Insyaallah Fix
Insyaallah Fix
Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik,
dan hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “ Model
Pembelajaran Berbasis Area” dengan baik dan tepat waktu. Tujuan kami membuat makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah pengembangan model pembelajaran anak
usia dini. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami dan pembaca.
Penyusunan makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin, jika dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam
penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya kami mohon maaf. Sebab kata
pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak akan
patah”
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini dengan tulus dan ikhlas, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................................. 5
1.3 TUJUAN ...................................................................................................................................................... 5
1.4 MANFAAT .................................................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
KAJIAN TEORI ................................................................................................................................... 6
2.2 LANDASAN TEORI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA ............................................... 7
2.2.1 Kontruktivisme ...................................................................................................................... 7
2.2.2 Sesuai dengan Perkembangan .............................................................................................. 12
2.2.3 Progresif ............................................................................................................................... 12
2.2.3 High (Scope) ........................................................................................................................ 14
2.3 PERENCANAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA .................................................. 16
2.3.1 PEMBUKAAN .................................................................................................................... 17
2.3.2 INTI...................................................................................................................................... 17
2.3.3 RECALLING ....................................................................................................................... 17
2.3.4 PENUTUP............................................................................................................................ 18
2.3.5 RENCANA PENILAIAN ................................................................................................... 18
2.4 PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AREA .................................................. 18
2.4.1 PEMBUKAAN .................................................................................................................... 19
2.4.2 INTI...................................................................................................................................... 19
2.4.3 RECALLING ....................................................................................................................... 20
2.4.4 PENUTUP............................................................................................................................ 20
2.4.5 RENCANA PENILAIAN .................................................................................................... 20
BAB III................................................................................................................................................. 22
PENUTUP ............................................................................................................................................ 22
Kesimpulan ...................................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan bagi anak sejak lahir
hingga usia enam tahun dengan memberikan stimulus, bimbingan, pengasuhan, dan
pembelajaran dengan bermain agar anak siap memasuki pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 14. Pendidikan
yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar pembentukan aspek
perkembangan anak secara menyeluruh. Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini harus
disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan serta tahap perkembangannya.
Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat,
baik fisik maupun mental (suyanto, 2005: 5). Pendidikan sangat penting diperlukan dalam
pengembangan potensi anak TK, pengembangan potensi anak TK sebagai generasi penerus
bangsa dapat diupayakan melalui pembangunan diberbagai bidang yang didukung oleh
lingkungan (masyarakat). Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan
belajar yang membuat anak senang. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu anak memiliki
kesempatan untuk menggali potensi dirinya. Sebab otak anak adalah ibarat botol kosong yang
siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan sipendidik tersebut.
Model pembelajaran adalah suatu rancangan yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran,
sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Sedangkan pengertian
pembelajaran area adalah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
spesifik anak dan menghormati keragaman budaya.
Pembelajara area ini mencakup tiga pilar utama yaitu: (1) kontruktivitas, (2) sesuia
dengan perkembangan dan (3) pendidikan progresif. Terdapat beberapa macam-
macam pembelajaran area menggunakan 10 area, yaitu: area agama, area balok, area bahasa,
area drama, area matematika, area sains, area seni atau motorik, area pasir dan air, area musik,
area membaca dan menulis.
1.3 TUJUAN
1. Mengerti dan memahami model pembelajaran berbasis area.
1.4 MANFAAT
Penulis berharap dapat memberikan manfaat yang cukup besar baik secara
teoritis maupun secara praktis yaitu :
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Orang tua diharapkan dapat mendorong anak untuk lebih giat dalam belajarnya
dengan menggunakan arahan belajar yang telah di anjrkan oleh si pendidik.
b. Bagi anak
Diharapkan siswa dapat ikut dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran
dengan baik sehingga dapat mengembangkan 6 aspek perkembangan anak serta
dapat mengasah kreativitas dan imajinasi anak didik.
c. Bagi Penulis
BAB II
KAJIAN TEORI
2.2.1 Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan
bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan
realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula (Abimanyu, 2008: 22).
Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman
sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan
pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007:44). Konstruktivisme adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya (Thobroni, 2015:91). Konstruktivisme (construktism)
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, pengetahuan dibangun sedikit
demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
dengan tiba-tiba (Sagala, 2007: 88).
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah
serangkaian fakta, konsep serta kaidah yang siap dipraktikkan. Manusia harus
mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna
melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide
yang ada pada dirinya.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
baik dalam tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional khusus, diperlukan
penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam
menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus menggunakan metode yang tepat
agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk itu
seorang guru harus dapat memilih metode yang benar-benar sesuai dan mampu
meningkatkan motivasi serta pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran dan
menerima pelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme,
yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pertama, peserta didik didorong agar mengemukakan
pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing
dengan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering dijumpai seharihari oleh
peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya,
peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan
pemhamannya tentang konsep tersebut. 2. Tahap kedua, peserta didik diberi
kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan penginterprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah
dirancang oleh 9 guru. Secara keseluruhan dalam hidup ini akan terpenuhi rasa
keingintahuan peserta didik tentang fenomena dalam lingkungannya. 3. Tahap ketiga,
peserta didik melakukan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi
peserta didik, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya peserta didik membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. 4. Tahap keempat,guru
berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat
mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun
pemunculan masalahmasalah yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan peserta
didik tersebut (Yager dalam Lapono, dkk, 2008: 3-28) Berdasarkan uraian di atas maka
dapat dikatakan bahwa tahapantahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme pada dasarnya merupakan upaya untuk memaksimalkan potensi yang
dimiliki siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Guru juga memberikan arahan atau solusi yang tepat dalam
proses pembelajaran yang dilakukan.
Berkaitan dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar Vygotsky, terdapat dua
teori belajar yang dikaji dan dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky. Piaget yang
dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa
penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan
yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori
kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari
kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar
kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang
anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang
dimilikinya.
2.2.3 Progresif
Jhon dewey, yang dikenal sebagai bapak pendidikan progresif, menekankan
bahwa pendidikan dipandang sebagai proses sepanjang hidup. Dewei (1983)
berpendapat bahwa pendidikan sebagai persiapan untuk kehidupan masa dewasa.
Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip konstruktif.
Pendidikan yang berpusat pada anak mendudukung lingkungan belajar yang
meningkatkan keterampilan dan minat masing – masing anak sementara itu pula
memperlihatkan pentingnya pembelajaran antar teman sebaya dan pembelajaran dalam
kelompok - kelompok kecil. Pembelajaran yang berpusat pada anak merancang
berkesempatan bagi anak untuk memilih melalui susunan kelas. Setiap kelas memiliki
beberapa pusat kegiatan yang berisi berbagai macam bahan ajar bagi eksplorasi dan
perminan. Pusat kegiatan bervariasi dari satu kelas ke kelas lainnya, namun semua kelas
memiliki pusat kegiatan utama, yaitu :
a. Kesenian Pusat
b. Memasak
Memasak merupakansaat yang istimewa bagi anak untuk mengalami pross reaksi
ilmiah. Mencicipi makanan – makanan baru, menyantap makanan, dan menimbang
makanan akan membuat mereka memahami konsep matematika.
c. Drama Peran
Pusat drama peran memiliki baju – baju bagus dan benda benda lain yang mendorong
anak memperagakan apa yang mereka lihat dari kehidupan mereka, membantu mereka
untuk memahami dunia mereka dan memainkan berbagai macam peran.
Pusat kegiatan membaca dan menulis meliputi buku–buku dan bahan–bahan untuk
kegiatan menyimak dan menulis. Wilayah ini adalah tempat yang tenang sehingga
anak–anak dapat melihat buku, membacakan temannya atau meminta guru untuk
membacakannya.
e. Matematika/ Berhitung
f. Musik
Kegiatan diluar kelas merupakan bagian yang penting dalam jadwal sehari–hari.
Semuanya dapat dipelajari dan diajarkan didalam atau diluar kelas. Anak– anak dapat
belajar ilmu pengetahuan alam, matematika, keterampilan sosial dan mengembangkan
kecintaan terhadap lingkungan. Mereka juga dapat meningkatkan penggunaan otot –
otot halus dan kasar. Lingkungan diluar kelas dipandang sebagai wilayah perluasan
kelas dan kegiatan pembelajaran diluar kelas direncanakan secermat kegiatan di dalam
kelas.
h. Pasir dan Air
Anak–anak sibuk bermain di pusat pembelajaran pasir dan air, baik di dalam kelas,
dimeja pasir dan air maupun diluar kelas di wilayah kotak air dan pasir. Wilayah–
wilayah ini menawarkan banyak kesempatan bagi anak anak untuk menggunakan panca
indra mereka. Bahan–bahan yang digunakan dipusat pembelajaran ini antara lain sekop,
saringan dan ember kecil.
1. Belajar Aktif
Salah satu ciri anak yaitu individu yang aktif. Bedasarkan ciri ini anak dilibatkan secara
langsung dalam pembelajaran, pengalaman bersentuhan langsung dengan orang-orang,
benda-benda, gagasan-gagasan, dan peristiwa.pengalaman pembelajaran aktif akan
membantu anak membangun pengetahuan mereka, seperti: konsep, membentuk
gagasan, menciptakan simbol, memecahkan masalah, dan abstraksi mereka sendiri.
Sebagai fasilitator Guru mengobservasi dan berpartisipasi dalam kegiatan anak-anak.
Untuk melakukan itu, Guru di pandu oleh beberapa kunci, yaitu seluruh anak perlu
memiliki bagian dari kecerdasan motorik, fisik, sosial, dan perkembangan emosi.
Alat dan bahan : Buah, cetakan kue, pensil, kertas, pewarna, tusuk sate, susu,
blender, sendok, garpu, gelas, piring,
Alat dan bahan : Buah, cetakan kue, pensil, kertas, pewarna, mangkok, alas dan
plastic.
Materi pembiasaan : - Guru mengucapkan salam dan mengajak anak berdo’a sebelum
belajar
- Membaca doa sebelum mulai pembelajaran
- Bersyukur atas ciptaan Tuhan
- Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
- Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP
sebelum dan sesudah makan.
2.3.1 PEMBUKAAN
1. Penerapan SOP pembukaan
2. Guru mengajak anak duduk melingkaran
3. Menghafal doa sebelum mulai pembelajaran
4. Guru menanyakan kabar anak dan keadaan anak
5. Menyanyikan lagu buah-buahan
6. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
2.3.2 INTI
1. Berdiskusi tentang macam-macam buah
2. Berdiskusi tentang manfaat buah
3. Menggambar buah sesuai dengan kelompok semangka, buah naga dan melon
4. Mengelompokkan tanaman yang termasuk ke dalam buah-buahan yang
mempunyai daging berwarna hijau, merah, dan ungu
5. Mencetak berbagai bentuk geometri dari buah-buahan
6. Membuat jus dari buah semangka, buah naga, dan melon
7. Membuat sate dari buah semangka, buah naga, dan melon
2.3.3 RECALLING
1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan
2. Diskusi tentang materi yang telah dilakukan
3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama
4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya
5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
2.3.4 PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang
paling disukai
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk besuk
5. Penerapan SOP penutupan
Alat dan bahan : Buah, cetakan kue, pensil, kertas, pewarna, tusuk sate, susu,
blender, sendok, garpu, gelas, piring,
Proses kegiatan : - Guru mengajak anak duduk melingkar
- Guru mengucapkan salam dan mengajak anak berdo’a sebelum
belajar
- Guru mengabsen anak sambil bernyanyi
- Guru menanyakan kabar anak dan keadaan anak
- Mengajak anak-anak menyebutkan jenis-jenis buah-buahan
- Bercerita tentang bagaimana membentk gambar buah-buahan
dari kardus
- Menyanyikan lagu buah-buahan
Materi pembiasaan : - Guru mengucapkan salam dan mengajak anak berdo’a sebelum
belajar
- Membaca doa sebelum mulai pembelajaran
- Bersyukur atas ciptaan Tuhan
- Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
- Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP
sebelum dan sesudah makan.
2.4.1 PEMBUKAAN
1. Penerapan SOP pembukaan
2. Pendidik mengajak anak duduk melingkaran sebelum proses kegiatan pembelajaran
dimulai
3. Membaca doa sebelum mulai pembelajaran
4. Guru menanyakan kabar anak dan keadaan anak
5. Menyanyikan lagu buah-buahan
6. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
2.4.2 INTI
1. Anak – anak duduk sesuai dengan nama kelompoknya
2. Berdiskusi tentang macam-macam buah
3. pendidik memperkenalkan nama buah-buahan yang terdiri dari buah semangka, melon,
dan buah naga
4. Berdiskusi tentang manfaat buah semangka, melon, dan buah naga
5. Menggambar buah sesuai dengan kelompok semangka, buah naga dan melon
6. Mengelompokkan buah yang termasuk ke dalam buah-buahan yaang mempunyai
daging berwarna hijau, merah, dan ungu lalu diambil z[
7. Anak melakukan kegiatan sesuai yang diminati dan gagasannya:
a) Area Seni : Membuat sate dari buah semangka, buah naga, dan melon
b) Area berhitung/ matematika : Mencetak berbagai bentuk geometri dari buah-
buahan
c) Area Sains / IPA : Membuat jus dari buah melon.
2.4.3 RECALLING
1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan
2. Diskusi tentang materi yang telah dilakukan
3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama
4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya
5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
2.4.4 PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang
paling disukai
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk besuk
5. Penerapan SOP penutupan
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran area adalah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya. Pembelajaran area bertujuan
menciptakan suasana pembelajaran yang membangun suatu landasan bagi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang penting untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang kelak
saat mereka dewasa. Terdapat beberapa macam area pembelajaran yaitu : Area agama, area
balok, area berhitung, area matematika, area ipa, area musik, area membaca atau menulis, area
bahasa, area pasir atau air, area drama, dan area seni dan motorik.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Lia. 2017. Model Pembelajaran High (Scope) dalam Pelaksanaan PAUD. Jurnal
Pendidik Anak Usia Dini. Vol 2. No 2. (online). Diakses pada: 02 Maret 2020. Tersedia
pada: https://jurnal.uinbanten.ac.id
Hijriati. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Vol 3. No 1. (online).
Diakses 02 Maret 2020. Tersedia pada: https://jurnal.ar-raniry.ac.id
Nuraeni. Strategi Pembelajaran Anak Usia dini. Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran
Matematika dan IPA “Prisma Sains”. Vol 2. No 2. (online). Diakses 01 Maret 2020.
Tersedia pada: https://media.neliti.com