Ir Suplemen Mata Updated Februari 2018
Ir Suplemen Mata Updated Februari 2018
Ir Suplemen Mata Updated Februari 2018
Perhatian
Tetep gk bsa menggantikan fungsi textbook, kuliah staff terbaru, maupun penjelasan
staff selama di poli.
Semoga bermanfaat, paling enggak bisa ada gambaran sekilas mengenai kasus-kasus
yang biasa ada di poli mata dan buat latian post test jg, hehe
Kalau mau ujian, jangan lupa tetep baca materi lagi, sambil dikroscek, ya.
Siapa tau ada yang salah dalam mengartikan dari bahasa inggris ke indonesia. Dan
beberapa ad yg lihat IR aja, hehe.
2. Sistem lakrimalis
Appartus lakrimalis terdiri dari kel lakrimal aksesorius (glandula Krause dan
Wolfring) yang terletak di substansia propria di konjungtiva palpebra. Aliran air
mata berjalan melalui lactus lacrimalis ke punctum superius dan inferius serta
kanalikuli kemudian melewati saccus lacrimalis di fossa glandula lacrimalis ke
ductus nasolacrimalis dan berakhir di meautus inferior rongga hidung.
3. Sebutkan secara urut lapisan penyusun air mata (tear film) dan beserta organ
yang memproduksi masing-masing lapisan!
Terdiri dari tiga lapisan, yakni
1. Oily layer / lapisan lemak
Lapisan lemak pada bagian luar, disekresikan oleh kelenjar meibom
2. Water layer / lapisan air
Lapisan akuos atau air, disekresikan oleh kelenjar lakrimalis
3. Mucin layer / lapisan mucus
Lapisan mucus, disekresikan oleh sel goblet konjungtiva
4. Gambarkan secara skematik sistem lakrimalis mata dengan lengkap!
Duktus Duktus
lakrimalis nasolakrimalis
6. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi air mata!
a. Uji Anel
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi anastesi lokal
dan dilakukan dilatasi punctum lakrimal. Jarum anel dimasukkan ke dalam
punctum dan kanalikuli lakrimal lalu semprotkan garam fisiologis. Tanyakan
ke pasien apakah ada cairan masuk ke tenggorokkan/ ada refleks menelan. Bila
ada, fungsi ekskresi sistem lakrimal baik sedangkan bila tidak, ada
penyumbatan duktus nasolakrimal.
b. Uji Rasa
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi 1 tetes
sakarin pada konjungtiva lalu tunggu hinga 5 menit. Bila pasien merasa rasa
manis, sistem eksresinya dalam kondisi baik.
c. Uji Schirmer I
Uji untuk menilai kualitas dan kuantitas air mata yang tidak berhubugan
dengan kadar musin yang dikeluarkan oleh sel goblet. Mata pasien sebaiknya
tidak dimanipulasi. Pertama, selipkan kertas filter pada forniks konjungtiva
bulbi bawah dan biarkan ujung lainnya menggantung. Biarkan selama 5 menit.
Apabila kertas tidak basah, kuantitas air mata kurang. Hal itu dapat disebabkan
oleh refleks yang terlalu kuat. Apabila kertas filter yang basah sebesar <10
mm, fungsi sekresi air mata terganggu.
d. Uji Schirmer II
Uji ini dilakukan jika kertas filter yang basah sebesar <10 mm setelah 5 menit.
Uji ini menilai apakah gangguan sekresi terjadi karena hambatan kelelahan
sekresi atau fungsi dari refleks sekresi kurang. Salah satu mata pasien ditetesi
anastesi topikal dan diletakkan kertas Schirmer. Beri rangsang pada hidung
selama 2 menit lalu tungu selama 5 menit. Jika kertas tidak basah, refleks
eksresi gagal. Dikatakan normal apabila kertas basah sebanyak 15 mm.
7. Visual pathway
Retina -> saraf optik ->khiasma optikum-> traktus optikus -> korpus
genikulatum laterale -> radiasio optika traktus genikulokalkarina-> korteks
visual (area striata/17) -> korteks asosiasi visual
16. Jelaskan tentang fungsi sel cone dan rod retina serta dimana letak distribusi
masing masing sel!
Sel batang dan sel kerucut merupakan bagian dari fotorespetor pada sistem
penglihatan manusia.Fotorespetor diaktifkan ketika fotopigmen yang terkandung di
dalamnya menyerap secara berbeda berbagai panjang gelombang
cahaya.Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimia di fotopigmen yang
akhirnya diubah menjadi perubahan dalam laju perambatan potensial aksi di jalur
penglihatan yang keluar dari retina. Perubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal
listrik dikenal sebagai proses fototransduksi. Pesan visual ditransmisikan melalui
jalur kompleks ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak untuk pemrosesan
preseptual
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi tetapi hanya dapat
digunakan untuk meilhat pada siang hari atau pada keadaan terang, karena
sensitivitasnya yang rendah terhadap cahaya.Perbedaan stimulasi ketiga jenis sel
kerucut (sel kerucut merah, hijau, dan biru) oleh panjang gelombang yang berbeda
menghasilkan penglihatan warna.Sel batang hanya memberi gambaran kabur dalam
bayangan abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, maka sel ini dapat
digunakan untuk penglihatan malam hari.Distribusi sel batang terdapat lebih bayak
di tepi retina, sedangkan sel kerucut terkonsentrasi di daerah fovea.
17. Jelaskan bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan dan evaluasi segmen anterior
secara urut!
a. Pasien dan dokter duduk berhadapan dengan jarak ± 60 cm.
b. Perhatikan kulit palpebra: terdapat edema, hiperemi, hematoma, benjolan-
benjolan, dan kulit di atas benjolan terfiksasi atau bisa digerakkan.
c. Perhatikan rima palpebra: kanan dan kiri sama lebar, gerakan membuka dan
menutup mata ada yang tertinggal atau tidak.
d. Perhatikan apakah palpebra menutupi daerah pupil atau tidak (normalnya
menutupi ± 2 mm kornea bagian superior).
e. Amati silia dan margo palpebra.
f. Lakukan eversio palpebra lalu amati: warna mukosa, adanya benjolan sikatriks,
benda asing, bangunan-bangunan folikel, cabble’s stone, dan lain-lain.
g. Perhatikan konjungtiva bulbi: warna, oedema, bangunan/penonjolan, pelebaran
pembuluh darah, berkelok-kelok atau lurus, ikut pergerakan konjungtiva/tidak,
ada sekret/tidak.
h. Perhatikan sklera apakah ada penipisan atau penonjolan.
i. Perhatikan kornea (menggunakan senter dari arah 45° temporal kornea supaya
tidak silau, sesekali boleh bergerak ke nasal) lalu amati: kejernihan, bentuk,
ukuran, kecembungan, permukaan licin/kasar, adanya pembuluh darah,
pterygium, dan lainnya.
j. Periksa kedalaman bilik mata anterior dengan sinar yang diarahkan dari
temporal limbus. Tentukan kedalam dan kejernihannya.
k. Lakukan pemeriksaan refleks pupil terhadap cahaya (direct dan indirect).
Perhatikan pula bentuk pupil, bulat/tidak, sentral/tidak.
l. Periksa iris: bentuk, gambarannya, warna, adakah synechia.
m. Periksa kejernihan lensa (sebaiknya pupil dilebarkan jika tidak ada
kontraindikasi). Sinari dari arah 30°-45° temporal kornea. Perhatikan letak dan
kejernihannya (shadow test).
18. Jelaskan cara pemeriksaan BMD dengan menggunakan senter dan apa saja yang
dievaluasi!
Bilik mata depan disinari dengan cahaya senter membentuk sudut dengan iris
(45-60 derajat). Pemeriksaan menggunakan cahaya senter dapat mengevaluasi
kedalaman bilik mata depan, temuan cahaya akan menyebar menandakan bilik mata
depan dalam dan sudut terbuka, sedangkan pada temuan cahaya yang tidak tersebar
merata sehingga ada bagian yang gelap, menunjukkan bahwa bilik mata depan
dangkal dan sudut tertutup. Bilik mata depan dangkal terdapat pada dislokasi lensa,
tumor iris, sinekia anterior, blokade pupil, dan glaukoma subakut.
Penyinaran menggunakan cahaya senter pada bilik mata depan dapat
menemukan penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan (hipopion),
dan transudat cairan darah (hifema). Hipopion dapat ditemukan pada kasus ulkus
kornea, endoftalmitis, dan tumor intraokular, sedangkan hifema dapat ditemukan
pada trauma mata, hemophilia, dan tumor intrakranial.
20. Sebutkan 3 tehnik pemeriksaan TIO dan bagaimanakah cara serta interpretasi
hasilnya!
Tonometri Schiotz
Tujuan : melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
Dasar : Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata
ke dalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea.
Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.Tonometer schiotz
merupakan tonometer indentasi.Dalam nya indentasi menunjukkan sejauh mana
bola mata dapat ditekan. Beban akan memberikan indentasi lebih dalam bila
tekanan mata lebih rendah dibanding mata dengan tekanantinggi.
Alat :
- Obat tetes anestesi lokal
- Tonometer Schiotz
Teknik :
1. Penderita diminta tidur terlentang
2. Mata ditetes obat tetes anestesi lokal
3. Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
4. Kelopak mata penderita dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan
menekan bola mata penderita)
5. Setelah telapak tonometer terletak pada kornea, skala tonometer akan
menunjukkan angka yang tetap
Nilai : pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui
tekanan bola mata dalam mmHg. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg
maka dicurigai adanya glaucoma, apabila tekanan lebih tinggi dari 25
mmHg maka pasien dinyatakan penderita glaucoma
Catatan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada myopia
dan penyakit tiroid dibanding dengan memakai tonometer aplanasi.
Tonometer harus dibersihkan atau disterilisasi setiap sebelum pemakaian
paling sedikit dengan alcohol untuk cegah penularan infeksi.
Tonometer Aplanasi
Tujuan : pemeriksaan ini untuk mendapatkan TIO dengan
menghilangkan pengaruh kekakuan sklera (scleral rigidity)
Dasar :
tekanan adalah sama besar dengan tenaga dibagi dengan luas yang
ditekan.
P=F/A P = Pressure F = Force A = Area
Tonometer aplanasi goldmann mempunyai diamteter 3.06 mm. Pada
tonometer goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali sepuluh
dikonversi langsung dalam mmHg bola mata. Dengan tonometer aplanasi
tidak diperhatikan kekakuan sclera (scleral rigidity) karena pada
tonometer aplanasi prisma yang dipakai hanya menggeser cairan dalam
mata 0,5 mm kubik shingga tidak terjadi pengembangan sklera yang
berarti
Alat :
- Slit lamp, dengan lampu biru
- Tonometer aplanasi
- Fluoresensi
- Obat tetes anastetik topical
Teknik :
1. Diberi anestesi lokal pada mata yang diperiksa
2. Fluoresensi diberikan pada mata penderita
3. Sinar oblik warna biru dari slit lamp disinarkan pada dasar
telapak prisma tonometer aplanasi goldmann
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan
diameter 10 mm
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan-
lahan
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah sehingga
gambar kedua setengah lingkaran pada kornea yang sudah
diberi fluoresensi terlihat bagian luar berimpit dengan bagian
dalam
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang
memberi gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan
tersebut merupakan tekanan intraokuler dalam mmHg
Nilai : dengan tonometer aplanasi bila tekanan mata lebih dari 20
mmHg maka dianggap sudah menderita glaucoma
24. Jelaskan definisi dari miopia, hipermetropia, dan astigmatisme beserta cara
pemberian koreksi kacamatanya!
a. Miopia → kelainan refraksi dimana sinar sejajar aksis visual tanpa akomodasi
dibiaskan di depan retina→ oleh karena panjang bola mata AP terlalu
besar/kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat
Pengobatan pasien → kacamata sferis negatif terkecil → ketajaman penglihatan
maksimal. Contoh: pasien dikoreksi dengan S-2.00D → visus 6/6 dan koreksi S-
2.25D visus tetap 6/6, maka resep lensa yang diberikan adalah S-2.00D.
b. Hipermetropia → keadaan gangguan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina →
dapat disebabkan oleh sumbu bola mata pendek (sumbu/aksial); kelengkungan
kornea/lensa lemah (kurvatur); indeks bias yang lemah kurang pada sistem optik
(refraktif)
Tata laksana → kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar →
ketajaman penglihatan maksimal. Contoh: pasien dengan koreksi lensa S+2.00D
atau S+2.25D → visus 6/6, maka diberikan lensa S+2.25D.
c. Astigmatisme→sinar tidak difokuskan pada 1 titik akan tetai pada 2 garis titik
api yang saling tegak lurus → akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea
Koreksi dan pemeriksaan → px mata sentris di permukaan kornea → untuk
mengamati ireguler kornea dan kelengkungan kornea dan astigmat dial untuk
pemeriksaan subyektif. Koreksi dengan lensa silindris.
25. Apakah yang dimaksud dengan presbiopia dan bagaimana prinsip
penatalaksanaanya?
Presbiopia →gangguan akomodasi pada usia lanjut →proses degeneratif →
akibat kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat→
a. S+1.00D → 40 tahun
b. S+1.50D → 45 tahun
c. S+2.00D → 50 tahun
d. S+2.50D → 55 tahun
e. S+3.00D → 60 tahun
Jarak baca 33 cm → adisi S+3.00D → lensa positif terkuat.
26. Asthenopia adalah kelelahan mata. Pada keadaan ini didapatkan kelaian refraksi
yang tidak dikoreksi dengan betul, presbyopia, anisometropia yang berat,
insifiensi konvergen, paresis otot penggerak mata, penerangan saat membaca
yang kurang baik, dan otot yang tidak seimbang.
Tatalaksana:
a. Koreksi refraktif secara akurat
b. Manipulasi akomodasi
c. Bedah
28. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari teknik operasi katarak ECCE dan
fakoemulsisfikasi!
ECCE Fakoemulsifkasi
29. Sebutkan tanda & gejala klinis dari glaukoma simpleks (POAG) serta
bagaimana tata laksananya!
Tanda→ Trias POAG: peningkatan TIO (24-32 mmHg); perubahan penampakan
diskus optik atau glaucomatous cupping; defek lapang pandang.
Gejala → onset tersembunyi, progresif perlahan, tidak menimbulkan nyeri,
kadang bilateral dapat asimetris. Biasanya terdiagnosis kalau sudah berat karena
tidak memberikan tanda dari luar.
Penatalaksanaan → medikamentosa dengan B adrenergik blocker sebagai lini
pertama pengobatan; pembedahan trabekulektomi; laser trabekuloplasti.
34. Jelaskan tentang gambaran klinis dan penatalaksanaan dari keratitis Herpes
Simplek (HSV)!
Keratitis yang disebabkan oleh HSV dapat terjadi 2 bentuk: epitelial dan
stromal.
a. Epitelial
Kerusakan sel yang terjadi akibat pembelahan virus di dalam epitel dan
membentuk ulkus kornea superfisial.
b. Stromal
Merupakan reaksi imunologik. Antigen (HSV) dan antibodi (pasien)
bereaksi di stroma kornea, dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya,
sel mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus, namun juga
merusak jaringan stromal.
Gejala Klinis Pasien :
- Nyeri
- Fotofobia
- Pandangan kabur
- Mata merah
- Keluar airmata
Tatalaksana :
- IDU (idoxuridine), merupakan antiviral yang menghambat sintesis DNA
virus dan manusia (toksik untuk epitel normal) sehingga tidak boleh
diberikan >2 minggu. Sediaan : larutan 1% diberikan tiap 1 jam; salep
0,5% diberikan tiap 4 jam.
- TFT (Trifluorotimin) 1% diberikan tiap 4 jam.
- Acyclovir salep 3% diberikan tiap 4 jam.
35. Jelaskan macam-macam trauma kimia pada mata dan bagaimana
penatalaksanaannya!
a. Trauma Asam
Bahan asam anorganik, organik (asetat, forniat), dan organik anhidrat
(asetat). Bila bahan asam mengenai mata akan terjadi
pengendapan/penggumpalan protein permukaan dan menyebabkan
kerusakan sel.
Tatalaksana : irigasi secepat mungkin dengan NaCl atau aquades selama 15-
30 menit. Untuk menetralkan pH diberikan natrium bikarbonat 3%.
Prognosis baik dan tidak begitu mengganggu tajam penglihatan.
b. Trauma Basa atau Alkali
Trauma alkali pada mata merupakan kondisi sangat gawat karena alkali
dengan cepat menembus kornea, bilik mata dan sampai ke retina.
Sedangakan trauma basa dapat menyebabkan penghancuran jaringan kolagen
kornea, menyebabkan lisis sel dan nekrosis jaringan. Trauma basa dan alkali
dapat mengakibatkan kebutaan.
Tatalaksana : irigasi menggunakan NaCl 60 menit, kemudian diberikan
sikloplegia dan antibiotik. Setelah satu minggu trauma diberikan EDTA
untuk mengikat basa.
37. Jelaskan tentang gambaran klinis dan penatalaksanaan dari Herpes Zoster
Ophtalmica (HZO)!
Virus Herpes Zoster dapat menginfeksi ganglion gasseri nervus trigeminus. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik akan terlihat gejala-gejala herpes zoster
pada mata.
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena an
badan berasa hangat. Penglihatan berkurang dan merah. Pada kelopak akan
terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea, vesikel akan tersebar sesuai dengan
dermatom yang dipersarafi nervus trigeminus yang dapat progresif dengan
terbentuknya jaringan parut. Daerah yang terkena tidak melewati garis meridian.
Pengobatan tidak spesifik dan hanya simptomatik, menggunakan acyclovir dan
pada usia lanjut dapat diberikan steroid.
39. Sebutkan tanda, gejala, dan tata laksana kasus uveitis anterior!
Gejala klinis uveitis anterior (iridosiklitis) berupa sakit mata, sakit kepala,
fotofobia, dan hiperlakrimasi. Sakit nyeri terbatas di daerah periorbita dan mata,
bertambah nyeri apabila dihadapkan pada cahaya an tekanan disertai derajat
fotofobia yang bervariasi. Temuan klinis pada kasus uveitis anterior antara lain
seperti terdapat injeksi siliar, presipitat keratik, sinekia posterior mungkin dapat
terjadi apabila terdapat endapan fibrin pada pupil.
Prinsip penatalaksanaan uveitis anterior adalah menghentikan proses
inflamasi, membuka pupil, dan menghilangkan agen penyebabnya. Tetes mata
steroid empat hingga enam kali sehari dapat diberikan untuk menghentikan
inflamasi, serta pemberian midriatikum berupa sulfas atropine 1% atau yang lebih
kuat demi membuka pupil. Pemberian midriatikum memperhatikan faktor lain
kontraindikasi, seperti pada pasien suspek glaucoma, sementara antimikroba dapat
diberikan apabila agen penyebab infeksi telah diketahui.
40. Sebutkan tanda, gejala, dan tata laksana dari buta senja (xeroftalmia)!
Gejala klinis yang muncul pada penderita xerophtalmia yaitu berupa
hemeralopia (penurunan kemampuan penglihatan pada senja hari atau pada ruang
kurang cahaya akibat gangguan pada sel batang retina).Xerophtalmia disebabkan
oleh defisiensi vitamin A pada anak-anak, sehingga umumnya penderita
xerophtalmia merupakan anak-anak dengan gizi kurang.Tanda klinis yang dapat
ditemukan pada penderita xeroftalmia berupa xerosis konjugtiva, bintik bitot, dan
keratomalasia. Penatalaksanaan pada pasien xeroftalmia berupa pemberian vitamin
A sebanyak 50.000 hingga 75.000 IU/KgBB yang tidak melebihi (dosis maksimal)
400.000 IU, diberikan 100.000 IU tiap minggu selama empat minggu dengan
memperhatikan gejala hispervitaminosis A.
46. Ablatio retina adalah keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari
sel epitel pigmen retina yang melekat erat pada koroid. Sesungguhnya sel
kerucut dan sel batang retina tidak ada perlekatan structural dengan koroid/
pigmen epitel sehingga mudah lepas secara embriologi. Terdapat 3 jenis ablatio
retina:
a. Ablatio retina regmatogenosa
Terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina
oleh badan kaca cair yang masuk melalui robekan ke rongga subretina
sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Gejala yang dialami adalah
1) Fotopsia
2) Floaters
3) Defek lapang pandang
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Terdapat relative afferent pupillary defect yang muncul pada mata
dengan abaltio retina ekstensif.
2) Tekanan intraokuler lebih rendah 5 mmHg daripada mata yang tidak
mengalami ablatio.
3) Iritis ringan
4) Gambaran tobacco dust
5) Robekan retina nampak seperti diskontinuitas dari permukaan retina
berwarna kemerahan pada funduskopi.
6) Kelainan pada retina sesuai dengan lamanya ablatio retina yang terjadi.
b. Ablatio retina eksudatif
Terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.
Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh
darah retina dan koroid (ekstravasasi).Hal ini disebabkan karena penyakit
koroid. Gejala yang dialami adalah:
1) Penglihatan menurun seperti tertutup tirai
2) Floaters
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Penurunan tajam penglihatan
2) Gambaran konfigurasi ablatio yang konveks dengan permukaan licin
3) Gambaran shifting fluid sesuai gaya gravitasi.
c. Ablatio retina traksi
Lepasnya jaringan retina karena tarikan jaringan parut pada badan kaca.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan karena
diabetes mellitus proliferative, trauma, dan pendarahan badan kaca akibat
bedah atau infeksi. Gejala yang dialami adalah:
1) Mata tenang dengan penglihatan menurun
2) Terdapat fotopsia atau floaters
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Penurunan tajam penglihatan
2) Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan:
a) Konfigurasi konkaf dari ablastio retina
b) Tidak ditemukan shifting fluid
c) Elevasi retina yang paling tinggi terjadi pada tempat traksi
vitreoretina
d) Bila terdapat robekan, akan muncul gambaran khas ablatio retina
regmatogenosa dan penyakit akan memiliki progresivitas yang lebih
cepat.
48. Papil edema adalah keadaan di mana terjadi pembengkakan diskus optikus
karena meningkatnya tekanan intrakranial. Rongga subarachnoid terhubung
dengan membran nervus opticus. Apabila tekanan cerebrospinal meningkat, ia
akan mendesak membran nervus opticus sehingga terjadi papil edema.
Gambaran klinis yang ditemukan adalah:
a. Sakit kepala
b. Mual dan muntah
c. Tinitus pulsatil
d. Gangguan penglihatan
e. Pada pemeriksaan fundus (early) didapatkan hiperemis diskus, pendarahan
sedikit dari serabut saraf, dan pulsasi vena spontan terlihat jika tekanan
intrakranial lebih dari 200 mmHg
f. Pada tahap yang lebih lama terdapat pembengkakan serabut saraf,
pendarahan retina sensori peripapiler nampak.
Badan siliar memproduksi humor aquos --> bilik mata belakang --> mengalir lewat
pupil --> masuk bilik mata depan --> keluar melewati anyaman trabekula --> kanalis
schlemm --> vena episklera
Pembuangan lewat pembuluh darah m. siliar --> rongga suprasiliar/suprakoroid -->
pori-pori sklera --> vena vortex
GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma yang terjadi pada bayi akibat kndisi primer berupa kelainan pada
pertumbuhan/pembentukan sudut bilik mata depan.
Bersifat bilateral
Trias tanda dini: epifora, fotofobia, blefarospasme
Tanda+gejala: tio meningkat pada bayi >21mmhg, sklera mengembang, bola mata
membesar (hidroftalmos, buphthalmos)
Epitel kornea meregang
Edema kornea: kornea suram
Membrana descemet robek
HORDEOLUM
Hordeolum ialah suatu infeksi supuratif (akut) kelenjar kelopak mata yang umumnya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus pada kelenjar palpebra. Pembentukan
nanah terdapat dalam lumen kelenjar. Biasa mengenai kelenjar meibom, ziess dan
moll. Hordeolum terbagi atas hordeolum eksternum dan Hordeolum internum.
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial
(Zeis atau Moll) dan penonjolan hordeolum mengarah ke kulit palpebra. Hordeolum
interna dimana infeksi terjadi pada kelenjar Meibom, dimana penonjolan hordeolum ini
mengarah ke kulit kelopak mata atau ke arah konjungtiva.
Gejala klinis: Lunak
Benjolan pada kelopak mata atas atau Gatal
bawah Mata berair
Nyeri Rasa kelilipan
Kemerahan Berkedip tidak enak
DACRIOSISTITIS
- Peradangan di saccus lacrimalis yang disebabkan oleh obstruksi duktus nasolacrimalis
- Stenosis saccus lacrimalis --> retensi air mata --> infeksi
Gejala: hangat, bengkak (di pinggir, arah nasal), sakit di daerah saccus lacrimalis,
malaise, demam, bisa jadi fistula kalau pecah.
Treatment: Local dan sistemik AB, Bedah (dacriosistorhinotomi)
DACRIOADENITIS
Dibagi menjadi 2, acute dacrioadenitis dan chronic dacrioadenitis
Acute dacrioadenitis
Inflamasi akut pada kelenjar lakrimalis yang ditandai dengan peradangan yang cukup
berat dan tenderness palpation.
Etiologi: pneumococcus, staphylococcus, jarang pada streptococcus
Gejala: hiperemis, nyeri unilateral, bengkak pada 1/3 luar kelopak mata atas, sering
disertai dengan discharge dan epifora.
Dd: kalazion, preseptal cellulitis, orbita cellulitis, hordeolum interna
Treatment: biasanya sembuh sendiri 8-10 hari, bisa juga diatasi underlying disease nya,
bsa dengan antibiotik topikal juga
Chronic dacrioadenitis
Inflamasi kronis, biasanya terjadi pada acute dacrioadenitis yang tidak sembuh
sempurna
Gejala: biasanya tidak nyeri, S-curve fissura palpebra.
Treatment: biasanya dengan pembedahan, dacriorsistorhinotomi
SKLERITIS
Inflamasi sklera yang difus atau terlokalisir, dibagi jadi 2: anterior dan posterior
Gejala klinis:
Nyeri hebat (bisa menjalar ke dahi, alis, dagu)
Mata merah, berair, fotofobia, nodul tidak bsa digerakkan
Visus menurun
Konjungtiva kemotik dan nyeri
Tidak ada sekret
Terapi:
Anterior non necrotizing tanpa inflamasi --> AINS topikal atau sitemik
Anterior necrotizing dengan inflamasi --> AINS sistemik
Anterior necrotizing tanpa inflamasi --> graft
Posterior --> AINS sistemik
EPISKLERITIS
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara konjungtiva dan
permukaan sklera.Umumnya inflamasi bersifat granular dan unilateral.
Gejala klinis:
Tidak ada sekret, tidak berair
Mata terasa kering, sakit ringan, perasaan mengganjal
Konjungtiva kemotik
Terapi:
Umumnya sembuh spontan, bila gejala memberat, bisa diberikan steroid topikal
ULKUS KORNEA
Gejala klinis:
Nyeri akut pada mata, fotofobia, injeksi kornea, penurunan visus, blefarospasme,
infiltrat (+), jaringan nekrotik (+)
Penatalaksanaan ulkus kornea disesuaikan dengan etiologinya.
e. Ulkus Kornea oleh Bakteri
- Ulkus Streptococcus : menggunakan antibiotik Sefazolin, Basitrasin
dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intravena.
- Ulkus Pseudomonas : menggunakan antibiotik Gentamisin, Tobramisin,
Karbenisilin yang diberikan secara lokal subkonjungtiva serta intravena.
- Ulkus Stafilokokus : menggunakan antibiotik cefazolin (sefalosforin
generasi pertama).
f. Ulkus Kornea oleh Virus
- Virus herpes : menggunakan antiviral Idoxuridine.
g. Ulkus Kornea oleh Jamur : menggunakan antifungal spektrum luas. Apabila
sudah ada hasil kultur menggunakan antifungal spesifik dengan jamurnya.
h. Ulkus Kornea oleh Reaksi Hipersensitivitas
- Ulkus Marginal : pengobatan dengan kortikosteroid topikal akan sembuh
dalam 3-4 hari (bisa rekurens).
- Ulkus Cincin : menggunakan kortikosteroid lokal hasilnya baik.
KERATITIS
Trias keratitis: fotofobia, epifora, blefaro spasme
Terapi: sesuai kausa, siklopegik, bebat mata
UVEITIS ANTERIOR
Gejala klinis uveitis anterior (iridosiklitis) berupa sakit mata, sakit kepala,
fotofobia, dan hiperlakrimasi. Sakit nyeri terbatas di daerah periorbita dan mata,
bertambah nyeri apabila dihadapkan pada cahaya an tekanan disertai derajat
fotofobia yang bervariasi. Temuan klinis pada kasus uveitis anterior antara lain
seperti terdapat injeksi siliar, presipitat keratik, sinekia posterior mungkin dapat
terjadi apabila terdapat endapan fibrin pada pupil.
UVEITIS POSTERIOR
Penyebab: hipersensitivitas, infeksi
Gejala: tidak nyeri, gangguan bercak di lapang pandang yang makin banyak, visus
menurun, mata tidak merah, disertai fotopsia (liat kilatan cahaya)
Terapi: siklopegik, salep mata kortikosteroid, injeksi kortikosterod, oral kortikosteroid
Iris shadow - + - -
Fundus + + - -
refleks
Tetapi lebih suram
KOMPLIKASI KATARAK
Ambliopia, strabismus, glaukoma
LEUKOKORIA
Leukokoria adalah pupil berwarna atau menampilkan reflex putih.
- Katarak kongenital
- Fibroplasia retrolental pada bayi premature yang mendapat O2 konsentrasi tinggi
- Retinoblastoma
- Perdarahan badan kaca yang sudah diorganisasi
- Abses badan kaca
AMBLIOPIA
Penurunan tajam penglihatan tanpa ditemukan kelainan organik secara oftalmoskopik,
maupun kelainan pada jalur visual aferen yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata
Diagnosis biasana kebetulan, karena pasien tidak menyadari
Penyebab nya: anisometropia, juling, oklusi, katarak
Dasar terapi: koreksi kelainan refraksidengan memaksa mata amblio untuk melihat,
sementara mata yang lain diistirahatkan
PATOFISIOLOGI RETINOPATI DM
Perubahan patologis vaskuler yaitu gangguan mikrovaskuler akibat hiperglikemia
kronis sehingga terjadi kelainan di retina.
Hiperglikemia --> mikroangiopati perifer --> merusak endotel
Pembuluh darah (gangguan sirkulasi, hipoksia, inflamasi --> ekspresi faktor angiogenik
--> neovaskuler --> vaskuler baru memiliki kelemahan pada membrana basalis,
defisiensi taut kedap antarsel endotel --> jumlah perisit menurun --> kebocoran protein
plasma dan perdarahan di dalam retina dan vitreous.
OFTALMOPLEGY
Kelemahan/kelumpuhan otot ekstraorbita yang disebabkan oleh kelainan di otot atau
kelainan jaras yang menginervasi otot ekstra okuler.
Penyebab tersering: miopati mitokondria
Ciri: progress lambat, bilateral simetris, progresif ptosis
Penyakit penyebab: KSS, okulofaringeal distrofi
OFTALMIA SYMPHATICA
Inflamasi di traktus uvea bilateral, biasanya karena iritasi pada 1 mata.
Etiologi: trauma perforasi mata, bedah intraokuler
Gejala: gangguan akomodasi, fotofobia, nyeri, tanda radang uveitis anterior/posterior
Biasanya mata yang sakit di enukleasi, dan diberikan kortikosteroid dosis tinggi
NEURITIS OPTIK
Inflamasi nervus opticus, bisa terjadi di dalam bola mata atau belakangnya
Penyebab:
Papillitis:
Proses inflamasi --> malaria, sifilis
Kelainan autoimun --> SLE
Toxic damage
Retrobulbar optic neuritis:
Penyakit demylenisasi nervus central, misal encefalitis
Gejala subjektif:
Visus mendadak menurun, skotoma sentral, Rasa sakit di belakang bola mata, lebih-2
bila bola mata digerakkan/ ditekan, Kadang-2 disertai/ sesudah demam pada anak
Gejala objektif:
Biasanya 1 mata, usia muda
Nyeri periokuler/ di belakang mata, lebih-2 bila bola mata digerakkan/ ditekan. Nyeri
terjadi pada 80% kasus.
Pupil marcus gunn
AAION
Iskemia akut pada saraf optik bagian depan.
Etiologi: trombus emboli, hiperkoagulasi, HT, arterosklerosis, mata tidak bermasalah.
Gejala subjektif:
Sebagian lapang pandang hilang mendadak dengan visus normal / kurang (6/6 – 1/~),
Sering Terjadi Pada Saat Bangun Tidur, Pengaruh Nokturnal Hipotensi.
Arteritis didahului demam dan sakit kepala hebat
Amauroganix fungax
Skotoma
Gejala objektif:
Pupil Marcus Gunn
Oedema Papil Yang Iskemik Sektoral, Penyakit Horton (Arteritis)
Edema Menyeluruh,
Perdarahan Peripilair,
Tidak Pernah Ada Eksudat,
Menyerang 1 Mata, Setelah Bbrp Hari / Tahun Dapat Keduanya
Sumber
Ilyas Sidarta (2003). Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbitan FKUI : Jakarta.
Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, et al.
(2010). Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta : Sagung Seto.
Etc.