Anda di halaman 1dari 23

LANDASAN MODEL PEMBELAJARAN AREA

Dosen Pembimbing: Dinda Rizki Tiara, S.Pd., M.Pd

Dosen Pembimbing: Dinda Rizki Tiara, S.Pd., M.Pd

Oleh :

1. Sa’adah Yulia (180651100004)


2. Afifatul Izza (180651100011)
3. Nadia Panca Agustina (180651100012)
4. Itmamatur Rizqiyah (180651100018)
5. Nefi Lailatul Mufarokhah (180651100021)
6. Herlinda Mauludiah (180651100022)
7. Nisrina Khairunnisa (180651100023)
8. Aliffatul Maula (180651100031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik,
dan hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “ Model
Pembelajaran Berbasis Area” dengan baik dan tepat waktu. Tujuan kami membuat makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah pengembangan model pembelajaran anak
usia dini. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami dan pembaca.

Penyusunan makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin, jika dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam
penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya kami mohon maaf. Sebab kata
pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak akan
patah”

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini dengan tulus dan ikhlas, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca.

Bangkalan, 03 Maret 2020

Tim penyusun
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................................. 5
1.3 TUJUAN ...................................................................................................................................................... 5
1.4 MANFAAT .................................................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
KAJIAN TEORI ................................................................................................................................... 6
2.2 LANDASAN TEORI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA ............................................... 7
2.2.1 Kontruktivisme ...................................................................................................................... 7
2.2.2 Sesuai dengan Perkembangan .............................................................................................. 12
2.2.3 Progresif ............................................................................................................................... 12
2.2.3 High (Scope) ........................................................................................................................ 14
2.3 PERENCANAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA .................................................. 16
2.3.1 PEMBUKAAN .................................................................................................................... 17
2.3.2 INTI...................................................................................................................................... 17
2.3.3 RECALLING ....................................................................................................................... 17
2.3.4 PENUTUP............................................................................................................................ 18
2.3.5 RENCANA PENILAIAN ................................................................................................... 18
2.4 PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA .................................................. 18
2.4.1 PEMBUKAAN .................................................................................................................... 19
2.4.2 INTI...................................................................................................................................... 19
2.4.3 RECALLING ....................................................................................................................... 20
2.4.4 PENUTUP............................................................................................................................ 20
2.4.5 RENCANA PENILAIAN .................................................................................................... 20
BAB III................................................................................................................................................. 22
PENUTUP ............................................................................................................................................ 22
Kesimpulan ...................................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................... 23
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan bagi anak sejak lahir
hingga usia enam tahun dengan memberikan stimulus, bimbingan, pengasuhan, dan
pembelajaran dengan bermain agar anak siap memasuki pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 14. Pendidikan
yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar pembentukan aspek
perkembangan anak secara menyeluruh. Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini harus
disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan serta tahap perkembangannya.

Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat,
baik fisik maupun mental (suyanto, 2005: 5). Pendidikan sangat penting diperlukan dalam
pengembangan potensi anak TK, pengembangan potensi anak TK sebagai generasi penerus
bangsa dapat diupayakan melalui pembangunan diberbagai bidang yang didukung oleh
lingkungan (masyarakat). Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan
belajar yang membuat anak senang. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu anak memiliki
kesempatan untuk menggali potensi dirinya. Sebab otak anak adalah ibarat botol kosong yang
siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan sipendidik tersebut.

Model pembelajaran adalah suatu rancangan yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran,
sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Sedangkan pengertian
pembelajaran area adalah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
spesifik anak dan menghormati keragaman budaya.

Model pembelajaran area merupakan model pembelajaran yang dilaksanakan di Taman


Kanak-kanak. Model pembelajaran area sangat efektif dalam 4 Jurnal memfasilitasi
perkembangan individu peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 38). Model
pembelajaran area memberikan kesempatan dan kebebasan terhadap anak untuk belajar dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, salah satunya kemampuan motorik.

Model pembelajaran arae ialah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhan spesifik anak (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 38).
Pembelajaran dengan menggunakan model area mampu memberikan pengalaman belajar
langsung bagi setiap anak serta pilihan-pilihan kegiatan yang bervareasi disetiap pusat-pusat
kegiatan. Ada banyak potensi anak yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran
area, seperti keterampilan motorik halus, kognitif, kemandirian, dan tanggung jawab peserta
didik.

Pembelajara area ini mencakup tiga pilar utama yaitu: (1) kontruktivitas, (2) sesuia
dengan perkembangan dan (3) pendidikan progresif. Terdapat beberapa macam-
macam pembelajaran area menggunakan 10 area, yaitu: area agama, area balok, area bahasa,
area drama, area matematika, area sains, area seni atau motorik, area pasir dan air, area musik,
area membaca dan menulis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian model pembelajaran berbasis area ?

2. Landasan teori model pembelajaran berbasis area ?

3. Perencanaan model pembelajaran berbasis area ?

4. Pelaksanaan model pembelajaran berbasis area ?

1.3 TUJUAN
1. Mengerti dan memahami model pembelajaran berbasis area.

2. Mengerti dan memahami teori model pembelajaran berbasis area.

3. Mengerti dan memahami perencanaan model pembelajaran berbasis area.

4. Mengerti dan memahami pelaksaan model pembelajaran berbasis area.

1.4 MANFAAT
Penulis berharap dapat memberikan manfaat yang cukup besar baik secara
teoritis maupun secara praktis yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Dapat memperluas pengetahuan tentang model pembelajaran berbasis area


secara jelas dan berlandasan teori yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis
area sendiri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua

Orang tua diharapkan dapat mendorong anak untuk lebih giat dalam belajarnya
dengan menggunakan arahan belajar yang telah di anjrkan oleh si pendidik.

b. Bagi anak
Diharapkan siswa dapat ikut dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran
dengan baik sehingga dapat mengembangkan 6 aspek perkembangan anak serta
dapat mengasah kreativitas dan imajinasi anak didik.

c. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan, tentang model pembelajaran


berbasis area secara jelas dan berlandasan teori yang sesuai dengan model
pembelajaran berbasis area sendiri dan mampu menerapkannya pada saat terjn ke
lapangan.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA

Model pembelajaran area merupakan model pembelajaran yang dilaksanakan di Taman


Kanak-kanak. Model pembelajaran area sendiri sangat efektif dalam memfasilitasi suatu
perkembangan individu peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 38). Model
pembelajaran area memberikan kesempatan dan kebebasan terhadap anak untuk belajar dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, salah satunya kemampuan motorik.

Model pembelajaran area ialah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhan spesifik anak (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 38).
Pembelajaran dengan menggunakan model area mampu memberikan pengalaman belajar
langsung bagi setiap anak serta pilihan-pilihan kegiatan yang bervareasi disetiap pusat-pusat
kegiatan. Ada banyak potensi anak yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran
area, seperti keterampilan motorik halus, kognitif, kemandirian, dan tanggung jawab peserta
didik.

Model pembelajaran berdasarkan Area (Minat) lebih memberikan kesempatan kepada


anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya.
Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan
menghormati keberagaman budaya dan menekankan prinsip, individualisasi pengalaman bagi
setiap anak, membantu anak untuk pilihan-pilihan melalui kegiatan dan pusat-pusat kegiatan
serta peran serta keluarga dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan melibatkan
keluarga dengan cara sebagai berikut. a) Dilibatkan secara sukarela dalam kegiatan
pembelajaran. b) Bermitra dengan TK dalam membuat keputusan tentang anak. c) Dapat
berpatisipasi dalam kegiatan di TK. d) Pembelajaran berdasarkan minat menggunakan 10 area,
yakni: area agama, balok, bahasa, drama, berhitung, atau matematika, IPA, seni atau motorik,
pasir dan air, membaca, dan manulis. Dalam satu hari kegiatan pembelajaran dapat dibuka
minimal empat area.
Model pembelajaran berdasarkan minat ini terdiri atas tiga kegiatan, yakni awal, inti,
dan akhir. a) Kegiatan awal disampaikan guru secara klasikal, seperti salam pembuka,
bernyanyi, berdoa, bercerita pengalaman anak, penjelasan tema materi, dan melakukan
kegiatan fisik motorik. Biasanya kegiatan ini memakan waktu 30 menit. b) Kegiatan inti
disampaikan guru individual di area, seperti membicarakan tugas di area kemudian anak didik
bebas memilih area mana yang disukai sesuai dengan minatnya. Anak dapat berpindah sesuai
dengan minatnya tanpa ditentukan oleh guru, kemudian guru menilai dengan observasi,
penugasan, hasil karya, dan unjuk kerja. Kegiatan inti dilaksanakan kurang lebih 60 menit. c)
Istirahat atau makan selama 30 menit. d) Kegiatan akhir berisi cerita, menyanyi, dan berdoa
selama 30 menit yang disampaikan secara klasikal. Sistem Area lebih menekankan pada belajar
sambil bermain atau bermain seraya belajar. Artinya, aspek pelajaran dikemas dalam bentuk
permainan, sehingga anak-anak belajar dengan cara bermain. Anak didik bermain sesuai
dengan minat masing-masing. Mereka berhak memilih area mana yang akan dilakukan olehnya
dari minimal empat area yang disesuaikan oleh guru dalam setiap harinya. Meskipuna anak
didik berhak memilih, tetapi mereka diharapkan mentelesaikan semua area yang disiapkan oleh
guru.

2.2 LANDASAN TEORI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA


Model pembelajaran berbasis area ini mencakup tiga pilar utama yaitu: (1)
kontruktivitas, (2) pendidikan progresif. dan ada beberapa macam-macam pembelajaran area
menggunakan 10 area, yaitu: area agama, area balok, area bahasa, area drama, area matematika,
area sains, area seni atau motorik, area pasir dan air, area musik, area membaca dan menulis.

2.2.1 Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan
bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan
realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula (Abimanyu, 2008: 22).
Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman
sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan
pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007:44). Konstruktivisme adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya (Thobroni, 2015:91). Konstruktivisme (construktism)
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, pengetahuan dibangun sedikit
demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
dengan tiba-tiba (Sagala, 2007: 88).
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah
serangkaian fakta, konsep serta kaidah yang siap dipraktikkan. Manusia harus
mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna
melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide
yang ada pada dirinya.

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1) memberikan


kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit
ataupun model artifisial, (2) memperhatikan konsepsi awal siswa guna menanamkan
konsep yang benar, dan (3) sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang
sudah ada dan mungkin salah (Karfi, dkk, 2002:6). Tujuan konstruktivisme yaitu: 1)
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyanya 2) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap 3) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri (Thobroni, 2015:95).

Berdasarkan uraian di atas maka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
baik dalam tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional khusus, diperlukan
penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam
menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus menggunakan metode yang tepat
agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk itu
seorang guru harus dapat memilih metode yang benar-benar sesuai dan mampu
meningkatkan motivasi serta pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran dan
menerima pelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme,
yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pertama, peserta didik didorong agar mengemukakan
pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing
dengan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering dijumpai seharihari oleh
peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya,
peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan
pemhamannya tentang konsep tersebut. 2. Tahap kedua, peserta didik diberi
kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah
dirancang oleh 9 guru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan terpenuhi rasa
keingintahuan peserta didik tentang fenomena dalam lingkungannya. 3. Tahap ketiga,
peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi
peserta didik, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya peserta didik membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. 4. Tahap keempat,guru
berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat
mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
pemunculan masalahmasalah yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan peserta
didik tersebut (Yager dalam Lapono, dkk, 2008: 3-28) Berdasarkan uraian di atas maka
dapat dikatakan bahwa tahapantahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme pada dasarnya merupakan upaya untuk memaksimalkan potensi yang
dimiliki siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Guru juga memberikan arahan atau solusi yang tepat dalam
proses pembelajaran yang dilakukan.

Terdapat kekhususan pandangan tentang belajar dalam teori belajar


konstruktivisme apabila dibandingkan dengan teori belajar behaviorisme dan
kognitivisme. Teori behaviorisme lebih memperhatikan tingkah laku yang teramati, dan
teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan tingkah laku belajar dalam memproses
informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari peserta didik tanpa
mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah dikuasai sebelumnya.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari pikiran guru kepada peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara
mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya, dengan kata lain peserta didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil
yang siap di isi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan kata lain peserta didik lebih didorong
untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan asimilasi dan
akomodasi (Lapono, 2008: 28). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa metode adalah suatu cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kelangsungan proses pembelajaran di sekolah
ditentukan juga oleh banyaknya faktor yang mendukung dalam pencapaian tujuan yang
diharapkan. Metode adalah cara yang fungsinya adalah alat untuk mencapai tujuan,
makin baik metode makin baik pula pencapaian tujuan.Salah satu faktor yang
menentukan adalah bagaimana seorang guru mengadakan interaksi dalam proses
pembelajaran di kelas, dengan menggunakan metode yang tepat, akan membuat
pemahaman siswa terhadap materi pengajaran secara baik dan optimal. Oleh karena itu
seorang guru dapat memiliki dan melaksanakan metode yang tepat dalam
menyampaikan materi pengajaran sehingga suasana kelas akan hidup dan menimbulkan
motivasi belajar pada siswa.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivisme di


dalam kelas adalah sebagai berikut : a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya b) Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik c) Kembangkan sifat ingin tahu
siswa dengan bertanya. d) Citpakan “Masyarakat Belajar” (belajar dalam kelompok -
kelompok) (Abimanyu,2008:22). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan
kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen kontekstual dalam pembelajarannya, dan
untuk melaksanakan dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja
dan kelas yang bagaimana keadaan. Pendekatan konstruktivisme mengarahkan siswa
mengkontruksi gagasan masing-masing, lalu menemukan sendiri pengetahuan yang
dipelajari (inquiri). Model ini juga membentuk komunitas belajar dengan berbagai
bentuk memberikan kesempatan untuk merefleksi seluruh materi, dan ada penilaian
authentik. Jadi, pembelajaran ini berlandaskan teori belajar sosial, kognitif, dan
konstruktif untuk memperoleh hasil belajar berupa keterampilan akademik, inquiry dan
sosial. Jadi ciri model ini adalah kerja kelompok yang didasarkan pada penyelidikan
dan penemuan melalui struktur tugas, ada ganjaran kelompok, dan penilaian yang
otentik secara fleksibel, demonstrasi, dan berpusat pada siswa.

Berkaitan dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar Vygotsky, terdapat dua
teori belajar yang dikaji dan dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky. Piaget yang
dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa
penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan
yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori
kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari
kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar
kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang
anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang
dimilikinya.

Teori belajar konstruktivisme Vygotsky, Ratumanan (2004:45) mengemukakan


bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan
intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya
pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat
mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang
berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian perkembangan
kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar menggunakan
sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama teori
Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk
pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang
berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam
daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan
Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan
scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk
pembelajarannya sendiri.
2.2.2 Sesuai dengan Perkembangan
Metodologi yang sesuai dengan perkembangan adalah didasarkan pada
pengetahuan perkembangan anak, semua anak berkembang sesuai dengan tahapan–
tahapannya. orang dewasa, pengasuh maupun pendidik harus faham dan mengerti
bahwa setiap anak mempunyai keunikan masing–masing walaupun pada saat tertentu
keunikannya dapat bersatu tergantung dari kegiatan bersama yang dilakukan bersama
sama dengan teman sebayanya. Metodologi yang sesuai dengan perkembangan meliputi
kegiatan – kegiatan yang mengacu pada minat anak, perkembangan kognitif dan
kematangan sosial emosional. Pendekatan perkembangan didasarkan pada teori Jean
Piaget, Eric Erickson dan L.S Vygotsky.

2.2.3 Progresif
Jhon dewey, yang dikenal sebagai bapak pendidikan progresif, menekankan
bahwa pendidikan dipandang sebagai proses sepanjang hidup. Dewei (1983)
berpendapat bahwa pendidikan sebagai persiapan untuk kehidupan masa dewasa.
Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip konstruktif.
Pendidikan yang berpusat pada anak mendudukung lingkungan belajar yang
meningkatkan keterampilan dan minat masing – masing anak sementara itu pula
memperlihatkan pentingnya pembelajaran antar teman sebaya dan pembelajaran dalam
kelompok - kelompok kecil. Pembelajaran yang berpusat pada anak merancang
berkesempatan bagi anak untuk memilih melalui susunan kelas. Setiap kelas memiliki
beberapa pusat kegiatan yang berisi berbagai macam bahan ajar bagi eksplorasi dan
perminan. Pusat kegiatan bervariasi dari satu kelas ke kelas lainnya, namun semua kelas
memiliki pusat kegiatan utama, yaitu :

a. Kesenian Pusat

Kesenian mendorong anak–anak untuk mengembangkan dan mengeksplorasi


kreativitas mereka serta bersenang – senang dengan bahan–bahan baru dan pengalaman
fisik (Cat, Kertas, Crayon, gunting).

b. Memasak

Memasak merupakansaat yang istimewa bagi anak untuk mengalami pross reaksi
ilmiah. Mencicipi makanan – makanan baru, menyantap makanan, dan menimbang
makanan akan membuat mereka memahami konsep matematika.
c. Drama Peran

Pusat drama peran memiliki baju – baju bagus dan benda benda lain yang mendorong
anak memperagakan apa yang mereka lihat dari kehidupan mereka, membantu mereka
untuk memahami dunia mereka dan memainkan berbagai macam peran.

d. Pusat Kegiatan Bacaan dan Tulisan

Pusat kegiatan membaca dan menulis meliputi buku–buku dan bahan–bahan untuk
kegiatan menyimak dan menulis. Wilayah ini adalah tempat yang tenang sehingga
anak–anak dapat melihat buku, membacakan temannya atau meminta guru untuk
membacakannya.

e. Matematika/ Berhitung

Tempat untuk matematika/ berhitung memiliki buah–buahan yang dapat dipisah–


pisahkan dan disatukan anak–anak. Seperti puzzle dan balok–balok kecil. Disini
permainan–permainan bersifat dapat belajar mencocokan, berhitung, dan
mengelompokan serta menciptakan sendiri permainan yang mereka sukai dan berlatih
kemampuan berbahasa mereka.

f. Musik

Musik dapat dipergunakan sepanjang hari untuk menyatukan kegiatan pembelajaran.


Bernyanyi, menggerakan badan, bertepuk tangan, menari dan memainkan alat musik
atau menyimak dengan tenang. Kesemuanya dapat diberikan sebagai kegiatan
pembelajaran sepanjang hari. Musik mengembangkan panca indra, mengajarkan ritme,
berhitung dan pola kalimat, memperkuat otot halis dan kasar dan mendorong kreatifitas.

g. Kegiatan diluar Kelas

Kegiatan diluar kelas merupakan bagian yang penting dalam jadwal sehari–hari.
Semuanya dapat dipelajari dan diajarkan didalam atau diluar kelas. Anak– anak dapat
belajar ilmu pengetahuan alam, matematika, keterampilan sosial dan mengembangkan
kecintaan terhadap lingkungan. Mereka juga dapat meningkatkan penggunaan otot –
otot halus dan kasar. Lingkungan diluar kelas dipandang sebagai wilayah perluasan
kelas dan kegiatan pembelajaran diluar kelas direncanakan secermat kegiatan di dalam
kelas.
h. Pasir dan Air

Anak–anak sibuk bermain di pusat pembelajaran pasir dan air, baik di dalam kelas,
dimeja pasir dan air maupun diluar kelas di wilayah kotak air dan pasir. Wilayah–
wilayah ini menawarkan banyak kesempatan bagi anak anak untuk menggunakan panca
indra mereka. Bahan–bahan yang digunakan dipusat pembelajaran ini antara lain sekop,
saringan dan ember kecil.

i. Ilmu Pengetahuan Alam

Pusat pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam (IPA) mencerminkan langsung minat


anak–anak terhadap kejadian– kejadian almiah dan benda–benda yang mereka
temukan. Guru mempersiapkan tempat dikelas untuk pameran dan ekslporasi yang
menarik. Pembelajaran juga berlangsung pada ilmu lingkungan hidup dan alamiah saat
anak–anak melihat tumbuh-tumbuhan, pepohonan dan binatang. Peran guru adalah
menekankan proses ilmiah. Para guru bertanggung jawab untuk menciptakan
lingkungan, memancing pembicaraan, menimbulkan keingintahuan dan
memperhatikan anak anak. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan anak yang berubah–ubah.

2.2.3 High (Scope)

High (Scope) mengembangkan kurikulum yang melibatkan anak sebagai pembelajar


dan perencana aktif. Guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing dalam
menyiapkan kelas dan bahan-bahan yang akan digunakan anak dalam merencanakan
kegiatan, beraktivitas, mengulangi aktifitas dan menambah pengalaman. Kurikulum
High (Scope) membantu anak-anak prasekolah menjadi lebih bebas dan mandiri
(independen), bertanggung jawab dan menjadi pembelajar yang percaya diri. Dalam
pembelajran High (Scope) anak-anak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran
melalui penggunaan berbagai alat permainan yang ada, orang-orang yang
terlibat dalam pembelajaran dan gagasan-gagasan yang muncul diharapkan anak akan
memperoleh sejumlah pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya.
Anak-anak prasekolah belajar membuat perencanaan sendiri dan berlatih untuk
menerapkannya agar anak dapat memperoleh pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk membangun landasan yang kuat bagi perkembangan dan
pembelajaran mereka pada tahap selanjutnya. Kurikulum High (Scope) memperhatikan
aspek-aspek:

1. Belajar Aktif

Salah satu ciri anak yaitu individu yang aktif. Bedasarkan ciri ini anak dilibatkan secara
langsung dalam pembelajaran, pengalaman bersentuhan langsung dengan orang-orang,
benda-benda, gagasan-gagasan, dan peristiwa.pengalaman pembelajaran aktif akan
membantu anak membangun pengetahuan mereka, seperti: konsep, membentuk
gagasan, menciptakan simbol, memecahkan masalah, dan abstraksi mereka sendiri.
Sebagai fasilitator Guru mengobservasi dan berpartisipasi dalam kegiatan anak-anak.
Untuk melakukan itu, Guru di pandu oleh beberapa kunci, yaitu seluruh anak perlu
memiliki bagian dari kecerdasan motorik, fisik, sosial, dan perkembangan emosi.

2. Interaksi anak dengan orang dewasa


Orang dewasa mengamati dan berinteraksi dengan anak-anak pada level mereka
masing-masing untuk menemukan bagaimana setiap anak berfikir dan mencari alasan.
orang dewasa mengizinkan anak untuk mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran
individual mereka.
3. Lingkungan pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dengan menata ruang kelas dalam lima atau lebih pusat
minat. Pusat minat ini menjadi area-area yang di tandai dengan nama sederhana
sehingga dapat memberikan pengertian kepada anak, seperti “area buku atau area
rumah” dan di definisikan secara jelas. Variasi bahan sebagai jalan anak untuk
menemukan, menggunakan, dan mengembalikan apa yang telah mereka selesaikan.
Pengaturan seperti ini akan mendukung anak untuk menemukan dan menggunakan
bahan, untuk bereksplorasi, dan belajar tentang dunia mereka. Secara rinci, lingkungan
pembelajaran dalam pembelajaran High Scope Curiculum harus memenuhi beberapa
kriteria, antara lain: a) Sekolah harus menyediakan lingkungan fisik pembelajaran dan
fasilitas pembelajaran yang kondusif untuk belajar dan merefleksikan tahapan yang
berbeda dalam perkembangan masing-masing anak; b) Sekolah harus menyediakan
ruang yang layak untuk melakukan seluruh program kegiatan; dan c) Ruang harus
disusun dalam area yang fungsional yang dapat dikenali anak dan berpeluang terjadinya
interaksi sosial serta aktivitas individual. Selain kriteria di atas, peralatan, permainan
anak, dan furniture di dalam sekolah High/Scope harus memenuhi kriteria tertentu.
Sekolah harus menyediakan/mengatur peralatan yang cukup, baik mainan anak, alat-
alat, dan furniture untuk memfasilitasi partisipasi antara anak dan orang dewasa seperti:
a) Medukung objektifitas pendidikan yang spesifik dan program lokal; b) Berdasarkan
latar belakang budaya dan etnis anak c) Sesuai dengan usia, aman dan mendukung
kemampuan dan perkembangan setiap anak; d) Mudah di jangkau, atraktif, dan
mendorong minat penemuan anak. e) Didesain untuk menyediakan berbagai jenis
pengalaman belajar dan menyemangati setiap anak untuk melakukan eksperimen dan
eksplorasi. f) Aman, tahan lama, dan tetap terjaga dalam kondisi yang baik. g) Disimpan
dalam tempat yang aman dan tetap dengan petunjuk yang jelas dalam kondisi yang baik.

2.3 PERENCANAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA


RENCANA PERENCANAAN PEMBELAJARAN HARIAN

Model Pembelejaran : Area


Semester / minggu : 1/1
Kelompok usia : B (5-6 tahun)
Tema/sub tema : Tanaman/Buah-buahan

Muatan / Materi : - Mensyukuri ciptaan Tuhan


- Perilaku hidup sehat
- Perilaku mandiri
- Mengetahui kandungan vitamin dan manfaat buah
- Mau berbagi dengan teman
- Membat karya seni dengan berbagai media

Alat dan bahan : Buah, cetakan kue, pensil, kertas, pewarna, tusuk sate, susu,
blender, sendok, garpu, gelas, piring,

Alat dan bahan : Buah, cetakan kue, pensil, kertas, pewarna, mangkok, alas dan
plastic.

Proses kegiatan : - Guru mengajak anak duduk melingkar


- Guru mengucapkan salam dan mengajak anak berdo’a sebelum
belajar
- Guru mengabsen anak sambil bernyanyi
- Guru menanyakan kabar anak dan keadaan anak
- Mengajak anak-anak menyebutkan jenis-jenis buah-buahan
- Bercerita tentang bagaimana membentk gambar buah-buahan
dari kardus
- Menyanyikan lagu buah-buahan

Materi pembiasaan : - Guru mengucapkan salam dan mengajak anak berdo’a sebelum
belajar
- Membaca doa sebelum mulai pembelajaran
- Bersyukur atas ciptaan Tuhan
- Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
- Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP
sebelum dan sesudah makan.

2.3.1 PEMBUKAAN
1. Penerapan SOP pembukaan
2. Guru mengajak anak duduk melingkaran
3. Menghafal doa sebelum mulai pembelajaran
4. Guru menanyakan kabar anak dan keadaan anak
5. Menyanyikan lagu buah-buahan
6. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain

2.3.2 INTI
1. Berdiskusi tentang macam-macam buah
2. Berdiskusi tentang manfaat buah
3. Menggambar buah sesuai dengan kelompok semangka, buah naga dan melon
4. Mengelompokkan tanaman yang termasuk ke dalam buah-buahan yang
mempunyai daging berwarna hijau, merah, dan ungu
5. Mencetak berbagai bentuk geometri dari buah-buahan
6. Membuat jus dari buah semangka, buah naga, dan melon
7. Membuat sate dari buah semangka, buah naga, dan melon

2.3.3 RECALLING
1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan
2. Diskusi tentang materi yang telah dilakukan
3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama
4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya
5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
2.3.4 PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang
paling disukai
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk besuk
5. Penerapan SOP penutupan

2.3.5 RENCANA PENILAIAN


1. Sikap
a. Mensyukuri atas nikmat Tuhan ( menciptakan buah - buahan )
b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
2.. Pengetahuan dan ketrampilan
a. Dapat membedakan bentuk-bentuk buah
b. Dapat menyebutkan nama-nama buah
c. Dapat menggambar buah-buahan
d. Dapat membedakan perbuatan baik dan buruk
e. Dapat mencetak berbagai bentuk geometri dari buah-buahan
f. Dapat membuat jus dari buah semangka, buah naga, dan buah melon
g. Dapat sate dari buah semangka, buah naga, dan melon.

2.4 PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA

Model Pembelejaran : Area


Semester / minggu : 1/1
Kelompok usia : B (5-6 tahun)
Jumlah anak : 15 anak
Tema/sub tema : Tanaman/Buah-buahan

Muatan / Materi : - Mensyukuri ciptaan Tuhan


- Perilaku hidup sehat
- Perilaku mandiri
- Mengetahui kandungan vitamin dan manfaat buah
- Mau berbagi dengan teman
- Membat karya seni dengan berbagai media

Alat dan bahan : Buah, cetakan kue, pensil, kertas, pewarna, tusuk sate, susu,
blender, sendok, garpu, gelas, piring,
Proses kegiatan : - Guru mengajak anak duduk melingkar
- Guru mengucapkan salam dan mengajak anak berdo’a sebelum
belajar
- Guru mengabsen anak sambil bernyanyi
- Guru menanyakan kabar anak dan keadaan anak
- Mengajak anak-anak menyebutkan jenis-jenis buah-buahan
- Bercerita tentang bagaimana membentk gambar buah-buahan
dari kardus
- Menyanyikan lagu buah-buahan

Materi pembiasaan : - Guru mengucapkan salam dan mengajak anak berdo’a sebelum
belajar
- Membaca doa sebelum mulai pembelajaran
- Bersyukur atas ciptaan Tuhan
- Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
- Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP
sebelum dan sesudah makan.

2.4.1 PEMBUKAAN
1. Penerapan SOP pembukaan
2. Pendidik mengajak anak duduk melingkaran sebelum proses kegiatan pembelajaran
dimulai
3. Membaca doa sebelum mulai pembelajaran
4. Guru menanyakan kabar anak dan keadaan anak
5. Menyanyikan lagu buah-buahan
6. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain

2.4.2 INTI
1. Anak – anak duduk sesuai dengan nama kelompoknya
2. Berdiskusi tentang macam-macam buah
3. pendidik memperkenalkan nama buah-buahan yang terdiri dari buah semangka, melon,
dan buah naga
4. Berdiskusi tentang manfaat buah semangka, melon, dan buah naga
5. Menggambar buah sesuai dengan kelompok semangka, buah naga dan melon
6. Mengelompokkan buah yang termasuk ke dalam buah-buahan yaang mempunyai
daging berwarna hijau, merah, dan ungu lalu diambil z[
7. Anak melakukan kegiatan sesuai yang diminati dan gagasannya:
a) Area Seni : Membuat sate dari buah semangka, buah naga, dan melon
b) Area berhitung/ matematika : Mencetak berbagai bentuk geometri dari buah-
buahan
c) Area Sains / IPA : Membuat jus dari buah melon.

2.4.3 RECALLING
1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan
2. Diskusi tentang materi yang telah dilakukan
3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama
4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya
5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak

2.4.4 PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang
paling disukai
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk besuk
5. Penerapan SOP penutupan

2.4.5 RENCANA PENILAIAN


1. Sikap
c. Mensyukuri atas nikmat Tuhan ( menciptakan buah - buahan )
d. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
2.. Pengetahuan dan ketrampilan
h. Dapat membedakan bentuk-bentuk buah
i. Dapat menyebutkan nama-nama buah
j. Dapat menggambar buah-buahan
k. Dapat membedakan perbuatan baik dan buruk
l. Dapat mencetak berbagai bentuk geometri dari buah-buahan
m. Dapat membuat jus dari buah semangka, buah naga, dan buah melon
n. Dapat sate dari buah semangka, buah naga, dan melon.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran area adalah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya. Pembelajaran area bertujuan
menciptakan suasana pembelajaran yang membangun suatu landasan bagi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang penting untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang kelak
saat mereka dewasa. Terdapat beberapa macam area pembelajaran yaitu : Area agama, area
balok, area berhitung, area matematika, area ipa, area musik, area membaca atau menulis, area
bahasa, area pasir atau air, area drama, dan area seni dan motorik.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Lia. 2017. Model Pembelajaran High (Scope) dalam Pelaksanaan PAUD. Jurnal
Pendidik Anak Usia Dini. Vol 2. No 2. (online). Diakses pada: 02 Maret 2020. Tersedia
pada: https://jurnal.uinbanten.ac.id

Hijriati. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Vol 3. No 1. (online).
Diakses 02 Maret 2020. Tersedia pada: https://jurnal.ar-raniry.ac.id

Nuraeni. Strategi Pembelajaran Anak Usia dini. Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran
Matematika dan IPA “Prisma Sains”. Vol 2. No 2. (online). Diakses 01 Maret 2020.
Tersedia pada: https://media.neliti.com

Anda mungkin juga menyukai