Anda di halaman 1dari 27

EVIDENCE BASED NURSING (EBN) TERAPI PROGRESSIVE

MUSCLE RELAXATION (PMR) PADA CANCER MAMMAE


DI RUANG DAHLIA RSU DR. H. KOESNADI BONDOWOSO
TAHUN 2020

Disusun Oleh:

Iqbal Kholidi (19020039)

Nilla Noviasari (19020060)

Novi Dian Ayu S (19020062)

Novi Linda L (16020063)

Nur Faridatin (19020064)

Selvia Anggareni Novita Sari (19020081)

Septian Adela Dwi Susanti (19020082)

Shinta Ayu Puspita Sari (19020083)

Siti Faizatun Naimah (19020085)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020-2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas evidence based nursing (EBN) ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan tugas “evidence based nursing (EBN)
Progressive Muscle Relaxation pada cancer mammae”

Penulis tentu menyadari bahwa evidence based nursing ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
tugas evidence based nursing ini, supaya nantinya dapat menjadi evidence based
nursing yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
tugas evidence based nursing ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik kami yang telah
membimbing dalam tugas evidence based nursing. Demikian, semoga evidence
based nursing ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bondowoso, 22 Februari 2020

Penulis
BAB 1

LATAR BELAKANG

Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan yang mengalami


peningkatan yang sangat cepat dan menjadi penyebab kematian nomer 2 di dunia
(Shahriari, Dehghan, Pahlavanzadeh, & Hazini, 2017). Hal ini disebabkan
banyaknya laporan kematian di usia produktif akibat kanker (Lauche et al., 2013).
Dan kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling sering terjadi.
Kanker merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat karena insiden dan
angka kematiannya terus meningkat. Kanker merupakan ancaman serius
kesehatan masyarakat karena insiden dan angka kematiannya terus meningkat.
Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar 1.399.790 kasus baru kanker
didiagnosa padatahun 2006 di Amerika, satu dari empat kematian adalah karena
kanker dan lebih dari 1500 orang meninggal karena kanker setiap harinya (Le
Mone & Burke, 2008).

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan atau terapi medis yang


digunakan dalam pengobatan kanker, terutama pada kanker sistemik dan kaknker
dengan metastasis klinis atau subklinis. Akan tetapi kemoterapi terdapat banyak
efek samping diantaranya yaitu aloppesia, mual muntah, gangguan saluran cerna,
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan stomatitis (Herizchi et al., 2012).
Akibat efek samping tersebut menyebabkan pasien menjadi cemas sehingga
mereka memilih untuk menghentikan siklus terapi yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup di masa yang akan datang ( Syarif & Putra, 2014). Dukungan
psikologis sangat diperlukan untuk membantu pasien yang menjalani kemoterapi
mengatasi status penyakitnya, mengurangi kecemasan, rasa sakit, dan memperkuat
status psikologis mereka (Lee et al, 2012). Selain itu, pasien juga dapat diberikan
terapi perilaku seperti terapi relaksasi yang merupakan suatu metode terapi
melalui prosedur relaksasi otot, agar pasien secara sadar mengendalikan aktivitas
fisik dan psikis, sehinga dapat menstabilkan emosi dan mengatasi gejala
penyakitnya terutama kecemasan akibat kemoterapi. Salah satu terapi yang dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah Progressive Muscle Relaxation
(PMR) (Syarif & Putra, 2014). Banyak pasien kanker menggunakan berbagai
teknik untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental mereka, termasuk
terapi relaksasi khususnya PMR. Khasiat PMR ditemukan hampir setara dengan
menerima 0,5 mg Alprazolam dan trazolobenzodiazepine 3x sehari (Lee et al,.
2012).

Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for research cancer


(IARC) diketahui bahwa di seluruh dunia pada tahun 2012 terdapat 14.067.894
kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker. Khusus untuk penyakit
cancer payudara 43,1% kasus baru dan 12,9% angka kematian akibat kanker
payudara. Di Indonesia sebanyak 61.682 kasus dengan diagnosis kanker payudara
sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Dr.H.Koesnadi Bondowoso
pasien dengan CA Mamae dengan menjalankan proses kemo terapi yang ditransfer
oleh UGD ke Paviliun Dahlia rata-rata mencapai angka 20-25 orang setiap
bulannya (Rekam Medik, 2020).
BAB 2

TINJAUAN TEORI

1.1 Kanker
1.1.1 Pengertian
Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal dan tidak terkontrol sehingga dapat
mengganggu dan merusak sel-sel jaringan tubuh lainnya. Penyakit kanker
merupakan penyakit kematian ke-4 teresar di Indonesia untuk penyakit tidak
menular. Kanker merupakan penyakit yang belum diketahui faktor penyebab
secara pasti. Tetapi dari beberapa faktor resiko yang ada. Faktor kebiasaan makan
merupakan faktor penyebab terbanyak dari penyakit ini. Kebiasaan makan yang
tinggi zat karsinogen merupakan pemicu munculnya kanker (kusuma, 2014). Dari
tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai penyebab kematian dibanyak
Negara semakin mengkhawatirkan . WHO memperkirakan kematian akibat
kanker lebih tinggi dibandingkan dengan kematian akibat AIDS, TB maupun
malaria (Nainggolan, 2011).

1.2 Kanker payudara (CA Mamae)


1.2.1 pengertian
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara yang ditandai dengan
adanya benjolan di payudara. Dan pada stadium lanjut terasa sakit. Meskipun ilmu
pengetahuan semakin canggih akan tetapi hingga saat ini belum diketahui secara
pasti faktor penyebab utama penyakit tumor/ kanker payudara. Diperkirakan
multifactorial. Dari beberapa studi diketahui faktor faktor yang berhubungan
dengan tumor/kanker payudara antara lain umur tua (aging). Perempuan 100 kali
lebih berisiko dibandingkan dengan laki-laki. Adanya faktor genetic seperti
riwayat keluarga menderita tumor/kanker payudara terutama ibu dan saudara
perempuan. Riwayat menstruasi dini, usia makin tua saat menopause. Hamil
pertama diusia tua, menggunakan kontrasepsi hormonal, obesitas dan asupan
rendah serat, tinggi lemak khususnya lemak jenuh ( Sihombing, 2014).
1.2.2 etiologi
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa factor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu:
1. Zat karsinogeni
2. Gaya hidup tidak sehat
3. Jenis kelamin
4. Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan de
ngan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
tumor payudara
5. Riwayat keluarga
6. Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payu
dara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
7. Faktor genetic
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom
13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%.
Faktor usia
8. Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
9. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidakdiselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat me
ningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
10. Terpapar radiasi
11. Intake alcohol
12. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor udara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
1.2.3 patofisiologi
Normalnya, sel yang mati sama dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel
tersebut sudah mengalami malignansi/keganasan atau bersifat kanker maka sel
tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-
organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah
terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di
antara sel-sel normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

1. Fase induksi: 15-30 tahun


Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat
yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-
karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melaluiui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu
antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa
tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.

1.2.4 manifestasi klinis


Gejala-gejala umum Ca mamae ialah :
a. Teraba adanya massa/benjolan pada payudara
b. Payudara tak simetris/mengalami perubahan wujud & ukuran karena
semenjak muncul pembengkakan
c. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting
susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut & adanya ulkus pada payudara
d. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yg keluar dari puting susu
f. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh & kadar kalsium
darah berkembang/berubah naik
g. Adanya rasa nyeri / sakit pada payudara.
h. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d’ Orange).
i. Benjolan menyerupai bunga kobis & gampang berdarah.
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar & alat tubuh lain

1.3 Kemoterapi

1.3.1 Pengertian

Kemoterapi adalah alternatif pengobatan yang dilakukan untuk


penderita kanker (Smeltzer & Bare, 2012). Kemoterapi dilakukan untuk
membunuh sel kanker dengan obat anti–kanker (sitostatika), dimana sitostatika
merupakangolongan obat–obatan yang dapat menghambat pertumbuhan kanker
bahkan ada yang dapat membunuh sel kanker
1.3.2 Tujuan

a. Terapi adjuvant
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersaman
dengan radiasi, bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.
b. Terapi neodjuvan
kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa
tumor, biasanya kombinasi dengan radioterpi
c. Kemoterapi primer.
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor yang kemungkinan kecil
untuk di obati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol
gejalanya.
d. Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
e. Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.

1.3.3 Cara pemberian kemoterapi


a. Pemberian per oral
b. Pemberian intra-muskular
c. Pemberian in

1.4 Kecemacan
1.4.2 Pengertian
kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialamioleh setiap
manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupansehari-
hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana
seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak
jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2005).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang
pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi
normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.
Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain
dari berbagai gangguan emosi (Savitri Ramaiah, 2003:10).
Menurut Kaplan, Sadock,dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti
Widuri,2007:73) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam,dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan,pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti
hidup.Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialamisiapapun. Namun
cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan
menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

1.4.2 Gejala-gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena


adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong
normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga
dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun
mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami
gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit
mental yang parah. yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan
dingin,detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu
makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat
mental adalah :

ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan


perhatian,tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut
dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak
menyenangkan.Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada
masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti
Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua
emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut
muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari
lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan
kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau
menyebabkan konflik bagi individu. Kecemasan berasal dari perasaan
tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak
berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada.
Kholil Lur Rochman, (2010:103).

Mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan
bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,
akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164)

Mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala,


diantaranya yaitu :

a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh


bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen.
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

1.4.3 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan
sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya
serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa
faktor yangmenunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu
a. Sebab-sebab fisik
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika indivirinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit.
Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan
lazim muncul,dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.Zakiah
Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan beberapa
penyebab dari kecemasan yaitu :
a) Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran
b) Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-
hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan
ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang
kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c) Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk.Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan
perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian
penderitanya.Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang
berlebihan. Selain itu,keduanya mampu hadir karena lingkungan
yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun
penyebabnya. Musfir Az-Zahrani(2005:511) menyebutkan faktor
yang memepengaruhi adanya kecemasan yaitu
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran
atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian
orangtua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam
rumah
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada
pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut
menimbulkan suatu perilaku yang buruk,maka akan menimbulkan
adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga
dapat menyebabkan munculnya kecemasan.Kecemasan timbul
karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan
sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan
dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan
yang baru dihadapi(Patotisuro Lumban Gaol, 2004: 24).
Sedangkan Page (Elina RaharistiRufaidah, 2009: 31) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu
sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu,dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional
atau konflik mentalyang terjadi pada individu akan
memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang
baik maka akanmenghalangi pembentukan kepribadian
sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.

1.4.4 Jenis-jenis Kecemasan


Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan
didalamdirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan
dari luar.Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga
jenis kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang
siapadirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang
mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.Sedangkan
Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua jenis
kecemasan, yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan
sebentar danringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian seseorang, karenakecemasan ini dapat
menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk
mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah
suatu kecemasan yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-
situasi yang mengancam dan individu tersebuttidak dapat
mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan iniakan
bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati dalam
menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan
ringan yang lamaadalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena
individu tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya
kecemasan, maka kecemasan tersebutakan mengendap lama dalam
diri individu.
2. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan
berakar secara mendalam pada diri seseorang. Apabila seseorang
mengalami kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidakdapat
mengatasinya. Kecemasan inimempunyai akibat menghambat atau
merugikanperkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini
dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang sebentar dan
lama.Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat
menimbulkan traumatis padaindividu jika menghadapi situasi yang
sama dengan situasi penyebab munculnya kecemasan.Sedangakan
kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan merusak
kepribadian individu. Halini akan berlangsung terus menerus
bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisiindividu.
Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai
macam penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan
darah), excited (heboh, gempar).

1.4.5 Gangguan Kecemasan


Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki
ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan
tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri
Fauziah & Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan
dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya
berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari
situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya
merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda
kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang
spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada
gangguan panik antara lain ; sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
mual,rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang
penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa
setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau
kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety
Disorder)Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran
yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatik, yangmenyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan
sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang
nyata.Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2005:71) membagi gangguan
kecemasan yang terdiri dari :
1. Panic Disorder
Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan
panik yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang
bagi orang lainbukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa
simtom yang menandakan kondisi panik tersebut, yaitu nafas yang
pendek, palpilasi(mulut yang kering) atau justru kerongkongan
tidak bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
2. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi
dimana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik
secara fisik maupun psikologis untuk melepaskan diri. Orang-
orang yang memiliki agrophobia takut pada kerumunan dan
tempat-tempat ramai.

1.4.6 Dampak Kecemasan


Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun
situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini
tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya,
emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat
mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan
dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler, 2004:304). Yustinus
Semiun (2006:321) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam
beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu
yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa
tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada
individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin
terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real
yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara
efektif, danakhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang
gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari
kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi
secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan
kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk
melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
mengancam.Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama
jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.
Menurut Savitri Ramaiah (2005:9) kecemasan biasanya
dapatmenyebabkan dua akibat, yaitu :
1. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara
normal atau menyesuaikan diri pada situasi.
2. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil
tindakan pencegahan yang mencukupi.

1.5 Progressive Muscle Relaxation


1.5.2 Pengertian
Relaksasi progresif adalah memusatkan suatu perhatian pada suatu
aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksai, untuk
mendapat perasaan relaksasi (Townsend, 2010). Relaksasi progresif
merupakan kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dengan
rangkaian kontraksi serta relaksasi otot (P.A.Potter&Perry,2005).
Relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang memerlukan
imajinasi dan sugesti (Davis, 2008).

1.5.2 Tujuan relaksasi progresif


Menurut Setyoadi (2011) bahwa tujuan dari relaksasi progresif
adalah
1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanandarah tinggi, frekuensi jantung, dan laju metabolic.
2) Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak
memfokus perhatian seperti relaks
4) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
6) Mengatasi insomnia
7) Membangun emosi dari emosi negatif

1.5.3 Manfaat relaksasi otot progresif


Menurut (Davis, 2008) relaksasi progresif memberikan hasil yang
memuaskan dalam program terapi terhadap ketegangan otot, menurunkan
ansietas, memfasilitasi tidur, depresi, mengurangi kelelahan, kram otot,
nyeri pada leher dan punggung, menurunkan tekanan darah tinggi, fobia
ringan serta meningkatkan konsentrasi. Target yang tepat dan jelas dalam
memberikan relaksasi progresif pada keaadaan yang memiliki respon
ketegangan otot yang cukup tinggi dan membuat tidak nyaman sehingga
dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.

1.5.4 Prinsip kerja relaksasi progresif


Menurut Mc Guidan & Lehrer (2007), dalam melakukan relaksasi
progresif hal yang paling penting dikenali adalah ketegangan otot, ketika
otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan disampaikan ke otak
melalui jalur saraf afferent. Tenson merupakan kontraksi dari serat otot
rangka yang menghasilkan sensasi tegangan. Relaksasi adalah
pemanjangan dari serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi
ketegangan. Setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang,
kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks, ini merupakan sebuah
prosedur umum untuk mengidentifikasi lokalisasi, relaksasi dan merasakan
perbedaan antara keadaan tegang (tension) dan relaksasi yang akan
diterapkan pada semua kelompok otot utama.

1.5.5 Prosedur terapi relaksasi progresif


1) Pengertian : Relaksasi progresif adalah memusatkan suatu perhatian
pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relasai,
untuk mendapat perasaan relaksasi (Townsend, 2010) .
2) Tujuan Terapi : Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher
dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan laju
metabolic(Setyoadi,2011) .
3) Persiapan
a) Ruangan yang nyaman
b) Musik lembut
4) Pelaksanaan
a) Meminta kepada klien untuk melonggarkan pakaian, ikat pinggang
membuka sepatu dan kaos kaki.
b) Meminta klien untuk memejamkan matanya dengan lembut.
c) Meminta klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskan
nafas dengan panjang
d) Meminta kepada pasien untuk : menarik nafas dalam dan
menghembuskan dengan panjang
5) Meminta pasien : mengerutkan dahi, mengedipkan mata, membuka
mulut lebar-lebar, menekan lidah pada langit-langit mulut,
mengatupkan rahang kuat-kuat, bibir dimonyongkan kedepan dan
tetaplah tegang selama 5 detik, hembuskan nafas perlahan dan
kendurkan secara perlahan katakan dalam hati : “rileks dan pergi”
6) Meminta pasien menekan kepala kebelakang, anggukkan kepala
kearah dada.
7) Meminta pasien untuk memutar kepala kebahu kanan, dan putar
kepala kebahu kiri.
8) Mengangkan kedua bahu seolah ingin menyentuh telinga,
mengangkat bahu kanan seolah-olah ingin menyentuh telinga, dan
mengangkat bahu kiri seolaholah ingin menyentuh telinga.
9) Menahan lengan dan tangan mengepal, kemudian mengepalkan
tangan bengkokkan lengan pada siku, mengencangkan lengan sambil
tetap mengepalkan tangan, tahan 5 detik, hembuskan nafas perlahan
sambil mengendurkan dan katakan dalam hati “rileks dan pergi”
10) Menarik nafas dalam dan mengencangkan otot-otot dada dan tahan 5
detik, hembuskan nafas dan kendurkan secara perlahan, sambil
katakan dalam hati :“relaks dan pergi”
11) Menarik nafas dalam dan mengencangkan otot-otot dada dan tahan 5
detik, hembuskan nafas dan kendurkan secara perlahan, sambil
katakan dalam hati : “relaks dan pergi”
12) Meminta melengkungkan punggung ke belakang sambil menarik
nafas dalam dan tekan lambung keluar, tahan 5 detik, hembuskan
nafas dan kendurkan secara perlahan, katakan : “rileks dan pergi”
13) Meminta mengencangkan pinggang, tekan tumit kaki ke lantai,
kencangkan otot kaki dibawah lutut, tekuk jari kaki kebawah seolah–
olah menyentuhtelapak kaki, angkat jari kaki keatas seolah – olah
hendak menyentuh lutut, tahan 5 detik, hembuskan nafas dan
kendurkan secara perlahan, katakan :“rileks dan pergi”

1.5.6 Evaluasi
a) Mengeksplorasi perasaan pasien
b) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan umpan
balik dari terapi yang telah dilakukan.
BAB3

PEMBAHASAN

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak


menyerang wanita dan merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah
penyakit kanker paru. Di Indonesia sendiri terdapat sebanyak 61.682 kasus
dengan diagnosis kanker payudara. Dari data yang kelompok kita dapatkan, di
ruang dahlia RSUD dr. H. Koesnadi Bondowoso pasien dengan CA Mamae
dengan menjalankan proses kemo terapi yang ditransfer oleh UGD ke Paviliun
Dahlia rata-rata mencapai angka 20-25 orang di usia produktif dan mendapatkan
intervensi edukasi terhadap pasien maupun keluarga pasien untuk mengurangi
tingkat kecemasanya (Rekam Medik, 2020). Akan tetapi belum mendapatkan
intervensi perilaku seperti terapi relaksasi yang merupakan suatu metode terapi
melalui prosedur relaksasi otot.

Pengobatan terapi medis dalam kanker salah satunya adalah dengan


Kemoterapi. Pada kanker stadium lanjut, kemoterapi merupakan satu-satunya
metode pilihan yang sangat efektif. Menurut Syarif & Putra (2014) Kemoterapi
merupakan salah satu terapi medis yang digunakan dalam pengobatan kanker,
terutama terhadap kanker sistemik dan kanker dengan metastasis klinis ataupun
subklinis. Pada kanker stadium lanjut, kemoterapi merupakan satu-satunya metode
pilihan yang sangat efektif. Akan tetapi, kemoterapi dapat mengakibatkan efek
samping seperti alopesia, mual muntah, gangguan saluran cerna, gangguan
keseimbangan cairan elektrolit (Herizchi, Asvadi, Piri, dan Golchin, 2015).

Akibat efek samping yang terjadi menyebabkan pasien menjadi cemas


sehingga memilih untuk menghentikan terapi yang dapat mempengaruhi kualitas
hidupnya. Kecemasan yang dirasakan pasien kanker dapat muncul akibat tidak
adanya kepastian penyembuhan tentang penyakit, pengobatan dan prognosisnya.
Menurut (Montaño, D. E.,& Kasprzyk,2008), kecemasan adalah suatu manifestasi
dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang
mengalami tekanan perasaan dan pertentangan bathin atau konflik. Stimulus
terhadap stress/cemas melibatkan pengaktifan sistem saraf simpatis dan
pengeluaran berbagai macam hormon dan peptida, termasuk sumbu
hypothalamic–pituitary–adrenal (HPA), sistem opioid endogen, arginine
vasopresin, dan oksitosin (Corwin, 2008). Reaksi saraf simpatis terjadi karena
adanya stimulus stress/cemas merangsang HPA. Aktivasi sumbu HPA bermula
dengan pengeluaran corticotropin- releasing hormone (CRH) dari inti
paraventrikular hipotalamus menuju ke aliran darah portal hipotalamus-hipofisis,
yang pada tugasnya merangsang pengeluaran adrenocorticotropic hormone
(ACTH) dari hipofisis anterior, sama halnya seperti arginine-vassopressin (AVP)
dari kelenjar pituitari posteriorior (Lazenby, 2011).

Untuk pasien yang menjalani kemoterapi, dukungan psikologis sangat


diperlukan untuk membantu pasien mengurangi kecemasan. Selain itu pasien
dapat diberikan terapi perilaku seperti terapi relaksasi yang merupakan suatu
metode terapi yang melalui prosedur relaksasi otot, agar pasien secara sadar dapat
mengendalikan aktifitas fisik dan psikis, sehingga dapat menstabilkan emosi dan
mengatasi kecemasan akibat kemoterapi. Salah satu terapi yang dapat mengurangi
kecemasan yaitu Progressive Muscle Relaxation. Terapi latihan Progressive
Muscle Relaxation merupakan terapi yang terfokus untuk mempertahankan
kondisi relaksasi yang dalam. Terapi Progressive Muscle Relaxation melibatkan
kontraksi dan relaksasi mulai dari kaki kearah atas atau dari kepala ke arah bawah.

Untuk meregakan otot secara progresif dimulai dari meregangkan dan


menegangkan otot tubuh. Dengan cara ini otot dapat meningkatkan kesadaran
terhadap respon otot tubuh terhadap stress dan ketegangan (Syarif dan
Putra,2015). Tujuan dari beberapa PMR ini dapat menurunkan nyeri, tekanan
darah, kecemasan dan stress (Conradt dan Roth, 2007). Menurut Lee dkk (2012)
Khasiat PMR ditemukan hampir setara dengan menerima 0,5 mg Alprazolam dan
trazolobenzodiazepine dimana jenis obat diatas adalah obat untuk mengatasi
gangguan kecemasan dan gangguan panik. Dan obat ini dapat mengurangi
ketegangan psikologis yang dirasakan, sehingga membuat orang
mengkonsumsinya merasa lebih tenang.

Pada saat dilakukan intervensi terapi PMR, ada dua komponen utama yang
terjadi didalam tubuh, yaitu meregangkan otot dan merelaksasikannya, tujuan dari
gerakan PMR ini ada beberapa macam diantaranya menurunkan nyeri,
menurunkan tekanan darah, menurunkan kecemasan dan stress (Conrat & Roth,
2007). Hal ini terjadi dengan jalur neuromuscular afferent menginervasi formasi
retikuler, yang kemudian memproyeksikan hipotalamus posterior. Pengurangan
otot skeletal sat melakukan gerakan menyebabkan hilangnya nada ergotropik
hipotalamus, berkurangnya muatan korteks hipotalamus, sehingga mendominasi
system thropotropik melalui aktivitas timbal balik antara ergotropik dan
trhopotropik, sehingga terjadi promosi istirahat dan perbaikan dalam tubuh, yang
merupakan respon penurunan kecemasan dan stress (Congrat & Roth, 2007).

Dalam literature yang kami akses melalui google scholar, di temukan


beberapa jurnal penelitian yang menggunakan intervensi relaksasi otot progresiv
(Progressive Muscle Relaxation) diantaranya yaitu :

1. penelitian yang dilakukan oleh (Tsitsi et al., 2017), bertujuan untuk


menilai efek Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan Guide Imagery
(GI), dalam mengurangi tingkat kecemasan di kalangan orang tua dengan
anak yang didiagnosis dengan semua jenis keganasan yang menerima
pengobatan aktif di Unit Onkologi Anak di Republik Siprus. Jumlah
sampel sebanyak 54 orang tua dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit
dengan keganasan yang dipilih secara acak. Pada hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan kecemasan secara signifikan antara kelompok
control dan kelompok intervensi (2,63 vs 2,19) dengan nilai (p= 0,031).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa PMR dan GI dapat mengurangi
kecemasan dan memperbaiki keadaan mood pada orang tua dan anakanak
dengan kasus keganasan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Gupta, Kumari, & Kaur, 2016), bertujuan
untuk menilai efektivitas tekhnik PMR pada manajemen gejala fisik pasien
kanker yang menerima kemoterapi. Sampel terdiri dari 60 Subyek kanker
yang menerima kemoterapi di rumah sakit yang dipilih dari Amritsar,
Punjab. (30 di kelompok eksperimen dan 30 di kelompok
kontrol). Pada hasil penelitian menunjukkan intensitas muntah dalam
percobaan kelompok selama penilaian pra-intervensi, mayoritas (86,7%)
memiliki intensitas sedang. Muntah diikuti intensitas ringan 13,3% muntah
dan pasca intervensi mayoritas (70%) tidak diikuti oleh 26,7% memiliki
intensitas muntah ringan dan 3,3% sedang sedang muntah. Nilai antara
pra-intervensi dan post intervention 4,862 yang ditemukan secara statistik
sangat signifikan (p <0,001). Di kelompok kontrol selama pra-intervensi
penilaian, mayoritas (83,3%) telah muntah sedang diikuti 10% memiliki
intensitas ringan muntah diikuti dengan 6,7% memiliki intensitas muntah
yang tinggi dan di pasca intervensi mayoritas (80%) telah muntah sedang
diikuti 13,3% memiliki intensitas muntah ringan dan 6,7% memiliki
intensitas muntah yang tinggi. Nilai antara intervensi pra-intervensi dan
pasca 1.0 yang ditemukan secara statistik tidak signifikan pada kelompok
kontrol pada p <0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik PMR
sangat efektif dalam mengurangi gejala fisik pada pasien kanker yang
mendapat kemoterapi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh (Herizchi et al., 2012), bertujuan untuk
mengetahui pengaruh latihan PMR terhadap kecemasan dan depresi pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Sampel 60 pasien yang
didiagnosis dengan kanker yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar peserta merasa puas dengan belajar dan
mengalami teknik ini. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sisik
dalam kasus dan kelompok kontrol setelah satu bulan (p > 0,05). Namun
setelah 3 bulan, kecemasan dan depresi jauh meningkat pada pasien yang
menjalani latihan relaksasi otot progresif dengan nilai (p <0,05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa latihan PMR dapat menurunkan kecemasan dan
depresi pada penderita kanker.
4. Penelitian yang dilakukan oleh (Syarif & Putra, 2014), bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh PMR terhadap penurunan kecemasan pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi di BLU RSUDZA. Sampel yang
diteliti sebanyak 30 orang responden yang menjalani kemoterapi di ruang
Mamplam III BLU RSUDZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan skor kecemasan pada pengukuran kedua antara
kelompok intervensi dan control dengan nilai (p = 0,003).
Dari literatur yang telah kelompok telaah di atas, kelompok menyarankan
kepada pihak RSU dr. H. koesnadi Bondowoso khususnya Paviliun rawat inap
Dahlia yang banyak terdapat pasien dengan CA Mamae dan menjalankan kemo
terapi untuk menggunakan intervensi relaksasi otot progresiv (Progressive Muscle
Relaxation) dalam hal ini untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien
tersebut, mengingat di paviliun dahlia sendiri belum menerapkan intervensi
perilaku seperti terapi relaksasi yang merupakan suatu metode terapi melalui
prosedur relaksasi otot.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel


jaringan tubuh yang tidak normal dan tidak terkontrol sehingga dapat
mengganggu dan merusak sel-sel jaringan tubuh lainnya¸salah satunya kanker
payudara, kanker payudara adalah keganasan yang berasal yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara yang ditandai dengan
adanya benjolan di payudara. Pada kanker stadium lanjut, kemoterapi merupakan
satu-satunya metode pilihan yang sangat efektif. kemoterapi dapat mengakibatkan
efek samping yang menyebabkan pasien menjadi cemas sehingga memilih untuk
menghentikan terapi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya, Untuk pasien
yang menjalani kemoterapi, dukungan psikologis sangat diperlukan untuk
membantu pasien mengurangi kecemasan.

Selain itu pasien dapat diberikan terapi perilaku seperti terapi relaksasi
yang merupakan suatu metode terapi yang melalui prosedur relaksasi otot, agar
pasien secara sadar dapat mengendalikan aktifitas fisik dan psikis. Salah satu
terapi yang dapat mengurangi kecemasan yaitu Progressive Muscle Relaxation.
Terapi latihan Progressive Muscle Relaxation merupakan terapi yang terfokus
untuk mempertahankan kondisi relaksasi yang dalam. Terapi Progressive Muscle
Relaxation melibatkan kontraksi dan relaksasi mulai dari kaki kearah atas atau
dari kepala ke arah bawah.

4.2 Saran

Menyadari bahwa kelompok masih jauh dari kata sempurna, untuk


kedepannya diharapkan pembaca akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang telaan jurnal EBN diatas dengan sumber sumber yang lebih banyak untuk
mrngoptimalkan kesempurnaan jurnal EBN selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai