Anda di halaman 1dari 77

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN KHUSUS

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI UMUM


TERENCANA DI PLANT WORKSHOP PT KALIMANTAN
PRIMA PERSADA JOBSITE TANJUNG ALAM
KALIMANTAN SELATAN

Oleh :

Agus Riyanto
NIM. R0007015

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

Gambaran Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana Di Plant Workshop Pt.


Kalimantan Prima Persadada Jobsite Tanjung Alam Kalimantan Selatan

dengan peneliti :

Agus Riyanto
NIM. R0007015

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

14 Juni 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Putu Suriyasa, dr.,MS,PKK.,Sp.Ok Live Setyaningsih, SKM.


NIP. 19481105 198111 1 001

Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Putu Suriyasa, dr.,MS,PKK.,Sp.Ok


NIP. 19481105 198111 1 001
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Agus Riyanto, 2010. GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI UMUM


TERENCANA DI PLANT WORKSHOP PT. KALIMANTAN PRIMA
PERESADA JOBSITE TANJUNG ALAM KALIMANTAN SELATAN.
PROGRAM D. III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

PT. Kalimantan Prima Persada merupakan suatu kontraktor pertambangan


batubara dan Jasa penjualan Batu bara dimana kegiatan operasionalnya
mempunyai tingkat resiko bahaya yang tinggi yang dapat menimbulkan terjadinya
kecelakaan sehingga menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan, karyawan
maupun lingkungan hidup, inspeksi Terencana merupakan salah satu cara dalam
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja yang bertujuan untuk
mengidentifikasi semua kondisi fisik yang tidak standar ditempat kerja kemudian
memperbaikinya sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja.
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa di seluruh tempat kerja
pastinya mempunyai potensi bahaya yang beraneka ragam baik itu timbul dari
tindakan yang tidak aman maupun kondisi yang tidak standar yang merupakan
penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan. Dalam statistik ilmu keselamatan
dan kesehatan kerja menyebutkan bahwa kondisi yang tidak standar mempunyai
pengaruh 10% terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Akan tetapi persentase yang
bisa dibilang kecil tersebut dapat berkembang menjadi besar apabila kondisi yang
tidak standar tersebut tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik. Oleh sebab itu
kondisi yang tidak standar harus segera diidentifikasi dan dilakukan perbaikan
sebelum berkembang menjadi kecelakaan kerja.
Metode penelitian yang penulis pakai adalah deskriptif yang artinya
penulis mencoba menggambarkan yang sejelas-jelasnya tentang bentuk
pelaksanaan inspeksi umum terencana di departermen Plant workshops PT.
Kalimantan Prima Persada jobsite Tanjung Alam dan membandingkannya dengan
standar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di PT. Kalimantan Prima Persada
telah melaksanakan inspeksi umum terencana sesuai dengan standar perusahaan
khususnya PSMS ( Pama Persada Management System) elemen 3 tentang Inspeksi
serta Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. PER. 05/ MEN/ 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lampiran II bagian 7 tentang
standar pemantauan dan pemeriksaan bahaya disebutkan bahwa inspeksi tempat
kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. Saran yang diberikan adalah
peningkatan kualitas bukan kuantitas dari pelaksanaan inspeksi serta penilaian
dilakukan secara obyektif terhadap kondisi yang sebenarnya.

Kata kunci : Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana


Kepustakaan : 12, 1990 - 2005 commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadiat Allah SWT yang telah

memberikan begitu banyak kelimpahan rahmat, hidayah serta kenikmatan yang

tidak terhingga nilainya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan

Laporan khusus dengan judul “Gambaran Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana

Di Plant Workshops PT. Kalimantan Prima Persada Jobsite Tanjung Alam

Kalimantan Selatan”.

Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan

Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Disamping itu

praktek kerja lapangan ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna

mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta problematika dalam

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di dunia kerja yang

sesungguhnya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan magang sampai dengan

selesainya laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik

berupa bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga telah memberikan semangat

dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas berkat, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan magang ini.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Bapak Prof.Dr. A.A. Subiyanto, dr,MS. Selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,MS,PKK.,Sp.Ok Selaku Ketua Progam D. III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing I.

4. Ibu Live Setyaningsih, SKM Selaku Dosen Pembimbing II

5. Bapak Missi Koswara Selaku SHE DEPARTEMENT HEAD.

6. Bapak Dede Rusnandar, Bapak Hadi Widodo, Bapak Muhamad Akmal

Kurniawan, Ibu Wetty selaku pembimbing penulis di Head Office dan

jajaran staff SHE di Head Office Jakarta.

7. Bapak Bagus Kurnia selaku HRD Officer yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan program magang di PT.

Kalimantan Prima Persada.

8. Bapak Bambang Irianto, Bapak Hartobi, Bapak Saputra Sabrani, selaku

jajaran staff SHE Departemen Jobsite Tanjung Alam dan Selaku

Pembimbing penulis yang telah memberikan banyak pengetahuan serta

pengalaman yang sangat berharga kepada penulis serta sambutan

hangatnya yang tidak akan penulis lupakan jasa-jasa mereka.

9. Bapak Muhammad Ali, Bapak Agus Miyatno, Bapak Reza Sukendi ,

Bapak Said, Bapak Ujang selaku jajaran staff di Plant Workshops PT.

Kalimantan Prima Persada jobsite Tanjung Alam yang telah rela

memberikan kesempatan, waktu, dan pengetahuan mengenai penelitian

ini serta bimbinganya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.


commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10. Kedua Orang Tuaku tercinta, saudara-saudaraku, terima kasih atas kasih

sayangnya, doa,semangatnya, serta dukungannya yang tak ternilai

harganya. “I Love U all”.

11. Teman-teman Angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak dapat kami

sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam

menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah

diberikan oleh semua pihak dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik

dan bantuan yang telah diberikan, AMIN. Akhir kata penulis mengharap saran dan

kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini, sehingga dapat

berguna dan bermanfaat dikemudian hari.

Surakarta, Juni 2010

Penulis,

Agus Riyanto

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7

B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30

A. Metode Penelitian ............................................................................. 30

B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 30

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 30


commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Teknik Pengambilan Data ................................................................. 31

E. Sumber Data ...................................................................................... 31

F. Pelaksanaan ....................................................................................... 32

G. Analisia Data ..................................................................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 33

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 33

B. Pembahasan ....................................................................................... 48

BAB V KESIMPULAN ,IMPLIKASI,SARAN ........................................... 61

A. Kesimpulan........................................................................................ 61

B. Implikasi ............................................................................................ 63

C. Saran .................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 66

LAMPIRAN

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kekritisan Bahaya Menurut PSMS ……....................................... 44

Tabel 2. Tingkat Keparahan Menurut PSMS……………………….......... 45

Tabel 3 Tingkat Kekerapan Menurut PSMS…............................................ 46

Tabel 4 Tingkat Kemungkinan Menurut PSMS…...................................... 47

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida Kecelakaan Frank Bird…........................................... 13

Gambar 2. Teori Domino………………..................................................... 14

Gambar 3. Teori Gunung Es………………………………....................... 18

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ceklis Inspeksi Terencana Plant Workshop

Lampiran 2. SOP (Standart Operation Prosedur) Inspeksi Terencana

Lampiran 3. Lembar kontrol Inspeksi peralatan listrik portable

Lampiran 4. Lembar kontrol Inspeksi Safety Harness

Lampiran 5. Lembar kontrol Inspeksi Las listrik

Lampiran 6. Lembar kontrol Inspeksi Alat Angkat

Lampiran 7. Lembar kontrol Inspeksi tangga portable

Lampiran 8. Lembar kontrol Las Oxy – Actytiline

Lampiran 9. Lembar kontrol Inspeksi Tabung Bertekanan

Lampiran 10. Lembar Deviasi, Ralat dan Tindak lanjut

Lampiran 11. Photo Deviasi, Rectification & Follow-up Form

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Semenjak revolusi industri di Eropa tahun 1800an, perkembangan

industialisasi saat ini begitu pesat dan merupakan syarat mutlak dalam

pembangunan di setiap negara. Perkembangan industri saat ini selalu diikuti

dengan perkembangan teknologi yang kian hari kian berkembang. Pergeseran

teknologi dari tenaga manusia ke tenaga mesin sudah cukup dirasakan dampak

positifnya yaitu kemudahan-kemudahannya dalam upaya pencapaian produktifitas

yang setinggi-tingginya akan tetapi apabila dalam penggunaan tekhnologi tersebut

tidak memperhatikan aspek keselamatan kerja maka yang sering terjadi adalah

dampak buruk yang mengakibatkan kerugian, baik terhadap manusia (cidera atau

cacat), kerusakan harta benda, atau terganggunya proses produksi didalam

kelangsungan operasional perusahaan.

Aspek keselamatan dan kesehatan kerja atau yang sering disebut K3

menjadi solusi mutlak untuk melindungi aset-aset perusahaan yang sangat

berharga dalam kelangsungan dan kesinambungan proses produksi. Dimana sudah

kita ketahui banyak sekali usaha yang terpuruk karena ketidakmampuannya dalam

mengelola sumber daya manusia termasuk didalamnya melindungi keselamatan

kerja dari tenaga kerja dan memberikan kesehatan yang memadai. Selain itu

sekarang banyak dari konsumen yang sudah jeli dalam menacari produk yang

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

mereka kehendaki termasuk menuntut produk yang ramah lingkungan dan yang

aman baik material maupun proses produksinya.

Penggunaan teknologi maju dan mutakhir juga diterapkan dalam industri

pertambangan yang dalam pelaksanaan proses produksinya mengunakan alat-alat

berat dan bahan-bahan berbahaya yang mempunyai tingkat resiko bahaya tinggi

yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja apabila tidak dikelola

dengan baik.

Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat

mengakibatkan cidera terhadap manusia dan kerugian pada harta benda. (Frank E

Bird,1990).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan

kerja ( Suma’mur, 1996).

Jika dilihat dari pengertian diatas akibat yang ditimbulkan karena

kecelakaan adalah kerusakan, kekacauan organisasi, kesedihan, keluhan, dan

cedera serta kematian. Bila dihitung-hitung biaya yang ditimbulkan akibat dari

kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung sangatlah besar sehingga

bila diperhitungkan secara rasional ini merupakan kehilangan yang berjumlah

besar (Suma’mur,1996).

Dilihat dari kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja maka perlu

diadakan pencegahan serta pengendalian karena sudah kita ketahui bersama

bahwa kecelakaan terjadi pasti ada sebabnya, kondisi yang tidak standar adalah

potensi bahaya yang dapat menjadi penyebab langsung terjadinya kecelakaan atau

insiden. Pada dasarnya bahaya memang tidak dapat dihilangkan akan tetapi dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

diminimalisir dan dikendalikan. Oleh karena itu kondisi yang tidak standar harus

diidentifikasi sedini mungkin dan segera diadakan tindakan perbaikan sebelum

berkembang menjadi kecelakaan kerja. Salah satu cara pencegahan kecelakaan

kerja dalam keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah dengan

mengadakan “inspeksi umum terencana”.

Inspeksi umum terencana merupakan suatu cara yang efektif untuk

mengetahui adanya penyebab kecelakan secara mendetail di tempat kerja.

Menurut Permenaker No. Per 05\MEN\1996 Lampiran II Elemen 7 tentang

Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebutkan “bahwa

inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilakukan secara teratur”. Pelaksanaan

Inspeksi terencana disini tidak ditujukan untuk mencari kesalahan, tetapi lebih

ditujukan untuk meyakinkan apakah semua kondisi di tempat kerja serta tata cara

kerja dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada serta norma-norma

keselamatan dan kesehatan yang telah ditetapkan.

PT. Kalimantan prima persada merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang industri pertambangan batubara. Didalam proses produksinya

perusahaan menggunakan peralatan- peralatan yang berkapasitas besar, baik

berupa alat-alat berat maupun peralatan pengangkutnya yang menggunakan unit

dengan kapasitas yang besar pula. Hal itu dikarenakan proses operasional

penambangan berhubungan langsung dengan alam dan menuntut hasil produksi

setinggi-tingginya. Dalam kaitannya tersebut unit-unit yang digunakan dalam

kegiatan produksi selalu dilakukan perawatan ataupun perbaikan untuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

menunjang kerlangsungan proses produksi serta meminimalisir terjadinya

kegagalan yang tidak direncanakan.

Di Departemen Plant Workshop merupakan departemen yang bertugas

melakukan perbaikan unit-unit khusus produksi yang mengalami kerusakan atau

yang sering disebut dengan istilah breakdown. Di departemen ini juga mempunyai

andil yang besar dalam pencapaian produktifitas perusahaan. Dikarenakan

semakin cepat perbaikan atas unit-unit yang rusak maka kelangsungan produksi

juga akan lancar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan inspeksi umum terencana di Plant Workshop PT.

Kalimantan Prima Persada Jobsite Tanjung Alam Kalimantan Selatan ?

2. Seberapa jauh tingkat kesesuaian pelaksanaan inspeksi umum terencana di

Plant Workshop dengan standar perusahaan serta perundang-undangan yang

ada ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan inspeksi umum terencana di Plant

Workshops PT. Kalimantan Prima Persada jobsite Tanjung Alam Kalimantan

Selatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

2. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kesesuaian pelaksanaan inspeksi

umum terencana di Plant Workshops dengan standar perusahaan serta

perundang-undangan yang ada.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan inspeksi

umum terencana di tempat kerja.

b. Berhadapan langsung dengan permasalahan yang nyata di lapangan

beserta kompleksitasnya bukan hanya sebatas teori yang di ajarkan di

bangku kuliah

c. Menggunakan keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah

didapat dan dipelajari di bangku kuliah pada khususnya untuk

merumuskan konsep, menganalisis permasalahan dan merumuskan

kemungkinan solusi terhadap permasalahan tersebut

2. Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan

evaluasi mengenai pelaksanaan inspeksi terencana di perusahaan serta sebagai

motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas Inspeksi umum terencana di PT.

Kalimantan Prima Persada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

3. Program D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar

khususnya masalah inspeksi di tempat kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Menurut Undang - undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

dalam pasal 1 tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-

sumber bahaya, sedangkan yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan,

lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang

berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

2. Potensi Bahaya

a. Pengertian Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah fakor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang

dapat mendatangkan kecelakaan, bahaya tersebut potensial jika fakor-faktor

tersebut belum mendatangkan kecelakaan ( Suma`mur, 1996)

b. Macam Sumber Bahaya

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian yang merugikan.

Kejadian tersebut tidak begitu saja tanpa ada penyebabnya. Sebagaimana

diterangkan dalam Undang - undang No. 1 tahun 1970 bahwa ditempat kerja

terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan


commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

tenaga kerja. Adapun sumber dari kejadian yang dapat mengakibatkan kecelakaan

kerja adalah sebagai berikut :

1) Bangunan, Peralatan dan Instalasi

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian.

konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan

tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Instalasi harus

memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi.

Sebelum operasi harus dilakukan percobaan untuk menjamin keselamatan serta

dioperasikan oleh orang yang ahli dibidangnya agar memenuhi standar yang

ditentukan.

Peralatan meliputi mesin dan alat atau sarana lain yang digunakan. Elemen

ini merupakan faktor penyebab utama terjadinya insiden. Perawatan peralatan

bukan hanya menurut waktu pemakaian melainkan juga didasarkan pada kondisi

bagian-bagiannya. Tanpa perawatan yang teratur, keadaan mesin berubah menjadi

penyebab bahaya. Peralatan yang haruslah digunakan semestinya serta dilengkapi

dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu dapat menimbulkan macam-

macam bahaya seperti: Kebakaran, Sengatan Listrik, Ledakan, Luka-Luka dan

Cedera.

2) Material

Tiap - tiap material mempunyai bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda

sesuai sifat bahaya, antara lain :

a) Mudah terbakar

b) Menimbulkan energi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

c) Mudah meledak

d) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan

e) Menyebabkan kanker

f) Menyebabkan kelainan pada janin

g) Bersifat racun dan radioaktif (Syukri Sahab, 1997)

3) Proses

Bahaya dari proses produksi sangat bervariasi tergantung dari teknologi

yang digunakan. Proses yang digunakan dalam industri ada yang berbahaya dan

ada pula proses yang kurang berbahaya. Bahaya yang sering ditimbulkan dalam

proses produksi antara lain: Debu, Asap, Panas, Bising, dan Mekanis seperti

terjepit, terpotong, tergores, serta tertimpa material.

4) Manusia dan Cara kerja

Termasuk pekerja dan manajemen, penyebab utama kecelakaan sebagian

besar yang terjadi terletak pada karyawan, yang meliputi :

a) Karyawan yang kurang bergairah.

b) Kurang terampil.

c) Sedang terganggu emosinya. (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B.

Silalahi, 1995)

Cara kerja yang tidak benar dapat membahayakan tenaga kerja, orang lain,

dan lingkungan sekitar. Cara kerja yang demikian yang sering terjadi antara lain

mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat

mengakibatkan cedera, dan yang paling sering adalah cedera pada tulang

punggung (Syukri Sahab, 1997)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

5) Lingkungan kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis

bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit

akibat kerja serta penurunan produktifitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut

adalah :

a) Faktor Fisik : Bahaya ini timbul dari keadaan fisik di lingkungan kerja.

meliputi: Penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara,

vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.

b) Faktor Kimia : Bahaya ini bisa berasal dari bahan yang digunakan atau hasil

produksi, yang meliputi : Gas, uap, debu, kabut, asap, cairan dan benda padat.

c) Faktor Biologi : Bahaya ini bisa berasal dari golongan hewan dan tumbuhan.

Misalnya : virus, jamur, serta parasit.

d) Faktor Fisiologi : Bahaya ini berasal dari ketidaksesuaian antara konstruksi

mesin dengan ukuran tubuh tenaga kerja yang dapat menimbulkan beban kerja

tambahan. Misalnya : posisi kerja yang tidak sesuai, konstruksi mesin yang

tidak ergonomi.

e) Faktor Mental Psikologis : Bahaya yang berasal dari psikologis tenaga kerja

yang meliputi suasana kerja, pekerjaan yang monoton, ketidaksesuaian

hubungan kerja antar pekerja dan atasan dengan bawahan.( Suma’mur, 1996)

3. Insiden/ Kecelakaan

1) Kecelakaan kerja

Kecelakaan ( Insiden ) adalah semua kejadian yang tidak diinginkan yang

berpotensi menimbulkan kerugian ( harta maupun benda ) baik dalam derajat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

apapun. Dalam hal ini kejadian yang nyaris celaka dan yang sudah menimbulkan

kerugian dapat disebut juga sebagai insiden.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak

terduga disini , oleh karena tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk

perencanaan. Tidak diharapkan disini dikarenakan kecelakaan itu disertai kerugian

material atau penderitaan korban kecelakaan ( Suma’mur,1996).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan

kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan itu

terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

terkadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya sehingga meliputi

juga kecelakaan tenaga kerja pada saat perjalanan.

Pada dasarnya semua yang dapat kita kenali dengan panca indra adalah

bahaya. Apabila dua bahaya atau lebih bertemu bisa menimbulkan suatu peristiwa

yang disebut kecelakaan. Maka bahaya yang terisolasi dengan baik tidak akan

berkembang menjadi kecelakaan, akan tetapi tidak mungkin kita mengisolasi

bahaya secara keseluruhan karena dengan definisinya semua yang bisa di tangkap

dengan panca indra adalah bahaya( PSMS, 1996).

Kecelakaan mempunyai ciri-ciri :

a) Merupakan kejadian yang tidak diinginkan

b) Mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda atau

terganggunya proses.

c) Karena suatu sumber energi atau bahan yang melampaui nilai ambang batas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Dari definisi di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa kecelakaan

adalah kejadinan yang tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian

kepada manusia maupun peralatan atau harta benda.

Sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa tenaga

kerja pada saat melaksanakan pekerjaan ditempat kerja maupun pada saat menuju

atau meninggalkan tempat kerja

2) Kecelakaan Tambang

Suatu kecelakaan dapat dikategorikan sebagai kecelakaan tambang apabila

memenuhi 5 unsur seperti yang tercantum dalam pasal 39 Kepmentamben No.

555K/MPE/1995 yaitu :

a) Kecelakaan tersebut benar-benar terjadi.

b) Mengakibatkan cedera pada pekerja tambang atau orang lain yang diberi ijin

oleh kepala teknik untuk memasuki tambang.

c) Akibat usaha-usaha pertambangan.

d) Terjadi pada saat jam kerja.

e) Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha penambangan atau wilayah proyek.

Sedangkan penggolongan cidera akibat kecelakaan tambang berdasarkan

pasal 40 Kepmentamben No.555 K/MPE/1995 adalah :

a) Cidera ringan yaitu : cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan

pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula lebih dari satu hari

dan kurang dari tiga minggu termasuk hari minggu dan hari libur.

b) Cidera berat yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan

pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula lebih dari tiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

minggu termasuk hari minggu dan hari libur, menyebabkan cacat tetap, tidak

mampu melakukan tugas semula, mengalami cidera seperti :

(1) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan

atas paha atau kaki.

(2) Pendarahan dalam, pingsan karena kekurangan oksigen.

(3) Luka berat atau luka terbuka yang mengakibatkan ketidakmampuan kerja tetap

(4) Mati atau meninggal dunia : kecelakaan yang menyebabkan pekerja mati

dalam waktu 1x 24 jam terhitung terjadinya kecelakan

Dalam safety manajemen, kata kecelakaan sebaiknya tidak digunakan

karena lebih merujuk pada sesuatu yang reaktif, sementara insiden bersifat

proaktif. Terlepas dari itu maka manajemen akan menyadari bahwa kecelakaan

dapat dicegah, sedangkan kata accident akhirnya lebih merujuk pada sesuatu yang

tidak disengaja atau nasib. Padahal kecelakaan di tempat kerja semuanya bisa

dicegah dengan menghindari bertemunya sub standar action dan sub standart

condition. Sub standar berarti merujuk pada suatu standar tertentu. Unsafe lebih

bersifat kualitatif dan kira-kira, dengan menyebutkan sub standart, maka akan

melihat kesalahan dari sistem, bukan kesalahan pada seseorang.

Menurut Teori Frank Bird, 1990

1
10

30

600
Gambar 1. Piramida kecelakaan Frank Bird
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Piramida kecelakaan dari Frank Bird menyatakan kecelakaan diibaratkan

dengan angka 1 : 10 : 30 : 600 yang berarti bahwa, jika terjadi kecelakaan dan

insiden sebanyak 641 kasus, maka :

1 Kasus adalah cidera serius, cacat tetap bahkan meninggal dunia.

10 Kasus cedera ringan.

30 Kasus adalah kerusakan harta benda ( Property damage )

600 Kasus insiden nyaris celaka.

Kecelakan yang terjadi mempunyai urutan-urutan tertentu. Teori urutan ini

sering dikenal sebagai teori domino. Dalam teori ini dijelaskan bahwa kecelakaan

terjadi karena ada faktor pendukung sebelumnya. faktor dalam urutan kecelakaan

tersebut meliputi :

Lack Of Basic Immediate Accident Loss


Control Causes Causes

Inadequate Personal Substandar Contact Contact


Program Factor t Practise With With
Inadequate Energy or Energy or
Program Job Factor Substandar Subtance Subtance
Standat t Practise
Inadequate
to standat

Gambar 2 : Urutan Teori Domino ( Frank Bird, 1990)

Adapun penyebab dari kecelakaan antara lain :

1) Kurangnya Kontrol Pimpinan

Bila penyebab kecelakaan dicari sampai penyebab dasarnya maka akan

menuju pada fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actualing dan


commit to user
Controlling ( Syukri Sahab, 1997 ). Kontrol adalah salah salah satu fungsi
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

manajemen yang sangat penting. Tanpa adanya control, rangkaian kecelakaan

akan dimulai dan akan memicu faktor penyebab berikutnya yang mengakibatkan

kerugian. Tanpa pengendalian yang kuat penyebab kecelakaan dan rangkaian

efek akan memulai dan memicu berelanjutan factor penyebab kecelakaan.

Kurangnya pengendalian dapat disebabkan oleh fakor :

a) Kurangnya program

b) Kurangnya standar pada perusahaan

c) Kurangnya pengetahuan terhadap standar program

2) Penyebab Dasar

Sebab dasar dianggap sebagai akar permasalahan, penyebab riil, penyebab

tidak langsung dan penyebab pendukung. Penyebab dasar membantu menjelaskan

mengapa terdapat kondisi yang kurang standar. Sebab dasar dibagi menjadi dua,

yaitu :

a) Faktor manusia ( Personal Faktor)

(1) Kurangnya kemampuan fisik dan mental.

(2) Kurangnya pengetahuan

(3) Kurangnya ketrampilan

(4) Stres fisik dan mental

(5) Kurangnya motivasi

b) Faktor Pekerjaan

(1) Kepemimpinan dan pengawasan kurang tepat.

(2) Enginering kurang memadai.

(3) Maintenance kurang memadai.

(4) Peralatan dan perlengkapan kurang memadai.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

(5) Standar kurang memadai

(6) Pembelian Kurang memadai

(7)Penyalahgunaan wewenang.

3) Penyebab langsung

Penyebab langsung dari kecelakaan adalah sesuatu yang secara langsung

menyebabkan kontak. Penyebab langsung itu berupa :

a) Tindakan tidak aman

yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman yang berpeluang akan

terjadinya kecelakaan, meliputi :

(1) Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya.

(2) Menjalankan mesin / peralatan yang melebihi kecepatan.

(3) Membuat alat tidak berfungsi.

(4) Melepas alat pengaman.

(5) Menggunakan peralatan rusak

(6) Tidak memakai APD.

(7) Muatan yang berlebihan.

(8) Mengunakan peralatan secara tidak layak.

(9) Pengangkatan yang tidak layak.

(10) Posisi kerja yang salah.

(11) Bersendau Gurau.

(12) Berada dalam pengaruh obat-obatan atau alkohol.

b) Kondisi Tidak Aman

Yaitu Suatu kondisi yang diluar standar yang berpeluang akan terjadinya

kecelakaan, meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

(1) Pelindung atau pembatas tidak aman.

(2) Alat pelindung diri tidak layak

(3) Peralatan, mesin, material rusak.

(4) Sistem peringatan tidak berfungsi.

(5) Kebersihan, tata ruang kerja tidak layak.

(6) Kondisi lingkungan mengandung debu, gas, asap atau uap melebihi NAB.

(7) Bising.

(8) Paparan Radiasi.

(9) Temperatur yang terlalu tinggi atau rendah.

(10) Penerangan yang kurang atau berlebihan.

(11) Ventilasi yang kurang.

4. Kerugian (Loss)

Jika terjadi suatu kecelakaan maka akan mengakibatkan kerugian terhadap

manusia dan harta benda yang akan mempengaruhi kualitas dan produksi

sebagaimana pengaruhnya tehadap keselamatan, kesehatan dan keamanan.

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) menyebabkan lima jenis kerugian yaitu :

a. Kecelakaan

b. Kekacauan organisasi.

c. Keluhan dan kesedihan.

d. Kelainan dan kecatatan.

e. Kematian.

Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan seperti

Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang artinya biaya

langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada pemukaan laut, sedang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada di bawah

permukaan laut yang jauh lebih besar.

Biaya langsung
$1
Ø Perawatan dokter
Ø Biaya kompensasi atau ganti rugi
Biaya tidak langsung (biaya yang tidak
terasumsi)
$ $ 5 to $ 50
Ø Kerusakan bangunan
1 Ø Kerusakan perawata
$5 HINGGA Ø Kerusakan hasil produksi
BIAYA DALAM
Ø Gangguan dan keterlambatan produksi
50 PEMBUKUAN:
KERUSAKAN PROPERTI
Ø Biaya untuk pemenuhan aturan
Ø Biaya peralatan untuk keadaan darurat
(BIAYA YANG TAK
DIASURANSIKAN) Ø Biaya sewa peralatan
Ø Waktu untuk penyelidikan
Biaya lain (biaya tidak langsung)
$ 1 to $ 3
Gambar 1
$ 3. Teori
HINGGA $ Es
Gunung 3 Ø Gaji selama tidak bekerja
Ø Biaya penggantian/pelatihan
Ø Overtime
Ø Waktu untuk investigasi
Ø Pemenuhan hasil kerja yang celaka
sewaktu bekerja, menurunya bisnis

Gambar 3. Teori Gunung Es

Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang dicapai

baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat berupa biaya

langsung dan biaya tidak langsung.

1) Biaya Langsung meliputi :

a) Perawatan dokter

b) Biaya Kompensasi

2) Biaya tidak langsung meliputi :

a) Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi :

(1) Kerusakan bangunan

(2) Kerusakan perkakas commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

(3) Kerusakan hasil produksi dan material

(4) Gangguan dan keterlambatan produksi

(5) Biaya untuk pemenuhan aturan

(6) Biaya untuk peralatan gawat darurat.

(7) Biaya sewa peralatan

(8) Waktu untuk penyelidikan

b) Biaya-biaya lain terdiri dari :

(1) Gaji selama tidak bekerja

(2) Biaya pergantian serta pelatihan.

(3) Lembur.

(4) Ekstra waktu untuk Supervisor.

(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja

5. Pencegahan Kecelakaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian kecelakaan


adalah :

a. Prinsip pengendalian kecelakaan

1) Menanamkan dan memelihara minat terhadap upaya pengendalian

keselamatan dan kesehatan kerja.

2) Mendapatkan fakta tentang kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Tindakan koreksi sesuai fakta yang ada.

b. Langkah pengendalian kecelakaan

1) Personil : penyesuaian, disiplin organisasi keselamatan dan kesehatan

kerja struktural , fungsional dan tenaga.

2) Monitoring, melalui inspeksi, investigasi, survey statistik dan

pengukuran. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

3) Analisa penyebab, tipe kecelakaan, keseringan, lokasi pekerjaan dan alat-

alat.

c. Pemilihan upaya pengendalian

1) Persuasi dan motivasi.

2) Enginering : Teknis dan teknologi.

3) Penerapan pegendalian melalui : Supervisi, pelatihan dan teknologi

(Alkon,1998).

Menurut Suma`mur (1996) kecelakaan dapat dicegah dengan berbagai cara

antara lain :

1) Peraturan Perudangan yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi kerja.

2) Standarisasi yaitu penerapan standar-standar resmi

3) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-

undangan yang diwajibkan.

4) Penelitian teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya

5) Riset medis yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis,

patologis, faktor lingkungan, teknologi dan keadaan-keadaan fisik yang

dapat mengakibatkan kecelakaan.

6) Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang

mengakibatkan kecelakaan.

7) Penelitian statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,

banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya.

8) Pendidikan yaitu menyangkut pendidikan keselamatan teknik.

9) Pelatihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja khususnya bagi tenaga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

kerja baru.

10) Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menumbuhkan kesadaran akan keselamatan kerja.

11) Asuransi yaitu intensif financial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan.

12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

5. Sistem Pelaksanaan Inspeksi Terencana

a. Difinisi

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya

kondisi dan tindakan yang tidak aman (unsafe condition and Unsafe action) dan

segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan tersebut menyebabkan

kecelakaan.

Inspeksi umum terencana adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara

terstruktur yang ditujukan untuk memastikan keadaan fisik, housekeeping,

penumpukan, penyimpanan pada kondisi yang baik serta pemenuhan pada

standar-standar perusahaan dipertahankan secara kontinyu. (PSMS)

Dalam keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja ternyata inspeksi

keselamatan kerja merupakan salah satu cara yang mendasar dan efektif untuk

mendeteksi dini serta mengidentifikasi adanya potensi sumber bahaya ditempat

kerja yang dapat menimbulkan kerugian melalui suatu proses (Sucofindo,1997).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

b. Maksud dan Tujuan

Pada dasarnya pelaksanaan inspeksi terencana tidak untuk mencari fakta

dengan tekanan untuk mengkritik, akan tetapi yang harus ditekankan adalah

pencarian fakta untuk menemukan seluruh potensi - potensi bahaya yang ada pada

tempat kerja dan memperbaikinya sehingga dapat mencegah timbulnya

kecelakaan sehingga tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai.

Adapun tujuan inspeksi adalah sebagai berikut :

1) Tujuan umum

a) Mengidentifikasi masalah yang potensial.

b) Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja.

c) Mengidentifikasi Safety Performance bagian tersebut.

d) Mengidentifikasi akibat dari perubahan

e) Mengidentifikasi tindakan perbaikan yang ada

f) Memberikan penilaian sendiri terhadap manajemen.

g) Mendemostrasikan kesungguhan atau tekad manajemen

2) Tujuan khusus

a) Memeriksa hasil kerja secara terencana

b) Menilai kembali dan mengembangkan norma-norma keselamatan

c) Membangkitkan minat terhadap keselamatan kerja.

d) Mengevaluasi dan memperbaiki kondisi dan tindakan tidak aman.

e) Menumbuhkan dan mengkaji partisipasi supervisor terhadap keselamatan


kerja.

f) Menilai dan menggairahkan kembali program keselamatan kerja yang belum

berjalan dengan baik. (Sucofindo,1997)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

c. Macam macam inspeksi

Pada umumnya inspeksi keselamatan kerja ada dua macam yaitu :

1) Inspeksi Informal (Inspeksi yang tidak terencana)

Disebut juga inspeksi intermittent, maksudnya inspeksi ini dilaksanakan

sewaktu-waktu dalam aktifitas operasional sehari-hari di tempat kerja. Sasarannya

adalah memastikan bahwa semua pekerjaan berjalan sesuai prosedur yang ada.

Inspeksi ini membutuhkan usaha yang seksama untuk melihat potensi yang

menimbulkan bahaya. Contoh : Inspeksi Mendadak

2) Inspeksi Formal ( inspeksi terencana)

Disebut juga inspeksi periodik, dilakukan secara terencana baik tempat,

waktu, serta pelaksana inspeksi tersebut. Inspeksi ini juga di bagi 4 bagian yaitu :

a) Inspeksi Umum Terencana

adalah inspeksi secara menyeluruh yang mencakup aspek keselamatan

kerja dan ditujukan untuk mengidentifikasi kondisi fisik, housekeeping,

penumpukan, penyimpanan yang baik serta pemenuhan pada standar

perusahaan dipertahankan secara berkelanjutan.

b) Inspeksi Bagian- Bagian Kritikal

Bagaian kritikal disini adalah bagian yang apabila bagian atau barang ini

tidak dapat digunakan akan menjadi masalah utama dalam kelangsungan

proses operasional perusahaaan. Inspeksi ini ditujukan untuk memastikan

bahwa semua barang/ bagian kritikal di tempat kerja diinspeksi secara

reguler agar kegagalan yang tidak direncanakan dapat diminimalisir.

c) Inspeksi Pemeriksaan Sebelum Operasi (P2H)

Inspeksi yang dilakukan pada saat sebelum menggunakan peralatan atau


commit
kendaraan. Pelaksanaan inspeksi to user
ini dilakukan oleh karyawan yang akan
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

menggunakan peralatan atau kendaran tersebut. ditujukan untuk memastikan

bahwa semua peralatan atau kendaraan diinspeksi secara rutin agar kegagalan

yang tidak direncanakan dapat diminimalisir.

d) Inspeksi Perawatan Terencana

Inspeksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua barang atau aset

perusahaan dirawat secara baik sehingga dapat digunakan secara aman dan

menghindari kemungkinan kegagalan yang tidak direncanakan (PT. Pamapersada

Nusantara, 2002)

d. Pelaksana Inspeksi

Dalam melakukan inspeksi dibutuhkan pelaksana yang benar-benar

memahami kebijakan dan norma keselamatan kerja. Selain itu juga harus

menguasai perundang-undangan dan perauran-peraturan kerja yang dikeluarkan

oleh pemerintah maupun standar-standar lainnya (Alkon,1998).

Inspektor/ pelaksana inspeksi dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Intern perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkompeten seperti supervisor,

kepala bagian, serta yang spesialis dibidangnya seperti teknisi/ ahli yang terbaik

seperti unsur karyawan dari level terendah sampai top manajemen.

2) Eksternal perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh pegawai pengawas dari instansi pemerintah

atau pihak ketiga. (Alkon,1997).

e. Waktu Pelaksanaan Inspeksi

Inspeksi dilakukan secara periodik tertentu, yaitu :


commit to user
1) Inspeksi reguler dengan interval waktu 1-3 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

2) Mengikuti perubahan atau metode sesuai tempat kerja.

3) Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan.

4) Mengikuti petunjuk seorang ahli.

5) Mengikuti petunjuk pabrik pembuatnya.

Namun sering dilakukan dalam daerah beresiko tinggi (Alkon,1997)

f. Lokasi Inspeksi

Inspeksi dilakukan dalam situasi apapun dan dimanapun di seluruh tempat

kerja yang ada di wilayah perusahaan.

g. Pedoman Pelaksanaan Inspeksi

Pelaksanaan inspeksi dilakukan ditempat kerja melalui tiga tahapan yaitu :

1) Tahap Persiapan

a) Pemeriksaan jadwal dan team inspeksi.

b) Analisa kecelakaan yang ada.

c) Analisa laporan inspeksi yang lalu.

d) Buat daftar periksa inspeksi

e) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi.

f) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja.

g) Perencanaan jalur jalan inspeksi.

h) Anggaran waktu yang cukup.

i) Siapkan alat pelindung diri.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Pendahuluan :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Hubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk

menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

(1) Tujuan inspeksi yang diharapkan dan rencana pelaksanaan inspeksi.

(2) Tunjukan daftar periksa yang akan digunakan.

(3) Minta saran-saran yang membantu pelaksanaan inspeksi berjalan dengan

efektif dan efisien.

(4) Minta pendamping bila yang bersangkutan berhalangan untuk ikut inspeksi

b) Peta Inspeksi :

Usahakan mengikuti jalur peta inspeksi seperti yang sudah direncanakan.

c) Pengamatan :

Amati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau tidaknya

pelanggaran terhadap peraturan.

d) Observasi :

Observasi tindakan-tindakan perseorangan untuk mecocokkan dengan syarat

K3.

e) Penelitian :

Penelitian untuk memperoleh data-data atau cross check data.

f) Koreksi :

Lakukan tindakan koreksi segera bila menemukan kondisi atau tindakan yang

berbahaya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

g) Catat :

Buat catatan tentang hasil inspeksi baik kesesuaian ataupun ketidaksesuaian

kondisi dan tindakan terhadap standar yang telah ditentukan. Catatan harus jelas,

singkat, mudah dipahami.

3) Tahap Pelaporan

Dari hasil inspeksi tersebut laporkan kepada bagian yang bersangkutan dan

data-data hasil inspeksi harus tunjukan. Adapun bentuk dari laporan sebagai

berikut :

a) Pendahuluan

b) Permasalahan

c) Uraian/ Analisa

d) Kompromi diterima/ diakui permasalahan.

e) Kompromi tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan

f) Target tanggal selesai pelaksanaan perbaikan. (Sucofindo, 1997)

h. Usaha Perbaikan Sebagai Tindak lanjut

Dari hasil inspeksi diperoleh data tentang potensi bahaya yang terdapat

pada tempat kerja. Rekomendasi dari laporan dapat digunakan sebagai dasar untuk

membuat rencana kerja dan tindakan perbaikan menjadi prioritas dalam rencana

kerja. Untuk memudahkan penindak lanjutan hal tersebut, rekomendasi dapat

dikelompokkan menurut : daerah bahaya yang ditemukan, penanggung jawab

perbaikan.

Kemudian rekomendasi itu perlu dikirimkan kepada yang berwewenag

untuk pelaksanaan perbaikan. Untuk pelaksanaannya menggunakan form yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

standar dari perusahaan, penerima form rekomendasi harus memberi jawaban

tentang tindak lanjutnya pada waktu yang ditentukan dalam prosedur.

Rekomendasi dapat bersifat enginerring, supervisi, training sampai

relokasi maupun maintenance (Alkon,1997). Pada waktu tertentu supervisor harus

melaporkan perkembangan dari pelaksanaan rekomendasi kepada SHE

Departerment, sebaliknya pihak SHE Departerment harus memeriksa secara

berkala perkembangan pelaksanaan rekomendasi sesuai dengan syarat yang

dimaksud. Keadaan berbahaya yang tidak diperbaiki memberikan indikasi adanya

ketidakmulusan komunikasi manajemen dalam pelaksanaan program

i. Peraturan Perundang-undangan

1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

2) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketentuan-ketentuan

pokok mengenai ketenaga kerjaan.

3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen Keseamatan dan Kesehatan Kerja

4) Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555

K/26/MPE/1995 tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja

khusus di sektor tambang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Sumber Bahaya :
1. Manusia
2. Peralatan
3. Material
4. Lingkungan

Faktor dan Potensi Bahaya


1. Unsafe Action
2. Unsafe Condition

Terkontrol Pencegahan Kecelakaan Tidak Terkontrol


1.Peraturan
perundangan
2.Standarisasi
3.Pengawasan
4.Pendidikan
5.Riset
6.Asuransi
Resiko Kecelakaan 7.Inspeksi Insiden/ Accident
Turun

Zero Acident Kerugian


1. Langsung
2. Tidak Langsung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif

dimana penulis berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca

tentang obyek penelitian dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan

penulisan ini.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di Departemen Plant Workshops PT. Kalimantan

Prima Persada Jobsite Tanjung Alam Desa Sei Lurus, Kecamatan Sambung

Makmur, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

C. Objek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah kondisi

fisik, housekeeping, penumpukan, serta pemenuhan pada standar perusahaan di

Departemen Plant Workshops PT. Kalimantan Prima Persada Jobsite Tanjung

Alam Kalimantan Selatan

commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

D. Sumber Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data

primer dan sekunder.

1.Data Primer

Adalah data yang diperoleh dari observasi lapangan, wawancara serta

diskusi dengan karyawan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian

ini.

2. Data Sekunder

Adalah data sekunder didapatkan dengan cara mempelajari dokumen-

dokumen milik perusahaan dan juga literatur yang berhubungan dengan inspeksi

umum terencana.

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan

langsung dan ikut serta dalam kegiatan inspeksi umum terencana di

lapangan.

2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

tanya jawab dengan pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan

inspeksi umum terencana.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

3. Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari

dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan-

laporan penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan

dengan penelitian ini.

F.Pelaksanaan

Pelaksanaan magang dilakukan dalam waktu dua bulan mulai bulan April

sampai dengan bulan Mei, magang dilaksanakan di PT. Kalimantan Prima Pesada

Job Site Tanjung Alam Kalimantan Selatan.

G. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dibahas secara deskriptif yaitu gambaran

mengenai pelaksanaaan inspeksi umum terencana di Plant Workshops kemudian

dari hasil pengamatan akan dibandingkan dengan peraturan-peraturan pemerintah

dan juga standar dari perusahaan mengenai pelaksanaan inspeksi umum

terencana.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

PT. Kalimantan Prima Persada menyadari bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja serta pengolahan lingkungan hidup adalah salah satu landasan

utama dalam kegiatan operasinya. Dalam rangka mendukung hal tersebut maka

PT. Kalimantan Prima Persada melakukan program-program keselamatan dan

kesehatan kerja salah satunya dengan melaksanakan inspeksi umum terencana

agar kondisi bahaya di seluruh wilayah perusahaan dapat diidentifikasi &

diperbaiki sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya insiden, kerusakan,

dan kerugian berkaitan dengan kegiatan operasional di perusahaan.

Inspeksi umum terencana merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara

terstruktur ditujukan terhadap kondisi fisik tertentu pada kontruksi bangunan, alat

peralatan kerja, alat pencegah bahaya, bahan, dan material serta keadaan

lingkungan. Dalam kegiatan ini juga merupakan suatu cara monitoring dari

perusahaan terhadap potensi-potensi bahaya serta memberi kontribusi yang besar

dalam kelangsungan pelaksanaan keselamatan kerja di tempat kerja.

Pelaksanaan inspeksi umum terencana di PT. Kalimantan Prima Persada

diatur dalam PSMS (Pama Safety Management Sistem) pada elemen

SHE/03.01/STD dengan ruang lingkup seluruh departemen yang ada di

Perusahaan. Sesuai standar yang ada dalam elemen 03.1 tersebut dijelaskan bahwa
commit to user

33
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

setiap jobsite harus mempunyai standar yang rinci mengenai sistem pelaksanaan

inspeksi umum terencana.

Sejalan dengan hal tersebut di Departemen Plant Workshops juga

melaksanakan program inspeksi umum terencana yang telah diatur didalam Pama

Safety Management System elemen 03.1 yang meliputi tentang :

1. Pelaksana Inspeksi Umum Terencana

Pelaksana inspeksi umum terencana di Plant Workshop dilakukan oleh

seorang Group Leader yang juga dibantu oleh wakil K3LH dimasing-masing

wilayah kerja mereka sesuai dengan daftar lokasi dan penanggung jawabnya.

Penunjukan penanggung jawab sesuai dengan yang disepakati bersama. Jangka

waktu pelaksanaan inspeksi terencana minimal 1x dalam satu bulan.

2. Objek Inspeksi

Objek inspeksi umum terencana ini sesuai dengan wilayah kerja pelaksana

inspeksi masing- masing sesuai dengan daftar lokasi dan penanggung jawabnya.

Objek yang harus diperhatikan berdasarkan pada ceklis inspeksi di Workshop

antara lain: kondisi fisik tertentu di seluruh area kerja, penyimpanan dan

penumpukan barang, kondisi jalan yang digunakan lalu lalang karyawan, kondisi

daerah basah di tempat kerja (kondisi fisik toilet, kamar ganti serta disinfeksi),

Kondisi peralatan kerja, peralatan pencegahan kecelakaan, peralatan pertolongan

pertama, serta pengecekan pelaksanaan prosedur yang disini lebih ditekankan

pada behaviour (Tingkah laku) kepatuhan karyawan melaksanakan prosedur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

3. Mekanisme Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana

Pada pelaksanaan inspeksi umum terencana ini Kepala Departemen Plant

menentukan dan menyusun suatu daftar lokasi, pelaksana serta waktu pelaksanaan

inspeksi umum terencana tersebut yang tentunya memuat seluruh areal kerja

berdasarkan wilayah kerjanya masing-masing pelaksana inspeksi yang disini

dilakukan oleh pengawas lini depan yaitu seorang Group Leader. Setiap

pelaksanaan inspeksi seorang pelaksana inspeksi wajib menggunakan ceklis yang

sudah tersedia dan melengkapinya sesuai petunjuk pengisian ceklis sehingga

mempermudah pelaksanaan inspeksi.

Pada dasarnya kegiatan inspeksi terencana di Plant Workshops merupakan

suatu rangkaian kegiatan yang utuh, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Persiapan:

Pada tahap ini sebelum melakukan inspeksi umum terencana pelaksana

inspeksi awal yang disini dilakukan oleh seorang Group Leader melakukan

persiapan dengan melengkapi dirinya dengan sejumlah peralatan-peralatan

diantaranya :

1) Peralatan Administrasi meliputi :

a) Ceklis inspeksi yang berisikan tentang tempat- tempat yang akan dilaksanakan

inspeksi umum terencana, ceklis ini berupa Form yang berisikan poin

maksimal yang merupakan ketentuan yang sudah tertera pada PSMS elemen

03.1 serta poin actual yang merupakan poin hasil inspeksi yang ditentukan

oleh pelaksana inspeksi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

b) Lembar Deviasi atau penyimpangan yang merupakan hasil temuan-temuan

kondisi yang tidak standar yang diisi oleh pelaksana inspeksi. Serta tindakan

korekif yang harus dilaksanakan serta penangung jawabnya.

2) Peralatan Pelindung Diri :

Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana khususnya di Plant

Workshops mempunyai kebijakan bahwasanya semua orang yang masuk di

wilayah kerja Plant Workshops diharuskan mengunakan alat pelindung diri berupa

Topi Pengaman (Safety helmet), Kacamata pelindung (Googles), Rompi pantul,

Sepatu Safety (Safety shoes) begitu pula dengan pelaksana inspeksi umum

terencana.

b. Pengamatan :

Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana pelaksana inspeksi melakukan

pengamatan secara langsung dengan berjalan berkeliling pada areal workshops

wara, pengamatan ditujukan terhadap kondisi fisik pada benda-benda, peralatan,

bahan-bahan yang digunakan untuk produksi, serta lingkungan kerja yang dinilai

mempunyai potensi resiko bahaya yang dapat berkembang menjadi suatu

kecelakaan di wilayah workshops tersebut sesuai dengan item-item objek inspeksi

yang ada pada ceklis inspeksi yang sudah disediakan yang meliputi :

1) Kondisi Fisik di seluruh area kerja:

a) Kondisi housekeeping : Rak, meja, kursi, furnitur kantor, cabinet dengan

standar kondisi belum rusak, bersih, rapi dan jelas identitasnya.

b) Kebersihan umum : kebersihan dengan standar bersih dari sampah, debu dan

oli.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

c) Kondisi lantai, atap, dinding, jendela, pintu, ventilasi, lampu penerangan,

sambungan kawat pertanahan dengan standar permukaan yang utuh.

d) Kondisi jalan yang digunakan lalu lalang karyawan yang meliputi : Daerah

jalan atau daerah bekerja, jalur evakuasi keadaan darurat, kondisi parkir yang

mencukupi (Parkir Mundur).

e) Tempat sampah dengan standar isi sesuai (tidak tercampur sampah B3,

organik, dan anorganik) dan tidak penuh.

f) Kode warna dan rambu-rambu tanda letaknya sesuai dan terlihat jelas.

2) Mesin- mesin :

a) Kondisi dengan standar komponen masih lengkap, masih layak digunakan,

bersih dari debu dan oli.

b) Label peringatan dengan standar sesuai kondisi termasuk penanggung

jawabnya ( Lock Out dan Danger tag)

c) Safety Device dengan standar berfungsi normal.

d) Pedoman bekerja dengan standar manual masing-masing mesin.

3) Penyimpanan dan penumpukan barang yang meliputi kondisi

penyimpanan perkakas kerja, penyimpanan silinder gas, penyimpanan dan

pengendalian bahan kimia berbahaya dan mudah terbakar dengan standar tersusun

sesuai letaknya, bersih dan rapi

4) Kondisi daerah basah di tempat kerja yang meliputi kondisi fisik toilet,

kamar ganti serta disinfeksi .

5) Kondisi peralatan kerja serta peralatan pencegahan kecelakaan yang

meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

a) Alat-alat lock out danger tag, kondisi overhead cranes, slings cranes, kondisi

dengan standar tidak rusak, serta berfungsi normal.

b) Tabung gas dengan standar penyusunan sesuai tempatnya, dirantai dan box

tidak terlalu tinggi.

c) Alat pemadam kebakaran (APAR, Hidran, Alarm sistem) dengan standar

letak, jumlah hidran ada 4, peletakanya diluar kantor dan memngelilingi

kantor, APAR teletak di dalam kantor dengan jumlah menyesuaikan besar nya

kantor dan terdapat juga di setiap ruangan, Alaram sistem berada di dalam

kantor dan berfung si secara otomatis ketika terjadi kebakaran.

d) Perkakas tangan, kondisi tabir las dengan standar bersih, rapi, penempatan

sesuai pada letaknya

e) Pipa, katup, Alat Pelindung Diri serta peralatan pertolongan pertama, dengan

standar tidak rusak, layak digunakan, aman, letak atau penempatan sesuai pada

tempatnya.

6) Bahan- bahan berbahaya

a) Kondisi tertutup, tidak bocor, dan tidak tumpah

b) Penempatan pada tempat tersendiri.

c) Identitas ada label dan MSDS (Material Safety Data Sheet).

7) Sikap kerja

a) APD ( Alat Pelindung Diri ) digunakan dengan baik.

b) Melakukan semua prosedur dengan benar sesuai yang ditentukan

(Pemeriksaan sebelum bekerja, pengecekan daerah basah, pengisolasian atau

Lock Out Danger Tag)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

c) Tingkah laku bekerja dengan sungguh-sungguh.

c. Perbandingan

Setelah dilakukan pengamatan terhadap kondisi fisik di seluruh

wilayahnya masing-masing. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah

membandingkan hasil pengamatan tadi dengan kondisi fisik lainnya yang sesuai

dengan standar. Dalam proses membandingkan ini dilakukan dengan mencermati

beberapa hal sebagai berikut :

1) Catatan serta laporan inspeksi sebelumnya.

2) Catatan terjadinya insiden sebelumnya.

3) Standar penggunaan dan kondisi yang tertera pada manual alat yang

didapat pada saat pembelian barang yang diberikan dari pabrik

pembuat barang tersebut.

4) Standar yang ada dari perusahaan.

5) Referensi teknik, peraturan-peraturan serta perundang-undangan yang

berlaku.

Dari hasil temuan-temuan yang sudah diperbandingkan dengan yang

diatas. Maka akan memberikan dua konsekuensi yaitu hasil temuan yang sesuai

dengan standar yang berlaku dan ini tidak menjadikan suatu permasalahan. Serta

hasil temuan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku dan ini merupakan

sebuah penyimpangan. Setiap penyimpangan yang ditemui dalam pelaksanaan

inspeksi adalah bahaya yang memiliki resiko terjadinya suatu insiden dan temuan-

temuan tersebutlah yang harus dikendalikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

d. Pemutusan

Tahap selanjutnya setelah perbandingan dengan kondisi lain adalah

pemutusan. Dalam pelaksanaan inspeksi tahap ini merupakan kegiatan dimana

pelaksana inspeksi menentukan potensi risiko dari penyimpangan hasil temuan-

temuan selama pelaksanaan inspeksi. Pengambilan keputusan dalam inspeksi ini

akan menentukan langkah selanjutnya dalam proses inspeksi terencana, setiap

temuan yang menyimpang dari standar memiliki potensi risiko tertentu dan

diklasifikasikan menurut sifat kekritisannya yaitu

Tabel : Tingkat kekritisan Resiko menurut PSMS/ PSMS Level of Critical Risk

KODE POTENSI TINGKAT KEMUNGKINAN TINDAKAN


BAHAYA RESIKO BAHAYA AKIBAT DIPELUKAN
AA 75 < 125 Bahaya Kritikal Kematian atau Kerugian Barang Besar Stop & Perbaiki
>US$ 10000 (Segera)
A 32 < 74 Bahaya Resiko LTI Serius / Kerugian Barang US$ 5000 to Perbaiki Dalam12
Tinggi 10000 Jam
B 18 < 31 Bahaya Resiko LTI / Kerugian Barang US$ 1000 to 5000 Perbaiki Dalam 3
Sedang Hari
C 2 < 17 Bahaya Resiko Cedera Ringan atau Kerugian Barang Perbaiki Jika Dapat
Rendah Ringan
Sumber : PSMS Level of Critical Risk

Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana ini untuk menentukan

potensi atau kekritisan risiko adalah dengan cara mengalikan antara Severity atau

tingkat keparahan, Frekuency atau seberapa sering tingkat bahaya dijumpai, serta

Probability atau kemungkinan bahaya itu berkembang menjadi sebuah insiden.

Adapun spesifik penilaiannya sebagai berikut :

a) Saverity atau tingkat keparahan :

Keparahan yang dimaksudkan disini adalah derajat keparahan yang

mungkin terjadi jika bahaya commit


tersebutto berkembang
user menjadi insiden yang
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

menyebabkan terjadinya cedera, kerusakan atau kerugian. Untuk menentukan

seberapa tingkat keparahan terebut manajemen telah membagi kedalam 5

tingkatan yaitu :

Tabel 1 : Tingkat Keparahan

Tingkat Deskripsi Asumsi Rating

I Sangat kecil Cedera ringan atau kerugian harta 1


milik < US$ 100

II Kecil Hari hilang akibat cedera tanpa


terjadi cacat tetap atau kerugian 2
harta milik US$ 100<x<US$
1,000

III Menengah Hari hilang akibat cedera dengan 3


terjadinya cacat tetap atau
kerugian harta milik US$
1,000,x,US$ 5,000

IV Besar Cedera fatal terhadap satu orang


atau kerugian harta milik US$ 4
5000<x<US$10,000

V Sangat Besar Cedera fatal berganda atau


kerugian hak milik > US$10,000. 5

b) Frekuency atau Tingkat Kekerapan

Kekerapan yang dimaksud adalah Seberapa sering bahaya tersebut

dijumpai sehari-hari secara normal, dan seberapa banyak orang yang mungkin

berada dalam atau terkena dampak kondisi bahaya tersebut. Frekuency disini

dibagi dalam 5 tingkatan yaitu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Tingkat Deskripsi Asumsi Rating

I Sangat Kecil Sedikit orang, sekali dalam 5


setahun

II Kecil Beberapa orang, dalam sebulan 3

III Menengah Beberapa orang, dalam 2


seminggu

IV Besar Sedikit orang, sekali dalam 3


sehari

V Sangat Besar Banyak orang, beberapa kali 5


dalam sehari

c) Probability atau Kemungkinan

Probability yang dimaksud adalah kemungkinan bahaya itu berkembang

menjadi sebuah insiden yang merugikan. Probability dibagi dalam 5 tingkatan

yaitu :

Tingkat Diskripsi Asumsi Rating

I Sangat kecil Tidak terdapat kemungkinan 1

terjadi incident

II Kecil Kemungkinan dibawah rata-rata 2

III Menengah Mungkin (Rata-Rata) 3

IV Besar Kemungkinan besar terjadi 4

V Sanagat Besar Pasti akan terjadi 5

Setelah mendapatkan nilai potensi resiko dari temuan-temuan tersebut

maka selanjutnya pelaksana inspeksi menentukan kode bahaya sesuai dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

yang dikategorikan dalam tabel tingkat kekritisan resiko di atas. Kode bahaya

yang dipilih atas setiap temuan dalam pelaksanaan inspeksi terencana akan

memberikan pengaruh pada penentuan tanggal jatuh tempo perbaikan. Semakin

tinggi tingkat resiko yang dimiliki suatu temuan, berarti semakin pendek waktu

yang disediakan untuk tindakan perbaikan. Jika pada saat inspeksi ditemukan

penyimpangan dengan kode bahaya AA maka proses aktifitas atau alat harus

dihentikan dan diperbaiki secepat mungkin atau segera disampaikan kepada yang

berkompeten untuk dilakukan perbaikan.

e. Penyusunan daftar penyimpangan dan perbaikan

Setelah melakukan penilaian resiko tahap selanjutnya adalah penyusunan

daftar penyimpangan dan perbaikan atau yang sering disebut PICA (Problem

Identification and Corective Action). Pada tahap ini pelaksana memindahkan

semua penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan di Plant Workshops

kedalam sebuah daftar penyimpangan, tugas ini hanya bersifat administratif

akan tetapi sangat menentukan bobot inspeksi yang telah dilaksanakan.

Pelaksana inspeksi melengkapi kolom-kolom yang ada pada cheklist sesuai

daftar yang telah ditentukan sebagai berikut :

1) Temuan : kolom temuan ini berisikan mengenai hal-hal yang tidak standar/

penyimpangan yang menjadi temuan-temuan pada pelaksanaan inspeksi

terencana di Plant Workshops.

2) Tindakan perbaikan : kolom ini berisikan mengenai tindakan perbaikan yang

harus dilakukan untuk mengendalikan hasil temuan-temuan yang tidak standar

tersebut agar kondisi yang tidak standar tersebut masih dalam batasan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

dapat diterima oleh semua pihak sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan

dapat di minimalisir.

3) Person in Change (PIC) : kolom ini berisikan mengenai pelaksana tindakan

perbaikan yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang PIC ditunjuk oleh

pelaksana inspeksi terencana yang dirasa dapat melakukan tindakan perbaikan

dan PIC bertanggung jawab atas pelaksanaan tindakan perbaikan terebut.

4) Tanggal jatuh tempo : Kolom ini berisikan tanggal jatuh tempo/ target waktu

pelaksanaan tindakkan perbaikan. Tanggal jatuh tempo tersebut

dipertimbangkan atas tinggkat resiko serta kode bahaya temuan-temuan yang

telah dihasilkan sebelumnya.

f. Tindakan Perbaikan

Setelah semua kolom PICA telah diisi lengkap selanjutnya pelaksana

memberikan salinan form PICA kepada pelaksana tindakan perbaikan dan pada

tahapan inilah saatnya pelaksana tindakan perbaikan yang ditunjuk oleh pelaksana

inspeksi tersebut untuk memperbaiki temuan-temuan penyimpangan yang ada di

Plant Workshops sesuai dengan yang telah dituliskan pelaksana inspeksi pada

kolom tindakan perbaikan dan tanggal jatuh temponya. Dalam pelaksanaan

tindakan perbaikan ini ditujukan pada penyebab dasar terjadinya penyimpangan.

Setelah melaksanakan tindakan perbaikan pelaksana melengkapi kolom ceklis

yang berhubungan dengan hal tersebut yaitu mengisi kolom tanda tangan dan

tanggal pelaksanaan tindakan perbaikan disinilah tugas awal inspeksi umum

terencana telah usai, namun masih ada kegiatan administratif untuk menunjang

pelaksanaan inspeksi umum terencana antara lain :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

a. Monitoring / Pemantauan

Setelah pelaksana melakukan tugas inspeksi terencana dan pekerjaan

administrasi diselesaikan. Langkah selanjutnya adalah memonitor tindakan

perbaikan seberapa tingkat efektifitas tindakan perbaikan tersebut dalam

pencegahan timbulnya kecelakaan. Jika pada saat monitoring menemukan

kejanggalan dalam pelaksanaan tindakan perbaikan maka pelaksana inspeksi bisa

berkonsultasi dengan atasannya ataupun pihak departemen SHE agar

mendapatkan solusi dalam melakukan tindakan perbaikan sehingga didapat

tindakan perbaikan yang dirasa dapat meminimalisir timbulnya bahaya.

b. Pembuatan SAP (Safety Accuntability Program)

Setelah pelaksanaan monitoring tindakan perbaikan, tugas selanjutnya

pelaksana inspeksi umum terencana wajib membuat SAP (Safety Accuntability

Program) yang berisikan salah satunya mengenai pelaksanaan inspeksi umum

terencana yang akan dilaporkan kepada Departemen SHE setiap bulan. Dari hasil

pelaksanaan inspeksi terencana tersebut temuan-temuan penyimpangan yang

terdapat di Plant Workshops akan dianalisa secara luas dan disusun satu

rangkuman inspeksi untuk bulan berjalan. Rangkuman tersebut memuat tentang

temuan penyimpangan yang dijumpai berulang kali serta temuan penyimpangan

yang bersifat kritikal, dan akan disampaikan di dalam metting komite K3LH

setiap bulan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

4. Inspeksi Ulang

Inspeksi ulang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

memastikan ulang kondisi fisik di wilayah kerja setelah dilakukan inspeksi.

Pelaksanaan inspeksi ulang ini dilakukan oleh seorang Section Head atau Kepala

bagian dan Kepala Departemen di Plant Workshop yang bertujuan untuk

memastikan dilakukannya pelaksanaan inpeksi umum terencana secara baik serta

mengetahui efektifitas inspeksi terencana dan tindakan perbaikannya, pelaksanaan

inspeksi ulang ini juga merupakan partisipasi aktif dari top management dalam

mewujutkan komitmennya terhadap Pama Safety Manajemen Sistem

Inspeksi ulang ini dilakukan dengan menggunakan ceklis hasil inspeksi

umum terencana sebelumnya yang dibuat oleh pelaksana inspeksi yang

ditekankan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan pada inspeksi

sebelumnya. Terlepas dari hal tersebut apabila pada pelaksanaan inspeksi ulang

terdapat temuan penyimpangan yang terlewat pelaksana inspeksi ulang dapat

menambahi ke dalam daftar penyimpangan yang dibuatnya sendiri dan ditindak

lanjuti sesuai aturan di atas. Dan apabila semua penyimpangan yang ditemui

sebelumnya sudah dilaksanakan tindakan perbaikan secara baik maka pelaksana

inspeksi ulang dapat membubuhkan tanda tanggan serta tanggal berakhirnya

inspeksi ulang pada kolom yang tertera dalam daftar penyimpangan yang

dimaksud. Pada tahap inilah pelaksanaan inspeksi terencana secara keseluruhan

telah selesai dilakukan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

B. Pembahasan

Sebagai salah satu kontraktor pertambangan batubara di Indonesia

manajemen PT. Kalimantan Prima Persada telah berkomitmen dan bertekad untuk

mencapai standar kinerja setinggi mungkin dalam bidang Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja serta perlindungan dan pengelolaan Lingkungan hidup PT.

Kalimantan Prima Persada merupakan perusahaan yang bergerak sebagai kontraktor

pertambangan batubara yang dalam proses operasionalnya mempunyai resiko bahaya

yang tinggi diseluruh wilayah kerja perusahaan. Hal itu juga dipertegas dalam Enam

Nilai inti PT. Kalimantan Prima Persada yang mengacu pada Enam Nilai inti PAMA

yaitu Keselamatan dan Kesehatan kerja serta Lingkungan Hidup adalah cara hidup

kita yang berarti untuk mencapai hal tersebut seluruh aspek K3&LH harus

terintegrasi dalam aktifitas sehari-hari dan kegiatan manajemen seluruh karyawan

dimanapun mereka bekerja. Untuk memastikan tercapainya hal tersebut perlu

diadakan pelakasanaan program- program tentang keselamatan & kesehatan kerja

yang salah satunya adalah pelaksanaan inspeksi umum terencana.

Inspeksi umum terencana merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi

kondisi bahaya diseluruh wilayah perusahaan & memperbaikinya sehingga

diharapkan dapat mengurangi terjadinya insiden, kerusakan dan kerugian berkaitan

dengan kegiatan operasional diperusahaan. PT. Kalimantan Prima Persada telah

menetapkan prosedur pelaksanaan inspeksi umum terencana yang tercantum dalam

Pama Safety Management Sistem Elemen 03.1 tentang inspeksi. Hal tersebut sesuai

dengan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 elemen 4 Lampiran 1 yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

“bahwa perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian,

dan pemantauan yang berkaitan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

Secara umum pelaksanaan inspeksi umum terencana diPT. Kalimantan Prima

Persada khususnya Plant Workshops sudah sesuai dengan Pama Safety Management

System serta perundang-undangan yang berlaku saat ini yang meliputi sebagai berikut

1. Pelaksana Inspeksi Umum Terencana

Pelaksana Inspeksi umum terencana yang dilakukan di Plant Workshops sudah

berjalan baik sesuai dengan yang dtentukan dalam PSMS elemen 3 yaitu pelaksana

inspeksi terencana dilakukan pengawas lini depan atau seorang Group Leader dan

dibantu oleh wakil K3LH atau yang sering disebut SHE Representative dimasing-

masing wilayah kerja sesuai dengan Daftar Lokasi dan penanggung jawabnya,

Penunjukan penanggung jawab sesuai dengan yang disepakati bersama dan disahkan

oleh Kepala Departermen terkait. Hal ini sejalan dengan Lampiran II Elemen 6

Permenaker No. Per 05/MEN/1996 “Bahwa Perawatan, Perbaikian, dan Setiap

Perubahan Harus Dilakukan Oleh Personel Yang Berkompeten”. Dalam melakukan

tugas inspeksi terencana, siapapun yang ditunjuk untuk melaksanakan inspeksi harus

menggunakan ceklis standar yang sudah dipersiapkan dan sesudahnya melengkapi

daftar penyimpangan-penyimpangan, daftar perbaikan, daftar tindak lanjut standar

yang didapat saat inspeksi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Jangka Waktu Pelaksanaan inspeksi umum terencana yang sesuai dalam Pama

Safety Management System yaitu :

a. Inspeksi pertama atau awal mula dilakukan oleh seorang Group Leader

paling sedikit 1x dalam kurun waktu satu bulan

b. Section Head melaksanakan inspeksi 1x dalam kurun waktu satu bulan

dan juga melaksanakan inspeksi ulang 2x setiap bulannya.

c. Kepala Departemen melaksanakan inspeksi ulang 1x dalam kurun waktu

satu bulan.

d. Proyek Manager melaksanakan inspeksi ulang 1x dalam kurun waktu satu

bulan.

Hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No. Per.05/MEN/ 1996 Elemen 7 Lampiran II yaitu “bahwa inspeksi terhadap

tempat kerja dan cara kerja dilakukan secara teratur”.

2. Objek Inspeksi

Sesuai dengan standar yang ada dalam PSMS elemen 03.1 tentang Inspeksi

umum terencana pelaksanaan inspeksi umum terencana yang dilakukan di Plant

Workshops tentang objek inspeksi sudah sesuai dengan standar perusahaan yang ada

yang ditujukan pada housekeeping, kebersihan, penumpukan, penyimpanan, peralatan

kerja, alat pencegahan bahaya, bahan dan material serta keadaan lingkungan yang ada

dan mencari temuan-temuan yang menyimpang pada seluruh wilayah plant workshop

sesuai wilayah kerja masing-masing pelaksana inspeksi yang tertera dalam daftar

ceklis yang sudah tersedia dalam PSMS elemen 03.1. Hal tersebut juga sejalan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

dengan Permenaker No. Per.05 / MEN/ 1996 Elemen 4 lampiran II yang menjelaskan

“Bahwa Perusahaan Harus Menetapkan Dan Memelihara Prosedur Inspeksi,

Pengujian Pemantauan Yang Berkaitan Tujuan Dan Sasaran Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja”. Dan Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

pasal 12 bahwa “ Tenaga Kerja Berkewajiban Memakai Alat-Alat Pelindung Diri

Yang Diwajikan”. Serta Permenaker No. Per.01/MEN/1980 babII pasal 6 yang

menyebutkan “Bahwa Kebersihan Dan Kerapian Di Tempat Kerja Harus Dijaga

Sehingga Bahan-Bahan Yang Berserakan, Bahan Bangunan, Peralatan Dan Alat-Alat

Kerja Tidak Merintangi Dan Menimbulkan Kecelakaan”

3. Mekanisme Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana

Di PT Kalimantan Prima Pesada yang dimaksud inspeksi terencana adalah

pelaksanaan inspeksi yang area yang harus diinspeksi, pelaksana inspeksi di

lapangan, jadwal inspeksi sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu dalam

inspeksi umum terencana setiap Kepala bagian di tempat kerja tertentu harus

menentukan dan menyusun suatu daftar lokasi yang menjadi acuan tentang wilayah

wewenangnya yang harus diinspeksi dari waktu ke waktu. Daftar lokasi inspeksi ini

harus memuat seluruh areal kerja yang ada pada bagian atau Departermen tersebut.

Dan tentunya harus selalu ditinjau sedikitnya setahun sekali, atau jika terjadi

perubahan atas proses atau metode atau adanya peralatan baru di tempat kerjanya hal

ini sesuai dengan Lampiran I Elemen 4 Permenaker No. Per05/ MEN/ 1996 yang

menyebutkan “Bahwa Perusahaan Harus Menetapkan Dan Memelihara Prosedur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Inspeksi, Pengujian Pemantauan Yang Berkaitan Dengan Tujuan Dan Sasaran

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja” .

Pada dasarnya kegiatan inspeksi umum terencana merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang utuh, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Persiapan

Pada tahap ini sebelum melakukan inspeksi umum terencana pelaksana harus

melakukan persiapan dengan melengkapi dirinya dengan sejumlah peralatan-

peralatan diantaranya :

1) Peralatan Administrasi meliputi

Seperangkat form inspeksi yang berisikan tentang tempat- tempat yang akan

dilaksanakan inspeksi terncana di seluruh areal kerjanya masing-masing. Form

inspeksi ini harus disediakan oleh Departermen SHE yang berisikan :

a) Poin maksimal yang merupakan ketentuan yang tertera pada PSMS elemen 3.

b) Poin actual yang merupakan poin hasil inspeksi yang ditentukan oleh pelaksana

inspeksi.

c) Lembar Deviasi yang merupakan hasil temuan-temuan kondisi yang tidak standar

yang diisi oleh pelaksana inspeksi.

d) Tindakan korektif yang harus dilaksanakan serta penangung jawabnya.

Selain form inspeksi pelaksana juga diharapkan membawa peralatan

administrasi pendukung lainnya sesuai apa yang dibutuhkan seperti : Buku kerja, Alat

Ukur, Alat uji, serta alat Tulis. Hal ini sesuai dengan lampiran I Elemen 4 Pemenaker

no.per05/ MEN/ 1996 yang menyebutkan “Bahwa Peralatan dan Metode Pengujian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Yang Memadai Harus digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar

Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

2) Peralatan Pelindung Diri

Peralatan pelindung diri harus dipersiapkan guna melindungi diri kita dari

bahaya yang ada di tempat yang diinspeksi. Pelaksana inspeksi diplant sudah sesuai

dengan prosedur ketentuan yang ada di PSMS bahwa Setiap orang yang masuk di

area kerja workshop wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa :

a) Safety helmet atau topi pelindung

b) Kacamata pelindung

c) Rompi pantul

d) Safety shoes

Hal teresbut sesuai dengan Undang - Undang No.01 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja pasal 12 yang menyebutkan bahwa “Tenaga Kerja Berkewajiban

Memakai Alat-Alat Pelindung Diri yang diwajibkan”.

b. Pengamatan

Pengamatan pada pelaksanaan inspeksi di plant sudah sesuai dengan prosedur

yang ada di perusahaan dan tujuan inspeksi sendiri. Bahwa dalam tahap pengamatan

inspeksi terencana dilakukan dengan mengidentifikasi potensi bahaya pada kondisi

fisik di areal workshop serta ditujukan terhadap benda-benda, peralatan, bahan-bahan

yang digunakan untuk produksi, serta lingkungan kerja yang terdapat pada wilayah

workshop.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

Dalam proses pengamatan pada pelaksanaan inspeksi ini dilakukan dengan

beberapa cara yaitu :

1) Pengamatan dilakukan dengan berjalan berkeliling diarea workshops

memperhatikan segala sesuatu atau hal-hal yang dapat menjadi sumber

terjadinya kecelakaan.

2) Mencermati alat, perlengkapan, bahan dan material yang ada.

3) Mencermati sumber energi yang ada dan cara pendistribusiannya di area

workshops.

4) Memperhatikan praktek penyimpanan, penumpukan serta tata rumah

tangga yang ada di area workshops, atau yang sering dikenal dengan

istilah Housekeeping

Hal ini sesuai dengan Permenaker No. PER.05 /MEN/1996 tentang sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja lampiran I elemen 3. (3).(1) Tentang

identifikasi sumber bahaya.

c. Perbandingan

Pebandingan yang dimaksud disini adalah membandingkan kondisi fisik atau

hal-hal yang ditemukan dalam pelaksanaan inspeksi dengan kondisi lain sebagai

acuan. Perbandingan acuan yang diambil adalah kondisi ideal atau standar yang

berlaku. Dari hasil temuan-temuan yang sudah diperbandingkan maka akan

memberikan dua konsekuensi, yaitu asil temuan yang sesuai dengan standar yang

berlaku dan ini tidak menjadikan suatu permasalahan. Serta hasil temuan yang tidak

sesuai dengan standar yang berlaku dan ini merupakan sebuah penyimpangan. Setiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

penyimpangan yang ditemui dalam pelaksanaan inspeksi adalah bahaya yang

memiliki resiko terjadiya suatu insiden, dan temuan- temuan tersebutlah yang harus

dikendalikan. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang

sistem manajemen keselamatn dan kesehatan kerja. Lampiran I pasal 3.(3).(2) tentang

penilaian resiko.

d. Pemutusan

Pada tahap pemutusan ini pelaksana inspeksi menilai resiko bahaya yang

menjadi hasil temuan penyimpangan pada tempat kerja dan harus didiskusikan

dengan tenaga kerja yang berkompeten tersebut, Setiap temuan yang menyimpang

dari standar memiliki potensi resiko tertentu dan diklasifikasikan menurut sifat

kekritisannya dalam pengambilan keputusan ini pelaksana inspeksi harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Hal-hal yang bersifat kritikal

2) Besarnya penyimpangan yang terjadi

3) Besarnya dampak atau akibat dari penyimpangan tersebut.

4) Klasifikasi bahaya

Penilaian resiko merupakan pemberian besaran numerik terhadap tingkat

kekritisan setiap bahaya yang sudah diidentifikasi. Dalam pelaksanaan inspeksi di

Plant pada tahap pemutusan ini sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku

diperusahaan. Akan tetapi pemberian besaran ini bersifat subyektif, penilaian bisa

berbada-beda dari setiap pelaksana inspeksi tergantung analisanya masing-masing.

Hal ini sesuai dengan Lampiran I Elemen 4 Permenaker No. 05/ MEN/1996 yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

menyebutkan “bahwa hasil temuan inspeksi & pengujian harus dianalisa dan ditinjau

ulang”.

e. Penyusunan daftar penyimpangan dan perbaikan

Pada tahapan ini hanya bersifat administratif, menyalin hasil temuan

penyimpangan dalam pelaksanaan inspeksi dan menyusun tindakan perbaikannya ke

dalam form yang telah disediakan akan tetapi pada tahapan inilah yang menentukan

bobot dari inspeksi selanjutnya. Dalam Permenaker No. PER. 05/MEN/1996

Lampiran I Elemen 3.(3).(3) menyebutkan bahwa upaya tindakan perbaikan yang

harus dilakukan oleh setiap perusahaan yaitu dengan metode pengendalian yang

dikenal dengan hirarki pengendalian sebagai berikut :

1) Eliminasi : merupakan modifikasi terhadap metode kerja atau proses

untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan (100%)

2) Perancangan / rekayasa Enginering: mendisain peralatan atau perkakas

untuk mengeliminir atau mengurangi bahaya dengan baik

3) Subsitusi : Mengganti material, bahan, atau proses dengan bahan lain yang

potensi resikonya lebih kecil. (75%)

4) Pemisahan : Mengisolasi bahaya dari manusia dengan memanfaatkan

pagar pelindung, pengaturan ruang dan waktu kerja (50%)

5) Administrasi : Mengatur jumlah paparan dengan waktu dan kondisi (30%)

6) Training : Meningkatkan kemampuan seseorang sehingga menjadikan

tugas itu berkurang bahayanya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

7) Alat pelindung diri : adalah alat peralatan yang dirancang untuk

mengurangi keparahan resiko yang timbul (10%)

f. Tindakan Perbaikan

Pada tahapan inilah inti dari pelaksanaan inspeksi terencana dikarenakan

kualitas inspeksi terencana tercermin pada bagaimana tindakan perbaikan yang

diambil dapat menekan semua potensi resiko yang ditemukan seminimum mungkin

sehingga kegagalan yang tidak direncanakan dapat dicegah sedemikaian rupa. Dalam

pelaksanaan tindakan perbaikan ini ditujukan pada penyebab dasar terjadinya

penyimpangan. Suatu tindakan perbaikan yang baik harus mampu mengungkapkan

dengan jelas tindakan praktis yang harus diambil untuk mencegah terjadiya suatu

insiden, mengurangi resiko sampai tingkat yang bisa diterima, menghilangkan

penyebab dengan biaya yang rasional, memperbaiki sistem proteksi untuk membatasi

konsekuensi yang dihadapi serta menyebutkan siapa yang harus melakukan tindakan

perbaikan tersebut dan batas waktu pelaksanaan, ditulis secara terarah dan bukan

sekedar mengungkapkan rasa sentimentil (LPKK alkon, t.t). Hal ini sesuai dengan

tujuan kebijakan K3LH KPP memastikan bahwa bahaya yang berhubungan dengan

keselamatan, kesehatan serta lingkungan dikelola secara efektif, serta Lampiran I

Elemen 4 Permenaker No. 05/ MEN/1996 yang menyebutkan bahwa “Tindakan

perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap

persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dari hasil inspeksi, pengujian dan

pemantauan.”

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

g. Monitoring atau Pemantauan

Pelaksanaan monitoring atau pemantauan diperlukan guna memastikan

efektifitas tindakan perbaikan yang dilakukan oleh pelaksana. Di samping itu juga

merupakan salah satu cara untuk memeriksa apakah dokumen tindakan perbaikan

sudah sampai ke tangan penanggung jawab pelaksana inspeksi. Hasil pelaksanaan

inspeksi serta tindakan perbaikan tentu tidak dapat sepenuhnya sesuai dengan yang

diharapkan oleh karena itu dengan dilaksanakannya monitoring ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan tindakan korektif selanjutnya. Dalam pelaksanaan

monitoring hasil inspeksi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1) Tindakan perbaikan itu harus benar-benar dilaksanakan.

2) Tindakan perbaikan sudah dilaksanakan sesuai dengan tanggal jatuh

temponya.

3) Hasil dari tindakan perbaikan dapat diterima oleh berbagai pihak.

h. Pembuatan SAP (Safety Accuntability Program)

Pembuatan SAP (Safety Accuntability Program) bertujuan sebagai salah satu

cara pemantauan dari top management mengenai pelaksanaan inspeksi terencana,

Safety Talk, Personal Contact, Planned Task Observation, serta Green Card d

iseluruh departemen yang dijembatani oleh SHE Departemen. Setiap bulan daftar

temuan-temuan penyimpangan akan dianalisa secara luas dan disusun satu

rangkuman inspeksi untuk bulan berjalan kemudian apabila terdapat kendala akan

didiskusikan bersama managemen site dalam pertemuan bulanan komite K3LH

jobsite untuk dicarikan jalan keluarnya, hal ini juga ditujukan untuk pengarsipan data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan

lampiran II Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang sistem Manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja dimana perusahaan harus mempunyai prosedur untuk

mengidentifikasi, mengarsipkan, memelihara, dan menyimpan catatan keselamatan

dan kesehatan kerja.

4. Inspeksi Ulang

Inspeksi ulang merupakan sarana bagi top management untuk memastikan

dilakukannya inspeksi umum terencana di tempat kerja wewenangnya. Inspeksi ulang

ini tidak hanya bertujuan untuk memeriksa kepatuhan jajaran pengawas lapangan

dalam melakukan inspeksi terencana akan tetapi juga untuk mengetahui efektifitas

inspeksi terencana dan tindakan perbaikannya, inspeksi ulang merupakan partisipasi

aktif dari managemen dalam mewujutkan komitmennya terhadap Pama Safety

Management System. Pedoman pelaksanaan inspeksi ulang sesuai PSMS adalah

sebagai berikut :

a. Setiap bulan section head melakukan sedikitnya 2 inspeksi ulang terhadap

inspeksi yang dilakukan oleh Front line supervisor.

b. Setiap bulan departermen head melakukan sedikitnya satu kali inspeksi

ulang terhadap inspeksi yang dilakukan oleh section head.

c. Setiap bulam proyek manager harus melakukan sedikitnya satu inspeksi

ulang.

Inspeksi ulang dilakukan dengan menggunakan ceklis inspeksi atau daftar

penyimpangan yang dibuat oleh pelaksana inspeksi terhadap penyimpangan-


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

penyimpangan yang ditemukan pada inspeksi sebelumnya, untuk memastikan apakah

tindakan perbaikan sudah dilaksanakan atau belum.

Dalam pelaksanaan inspeksi ulang yang perlu diperhatkan adalah sebagai

berikut :

a. Tindakan perbaikan yang dilaksanakan sudah menghilangkan bahaya

b. Tindakan perbaikan sudah mengurangi frekuensi paparan atau jumlah

orang yang mungkin terkena bahaya tersebut.

c. Tindakan bahaya tersebut diterima dan ditoleransi.

Pelaksanaan inspeksi ulang ini sudah sesuai dengan Lampiran I Elemen 4

Pemenaker No. Per. 05/MEN/ 1996 tentang sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja. yang menyebutkan “bahwa hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau

ulang”.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang inspeksi umum terencana di plant

workshop PT. Kalimantan Prima Persada jobsite Tanjung Akam Kalimantan

Selatan, dapat diambil kesimpulan :

1. PT. Kalimantan Prima Persada khususnya di Plant Workshop telah

melakukan inspeksi umum terencana dengan baik sesuai dengan prosedur

yang telah ditentukan perusahaan yang tertera di PSMS elemen 03.1 tentang

inspeksi umum terencana serta Kepmenaker No. 05/MEN/1996 Lampiran 1

elemen 4.1 mengenai inspeksi dan pengujian

2. Inspeksi umum terencana merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara

tersetruktur ditujukan terhadap kondisi fisik tertentu pada kontruksi bangunan,

alat peralatan kerja, alat pencegah bahaya, bahan dan material serta keadaan

lingkungan. Dalam kegiatan ini juga merupakan suatu cara monitoring dari

perusahaan terhadap potensi-potensi bahaya serta memberi kontribusi yang

besar dalam kelangsungan pelaksanaan keselamatan kerja di tempat kerja.

commit to user

61
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

3. Pelaksanaan inspeksi terencana di PT. Kalimantan Prima Persada bertujuan

agar :

a. Mengidentifikasi semua kondisi fisik yang tidak standar atau potensi

bahaya di tempat kerja kemudian memperbaikinya sehingga diharapkan

dapat mengurangi terjadinya insiden, kerusakan dan kerugian berkaitan

dengan kegiatan operasional diperusahaan.

b. Menemukan penyimpangan terhadap kepatuhan tenaga kerja melaksanaan

prosedur yang telah ditentukan di tempat kerja.

4. Pada dasarnya Inspeksi umum terencana di PT. Kalimantan Prima Persada

adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang utuh, yang terdiri dari

beberapa tahap yaitu : persiapan, pengamatan, pembandingan, pemutusan,

penyusun dafatar penyimpangan, penyusunan tindakan perbaikan atas setiap

penyimpangan, tindakan perbaikan.

5. Inspeksi umum terencana di Plant Workshop PT. Kalimantan Prima Persada

dilakukan oleh Frontline Manajemen yaitu seorang Group Leader yang juga

dibantu oleh wakil K3LH dimasing-masing wilayah kerja mereka sesuai

dengan Daftar Lokasi dan penanggung jawabnya. Serta dalam pelaksanaannya

menggunakan cheklist inspeksi yang sudah disediakan sebagai acuan

pengamatan kondisi fisik yang ada di area kerja tersebut.

6. Hasil dari inspeksi terencana dilaporkan kepada SHE Departermen setiap

bulannya dan daftar temuan-temuan penyimpangan akan dianalisa secara luas

dan disusun satu rangkuman inspeksi untuk bulan berjalan kemudian apabila

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

terdapat kendala akan didiskusikan bersama managemen site dalam pertemuan

bulanan komite K3LH jobsite untuk dicarikan jalan keluarnya.

7. Inspeksi ulang ini dilakukan oleh seorang Section Head atau Kepala bagian

dan Kepala Departermen di Plant Workshop yang bertujuan untuk mengetahui

kepatuhan jajaran pengawas lapangan dalam melakukan inspeksi umum

terencana secara baik serta mengetahui efektifitas inspeksi umum terencana

dan tindakan perbaikannya. Inspeksi ulang juga merupakan partisipasi aktif

manajemen dalam mewujutkan komitmennya terhadap PSMS.

8. Manajemen sudah menunjukan komitmen dan partisipasi yang kuat dalam

pelaksanaan K3 termasuk di dalamnya pelaksanaan inspeksi terencana

B. Implikasi

Adanya sumber-sumber bahaya yang berasal dari peralatan, material,

manusia dan lingkungan kerja menimbulkan potensi bahaya yang dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Untuk menanggulangi terjadinya

kecelakaan kerja maka perlu diadakannya upaya pencegahan, dan salah satu upaya

tersebut adalah dengan melakukan inspeksi umum terencana

Inspeksi umum terencana dilakukan untuk menemukan semua kondisi

fisik yang tidak standar atau potensi bahaya di tempat kerja kemudian

memperbaikinya sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya insiden,

kerusakan dan kerugian -

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

berkaitan dengan kegiatan operasional diperusahaan serta menemukan

penyimpangan terhadap prosedur dan petunjuk yang ada. Adalah :

1. Adanya inspeksi terencana sesuai dengan perundang-undangan dan tepat

waktu memperlihatkan tanggung jawab dari perusahaan.

2. Keberhasilan inspeksi terencana sebagai salah satu langkah dalam upaya

mencegah kecelakaan kerja tidak terlepas dari personal yang ada di dalamnya.

C. Saran

Demi tercapainya keberhasilan program inspeksi umum terencana dengan

ditandai penurunan intensitas terjadinya kasus kecelakaan maka perlu adanya

peningkatan pelaksanaan inspeksi terencana sehinga lebih efektif dan optimal.

Oleh karena itu maka penuils memberikan saran-saran bagi perusahaan sebagai

berikut :

1. Perlu adanya pembaharuan atau pengkajian ulang secara berkala dalam item-

item form cheklist inspeksi yang ada. Dikarenakan kondisi fisik tiap tahun

banyak terdapat perubahan.

2. Perlu diadakan pelatihan HIRA dan Inspeksi Terencana secara berkala kepada

frontline management untuk mereview kembali sistem pelaksanaan atau

mekanisme inspeksi terencana agar sesuai dengan sistem manajemen mutu

perusahaan.

3. Perlu adanya komunikasi yang aktif antara SHE Departermen dengan frontline

management atau pelaksana inspeksi terencana agar apabila terdapat kendala

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

dalam pelaksanaan atau pemutusan tindakan perbaikan dapat dicarikan

solusinya secara bersama-sama.

4. Pengaturan penjadwalan yang lebih terencana dan sistematis untuk

pelaksanaan serta pelaporan hasil inspeksi terencana sehingga effisiensi waktu

dan tenaga dapat dipertimbangkan serta apabila memperoleh hasil temuan

penyimpangan yang benar-benar beresiko dapat segera dilakukan tindakan

korektif.

5. Perlunya sosialisasi hasil inspeksi (terutama temuan deviasi) di papan

informasi agar para pekerja lebih berhati-hati apabila bekerja ditempat yang

terdapat deviasi sebelum adanya tindakan perbaikan.

6. Perlu peningkatan upaya pengawasan dan monitoring perkembangan

pelaksanaan pelaksanaan tindakan perbaikan dari penanggung jawab.

7. Penilaian terhadap item-item ceklis inspeksi dilakukan secara objektif atau apa

adanya sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan sehingga kemungkinan

terjadi sesuatu yang tidak direncanakan dapat diminimalisir.

8. Diadakannya pelaksanaan inspeksi umum terencana ataupun inspeksi ulang

secara silang antar departermen supaya hasil dari inspeksi lebih objektif dan

optimal.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai