Anda di halaman 1dari 19

REVISI PROPOSAL RISET KUALITATIF

KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA BKB7 KETIKA MENGHADAPI UJIAN


DALAM PERSPEKTIF PENDEKATAN PERSON CENTERED

PROPOSAL

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Konseling Riset Kualitatif


yang dibina oleh Prof. Dr. Andi Mappiare AT., M.Pd dan Ibu Riskiyana Prihatiningsih, M.Pd

Bagian Yang Direvisi:


 BAB I Pendahuluan (Kajian Pustaka), menambahkan
kerangka berpikir.

OLEH:

BK-B7
Ananda Riskiya Nur Isnaini 170111600016

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DESEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan karunia-Nya
saya dapat meyelesaikan proposal penelitian kualitatif yang berjudul “Kepercayaan Diri
Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian Dalam Perspektif Pendekatan Person Centered” ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu serta tanpa ada suatu halangan yang berarti. Tujuan
penulisan proposal ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Riset Kualitatif.

Sudah tentu dalam penulisan proposal ini tidak terlepas dari dorongan moral bimbingan,
dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Andi Mampiare AT., M.Pd dan Ibu Riskiyana Prihatiningsih, M.Pd selaku dosen
mata kuliah riset kualitatif
2. Mahasiswa KPL S2 selaku asisten dosen mata kuliah riset kualitatif
3. Orang Tua yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
4. Seluruh teman-teman jurusan bimbingan dan konseling offering B7, yang telah membantu
dalam proses pelaksanaan penelitian dan pembuatan proposal ini serta yang mencurahkan
segala perhatiannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan ikhlas demi
terselesaikannya proposal ini.

Saya menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
proposal berikutnya. Semoga materi yang disampaikan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .................................................................Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ...................................................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 4
1.5. Kajian Pustaka ..................................................................................................................... 4
1.5.1. Kepercayaan Diri Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian……………...……4
1.5.2. Pandangan Pendekatan Person Centered Terhadap Kepercayaan Diri Individ…….7

1.5.2. Kerangka Berpikir…………………………………………………………………11

BAB II RANCANGAN PENELITIAN ..................................................................................... 13


2.1. Metode Penelitian .............................................................................................................. 13
2.2. Data Penelitian ................................................................................................................... 13
2.3. Analisis Data Penelitian ......................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rasa percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan
manusia. Kepercayaan diri merupakan fungsi langsung dari interpretasi seseorang terhadap
keterampilan atau kemampuan yang dimilikinya. Dapat dikatakan kepercayaan diri
merupakan keyakinan seseorang terhadap segala kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Rasa percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa ketika seseorang memutuskan untuk
melakukan sesuatu, maka itu yang akan dilakukan. Artinya individu telah yakin atas
keputusan untuk melakukan sesuatu yang bermakna bagi kehidupannya. Dengan begitu
individu yang memiliki kepercayaan diri akan merasa yakin terhadap dirinya sendiri.

Wikatriana (2007) lebih lanjut menjelaskan bahwa rasa percaya diri merupakan sifat
yang diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui
pendidikan, sehingga dapat membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri pada individu.
Proses terbentuk kepercayaan diri yang pertama adalah terbentuknya kerpibadian sesuai
dengan tahap perkembangannya, yang kedua pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan
dirinya, yang ketiga yaitu melalui pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya dan yang
terakhir adalah keyakinan dan tekad untuk melakukan suatu usaha agar tujuan hidupnya
tercapai. Kepercayaan diri penting dimiliki oleh seseorang, rasa percaya diri dapat dijadikan
sebagai salah satu aspek yang dapat menunjang performa atau kualitas diri dari individu
dalam segala aspek salah satunya dalam pendidikan.

Dalam pelaksanaan proses pendidikan secara tidak langsung menanamkan dan


melatih kepercayaan diri peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar. Seorang peserta
didik akan terbentuk kepercayaan dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
proses belajar seperti, percaya diri dengan kemampuan public speaking ketika
menyampaikan pendapat atau presentasi didepan kelas, percaya diri dengan kemampuannya
ketika mengerjakan ujian atau tes, dan masih banyak lagi dan semua itu akan terus terlatih
seiring dengan semakin tingginya jenjang pendidikan yang ditempuh oleh individu.

1
Kepercayaan diri penting dimiliki oleh seseorang khususnya pelajar sebagai salah satu aspek
yang dapat membuat individu menjadi yakin dengan kemampuannya, begitu pula dalam
pelaksanaan ujian atau tes.

Ujian adalah cara terbatas untuk mengukur kemampuan seseorang, dalam hal ini
dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan seseorang atau peserta didik. Ujian dikenal
sebagai alat evaluasi guna menilai seberapa jauh pengetahuan yang sudah dikuasai dan
keterampilan yang sudah diperoleh. Kemampuan yang dimiliki masing-masing peserta didik
berbeda-beda dalam mengerjakan ujian, begitupula pada mahasiswa. Dalam jenjang
pendidikan tinggi, mahasiswa juga diasah kemampuannya dengan kegiatan ujian/tes. Ketika
menghadapi ujian ada mahasiswa yang merasa dapat mengerjakan ujian dengan baik dan ada
yang merasa kesulitan dalam mengerjakan ujian. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi
mahasiswa dalam menghadapi ujian dapat mengakibatkan gangguan psikologis. Mahasiswa
sering merasakan kesulitan-kesulitan saat menghadapi ujian dan menganggap ujian sebagai
beban yang cukup berat, terutama pada mahasiswa yang belum memiliki kepercayaan diri
dalam menghadapi ujian atau mahasiswa yang belum cukup yakin dengan kemampuan yang
dimilikinya.

Keselitan yang dihadapi mahasiswa ketika melaksanakan ujian dapat terlihat dari
tidak adanya rasa percaya diri mahasiswa untuk duduk di deretan bangku paling depan ketika
ujian. Seperti yang terjadi dikalangan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling offering
B7, dimana hampir seluruh mahasiswa akan memperebutkan deretan kursi bagian belakang
ketika akan melaksanakan ujian dikelas. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak percaya
diri dengan kemampuan mereka untuk melaksanakan ujian dan untuk duduk dikursi deretan
paling depan. Dengan menempati kursi deretan paling belakang mereka akan merasa lebih
aman dan percaya diri untuk mengerjakan ujian.

Kurangnya rasa percaya diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian juga
menimbulkan beberapa dampak yang itu merugikan bagi diri mahasiswa itu sendiri.
Beberapa contoh dampak yang terlihat adalah, mahasiswa cenderung akan memilih jalan lain
untuk dapat menutupi rasa cemas dan khawatir mereka saat akan melaksanakan ujian,
contohnya dengan membuat contekan, browsing dengan menggunakan handphone, bertanya
kepada teman dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif tersebut yang akan terus berlangsung

2
menjadi kebiasaan mahasiswa apabila mereka masih belum bisa menumbuhkan rasa percaya
diri dan yakin dengan kemampuan diri mereka sendiri, karena sebagian mahasiswa
mengatakan bahwa dengan melakukan berbagai hal seperti contoh diatas dianggap dapat
membuat ia merasa lebih percaya diri ketika akan menghadapi ujian dan hal ini merupakan
penyalahgunaan kepercayaan diri yang tidak bisa dibiarkan begitu saja karena akan sangat
berdampak pada kelangsungan hidup mahasiswa kedepannya.

Perlu ada perubahan pola pikir mahasiswa yang awalnya menganggap perilaku-
perilaku negatif sebagai bentuk dari perwujudan kepercayaan diri dalam melaksanakan ujian
menjadi bentuk kepercayaan diri yang murni dari diri sendiri dengan meyakini segala
kemampuan yang ada pada dirinya, karena pada dasarnya kemampuan yang ada pada diri
dapat diasah dan dibentuk dengan banyak cara seperti, banyak membaca, berlatih materi
yang akan diujiankan sebelum pelaksanaan ujian, banyak bertanya kepada teman ataupun
dosen terkait materi yang belum dipahami, membuat peta konsep mengenai materi ujian, dan
masih banyak lagi. Kegiatan-kegiatan seperti itu yang perlu dipahami dan ditanamkan kepada
mahasiswa dalam upaya peningkatan kepercayaan diri ketika melaksanakan ujian

Berdasarkan fenomena yang diamati oleh penliti, kepercayaan diri pada mahasiswa
Jurusan Bimbingan dan Konseling offering B7 ketika menghadapi kegiatan ujian/tes masih
kurang, terlihat dari kebiasaan kebanyakan mahasiswa yang lebih memilih kursi deretan
paling belakang ketika akan melaksanakan ujian dan kebanyakan dari mereka mengatakan
bahwa mereka kurang memiliki kepercayaan diri dan merasa cemas ketika harus
mengerjakan ujian di deretan kursi paling depan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika menghadapi ujian?
2. Bagaimana perspektif pendekatan person centered terhadap kepercayaan diri
individu?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika menghadapi ujian.
2. Untuk mengetahui perspektif pendekatan person centered terhadap kepercayaan diri
individu.

3
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan serta informasi terkait
kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika menghadapi ujian dalam perspektif
pendekatan person centered sehingga dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan
Konseling.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi
peserta didik khusunya mahasiswa dalam meningkatkan dan mengembangkan
kepercayaan diri ketika akan menghadapi ujian.
1.5 Kajian Pustaka
1.5.1. Kepercayaan Diri Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian

Kepercayaan diri individu akan terbentuk apabila manusia mampu menggali


kemampuan dan kelebihan yang ada pada dirinya, bidang bimbingan dan konseling
merupakan ranah dalam pendidikan yang salah satu tujuannya adalah untuk menggali
kemampuan atau potensi peserta didik yang dapat diasah dengan berbagai macam
layanan BK sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ghufron (2014) mengemukakan
bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada individu yang dapat menerima
kenyataan, positif thinking, mandiri, dan memiliki kemampuan lebih guna mencapai
keinginannya. Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah sikap yakin
pada kemampuannya sendiri sehingga dapat memilih hal-hal yang disukainya, tidak
khawatir dalam melakukan suatu kegiatan dan memiliki sikap tanggungjawab.
Wikatriana (2007) lebih lanjut menjelaskan bahwa rasa percaya diri merupakan sifat
yang diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui
pendidikan, sehingga dapat membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri pada
individu.

4
Angelis (2003:58-77) mengatakan bahwa aspek-aspek percaya diri yaitu:

1. Tingkah laku
Adalah kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan menyelesaikan
tugas-tugas, baik tugas-tugas yang paling sederhana, seperti membayar
semua tagihan tepat waktu, hingga yang bernuansa cita-cita untuk
meraih sesuatu. Dalam hal ini kepercayaan diri mahasiswa ketika
melaksanakan ujian juga dapat dilihat dari aspek tingkah lakunya,
seperti yang telah disebutkan diatas, mahasiswa yang lebih memilih
deretan bangku belakang dapat diidentifikasi bahwa mereka masih
belum memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan kegiatan ujian.
2. Emosi
Adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai segenap
sisi emosi. Untuk memahami segala yang dirasakan, menggunakan
emosi untuk melakukan pilihan yang tepat, melindungi diri dari sakit
hati, atau mengetahui cara bergaul yang sehat dan rukun.
3. Kerohanian spiritual
Adalah keyakinan pada takdir dan semesta alam, keyakinan bahwa
hidup ini memiliki tujuan yang positif, bahwa keberadaan punya
makna dan ada tujuan tertentu dari hidup. Kepercayaan spiritual
berawal dari kesadaran tentang siapa kita sebenarnya, terlepas dari
raga dan pribadi kita, terlepas dari segala topeng yang mungkin
menutupi kita. Ia berawal dari upaya utuk menghargai diri kita sendiri,
sebagai suatu karya cipta yang unik dan menakjubkan. Tanpa
kepercayaan spiritual, tidak mungkin kita dapat mengembangkan
kepercayaan diri tingkah laku dan kepercayaan diri emosional.
Percaya diri merupakan bagian yang integral yang tidak dapat terpisahkan antara jiwa
dan raga, jiwa menyangkut tentang perasaan dan mental sedangkan raga menyangkut
kondisi fisik secara keseluruhan.

5
Kepercayaan diri peserta didik dapat dilihat salah satunya ketika kegiatan
ujian/tes, peserta didik yang memiliki kepercayaan diri untuk melaksanakan ujian
akan cenderung tenang dalam melewati berbagai jenis soal yang akan diberikan,
mereka juga tidak akan khawatir atau cemas terkait dimana pelaksanaan ujian, kapan
pelaksanaan ujian, dan posisi duduk ketika ujian sekalipun. Namun, tidak jarang juga
mahasiswa merasakan kecemasan saat menghadapi ujian dan menganggap ujian
sebagai beban yang cukup berat, terutama pada mahasiswa yang belum memiliki
kepercayaan diri dalam menghadapi ujian. Hurlock (2002) mengemukakan bahwa
kecemasan dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari dan tiap-tiap individu pun
pernah mengalami, hanya saja taraf dan kadarnya tidak sama. Terdapat individu yang
mampu menyelesaikan masalah-masalahnya sehingga tidak merasakan kecemasan
yang berlebihan. Hurlock (2002) juga mengemukakan, kecemasan ialah kondisi
individu yang tidak menyenangkan yang dialami dan ditandai dengan adanya
perasaan khawatir, perasaan yang campur aduk, sesuatu yang tidak nyaman, hingga
sesuatu yang buruk bahkan mungakin sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Rasa kekhawatiran dan kecemasan dapat ditimbulkan dari tidak adanya rasa
percaya diri mahasiswa atas kemampuan yang dimilikinya, mahasiswa cenderung
memiliki rasa cemas dan khawatir meski ia telah mempersiapkan kegiatan ujian
dengan sangat matang karena ia masih memiliki rasa tidak percaya diri dengan
kemampuan dirinya. Ketidak percayaan tersebut dapat timbul karena beberapa
perasaan mahasiswa seperti, cemas akan soal ujian yang mungkin tidak sesuai dengan
apa yang telah dipelajarinya, cemas karena masih ada beberapa poin yang belum
dihafalnya, dan cemas karena berada di posisi duduk yang kurang strategis
menurutnya. Perasaan tersebut wajar dirasakan kebanyakan mahasiswa karena
mereka masih belum mampu menumbuhkan kepercayaan diri dalam dirinya ketika
melaksanakan ujian, karena kecemasan hanya dapat diatasi dengan menumbuhkan
rasa percaya diri.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wikatriana (2007)


menginformasikan bahwasannya kecemasan dapat dipengaruhi oleh kepercayaan diri.
Individu yang memiliki rasa percaya diri akan sanggup mengatasi masalah-masalah

6
yang dihadapinya dengan yakin serta tidak mudah putus asa. Bila individu takut tetapi
akhirnya memiliki rasa percaya diri maka tidak akan mengalami kecemasan, begitu
pula sebaliknya, kecemasan hanya dapat diatasi dengan menumbuhkan rasa percaya
diri. Karena mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri ketika melaksanakan ujian
juga akan percaya pada kemampuan dirinya yang memadai dan menyadari
kemampuan yang dimiliki serta dapat memanfaatkannya secara tepat.

Mahasiswa yang percaya akan kemampuan yang dimilikinya akan terus


berusaha untuk dapat fokus dalam kegiatan belajar dikelas dan akan meningkatkan
proses belajar diluar kelas dengan banyak membaca dan mengulang materi yang telah
disampaikan didalam kelas. Banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman mengenai materi yang sedang dipelajari dan
hal tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja yang terpenting adalah adanya kemauan
dan usaha besar yang dilakukan oleh mahasiswa, dengan begitu kepercayaan diri
mahasiswa akan terbentuk dan kecemasan yang dirasakan ketika akan melaksanakan
ujian dapat diatasi dengan baik. Sukarti (2010) dalam penelitiannya juga membahas
tentang kepercayaan diri dan kecemasan yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan
negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
menghadapi ujian nasional, semakin tinggi kepercayaan diri pada siswa maka
semakin rendah kecemasan yang dialami siswa pada saat menghadapi ujian nasional,
begitu juga sebaliknya.

1.5.2. Pandangan Pendekatan Person Centered Terhadap Kepercayaan Diri Individu

Carl Ransom Rogers sebagai pendiri dan pengembang utama pendekatan


person centered memliki pandangan yang positif mengenai hakikat manusia,
pandangan tersebut dapat dikemukakan secara rinci sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya.
2. Manusia lebih bijak dari inteleknya.
3. Manusia adalah makhluk yang mengalami.
4. Kehidupan ada pada saat ini.
5. Manusia adalah makhluk yang bersifat subyektif.

7
6. Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu
kebutuhan terpokok manusia.
7. Manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasi.

Dari pandangan Rogers tersebut dapat dikatakan bahwa pendekatan person


centered berfokus pada sifat dan kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk
menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan
tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di
dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan
orang lain, keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualisasikan diri
(Gerald Corey 1999 : 319). Kesangguapan individu untuk menyadari kemampuan
yang ada pada dirinya mencakup kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap individu.
Dengan mengetahui kelebihan serta kekurangan yang ada pada dirinya, individu akan
cenderung percaya diri dan yakin dalam melakukan segala hal dalam hidupnya.
(Lestari, 2006). Begitu pula dalam bidang pendidikan, peserta didik yang sanggup
menyadari kemampuannya akan lebih percaya diri dalam melaksanakan kegiatan
belajar dikelas maupun saat kegiatan ujian/tes.

Pendekatan person centered juga menganggap bahwa manusia bebas untuk


menentukan dan bertanggung-jawab atas apa yang dilakukan dan dipilih dalam
kehidupannya, dalam artian person centered menganggap bahwa manusia adalah
makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri atas apa yang ingin dia lakukan dan
apa yang tidak ingin ia lakukan dan manusia akan mampu bertanggung-jawab atas
segala pilihan yang ia ambil untuk hidupnya. (Corey, 1982). Asumsi ini menunjukkan
bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, dan, aktif yang dapat
menentukan (hampir) segalanya dalam aktivitas kehidupannya. Ramli, (1993)
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk dengan julukan “the self determining
being” yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya
dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggapnya paling benar dan tepat.

Pendekatan person centered yang menekankan pada kebebasan dan rasa


tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap individu juga berkaitan dengan segala
bentuk perilaku dan kebiasaan yang dipilih seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

8
Salah satu aspek kepribadian dalam diri individu adalah percaya diri, dimana
kepercayaan diri individu akan sangat berkaitan dengan keyakinan individu akan
kemampuan serta kelemahan yang ada pada dirinya. Berkaitan juga dengan
kepercayaan diri mahasiswa ketika melaksanakan ujian, kepercayaan diri yang tinggi
pada mahasiswa akan sebanding dengan keyakinan mahasiswa untuk mengerjakan
soal ujian secara jujur dan mandiri. Mahasiswa yang mampu menumbuhkan
kepercayaan diri dalam pelaksanaan ujian akan lebih paham mengenai kemampuan
yang dimiliki untuk melaksanakan ujian.

Dalam pendekatan person centered seseorang dengan tingkat kepercayaan diri


yang rendah mampu untuk bisa mengaktualisasikan dirinya supaya dapat
meningkatkan kepercayaan diri yang ada pada dirinya (Belkin, 1981). Pendekatan
person centered dapat diterapkan dalam pelaksanaan proses konseling humanistik
kepada mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri rendah. Penelitian sebelumnya
sudah menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling humanistik dengan pendekatan
person centered terbukti efektif dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang,
karena hakikatnya pendekatan person centered akan membantu individu untuk bisa
memahami kelebihan serta kekurangan yang ada pada diri mereka dengan
menekankan pada hubungan baik yang terjalin antara konselor dan konseli. Selama
proses konseling, konseli akan dibantu untuk merubah perilaku kurang percaya diri
menjadi lebih percaya diri baik secara tingkah laku, emosional, dan spiritual. Secara
emosional individu akan cenderung tidak cemas saat melaksanakan kegiatan ujian dan
secara spiritual individu akan mulai menyadari kekurangan dan kelebihan yang ada
pada dirinya dalam proses pembelajaran. Thursan, (2002) menyatakan bahwa
kepercayaan diri yang rendah akan menghambat individu untuk mencapai harapannya.
Jika merasa tidak percaya diri, tentunya individu akan merasa kurang percaya diri
dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan. Kebalikannya jika individu memiliki
kepercayaan diri yang tinggi maka akan lebih berani dalam melakukan sesuatu, seperti
halnya dalam menghadapi ujian. Rogers (Shinta, 2006) menyatakan bahwa individu
yang kurang memiliki rasa percaya diri akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak
mampu sehingga cenderung menyalahkan ketidakmampuannya.

9
Kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian dapat dikatakan
masih rendah, dilihat dari bagaimana perilaku yang mereka tunjukkan ketika akan
melaksanakan ujian, kebanyakan mahasiswa akan cenerung memilih tempat duduk
dideretan belakang dengan alasan yang beragam. Dalam hal ini sikap mahasiswa
tersebut menunjukkan karakteristik pribadi malasuai menurut pendekatan person
centered. Menurut Rogers pribadi malasuai merupakan pribadi yang mengalami
masalah dimana ia mengkategorikan pribadi malasuai berdasarkan karakteristiknya,
salah satunya adalah kecemasan (anxiety). Kecemasan secara fenomenologis
merupakan keadaan yang tidak mengenakkan dan ketegangan yang tidak diketahui
penyebabnya. Dari kerangka acuan eksternal, kecemasan merupakan suatu keadaan
dimana ketidakserasian antara konsep diri dan keseleuruhan pengalaman individu
mendekati pelambangan dalam kesadaran (Ramli, 1992). Bilamana pengalaman
menyimpang secara jelas dari konsep diri, maka respon pertahanan diri terhadap
ancaman menjadi bertambah sulit. Kecemasan merupakan respon organisme terhadap
perkiraan ancaman dimana ketidakserasian itu masuk kedalam kesadaran, sehingga
memaksa suatu perubahan dalam gambaran diri. Dalam hal ini kebanyakan mahasiswa
BKB7 merasa tidak mampu apabila menunjukkan perilaku percaya diri dalam
pelaksanaan ujian. Banyak mahasiswa yang memiliki rasa cemas saat dihadapkan pada
kondisi dimana ia harus duduk dideretan kursi depan saat melaksanakan ujian.
Kecemasan tersebut yang menghambat mahasiswa BKB7 untuk dapat percaya akan
kemampuannya ketika pelaksanaan ujian.

10
1.5.3. Kerangka Berpikir

Kepercayaan diri Perspektif


mahasiswa ketika
Person Centered
menghadapi ujian

Mahasiswa yang tidak


Mahasiswa yang yakin Mengalami
yakin dengan
dengan kemampuannya Kecemasan
kemampuannya

Dalam kerangka berpikir ini peneliti menggambarkan mengenai garis besar


atau peta konsep pembahasan dalam proposal. Kepercayaan diri mahasiswa BKB7
ketika menghadapi ujian yang dilihat dari perspektif pendekatan person centered yang
menekankan pada kemampuan individu untuk mengaktualisasikan kemampuan yang
dimilikinya sebagai bentuk perkembangan kepribadian individu yang optimal.
Kepercayaan diri mahasiswa ketika melaksanakan ujian dapat ditinjau dari keyakinan
mahasiswa akan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan ujian itu sendiri,
kondisi dimana mahasiswa yakin akan kemampuannya untuk melaksanakan ujian
terlepas dari faktor-faktor seperti dimana ujian akan dilaksanakan, posisi duduk ketika
ujian, pengawas ketika pelaksanaan ujian, jenis ujian yang akan dilakukan tulis atau
lisan, dan lain sebagainya, dengan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal tersebut
mahasiswa akan cenderung yakin dan percaya diri dengan kemampuannya.
Mahasiswa BKB7 yang cenderung kurang percaya diri ketika melaksanakan
ujian merupakan suatu bentuk dari kecemasan yang mereka alami, kecemasan itu
sendiri merupakan salah satu karakteristik pribadi malasuai yang diungkapkan oleh
Rogers. Mahasiswa yang kurang percaya diri tentu akan memiliki batasan dalam
melakukan suatu kegiatan atau usaha, dalam hal ini menghadapi ujian. Penyebab
kurangnya rasa percaya diri yaitu perasaan yang tidak yakin terhadap kemampuannya,
merasa rendah diri jika disandingkan dengan mahasiswa yang lainnya. Mahasiswa
seperti ini akan cenderung memiliki gejala kecemasan dalam menghadapi ujian.

11
Menurut person centered setiap individu memiliki kecenderungan bawaan
kearah aktualisasi diri. Rogers tidak menyebut pribadi sehat dengan istilah “well
asjusted” melainkan dengan istilah “fully functioning person” yaitu pribadi yang
berfungsi secara sempurna atau penuh, untuk menunjukkan bahwa pribadi sehat itu
tidak statis melainkan berada dalam proses yang terus menerus berkembang, dalam hal
ini individu yang mempu menumbuhkan rasa percaya diri dengan mengetahui
kelebihan dan kemampuan dalam dirinya akan memiliki keyakinan ketika melakukan
sesuatu dan menjadikan kelemahan dalam dirinya sebagai pendorong untuk ia bisa
unggul dalam hal lain yang menjadi kelebihannya.

12
BAB II

RANCANGAN PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe metode riset kualitatif Fenomenologi
Empiris. Pemilihan tipe metode fenomenologi empiris didasarkan pada setting bidang
masalah riset ini yang berfokus pada pengalaman masa kini “here and now experience”.
yang berarti bahwa sorotan utama FE adalah lebih pada pengalaman hidup individu. Dalam
penelitian yang peneliti ambil fokus utama peneliti adalah pada pengalaman-pengalaman
yang dialami secara langsung oleh subjek ketika melaksanakan kegiatan ujian dalam setting
perkuliahan dan pengalaman tersebut terjadi di masa kini. Pengalaman subjek yang merasa
kurang percaya diri terhadap kemampuan dirinya ketika melaksanakan ujian yang
ditunjukkan dengan pemilihan tempat duduk ketika akan melaksanakan ujian, subjek
cenderung akan memilih deretan kursi dibelakang. Dibalik rasa tidak percaya diri mahasiswa
ketika melaksanakan ujian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya dan dampak-
dampak yang ditimbulkan.

2.2 Data Penelitian

Data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data mengenai kepercayaan
diri mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Malang offering
B7 ketika melaksanakan ujian, penelitian ini membahas mengenai pandangan pendekatan
person centered terhadap kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian dan
hal ini merupakan penelitian yang diambil dari fenomena yang peneliti amati dilingkungan
kuliahnya. Subjek yang diamati merupakan 15 orang teman peneliti sendiri yang mana
sering sekali melakukan kejadian atau fenomena memilih deretan bangku paling belakang
ketika pelaksanaan ujian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument
pengumpulan data non-tes berupa wawancara dan observasi untuk mendapatkan data-data
terkait kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian. Wawancara
merupakan teknik yang digunakan peneliti dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang
nantinya akan dijawab oleh subjek penelitian secara langsung, pertanyaan-pertanyaan yang
disusun oleh peneliti merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang diambil.

13
Observasi merupakan teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data mengenai
subjek penelitian dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung perilaku subjek
dalam suatu kegiatan tertentu untuk memperoleh gambaran observable behavior (perilaku
yang nyata,dapat diukur, berulangkali dan jelas).

2.3 Analisis Data Penelitian

Mappiare (2013) menyebutkan bahwa tahap-tahap pelaksanaan riset Fenomenologi


Empirik meliputi tiga satuan aktivitas penting yaitu phenomenological reduction, eidetic
reduction, dan transcendental reduction (Alvesson, M., dan Skoldberg, K., 2000: 36-37).

1. Reduksi Fenomenologi
Satuan aktivitas awal peneliti yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-
fakta empirik yang dimaknai secara langsung oleh peneliti dilapangan. Dalam
penelitian ini data-data yang dikumpulkan merupakan data-data empirik
dilapangan yang didapatkan peneliti, yang nantinya dimaknai secara langsung
oleh peneliti. Data empirik yang didapatkan seperti perilaku yang timbul ketika
mahasiswa kurang memiliki kepercayaan diri ketika melaksanakan ujian,
mahasiswa yang memilih deretan bangku belakang ketika ujian.
2. Reduksi Editik
Peneliti menafsirkan fenomena yang terjadi dilapangan dengan
mengesampingkan pengalaman dari subjek terteliti dan mengedepankan
tafsirannya sebagai peneliti, dengan tujuan mendapatkan intisari dari fenomena
yang diamati. Peneliti menafsirkan maksud dari perilaku mahasiswa yang lebih
memilih kursi deretan belakang ketika melaksanakan ujian dan data-data lain
yang diperoleh dari hasil pengamatan fenomena dilapangan.
3. Reduksi Transedental
Peneliti merefleksikan abstraksi universal (esensi) atau kategori-kategori
yang didapatkan dari fenomena yang kemudian dikonstruksikan. Data yang telah
ditafsirkan oleh peneliti selanjutnya dikonstruksikan sebagai suatu pandangan
atau makna yang disepakati secara umum. Data mengenai mahasiswa yang
cenderung memilih deretab kursi belakang ketika ujian dipandanga sebagai

14
perilaku mahasiswa yang kurang memilki kepercayaan diri ketika akan
melaksanakan ujian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Angelis, B. 2003.Confidence (Percaya Diri) Sumber Sukses Dan Kemandirian.Cetakan


ketujuh.Jakarta : Gramedia pustaka utama.
Aprilia, Fitri Nur. 2018. HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN
DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER PADA MAHASISWA FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG. Undergraduate
thesis, Fakultas Psikologi UNISSULA.
Belkin, Gary S. 1981. Practical Counseling In The Schools. Dubuque. Iowa: William C Brown
Company Publisher.
Corey, Gerald. 1982. Theory and Practice Of Counseling & Psychotherapy. (second edition),
Monterey. California.: Brooks/Cole Publishing Company.
Corey, Gerald, 1999. Teori Praktik Konseling Dan Psikoterapi. Bandung. (terjemahan E.
Koeswara) : PT. Refika Aditama.
Drgatz Jan. 2004.Membangun Harga Diri Dan Percaya Diri Anak.Jakarta : Pustaka Tangga.
Iswidharmanjaya Derry dan Agung. 2004. Suatu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri.
Panduan Bagi Remaja Yang Masih Mencari Jati Dirinya.Jakarta : Gramedia.
Ghufron, M. Nur, & Rini, Risnawati S.2014. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta.
Lauster (1997). Tes kepribadian (terjemahan D. H Gulo). Jakarta: PT. Gramedia Bumi Aksara.
Lestari, S. 2006. Hubungan Antara Harga Diri dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif
terhadap Produk Fashion pada Remaja Putri. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta. :
Fakultas Psikologi UMS.
Mappiare, Andi. 2013. Tipe-Tipe Metode Riset Kualitatif Untuk Eksplanasi Sosial Budaya dan
Bimbingan Konseling. Elang Mas. Malang.
Nurkancana dan Sunartana, 1990.Evaluasi Hasil Belajar.Surabaya. PT Usaha Nasional
Prayitno dan Erman Amti, 1990.Dasar-dasar Bimbingan Dan Konseling.Jakarta : Rineka
Cipta.
Ramli. 1993. Pendekatan Konseling Berpusat Pada Pribadi. Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang.
Ulfatin, Nurul. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Wikatriana, V. 2007. Kecemasan Belum Mendapat Pasangan pada Mahasisiwi Semester Akhir
Ditinjau dari Kepercayaan Diri. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata (tidak diterbitkan).

16

Anda mungkin juga menyukai