TUGAS INDIVIDU
MKPB FILSAFAT ARSITEKTUR
(PERIODE SEMESTER GENAP 2020 – 2021)
REFLEKTIF MAHASISWA
DISUSUN OLEH :
DOSEN KELAS :
Dr. Ir. A. Rudyanto Soesilo MSA
Bonifacio Bayu,ST.,MSc
Ontologi filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu berasal dari kata otos yang artinya
ada atau keberadaan. Dan logos atau logi yang berarti ilmu. Jadi dapat disimpulkan
pengertian ontologi adalah ilmu tentang keberadaan yang mempelajari sesuatu yang
benar adanya.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Mencari paradigm untuk
mendapatkan jawaban.
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari 2 kata Aksio yang berarti nilai dan
logos berarti teori. Aksiologi bermakna teori tentang nilai suatu pemikiran filsafat,
aksiolologi membahas standar sesuatu itu baik atau tidaknya. Aksiologi bercabang
menjadi 2 yaitu :
`
Paradigma Positivistik
Paradigma ini berlandaskan pada filsafat positivistik yang berpandangan bahwa
realita/fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkret, teramati, terukur, dan
hubungan gejala sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi
atau sampel tertentu yang
representatif. Positivisme dan postpositivisme melahirkan pendekatan
kuantitatif dalam pengumpulan data dan analisis. Suatu bukti dan fakta disebut data
jika memiliki pola dan berjalan dalam sebuah skala pengukuran
Paradigma Rasionalistik
`
Penggunaan paradigma sangat tergantung pada jenis penelitian yang akan dilakukan
untuk membangun teori. Perbandingan ketiga jenis paradigma tersebut dapat lebih
mudah dipahami melalui identifikasi perbedaan tiga paradigma keilmuan (Muhadjir,
1989), pada table 1 berikut ini.
Kerangka teori
dirumuskan Kerangka teori
Kerangka teori sespesifik mungkin Konsepsualisasi sebelum penelitian
sebagai dan menolak teoritik (sebagai grand tidak diperkenankan
persiapan ulasan meluas teori atau grand (hasil penelitian
penelitian yang tidak relevan concept) diperlukan dapat menjadi
`
Obyek
dispesifikkan dan Obyek dilihat dalam
Kedudukan dipisahkan dari konteksnya Obyek dilihat dalam
obyek dengan obyek-obyek lain (konstruksi teoritik konteks naturalnya
lingkungannya yang tidak diteliti yang lebih mencakup) (pendekatan holistic)
Bersatunya subyek
peneliti dengan
Pemilahan subyek Pemilahan subyek subyek pendukung
peneliti dari obyek peneliti dari obyek obyek penelitianya
Hubungan obyek penelitiannya dan penelitiannya dan (untuk peghayatan
dengan peneliti pendukungnya pendukungnya obyek)
Generalisasi dua
tahap : (1)
generalisasi dari
obyek spesifik atas
hasil uji-makna-
Generalisasi satu empirik, (2)
tahap (berpangkal pemaknaan hasil uji Tidak bertujuan
dari obyek spesifik reflektif kerangka membuat
dan berakhir pada konseptualissasi generalisasi (karena
hasil analisis teoritik (grand theory) hasil penelitian
obyek yang dengan pemaknaan berupa ilmu
Generalisasi hasil spesifik pula) indikasi empiric local/khas)
arsitektur yang diperkaya dengan kontekstualitas waktu dan tempat. Paradigma ini
membawa konsekuensi pendekatan penelitian yang pada akhirnya melahirkan
metode yang tepat untuk mengulas ilmu arsitektur.
PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan yang dapat dipergunakan dalam penelitian secara umum terbagi menjadi
2 jenis yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Namun saat ini tidak dapat
dihindari berkembang pendekatan yang merupakan campuran dari kuantitatif dan
kualitatif atau dikenal dengan pendekatan campuran (mixed method).
Pendekatan Kuantitatif
Penelitian kuantitatif biasanya menggunakan desain eksplanasi, di mana objek
telaahan penelitian eksplanasi (explanatory research) adalah untuk menguji
hubungan antar-variabel yang dihipotesiskan (Mulyadi, 2011). Pada jenis penelitian
ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri
menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk mengetahui apakah
sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya; atau apakah
sesuatu variabel disebabkan/dipengaruhi ataukah tidak oleh variabel lainnya.
Pendekatan Kualitatif
Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai
instrumen. Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa dalam pendekatan
kualitatif peneliti seyogianya memanfaatkan diri sebagai instrumen, karena instrumen
nonmanusia sulit digunakan secara luwes untuk menangkap berbagai realitas dan
interaksi yang terjadi. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan
dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus
dapat diterima oleh informan dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang
tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-
ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan informan.
bisnis (business travel). Ekowisata berpijak pada wisata pedesaan, wisata alam dan
wisata budaya. (Nugroho, 2011).
Desa wisata sebagai bagian dari ekowisata menjadi objek yang menarik untuk
dikunjungi. Seiring dengan perkembangan yang terjadi maka keberadaan desa wisata
di kawasan pedesaan menjadi hal yang perlu diperhatikan kelestariannya. Desa
wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, 1993).
PENENTUAN PERMASALAHAN
Transformasi terjadi karena pengaruh luar baik berupa fisik maupun non fisik, belum
ada ukuran yang jelas kecepatan transformasi yang terjadi pada suatu daerah. Pada
konteks desa wisata khususnya yang berada dekat dengan kota, kemungkinan
terjadinya transfomasi menjadi lebih besar.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka kesimpulan yang diperoleh dari tulisan ini adalah
rumusan landasan filosofis yang melatarbelakangi penelitian, yaitu: