia darah
(hemofilia), serta tumor intrakranial.Pada kasus hifema didapatkan sakit
disertai dengan penurunan penglihatan.
Tatalaksana yang diberikan adalah merawat pasien dalam posisi tidur
dengan kepala ditinggikan 30 derajat, pemberian koagulan, serta penutupan
mata.Asetazolamid dapat diberikan bila ditemukan glaukoma. Parasentesis
bilik mata depan dapat dilakukan bila terdapat tanda imbibisi kornea, glaukoma
sekunder, hifema penuh berwarna hitam, atau setelah 5 hari tidak ditemukan
perbaikan.

33. Jelaskan tentang tata laksana ulkus kornea!


Penatalaksanaan ulkus kornea disesuaikan dengan etiologinya.
a. Ulkus Kornea oleh Bakteri
- Ulkus Streptococcus : menggunakan antibiotik Sefazolin, Basitrasin
dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intravena.
- Ulkus Pseudomonas : menggunakan antibiotik Gentamisin, Tobramisin,
Karbenisilin yang diberikan secara lokal subkonjungtiva serta intravena.
- Ulkus Stafilokokus : menggunakan antibiotik cefazolin (sefalosforin
generasi pertama).
b. Ulkus Kornea oleh Virus
- Virus herpes : menggunakan antiviral Idoxuridine.
c. Ulkus Kornea oleh Jamur : menggunakan antifungal spektrum luas. Apabila
sudah ada hasil kultur menggunakan antifungal spesifik dengan jamurnya.
d. Ulkus Kornea oleh Reaksi Hipersensitivitas
- Ulkus Marginal : pengobatan dengan kortikosteroid topikal akan sembuh
dalam 3-4 hari (bisa rekurens).
- Ulkus Cincin : menggunakan kortikosteroid lokal hasilnya baik.

34. Jelaskan tentang gambaran klinis dan penatalaksanaan dari keratitis Herpes
Simplek (HSV)!
Keratitis yang disebabkan oleh HSV dapat terjadi 2 bentuk: epitelial dan
stromal.
a. Epitelial
Kerusakan sel yang terjadi akibat pembelahan virus di dalam epitel dan
membentuk ulkus kornea superfisial.

b. Stromal
Merupakan reaksi imunologik. Antigen (HSV) dan antibodi (pasien)
bereaksi di stroma kornea, dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya,
sel mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus, namun juga
merusak jaringan stromal.
Gejala Klinis Pasien :
- Nyeri
- Fotofobia
- Pandangan kabur
- Mata merah
- Keluar airmata
Tatalaksana :
- IDU (idoxuridine), merupakan antiviral yang menghambat sintesis DNA
virus dan manusia (toksik untuk epitel normal) sehingga tidak boleh
diberikan >2 minggu. Sediaan : larutan 1% diberikan tiap 1 jam; salep
0,5% diberikan tiap 4 jam.
- TFT (Trifluorotimin) 1% diberikan tiap 4 jam.
- Acyclovir salep 3% diberikan tiap 4 jam.
35. Jelaskan macam-macam trauma kimia pada mata dan bagaimana
penatalaksanaannya!
a. Trauma Asam
Bahan asam anorganik, organik (asetat, forniat), dan organik anhidrat
(asetat). Bila bahan asam mengenai mata akan terjadi
pengendapan/penggumpalan protein permukaan dan menyebabkan
kerusakan sel.
Tatalaksana : irigasi secepat mungkin dengan NaCl atau aquades selama 15-
30 menit. Untuk menetralkan pH diberikan natrium bikarbonat 3%.
Prognosis baik dan tidak begitu mengganggu tajam penglihatan.
b. Trauma Basa atau Alkali
Trauma alkali pada mata merupakan kondisi sangat gawat karena alkali
dengan cepat menembus kornea, bilik mata dan sampai ke retina.
Sedangakan trauma basa dapat menyebabkan penghancuran jaringan kolagen
kornea, menyebabkan lisis sel dan nekrosis jaringan. Trauma basa dan alkali
dapat mengakibatkan kebutaan.
Tatalaksana : irigasi menggunakan NaCl 60 menit, kemudian diberikan
sikloplegia dan antibiotik. Setelah satu minggu trauma diberikan EDTA
untuk mengikat basa.

36. Sebutkan perbedaan antara pterigium dan pseudopterigium.


Pterigium Pseudopterigium
Bentuk Pertumbuhan fibrovaskularPerlekatan konjungtiva
konjungtiva bersifatdengan kornea yang cacat,
degeneratif dan invasif ditemukan pada proses
penyembuhan
Letak Celah kelopak mata bagianDaerah konjungtiva terdekat
nasal atau temporaldengan kornea, tidak harus
konjungtiva, meluas kepada celah kelopak atau fisura
kornea berbentuk segitigapalpebra
dengan puncak bagian sentral
atau tengah kornea
Sonde Tidak dapat dilakukan Dapat dilakukan
Kerusakan permukaanTidak ada Ada
kornea sebelumnya

37. Jelaskan tentang gambaran klinis dan penatalaksanaan dari Herpes Zoster
Ophtalmica (HZO)!
Virus Herpes Zoster dapat menginfeksi ganglion gasseri nervus trigeminus. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik akan terlihat gejala-gejala herpes zoster
pada mata.
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena an
badan berasa hangat. Penglihatan berkurang dan merah. Pada kelopak akan
terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea, vesikel akan tersebar sesuai dengan
dermatom yang dipersarafi nervus trigeminus yang dapat progresif dengan
terbentuknya jaringan parut. Daerah yang terkena tidak melewati garis meridian.
Pengobatan tidak spesifik dan hanya simptomatik, menggunakan acyclovir dan
pada usia lanjut dapat diberikan steroid.

38. Sebutkan gambaran klinis, diagnosis banding, dan penatalaksanaan kasus


episkleritis!
Episklera merupakan lapisan paling luar dari sklera.Peradangan pada
episklera dinamakan episkleritis. Gejala klinis pada pasien penderita episkleritis
antara lain speerti mata merah, nyeri ringan yang hilang timbul, dan keluhan silau
(fotofobia) ringan. Gambaran klinis yang dapat ditemukan antara lain hiperemi
lokal episkleritis, kongesti pembuluh darah pada episkleritis, mata tidak berair dan
tidak ditemukan gangguan penglihatan atau penurunan visus.
Diagnosis banding dari episkliritis adalah skleritis, yakni inflamasi yang
mengenai sklera. Skleritis menunjukkan gejala lebih parah daripada episkleritis :
nyeri yang lebih hebat, mata merah berair, dan visus dapat pula menurun.
Episkleritis difusa yang luas, memiliki gambaran klinis yang hampir sama dengan
konjugtivitis. Penatalaksanaan yang diberukan berupa terapi tetes mata
kortikosteroid dengan tujuan menghentikan proses peradangan pada episklera.

39. Sebutkan tanda, gejala, dan tata laksana kasus uveitis anterior!
Gejala klinis uveitis anterior (iridosiklitis) berupa sakit mata, sakit kepala,
fotofobia, dan hiperlakrimasi. Sakit nyeri terbatas di daerah periorbita dan mata,
bertambah nyeri apabila dihadapkan pada cahaya an tekanan disertai derajat
fotofobia yang bervariasi. Temuan klinis pada kasus uveitis anterior antara lain
seperti terdapat injeksi siliar, presipitat keratik, sinekia posterior mungkin dapat
terjadi apabila terdapat endapan fibrin pada pupil.
Prinsip penatalaksanaan uveitis anterior adalah menghentikan proses
inflamasi, membuka pupil, dan menghilangkan agen penyebabnya. Tetes mata
steroid empat hingga enam kali sehari dapat diberikan untuk menghentikan
inflamasi, serta pemberian midriatikum berupa sulfas atropine 1% atau yang lebih
kuat demi membuka pupil. Pemberian midriatikum memperhatikan faktor lain
kontraindikasi, seperti pada pasien suspek glaucoma, sementara antimikroba dapat
diberikan apabila agen penyebab infeksi telah diketahui.

40. Sebutkan tanda, gejala, dan tata laksana dari buta senja (xeroftalmia)!
Gejala klinis yang muncul pada penderita xerophtalmia yaitu berupa
hemeralopia (penurunan kemampuan penglihatan pada senja hari atau pada ruang
kurang cahaya akibat gangguan pada sel batang retina).Xerophtalmia disebabkan
oleh defisiensi vitamin A pada anak-anak, sehingga umumnya penderita
xerophtalmia merupakan anak-anak dengan gizi kurang.Tanda klinis yang dapat
ditemukan pada penderita xeroftalmia berupa xerosis konjugtiva, bintik bitot, dan
keratomalasia. Penatalaksanaan pada pasien xeroftalmia berupa pemberian vitamin
A sebanyak 50.000 hingga 75.000 IU/KgBB yang tidak melebihi (dosis maksimal)
400.000 IU, diberikan 100.000 IU tiap minggu selama empat minggu dengan
memperhatikan gejala hispervitaminosis A.

41. Apakah yang disebut dengan trikiasis, entropion, dan ektropion?


Entropion merupakan kelainan pada kelopak mata karena posisi margo
palpebra mengarah kedalam bola mata, sedangkan ektropion merupakan kelainan
kelompak mata karena posisi margo palpebramengarah keluar disebabkan relaksasi
otot orbicular. Pelipatan palpebra kearah dalam pada entropion menyebabkan bulu
mata selalu menyentuh bola mata, keadaan demikian disebut sebgai trikiasis.
42. Apakah yang disebut dengan ptosis dan lagoftalmos?
Ptosis
Ptosis adalah keadaan dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau
terbuka sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan
keadaan normal.
Ptosis disebabkan oleh penurunan fungsi m. levator palpebral akibat
kelumpuhan nervus okulomotorius, atau jaringan penyokon bola mata yang tidak
sempurna sehingga bola mata tertarik ke belakang. Ptosis disebabkan oleh kelainan
congenital yaitu congenital, miogenik, dan neurogenic
Ptosis dapat menyebabkan ambiliopia atau anopsia, karena itu perlu
ditatalaksana dengan memperbaiki fungsi otot levator palpebral dengan
memperpendek levator palpebral hingga tarsus terangkat.
Lagoftalmos
Keadaan dimana kelopak mata tidak dapat menutup bola mata dengan
sempurna.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh:
- jaringan parut dan sikatrik yang menarik kelopak
- ektropion
- paralisis orbicularis okuli
- eksoftalmos goiter
- tumor retrobulbar
- koma, oleh karena tidak adanya reflex mengedip
- lagoftalmos parsial dapat disebabkan oleh hysteria, lelah, atau pada anak
sehat

43. Apakah yang disebut dengan eviscerasi, enuklueasi, dan eksenterasi!


Eviserasi adalah tindakan mengeluarkan seluruh isi bola mata seperti kornea,
lensa, vitreus, retina, dan koroid, serta limbus dijahit kembali dengan meninggalkan
sklera secara utuh, nervus optic, dan otot ekstraorbita.
Enukleasi
adalah tindakan mengeluarkan seluruh bola mata dengan memotong dan melepas
jaringan yang mengikatnya di dalam rongga mata.

Eksentrasi adalah tindakan radikal dengan mengeluarkan seluruh isi orbita


sampai jaringan periosteum.
44. Sebutkan diagnosis banding leukokoria pada anak!
Leukokoria adalah pupil berwarna atau menampilkan reflex putih.
Differential diagnosis pada leukokoria:
- Katarak kongenital
- Fibroplasia retrolental pada bayi premature yang mendapat O2 konsentrasi tinggi
- Retinoblastoma
- Perdarahan badan kaca yang sudah diorganisasi
- Abses badan kaca

45. Sebutkan tanda dan gejala optic neuritis!


Tanda pada Neuritis Optik:
- Papilitis, peradangan pada saraf optic yang terlihat dengan funduskopi
- Neuritis retrobulbar, radang saraf optic yang terletak di belakang bola
mata dan tidak menunjukkan kelainan
- Tanda uhtoff, penurunan visus setelah olahraga atau peningkatan suhu
tubuh
- Defek pupil aferen relative (marcus gunn pupil)
- Sel di dalam badan kaca
- Edem papil dengan perdarahan lidah api
Gejala pada Neuritis Optik:
- Penurunan tajam penglihatan yang berlangsung mendadak dan bersifat
intermitten
- Nyeri pada rongga orbita terutama pada pergerakan bola mata
- Penglihatan warna yang terganggu
- Gangguan lapang pandang sentral / sekosentral

46. Ablatio retina adalah keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari
sel epitel pigmen retina yang melekat erat pada koroid. Sesungguhnya sel
kerucut dan sel batang retina tidak ada perlekatan structural dengan koroid/
pigmen epitel sehingga mudah lepas secara embriologi. Terdapat 3 jenis ablatio
retina:
a. Ablatio retina regmatogenosa
Terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina
oleh badan kaca cair yang masuk melalui robekan ke rongga subretina
sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Gejala yang dialami adalah
1) Fotopsia
2) Floaters
3) Defek lapang pandang
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Terdapat relative afferent pupillary defect yang muncul pada mata
dengan abaltio retina ekstensif.
2) Tekanan intraokuler lebih rendah 5 mmHg daripada mata yang tidak
mengalami ablatio.
3) Iritis ringan
4) Gambaran tobacco dust
5) Robekan retina nampak seperti diskontinuitas dari permukaan retina
berwarna kemerahan pada funduskopi.
6) Kelainan pada retina sesuai dengan lamanya ablatio retina yang terjadi.
b. Ablatio retina eksudatif
Terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.
Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh
darah retina dan koroid (ekstravasasi).Hal ini disebabkan karena penyakit
koroid. Gejala yang dialami adalah:
1) Penglihatan menurun seperti tertutup tirai
2) Floaters
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Penurunan tajam penglihatan
2) Gambaran konfigurasi ablatio yang konveks dengan permukaan licin
3) Gambaran shifting fluid sesuai gaya gravitasi.
c. Ablatio retina traksi
Lepasnya jaringan retina karena tarikan jaringan parut pada badan kaca.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan karena
diabetes mellitus proliferative, trauma, dan pendarahan badan kaca akibat
bedah atau infeksi. Gejala yang dialami adalah:
1) Mata tenang dengan penglihatan menurun
2) Terdapat fotopsia atau floaters
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Penurunan tajam penglihatan
2) Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan:
a) Konfigurasi konkaf dari ablastio retina
b) Tidak ditemukan shifting fluid
c) Elevasi retina yang paling tinggi terjadi pada tempat traksi
vitreoretina
d) Bila terdapat robekan, akan muncul gambaran khas ablatio retina
regmatogenosa dan penyakit akan memiliki progresivitas yang lebih
cepat.

47. Kriteria bayi yang perlu dilakukan screening ROP:


a. Usia kehamilan ≤ 32 minggu atau berat bayi lahir ≤ 1500 gram
b. Neonatus dengan usia kehamilan >32 minggu atau berat bayi lahir 1500-
2000 gram yang membutuhkan suplementasi oksigen lebih dari seminggu
c. Neonatus dengan faktor resiko seperti pemakaian oksigen > 28 hari, sepsis,
transfuse darah berulang, sindrom gawat nafas, dan kelahiran kembar.

48. Papil edema adalah keadaan di mana terjadi pembengkakan diskus optikus
karena meningkatnya tekanan intrakranial. Rongga subarachnoid terhubung
dengan membran nervus opticus. Apabila tekanan cerebrospinal meningkat, ia
akan mendesak membran nervus opticus sehingga terjadi papil edema.
Gambaran klinis yang ditemukan adalah:
a. Sakit kepala
b. Mual dan muntah
c. Tinitus pulsatil
d. Gangguan penglihatan
e. Pada pemeriksaan fundus (early) didapatkan hiperemis diskus, pendarahan
sedikit dari serabut saraf, dan pulsasi vena spontan terlihat jika tekanan
intrakranial lebih dari 200 mmHg
f. Pada tahap yang lebih lama terdapat pembengkakan serabut saraf,
pendarahan retina sensori peripapiler nampak.

49. Kriteria bayi yang perlu dilakukan screening ROP:


a. Usia kehamilan ≤ 32 minggu atau berat bayi lahir ≤ 1500 gram
b. Neonatus dengan usia kehamilan >32 minggu atau berat bayi lahir 1500-
2000 gram yang membutuhkan suplementasi oksigen lebih dari seminggu
c. Neonatus dengan faktor resiko seperti pemakaian oksigen > 28 hari, sepsis,
transfuse darah berulang, sindrom gawat nafas, dan kelahiran kembar.
SUPLEMEN MATERI MATA

ALIRAN HUMOR AQUOS


Procesus ciliaris --> camera oculi posterior --> pupil --> camera oculi
anterior --> sudut bilik mata depan (trabekulum) --> canal schlemm -->
keluar

Badan siliar memproduksi humor aquos --> bilik mata belakang --> mengalir lewat
pupil --> masuk bilik mata depan --> keluar melewati anyaman trabekula --> kanalis
schlemm --> vena episklera
Pembuangan lewat pembuluh darah m. siliar --> rongga suprasiliar/suprakoroid -->
pori-pori sklera --> vena vortex

GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP/AKUT


Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada glaukoma akut adalah mata
merah, penglihatan turun, TIO meningkat, pupil melebar, kornea keruh oleh
edema, nyeri hebat pada mata dan sekitarnya, serta mual sampai muntah.
Pada keadaan akut, tekanan dapat diturunkan terlebih dahulu dengan pilokarpin
2% setiap menit selama 5 menit, kemudian disusul setiap 1 jam selama satu hari.
Pilokarpin bekerja sebagai miotikum yang dapat membantu membuka sudut
iridokornealis.Asetazolamid dapat diberikan secara per oral untuk mengurangi
produksi aqueous humor.Bila keluhan mual dan muntah ditemukan, sebaiknya
asetazolamid diberikan secara IV. Nyeri hebat dapat diredakan dengan pemberian
morfin sub kutis. Dengan pemberian obat tersebut, TIO turun dalam 30 menit atau
beberapa jam kemudian.
Selanjutnya, diperlukan tindakan pembedahan untuk mencegah serangan
berulang.Tindakan pembedahan dilakukan pada saat TIO telah terkontrol dan mata
tenang.Mata yang tidak mengalami glaukoma juga diberi miotik untuk mencegah
serangan.
Trias nya glaukoma akut: mata merah, pupil dilatasi, palpasi TIO keras seperti
batu.

GLAUKOMA SUDUT TERBUKA/GLAUKOMA SIMPLEKS


Tanda→ Trias POAG: peningkatan TIO (24-32 mmHg); perubahan penampakan
diskus optik atau glaucomatous cupping; defek lapang pandang.
Gejala → onset tersembunyi, progresif perlahan, tidak menimbulkan nyeri, kadang
bilateral dapat asimetris. Biasanya terdiagnosis kalau sudah berat karena tidak
memberikan tanda dari luar.
Penatalaksanaan → medikamentosa dengan B adrenergik blocker sebagai lini
pertama pengobatan; pembedahan trabekulektomi; laser trabekuloplasti.
Gejala yg sering dikeluhkan: mata cepat lelah kalo baca, sering ganti kaca mata,
nabrak kanan kiri, halo vision, ngganjel.

GLAUKOMA SEKUNDER (AKIBAT LENSA)


Glaukoma fakomorfik: pada katarak imatur, proses hidrasi --> lensa mencembung -->
sudut mata menyempit --> humor aquos gk bsa ke CoA -->TIO naik (pupillary block)
Glaukoma fakolitik: katarak hipermatur --> lensa lisis --> menutupi trabekulum
meshwork --> TIO meningkat

GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma yang terjadi pada bayi akibat kndisi primer berupa kelainan pada
pertumbuhan/pembentukan sudut bilik mata depan.
Bersifat bilateral
Trias tanda dini: epifora, fotofobia, blefarospasme
Tanda+gejala: tio meningkat pada bayi >21mmhg, sklera mengembang, bola mata
membesar (hidroftalmos, buphthalmos)
Epitel kornea meregang
Edema kornea: kornea suram
Membrana descemet robek

PEMERIKSAAN NEURO OFTALMOLOGI PADA DOKTER UMUM


Konfrontasi test
Visus
Lintasan visual
Buta warna akuisita
Berkurangnya kecerahan pada reflek pupil
Gerakan bola mata
Sensibilitas kornea

OFTALMOSKOP DIREK DAN INDIREK


Oftalmoskop direk: menggunakan oftalmoskop biasa nya itu (1 mata). Bisa untuk
melihat dari perifer sampai ekuator, tidak stereoskopis, bayangan yang dihasilkan tegak,
tidak terbalik, pembesaran bisa hingga 15x.
Oftalmoskop indirek: Menggunakan oftalmoskop, ditambah sejenis alat yang di slit
lamp itu. Jadi ini pakai 2 mata, bisa untuk melihat hingga ora serata, bayangan yang
dihasilkan terbalik, diperkecil.Ada efek stereoskopis nya, pembesaran biasanya 2-4 kali.
Jadi yang dibedakan dari 2 cara di atas adalah: bayangan terbentuk, lapang pandang,
efek stereoskopis, pembesarannya, pemakaian 1 mata/ 2 mata.

COVER UNCOVER TEST


Merupakan salah satu test pada strabismus untuk mendeteksi adanya strabismus
manifes, dan untuk membedakan trophia dan phoria.
Trophia tampak penyimpangan sumbu bola mata nyata dengan kedua bola mata tidak
ditutup (uncovered)
Phoria/deviasi laten, hanya tampak ketika pandangan mata binokuler rusak/broken di
mana kedua mata tidak lagi melihat objek yang sama.

HORDEOLUM
Hordeolum ialah suatu infeksi supuratif (akut) kelenjar kelopak mata yang umumnya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus pada kelenjar palpebra. Pembentukan
nanah terdapat dalam lumen kelenjar. Biasa mengenai kelenjar meibom, ziess dan
moll. Hordeolum terbagi atas hordeolum eksternum dan Hordeolum internum.
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial
(Zeis atau Moll) dan penonjolan hordeolum mengarah ke kulit palpebra. Hordeolum
interna dimana infeksi  terjadi pada kelenjar Meibom, dimana penonjolan hordeolum ini
mengarah ke kulit kelopak mata atau ke arah konjungtiva.
Gejala klinis: Lunak
Benjolan pada kelopak mata atas atau Gatal
bawah Mata berair
Nyeri Rasa kelilipan
Kemerahan Berkedip tidak enak

DACRIOSISTITIS
- Peradangan di saccus lacrimalis yang disebabkan oleh obstruksi duktus nasolacrimalis
- Stenosis saccus lacrimalis --> retensi air mata --> infeksi
Gejala: hangat, bengkak (di pinggir, arah nasal), sakit di daerah saccus lacrimalis,
malaise, demam, bisa jadi fistula kalau pecah.
Treatment: Local dan sistemik AB, Bedah (dacriosistorhinotomi)
DACRIOADENITIS
Dibagi menjadi 2, acute dacrioadenitis dan chronic dacrioadenitis
Acute dacrioadenitis
Inflamasi akut pada kelenjar lakrimalis yang ditandai dengan peradangan yang cukup
berat dan tenderness palpation.
Etiologi: pneumococcus, staphylococcus, jarang pada streptococcus
Gejala: hiperemis, nyeri unilateral, bengkak pada 1/3 luar kelopak mata atas, sering
disertai dengan discharge dan epifora.
Dd: kalazion, preseptal cellulitis, orbita cellulitis, hordeolum interna
Treatment: biasanya sembuh sendiri 8-10 hari, bisa juga diatasi underlying disease nya,
bsa dengan antibiotik topikal juga
Chronic dacrioadenitis
Inflamasi kronis, biasanya terjadi pada acute dacrioadenitis yang tidak sembuh
sempurna
Gejala: biasanya tidak nyeri, S-curve fissura palpebra.
Treatment: biasanya dengan pembedahan, dacriorsistorhinotomi

BEDA HORDEOLUM DAN KALAZION


Hordeolum Kalazion
Definisi Peradangan supuratif akut Peradangan granulomatosa
kelenjar air mata, externa:kronik non infektif pada
zeis, moll kelenjar meibom, infeksi
Interna: meibom ringan
Etiologi Infeksi stafilokokus Proliferasi dan reaksi
granulomatosa dari
dinding kelenjar
Gejala -Benjolan hiperemis -Benjolan lunak hingga
-Nyeri tekan (+), terutama keras
jika menunduk -Hiperemi (-)
-Pseudoptosis (+) - nyeri tekan (-)
- pseudoptosis (+)
Terapi -antibiotik topikal, oral -Insisi/ekokleasi kalazion
- kompres hangat - AB lokal/sistemik
-higienitas (konservatif)
-kompres hangat
(konservatif)
KONJUNGTIVITIS, PERBEDAAN SECARA UMUM BERDASARKAN
PENYEBABNYA.
PERBEDAAN KONJUNGTIVITIS DENGAN KERATITIS
Konjungtivitis Keratitis
Visus Normal Tergantung letak infiltrat
Hiperemi Konjungtiva perikornea
Epifora, - +
fotofobia
Sekret banyak -
Terapi Anti infeksi / anti alergi Simptomatik (siklopegik), kausatif,
bebat mata
Komplikasi Keratitis epitelial, ulkus Abses kornea, ulkus kornea, uveitis
kornea anterior, endoftalmitis
kornea jernnih Bercak infiltrat

SKLERITIS
Inflamasi sklera yang difus atau terlokalisir, dibagi jadi 2: anterior dan posterior
Gejala klinis:
Nyeri hebat (bisa menjalar ke dahi, alis, dagu)
Mata merah, berair, fotofobia, nodul tidak bsa digerakkan
Visus menurun
Konjungtiva kemotik dan nyeri
Tidak ada sekret
Terapi:
Anterior non necrotizing tanpa inflamasi --> AINS topikal atau sitemik
Anterior necrotizing dengan inflamasi --> AINS sistemik
Anterior necrotizing tanpa inflamasi --> graft
Posterior --> AINS sistemik

EPISKLERITIS
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara konjungtiva dan
permukaan sklera.Umumnya inflamasi bersifat granular dan unilateral.
Gejala klinis:
Tidak ada sekret, tidak berair
Mata terasa kering, sakit ringan, perasaan mengganjal
Konjungtiva kemotik
Terapi:
Umumnya sembuh spontan, bila gejala memberat, bisa diberikan steroid topikal

ULKUS KORNEA
Gejala klinis:
Nyeri akut pada mata, fotofobia, injeksi kornea, penurunan visus, blefarospasme,
infiltrat (+), jaringan nekrotik (+)
Penatalaksanaan ulkus kornea disesuaikan dengan etiologinya.
e. Ulkus Kornea oleh Bakteri
- Ulkus Streptococcus : menggunakan antibiotik Sefazolin, Basitrasin
dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intravena.
- Ulkus Pseudomonas : menggunakan antibiotik Gentamisin, Tobramisin,
Karbenisilin yang diberikan secara lokal subkonjungtiva serta intravena.
- Ulkus Stafilokokus : menggunakan antibiotik cefazolin (sefalosforin
generasi pertama).
f. Ulkus Kornea oleh Virus
- Virus herpes : menggunakan antiviral Idoxuridine.
g. Ulkus Kornea oleh Jamur : menggunakan antifungal spektrum luas. Apabila
sudah ada hasil kultur menggunakan antifungal spesifik dengan jamurnya.
h. Ulkus Kornea oleh Reaksi Hipersensitivitas
- Ulkus Marginal : pengobatan dengan kortikosteroid topikal akan sembuh
dalam 3-4 hari (bisa rekurens).
- Ulkus Cincin : menggunakan kortikosteroid lokal hasilnya baik.

KERATITIS
Trias keratitis: fotofobia, epifora, blefaro spasme
Terapi: sesuai kausa, siklopegik, bebat mata

UVEITIS ANTERIOR
Gejala klinis uveitis anterior (iridosiklitis) berupa sakit mata, sakit kepala,
fotofobia, dan hiperlakrimasi. Sakit nyeri terbatas di daerah periorbita dan mata,
bertambah nyeri apabila dihadapkan pada cahaya an tekanan disertai derajat
fotofobia yang bervariasi. Temuan klinis pada kasus uveitis anterior antara lain
seperti terdapat injeksi siliar, presipitat keratik, sinekia posterior mungkin dapat
terjadi apabila terdapat endapan fibrin pada pupil.

Prinsip penatalaksanaan uveitis anterior adalah menghentikan proses


inflamasi, membuka pupil, dan menghilangkan agen penyebabnya. Tetes mata
steroid empat hingga enam kali sehari dapat diberikan untuk menghentikan
inflamasi, serta pemberian midriatikum berupa sulfas atropine 1% atau yang lebih
kuat demi membuka pupil. Pemberian midriatikum memperhatikan faktor lain
kontraindikasi, seperti pada pasien suspek glaucoma, sementara antimikroba dapat
diberikan apabila agen penyebab infeksi telah diketahui.

UVEITIS POSTERIOR
Penyebab: hipersensitivitas, infeksi
Gejala: tidak nyeri, gangguan bercak di lapang pandang yang makin banyak, visus
menurun, mata tidak merah, disertai fotopsia (liat kilatan cahaya)
Terapi: siklopegik, salep mata kortikosteroid, injeksi kortikosterod, oral kortikosteroid

STADIUM PADA KATARAK SENILIS


Gejala Insipien Imatur/ Intumesen Matur Hipermatur/
Katarak Morgagni

Visus 5/5 dengan koreksi s.d 1/60 1/300 – 1/~ 1/~

Kekeruhan Perifer ke sentral. >> kapsula Penuh merata Korteks mencair/


lensa Seperti jeruji roda posterior lensa mengkerut

Iris shadow - + - -

Fundus + + - -
refleks
Tetapi lebih suram

Iris Normal terdorong normal Tremularis


Komplikasi Glaucoma Glaucoma Glaucoma
fakomorfik fakomorfik fakolitik, uveitis
fakotoksik

KOMPLIKASI KATARAK
Ambliopia, strabismus, glaukoma

KOMPLIKASI POST OP KATARAK


Inflamasi, pandangan berawan,perdarahan di dalam mata, bengkak dan kemerahan di
mata, retinal detachment

JENIS-JENIS OPERASI KATARAK (4)


Indikasi operasi katarak:
1. visus menurun: gangguan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari
2. diagnosis
3. medis: komplikasi glaucoma sekunder
4. kosmetik
5. sosial: rumah sangat jauh, tinggal sendiri.
Jenis operasi nya:
ICCE (intracapsular cataract extraction): merupakan tindakan pembedahan pada lensa
katarak, di mana lensa diambil intoto, seluruh kapsul diambil melalui limbus superior
(ekstraksi nucleus secara keseluruhan)
ECCE (extra capsular cataract extraction): tindakan pembedahan pada lensa katarak di
mana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah dan merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan, dan
meninggalkan kapsul posterior tetap utuh.
SICS (small incision cataract surgery): Teknik operasi katarak menggunakan insisi kecil
secara manual
Phacoemulsifikasi: ekstraksi nukleus dengan menggunakan getaran ultrasonik ujung tip
phaco dengan meninggalkan kapsul posterior tetap utuh.
KATARAK KONGENITAL
Kekeruhan pada saat lensa terbentuk yang terjadi pada bayi <3 bulan/sebelum lahir
dengan lensa belum pernah mencapai keadaan normal.
Etiologi: idiopatik, infeksi intra uterine (TORCH), genetik down syndrome
Menurut bentuknya:
Katarak polaris anterior, polaris posterior, zonularis, membranasea, totalis
Gejala: leukokoria

STAGE ROP (RETINOPATI OF PREMATURITY)


Proses kelainan kompleks disebabkan ketidakmatangan pembentukan vaskularisasi
retina, di bayi-bayi prematur
Stage:
I: garis demarkasi antara vascularized and non vascularized retina
II: garis demarkasi dengan tinggi, volume, luas (ridge)
III: ridge dengan proliferasi jaringan fibrovaskuler extraretina (ringan, sedang, berat,
ditentukan jumlah jaringan proliferatif)
IV: retinal detachment sub totall
IVA: extrafoveal retinal detachment
IV B: foveal retinal detachment
V: retinal detachment total dengan tunnel

LEUKOKORIA
Leukokoria adalah pupil berwarna atau menampilkan reflex putih.

Differential diagnosis pada leukokoria:

- Katarak kongenital
- Fibroplasia retrolental pada bayi premature yang mendapat O2 konsentrasi tinggi
- Retinoblastoma
- Perdarahan badan kaca yang sudah diorganisasi
- Abses badan kaca

AMBLIOPIA
Penurunan tajam penglihatan tanpa ditemukan kelainan organik secara oftalmoskopik,
maupun kelainan pada jalur visual aferen yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata
Diagnosis biasana kebetulan, karena pasien tidak menyadari
Penyebab nya: anisometropia, juling, oklusi, katarak
Dasar terapi: koreksi kelainan refraksidengan memaksa mata amblio untuk melihat,
sementara mata yang lain diistirahatkan

PATOFISIOLOGI PAPIL EDEMA


Keadaan di mana terjadi pembengkakan diskus optikus karena tekanan intra kranial
meningkat.Rongga subarachnoid berhubungan dengan membran nervus opticus. Ketika
tekanan intra kranial meningkat --> mendesak membran nervus opticus --> papil edema
Gejala:
g. Sakit kepala
h. Mual dan muntah
i. Tinitus pulsatil
j. Gangguan penglihatan
k. Pada pemeriksaan fundus (early) didapatkan hiperemis diskus, pendarahan
sedikit dari serabut saraf, dan pulsasi vena spontan terlihat jika tekanan
intrakranial lebih dari 200 mmHg
l. Pada tahap yang lebih lama terdapat pembengkakan serabut saraf,
pendarahan retina sensori peripapiler nampak.

PATOFISIOLOGI RETINOPATI DM
Perubahan patologis vaskuler yaitu gangguan mikrovaskuler akibat hiperglikemia
kronis sehingga terjadi kelainan di retina.
Hiperglikemia --> mikroangiopati perifer --> merusak endotel
Pembuluh darah (gangguan sirkulasi, hipoksia, inflamasi --> ekspresi faktor angiogenik
--> neovaskuler --> vaskuler baru memiliki kelemahan pada membrana basalis,
defisiensi taut kedap antarsel endotel --> jumlah perisit menurun --> kebocoran protein
plasma dan perdarahan di dalam retina dan vitreous.

OFTALMOPLEGY
Kelemahan/kelumpuhan otot ekstraorbita yang disebabkan oleh kelainan di otot atau
kelainan jaras yang menginervasi otot ekstra okuler.
Penyebab tersering: miopati mitokondria
Ciri: progress lambat, bilateral simetris, progresif ptosis
Penyakit penyebab: KSS, okulofaringeal distrofi

OFTALMIA SYMPHATICA
Inflamasi di traktus uvea bilateral, biasanya karena iritasi pada 1 mata.
Etiologi: trauma perforasi mata, bedah intraokuler
Gejala: gangguan akomodasi, fotofobia, nyeri, tanda radang uveitis anterior/posterior
Biasanya mata yang sakit di enukleasi, dan diberikan kortikosteroid dosis tinggi

CRVO (CENTRAL RETINA VENOUS OCLUTION)


Salah satu klasifikasi dari RVO di mana terjadi oklusi/tersumbatnya vena central di
retina.Penyebab DM, HT, arterisklerosis yang menyebabkan perubahan vaskuler
perifer.Tanda khas dari kelainan ini adalah dilatasi vena yang berkelok kelok, yang
tampak pada funduskopi. Gambaran khas CRVO:
Funduskopi: perdarahan blot/dot hemorrhage, cotton wol spot, edema makula, edema
diskus optikus
Gejala yang tampak: visus menurun tajam secara mendadak, dapat memburuk sampai
hanya dapat melihat cahaya.

CENTRAL SEROUS RETINOPATHY (CSR)


Merupakan kelainan makula retina di mana terdapat pengumpulan bahan dan cairan,
akibat adanya kebocoran lapisan epitel pigmen yang menyebabkan pandangan
terganggu

Gejala: mata kabur untuk melihat jauh/dekat


Mata kabur utuk melihat jarak dekat
Melihat benda jadi lebih kecil
Melihat suatu bayangan gelap berbentuk bulat/lonjong di lapang pandang

HERPES ZOSTER OPHTHALMICA


Virus Herpes Zoster dapat menginfeksi ganglion gasseri nervus trigeminus. Bila yang
terkena ganglion cabang oftalmik akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata.
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena an badan
berasa hangat. Penglihatan berkurang dan merah. Pada kelopak akan terlihat vesikel dan
infiltrat pada kornea, vesikel akan tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi
nervus trigeminus yang dapat progresif dengan terbentuknya jaringan parut. Daerah
yang terkena tidak melewati garis meridian. Pengobatan tidak spesifik dan hanya
simptomatik, menggunakan acyclovir dan pada usia lanjut dapat diberikan steroid.

KERATITIS HERPES SIMPLEKS


Keratitis yang disebabkan oleh HSV dapat terjadi 2 bentuk: epitelial dan
stromal.
c. Epitelial
Kerusakan sel yang terjadi akibat pembelahan virus di dalam epitel dan
membentuk ulkus kornea superfisial.
d. Stromal
Merupakan reaksi imunologik. Antigen (HSV) dan antibodi (pasien)
bereaksi di stroma kornea, dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya,
sel mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus, namun juga
merusak jaringan stromal.
Gejala Klinis Pasien :
- Nyeri
- Fotofobia
- Pandangan kabur
- Mata merah
- Keluar airmata
Tatalaksana :

- IDU (idoxuridine), merupakan antiviral yang menghambat sintesis DNA


virus dan manusia (toksik untuk epitel normal) sehingga tidak boleh
diberikan >2 minggu. Sediaan : larutan 1% diberikan tiap 1 jam; salep
0,5% diberikan tiap 4 jam.
- TFT (Trifluorotimin) 1% diberikan tiap 4 jam.
- Acyclovir salep 3% diberikan tiap 4 jam.

NEURITIS OPTIK
Inflamasi nervus opticus, bisa terjadi di dalam bola mata atau belakangnya
Penyebab:
Papillitis:
Proses inflamasi --> malaria, sifilis
Kelainan autoimun --> SLE
Toxic damage
Retrobulbar optic neuritis:
Penyakit demylenisasi nervus central, misal encefalitis
Gejala subjektif:
Visus mendadak menurun, skotoma sentral, Rasa sakit di belakang bola mata, lebih-2
bila bola mata digerakkan/ ditekan, Kadang-2 disertai/ sesudah demam pada anak
Gejala objektif:
Biasanya 1 mata, usia muda
Nyeri periokuler/ di belakang mata, lebih-2 bila bola mata digerakkan/ ditekan. Nyeri
terjadi pada 80% kasus.
Pupil marcus gunn

AAION
Iskemia akut pada saraf optik bagian depan.
Etiologi: trombus emboli, hiperkoagulasi, HT, arterosklerosis, mata tidak bermasalah.
Gejala subjektif:
Sebagian lapang pandang hilang mendadak dengan visus normal / kurang (6/6 – 1/~),
Sering Terjadi Pada Saat Bangun Tidur, Pengaruh Nokturnal Hipotensi.
Arteritis didahului demam dan sakit kepala hebat
Amauroganix fungax
Skotoma
Gejala objektif:
Pupil Marcus Gunn
Oedema Papil Yang Iskemik Sektoral, Penyakit Horton (Arteritis) 
Edema Menyeluruh,
Perdarahan Peripilair,
Tidak Pernah Ada Eksudat,
Menyerang 1 Mata, Setelah Bbrp Hari / Tahun Dapat Keduanya

NEURITIS OPTIC TOXIC


Sindroma yang ditandai kerusakan papilo makular bundle pada saraf n. opticus,
skotoma sentra, dan penglihatan warna melemah. Visus turun mendadak salah satu
tanda gejala sindroma ini. Penyebab yang mendasari adalah keracunan dari beberapa
agen penyebab seperti:
Etambutol, alkohol, tembakau
Terapi: mengilangkan agen penyebab dari tubuh, stop obat, hemodialisis (sistemik),
antidotum, bilas lambung jika onset baru

Sumber
Ilyas Sidarta (2003). Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbitan FKUI : Jakarta.
Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, et al.
(2010). Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta : Sagung Seto.
Etc.

Anda mungkin juga menyukai