OLEH :
PURWATI
NIM. 201910461011046
1
istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan
dan dapat ditingkatkan (Herdman, 2012).
B. ETIOLOGI
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga.
Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24
jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur
terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi
siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu
pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di
tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama
tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.
Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan
responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5
disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye
Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses
mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010)
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur.
Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
2
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah
terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini
ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus /
detik yang disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung
15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus /
detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit.
Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari
pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
3
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30
%.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya.
4
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
C. TANDA GEJALA
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan
ketakutan, enuresis, atau respons tidak konsisten dari
orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah
peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur
larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur
bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur
lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit
menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit
persarafan.
b. Lingkungan
5
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti
gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat
menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada
menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan
saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang
tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan
cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti
depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf
simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM).
E. Pemeriksaan Diagnostik
6
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan
alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam
elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan
elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat
mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab
seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif
tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur
dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan
tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak
menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada
pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka
waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat
aktivitas dan istirahat (Buysse, 2005).
F. ANATOMI FISIOLOGI
Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur
7
mengirimkan sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending
arousal system di pons, basis frontalis dan hipotalamus.
Sistem ini meliputi; nukleus tuberomamilarius (TMN) yang
terletak di posterior dari hipotalamus yang memproduksi
histamin(HIST), sel raphe dorsalis yang memproduksi
serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin (Ach) yang terletak
di laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum
dari pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus
yang memproduksi noreprinefrin(NA).Sistem lain yang tidak
diilustrasikan pada gambar ini meliputi area perifornikal dari
hipotalamus yang memproduksi orexin, sel produsen
dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon dan
serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis
(nukleus basalis, pita diagonal dari brocca,dan septum
medialis) semua struktur ini memberikan proyeksi ke istem
limbik dan korteks (Chiong, 2008).
Gambar 2: skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur
8
yang berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2007,
Blumenfeld, 2002, Shneerson, 2005, Aminoff, 2008).
c. Locus Coeruleus
d. Nucleus Raphe
f. Sistem Mesolimbik
10
dari korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi
amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami.
Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat
menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus
yang didapat (Posner, 2007, Shneerson, 2005).
h. Nuklei Perifornical
11
Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana
merupakan pusat integrasi dari homeostasis dan ritme
sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang
letaknya berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area
ini adalah sebagai reseptor osmotik penghasil arginin
vasopressin (AVP) (Shneerson, 2005).
12
m.Median Preoptic Nucleus (MPN)
n. Zona Subparaventrikuler
o. Nukleus Dorsomedial
13
meynert ini bersifat kolinergik dan dapat di inhibisi oleh
akumulasi dari adenosin(Shneerson, 2005, Chiong, 2008)
s. Sistem Limbik
14
saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di
substansia grisea dari periaquaduktus sylvii memberikan
impuls yang mempengaruhi kinerja dari saraf simpatis
(Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).
t. Thalamus
15
promotor keterjagaan yang terletak di batang otak juga
memberikan pengaruh terhadap fase REM melalui
proyeksinya ke LDT/PPT. Berikut di bawah ini dapat
dilihat tabel-1 tentang beberapa area utama di CNS dan
perannya terhadap tidur (Chiong, 2008, Aminoff, 2008).
16
G. PATHWAYS
Latihan
Obat & Stress / Lingkungan
kelelahan
Substansi emosional tidak nyaman
Mengubah Mengurangi
pola tidur Kecemasan kenyamanan Sulit tidur
tidur
Nutrisi & kalori Tegang /
frustasi
Gangguan
pencernaan
Sering
terbangun
Gangguan tidur
Penyakit infeksi
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor meningkatkan
eksternal internal tidur
Insomnia
Gangguan pola
tidur
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
17
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM,
dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan
ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit
kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien
saat ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya
etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau
penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami
atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama
dengan keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari
genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
18
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun
keluarga mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana
klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat
dilihat melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical
sign merupakan data yang diperoleh dari hasil laboratorium
yang menunjang, clinical sign merupakan tanda-tanda yang
diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet
pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna,
konsistensi, bau, karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status
oksigenasi, fungsi kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala:
lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta
mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga
pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori,
fungsi dan keadaan indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri,
ideal diri, dan peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi
reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun
masyarakat
d) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun
kuantitatif), tanda-tanda vital seperti tekanan darah,
pernafasan, nadi dan suhu
19
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering,
Tipis ,dan kasar, penampilan, depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah Simetris atau tidak? Apakah ada
nyeri tekan? penampilan berminyak, diskolorasi
bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah
mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung
dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga
serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga
berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung?
Adakah nyeri tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan
tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
eksudat?
(b) Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar
tiroid? Adakah pembesaran vena jugularis?
(c) Thorax Pada infeksi, amati bentuk dada klien,
bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya, irama,
kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada
20
auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung
serta iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah
bradicardi atau tachycardia?
(e) Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan
otot pada abdomen? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan
maupun warnanya? Turgor kulit menurun, adanya luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
(g) Ekstremitas Apakah terdapat oedema, Penyebaran
lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas?
(h) Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-
tanda infeksi? Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
2. Data fokus yang perlu dikaji
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan
kebutuhan istirahat tidur pengkajian ditekankan pada
kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi, gangguan
tidur, keadaan bangun tidur.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th
Edition, 2007,Oxford University Press, New York P;11-25
Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005,
Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press ,
New York ,P;61-67
23