Kepercayaan Diri Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian Dalam Perspektif Pendekatan Person Centered
Kepercayaan Diri Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian Dalam Perspektif Pendekatan Person Centered
PROPOSAL
OLEH:
BK-B7
Ananda Riskiya Nur Isnaini 170111600016
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan karunia-Nya
saya dapat meyelesaikan proposal penelitian kualitatif yang berjudul “Kepercayaan Diri
Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian Dalam Perspektif Pendekatan Person Centered” ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu serta tanpa ada suatu halangan yang berarti. Tujuan
penulisan proposal ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Riset Kualitatif.
Sudah tentu dalam penulisan proposal ini tidak terlepas dari dorongan moral bimbingan,
dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Andi Mampiare AT., M.Pd dan Ibu Riskiyana Prihatiningsih, M.Pd selaku dosen
mata kuliah riset kualitatif
2. Mahasiswa KPL S2 selaku asisten dosen mata kuliah riset kualitatif
3. Orang Tua yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
4. Seluruh teman-teman jurusan bimbingan dan konseling offering B7, yang telah membantu
dalam proses pelaksanaan penelitian dan pembuatan proposal ini serta yang mencurahkan
segala perhatiannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan ikhlas demi
terselesaikannya proposal ini.
Saya menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
proposal berikutnya. Semoga materi yang disampaikan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .................................................................Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ...................................................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 4
1.5. Kajian Pustaka ..................................................................................................................... 4
1.5.1. Kepercayaan Diri Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian……………...……4
1.5.2. Pandangan Pendekatan Person Centered Terhadap Kepercayaan Diri Individ…….7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Rasa percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan
manusia. Kepercayaan diri merupakan fungsi langsung dari interpretasi seseorang terhadap
keterampilan atau kemampuan yang dimilikinya. Dapat dikatakan kepercayaan diri
merupakan keyakinan seseorang terhadap segala kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Rasa percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa ketika seseorang memutuskan untuk
melakukan sesuatu, maka itu yang akan dilakukan. Artinya individu telah yakin atas
keputusan untuk melakukan sesuatu yang bermakna bagi kehidupannya. Dengan begitu
individu yang memiliki kepercayaan diri akan merasa yakin terhadap dirinya sendiri.
Wikatriana (2007) lebih lanjut menjelaskan bahwa rasa percaya diri merupakan sifat
yang diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui
pendidikan, sehingga dapat membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri pada individu.
Proses terbentuk kepercayaan diri yang pertama adalah terbentuknya kerpibadian sesuai
dengan tahap perkembangannya, yang kedua pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan
dirinya, yang ketiga yaitu melalui pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya dan yang
terakhir adalah keyakinan dan tekad untuk melakukan suatu usaha agar tujuan hidupnya
tercapai. Kepercayaan diri penting dimiliki oleh seseorang, rasa percaya diri dapat dijadikan
sebagai salah satu aspek yang dapat menunjang performa atau kualitas diri dari individu
dalam segala aspek salah satunya dalam pendidikan.
1
Kepercayaan diri penting dimiliki oleh seseorang khususnya pelajar sebagai salah satu aspek
yang dapat membuat individu menjadi yakin dengan kemampuannya, begitu pula dalam
pelaksanaan ujian atau tes.
Ujian adalah cara terbatas untuk mengukur kemampuan seseorang, dalam hal ini
dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan seseorang atau peserta didik. Ujian dikenal
sebagai alat evaluasi guna menilai seberapa jauh pengetahuan yang sudah dikuasai dan
keterampilan yang sudah diperoleh. Kemampuan yang dimiliki masing-masing peserta didik
berbeda-beda dalam mengerjakan ujian, begitupula pada mahasiswa. Dalam jenjang
pendidikan tinggi, mahasiswa juga diasah kemampuannya dengan kegiatan ujian/tes. Ketika
menghadapi ujian ada mahasiswa yang merasa dapat mengerjakan ujian dengan baik dan ada
yang merasa kesulitan dalam mengerjakan ujian. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi
mahasiswa dalam menghadapi ujian dapat mengakibatkan gangguan psikologis. Mahasiswa
sering merasakan kesulitan-kesulitan saat menghadapi ujian dan menganggap ujian sebagai
beban yang cukup berat, terutama pada mahasiswa yang belum memiliki kepercayaan diri
dalam menghadapi ujian atau mahasiswa yang belum cukup yakin dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Keselitan yang dihadapi mahasiswa ketika melaksanakan ujian dapat terlihat dari
tidak adanya rasa percaya diri mahasiswa untuk duduk di deretan bangku paling depan ketika
ujian. Seperti yang terjadi dikalangan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling offering
B7, dimana hampir seluruh mahasiswa akan memperebutkan deretan kursi bagian belakang
ketika akan melaksanakan ujian dikelas. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak percaya
diri dengan kemampuan mereka untuk melaksanakan ujian dan untuk duduk dikursi deretan
paling depan. Dengan menempati kursi deretan paling belakang mereka akan merasa lebih
aman dan percaya diri untuk mengerjakan ujian.
Kurangnya rasa percaya diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian juga
menimbulkan beberapa dampak yang itu merugikan bagi diri mahasiswa itu sendiri.
Beberapa contoh dampak yang terlihat adalah, mahasiswa cenderung akan memilih jalan lain
untuk dapat menutupi rasa cemas dan khawatir mereka saat akan melaksanakan ujian,
contohnya dengan membuat contekan, browsing dengan menggunakan handphone, bertanya
kepada teman dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif tersebut yang akan terus berlangsung
2
menjadi kebiasaan mahasiswa apabila mereka masih belum bisa menumbuhkan rasa percaya
diri dan yakin dengan kemampuan diri mereka sendiri, karena sebagian mahasiswa
mengatakan bahwa dengan melakukan berbagai hal seperti contoh diatas dianggap dapat
membuat ia merasa lebih percaya diri ketika akan menghadapi ujian dan hal ini merupakan
penyalahgunaan kepercayaan diri yang tidak bisa dibiarkan begitu saja karena akan sangat
berdampak pada kelangsungan hidup mahasiswa kedepannya.
Perlu ada perubahan pola pikir mahasiswa yang awalnya menganggap perilaku-
perilaku negatif sebagai bentuk dari perwujudan kepercayaan diri dalam melaksanakan ujian
menjadi bentuk kepercayaan diri yang murni dari diri sendiri dengan meyakini segala
kemampuan yang ada pada dirinya, karena pada dasarnya kemampuan yang ada pada diri
dapat diasah dan dibentuk dengan banyak cara seperti, banyak membaca, berlatih materi
yang akan diujiankan sebelum pelaksanaan ujian, banyak bertanya kepada teman ataupun
dosen terkait materi yang belum dipahami, membuat peta konsep mengenai materi ujian, dan
masih banyak lagi. Kegiatan-kegiatan seperti itu yang perlu dipahami dan ditanamkan kepada
mahasiswa dalam upaya peningkatan kepercayaan diri ketika melaksanakan ujian
Berdasarkan fenomena yang diamati oleh penliti, kepercayaan diri pada mahasiswa
Jurusan Bimbingan dan Konseling offering B7 ketika menghadapi kegiatan ujian/tes masih
kurang, terlihat dari kebiasaan kebanyakan mahasiswa yang lebih memilih kursi deretan
paling belakang ketika akan melaksanakan ujian dan kebanyakan dari mereka mengatakan
bahwa mereka kurang memiliki kepercayaan diri dan merasa cemas ketika harus
mengerjakan ujian di deretan kursi paling depan.
3
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan serta informasi terkait
kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika menghadapi ujian dalam perspektif
pendekatan person centered sehingga dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan
Konseling.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi
peserta didik khusunya mahasiswa dalam meningkatkan dan mengembangkan
kepercayaan diri ketika akan menghadapi ujian.
1.5 Kajian Pustaka
1.5.1. Kepercayaan Diri Mahasiswa BKB7 Ketika Menghadapi Ujian
4
Angelis (2003:58-77) mengatakan bahwa aspek-aspek percaya diri yaitu:
1. Tingkah laku
Adalah kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan menyelesaikan
tugas-tugas, baik tugas-tugas yang paling sederhana, seperti membayar
semua tagihan tepat waktu, hingga yang bernuansa cita-cita untuk
meraih sesuatu. Dalam hal ini kepercayaan diri mahasiswa ketika
melaksanakan ujian juga dapat dilihat dari aspek tingkah lakunya,
seperti yang telah disebutkan diatas, mahasiswa yang lebih memilih
deretan bangku belakang dapat diidentifikasi bahwa mereka masih
belum memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan kegiatan ujian.
2. Emosi
Adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai segenap
sisi emosi. Untuk memahami segala yang dirasakan, menggunakan
emosi untuk melakukan pilihan yang tepat, melindungi diri dari sakit
hati, atau mengetahui cara bergaul yang sehat dan rukun.
3. Kerohanian spiritual
Adalah keyakinan pada takdir dan semesta alam, keyakinan bahwa
hidup ini memiliki tujuan yang positif, bahwa keberadaan punya
makna dan ada tujuan tertentu dari hidup. Kepercayaan spiritual
berawal dari kesadaran tentang siapa kita sebenarnya, terlepas dari
raga dan pribadi kita, terlepas dari segala topeng yang mungkin
menutupi kita. Ia berawal dari upaya utuk menghargai diri kita sendiri,
sebagai suatu karya cipta yang unik dan menakjubkan. Tanpa
kepercayaan spiritual, tidak mungkin kita dapat mengembangkan
kepercayaan diri tingkah laku dan kepercayaan diri emosional.
Percaya diri merupakan bagian yang integral yang tidak dapat terpisahkan antara jiwa
dan raga, jiwa menyangkut tentang perasaan dan mental sedangkan raga menyangkut
kondisi fisik secara keseluruhan.
5
Kepercayaan diri peserta didik dapat dilihat salah satunya ketika kegiatan
ujian/tes, peserta didik yang memiliki kepercayaan diri untuk melaksanakan ujian
akan cenderung tenang dalam melewati berbagai jenis soal yang akan diberikan,
mereka juga tidak akan khawatir atau cemas terkait dimana pelaksanaan ujian, kapan
pelaksanaan ujian, dan posisi duduk ketika ujian sekalipun. Namun, tidak jarang juga
mahasiswa merasakan kecemasan saat menghadapi ujian dan menganggap ujian
sebagai beban yang cukup berat, terutama pada mahasiswa yang belum memiliki
kepercayaan diri dalam menghadapi ujian. Hurlock (2002) mengemukakan bahwa
kecemasan dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari dan tiap-tiap individu pun
pernah mengalami, hanya saja taraf dan kadarnya tidak sama. Terdapat individu yang
mampu menyelesaikan masalah-masalahnya sehingga tidak merasakan kecemasan
yang berlebihan. Hurlock (2002) juga mengemukakan, kecemasan ialah kondisi
individu yang tidak menyenangkan yang dialami dan ditandai dengan adanya
perasaan khawatir, perasaan yang campur aduk, sesuatu yang tidak nyaman, hingga
sesuatu yang buruk bahkan mungakin sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Rasa kekhawatiran dan kecemasan dapat ditimbulkan dari tidak adanya rasa
percaya diri mahasiswa atas kemampuan yang dimilikinya, mahasiswa cenderung
memiliki rasa cemas dan khawatir meski ia telah mempersiapkan kegiatan ujian
dengan sangat matang karena ia masih memiliki rasa tidak percaya diri dengan
kemampuan dirinya. Ketidak percayaan tersebut dapat timbul karena beberapa
perasaan mahasiswa seperti, cemas akan soal ujian yang mungkin tidak sesuai dengan
apa yang telah dipelajarinya, cemas karena masih ada beberapa poin yang belum
dihafalnya, dan cemas karena berada di posisi duduk yang kurang strategis
menurutnya. Perasaan tersebut wajar dirasakan kebanyakan mahasiswa karena
mereka masih belum mampu menumbuhkan kepercayaan diri dalam dirinya ketika
melaksanakan ujian, karena kecemasan hanya dapat diatasi dengan menumbuhkan
rasa percaya diri.
6
yang dihadapinya dengan yakin serta tidak mudah putus asa. Bila individu takut tetapi
akhirnya memiliki rasa percaya diri maka tidak akan mengalami kecemasan, begitu
pula sebaliknya, kecemasan hanya dapat diatasi dengan menumbuhkan rasa percaya
diri. Karena mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri ketika melaksanakan ujian
juga akan percaya pada kemampuan dirinya yang memadai dan menyadari
kemampuan yang dimiliki serta dapat memanfaatkannya secara tepat.
7
6. Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu
kebutuhan terpokok manusia.
7. Manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasi.
8
Salah satu aspek kepribadian dalam diri individu adalah percaya diri, dimana
kepercayaan diri individu akan sangat berkaitan dengan keyakinan individu akan
kemampuan serta kelemahan yang ada pada dirinya. Berkaitan juga dengan
kepercayaan diri mahasiswa ketika melaksanakan ujian, kepercayaan diri yang tinggi
pada mahasiswa akan sebanding dengan keyakinan mahasiswa untuk mengerjakan
soal ujian secara jujur dan mandiri. Mahasiswa yang mampu menumbuhkan
kepercayaan diri dalam pelaksanaan ujian akan lebih paham mengenai kemampuan
yang dimiliki untuk melaksanakan ujian.
9
Kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian dapat dikatakan
masih rendah, dilihat dari bagaimana perilaku yang mereka tunjukkan ketika akan
melaksanakan ujian, kebanyakan mahasiswa akan cenerung memilih tempat duduk
dideretan belakang dengan alasan yang beragam. Dalam hal ini sikap mahasiswa
tersebut menunjukkan karakteristik pribadi malasuai menurut pendekatan person
centered. Menurut Rogers pribadi malasuai merupakan pribadi yang mengalami
masalah dimana ia mengkategorikan pribadi malasuai berdasarkan karakteristiknya,
salah satunya adalah kecemasan (anxiety). Kecemasan secara fenomenologis
merupakan keadaan yang tidak mengenakkan dan ketegangan yang tidak diketahui
penyebabnya. Dari kerangka acuan eksternal, kecemasan merupakan suatu keadaan
dimana ketidakserasian antara konsep diri dan keseleuruhan pengalaman individu
mendekati pelambangan dalam kesadaran (Ramli, 1992). Bilamana pengalaman
menyimpang secara jelas dari konsep diri, maka respon pertahanan diri terhadap
ancaman menjadi bertambah sulit. Kecemasan merupakan respon organisme terhadap
perkiraan ancaman dimana ketidakserasian itu masuk kedalam kesadaran, sehingga
memaksa suatu perubahan dalam gambaran diri. Dalam hal ini kebanyakan mahasiswa
BKB7 merasa tidak mampu apabila menunjukkan perilaku percaya diri dalam
pelaksanaan ujian. Banyak mahasiswa yang memiliki rasa cemas saat dihadapkan pada
kondisi dimana ia harus duduk dideretan kursi depan saat melaksanakan ujian.
Kecemasan tersebut yang menghambat mahasiswa BKB7 untuk dapat percaya akan
kemampuannya ketika pelaksanaan ujian.
10
1.5.3. Kerangka Berpikir
11
Menurut person centered setiap individu memiliki kecenderungan bawaan
kearah aktualisasi diri. Rogers tidak menyebut pribadi sehat dengan istilah “well
asjusted” melainkan dengan istilah “fully functioning person” yaitu pribadi yang
berfungsi secara sempurna atau penuh, untuk menunjukkan bahwa pribadi sehat itu
tidak statis melainkan berada dalam proses yang terus menerus berkembang, dalam hal
ini individu yang mempu menumbuhkan rasa percaya diri dengan mengetahui
kelebihan dan kemampuan dalam dirinya akan memiliki keyakinan ketika melakukan
sesuatu dan menjadikan kelemahan dalam dirinya sebagai pendorong untuk ia bisa
unggul dalam hal lain yang menjadi kelebihannya.
12
BAB II
RANCANGAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe metode riset kualitatif Fenomenologi
Empiris. Pemilihan tipe metode fenomenologi empiris didasarkan pada setting bidang
masalah riset ini yang berfokus pada pengalaman masa kini “here and now experience”.
yang berarti bahwa sorotan utama FE adalah lebih pada pengalaman hidup individu. Dalam
penelitian yang peneliti ambil fokus utama peneliti adalah pada pengalaman-pengalaman
yang dialami secara langsung oleh subjek ketika melaksanakan kegiatan ujian dalam setting
perkuliahan dan pengalaman tersebut terjadi di masa kini. Pengalaman subjek yang merasa
kurang percaya diri terhadap kemampuan dirinya ketika melaksanakan ujian yang
ditunjukkan dengan pemilihan tempat duduk ketika akan melaksanakan ujian, subjek
cenderung akan memilih deretan kursi dibelakang. Dibalik rasa tidak percaya diri mahasiswa
ketika melaksanakan ujian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya dan dampak-
dampak yang ditimbulkan.
Data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data mengenai kepercayaan
diri mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Malang offering
B7 ketika melaksanakan ujian, penelitian ini membahas mengenai pandangan pendekatan
person centered terhadap kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian dan
hal ini merupakan penelitian yang diambil dari fenomena yang peneliti amati dilingkungan
kuliahnya. Subjek yang diamati merupakan 15 orang teman peneliti sendiri yang mana
sering sekali melakukan kejadian atau fenomena memilih deretan bangku paling belakang
ketika pelaksanaan ujian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument
pengumpulan data non-tes berupa wawancara dan observasi untuk mendapatkan data-data
terkait kepercayaan diri mahasiswa BKB7 ketika melaksanakan ujian. Wawancara
merupakan teknik yang digunakan peneliti dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang
nantinya akan dijawab oleh subjek penelitian secara langsung, pertanyaan-pertanyaan yang
disusun oleh peneliti merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang diambil.
13
Observasi merupakan teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data mengenai
subjek penelitian dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung perilaku subjek
dalam suatu kegiatan tertentu untuk memperoleh gambaran observable behavior (perilaku
yang nyata,dapat diukur, berulangkali dan jelas).
1. Reduksi Fenomenologi
Satuan aktivitas awal peneliti yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-
fakta empirik yang dimaknai secara langsung oleh peneliti dilapangan. Dalam
penelitian ini data-data yang dikumpulkan merupakan data-data empirik
dilapangan yang didapatkan peneliti, yang nantinya dimaknai secara langsung
oleh peneliti. Data empirik yang didapatkan seperti perilaku yang timbul ketika
mahasiswa kurang memiliki kepercayaan diri ketika melaksanakan ujian,
mahasiswa yang memilih deretan bangku belakang ketika ujian.
2. Reduksi Editik
Peneliti menafsirkan fenomena yang terjadi dilapangan dengan
mengesampingkan pengalaman dari subjek terteliti dan mengedepankan
tafsirannya sebagai peneliti, dengan tujuan mendapatkan intisari dari fenomena
yang diamati. Peneliti menafsirkan maksud dari perilaku mahasiswa yang lebih
memilih kursi deretan belakang ketika melaksanakan ujian dan data-data lain
yang diperoleh dari hasil pengamatan fenomena dilapangan.
3. Reduksi Transedental
Peneliti merefleksikan abstraksi universal (esensi) atau kategori-kategori
yang didapatkan dari fenomena yang kemudian dikonstruksikan. Data yang telah
ditafsirkan oleh peneliti selanjutnya dikonstruksikan sebagai suatu pandangan
atau makna yang disepakati secara umum. Data mengenai mahasiswa yang
cenderung memilih deretab kursi belakang ketika ujian dipandanga sebagai
14
perilaku mahasiswa yang kurang memilki kepercayaan diri ketika akan
melaksanakan ujian.
15
DAFTAR PUSTAKA
16