Anda di halaman 1dari 25

LAPORA PENDAHULUAN

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

OLEH :

PURWATI

NIM. 201910461011046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT TIDUR

A. DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR


Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses
fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan
kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan
minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur
adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan
otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan
Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya
melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan,
Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi
lebih segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam
kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan
rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkannya. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas
dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman,
2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas
tidur yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode
panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami
secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah
pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi

1
istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan
dan dapat ditingkatkan (Herdman, 2012).

B. ETIOLOGI
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga.
Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24
jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur
terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi
siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu
pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di
tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama
tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.
Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan
responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5
disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye
Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses
mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010)
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur.
Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.

2
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah
terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini
ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus /
detik yang disebut gelombang tidur.

3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung
15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus /
detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit.
Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari
pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).

3
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30
%.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya.

1) Tahap REM ditandai dengan:


a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan
darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan
rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 

4
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
C. TANDA GEJALA
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan
ketakutan, enuresis, atau respons tidak konsisten dari
orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah
peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur
larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur
bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit 
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur
lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit
menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit
persarafan.
b. Lingkungan 

5
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti
gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi 
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat
menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada
menahan kantuk.
d. Kelelahan 
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan 
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan
saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol 
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang
tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan
cepat marah.
g. Obat-obatan 
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti
depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf
simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM).
E. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang


mengalami gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan
melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.

6
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan
alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam
elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan
elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat
mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab
seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif
tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur
dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan
tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak
menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada
pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka
waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat
aktivitas dan istirahat (Buysse, 2005).
F. ANATOMI FISIOLOGI
Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1: Komponen utama dari neuromodulator


penginduksi siklus tidur-bangun.Untuk menginduksi tidur,
proyeksi dari VLPO sebagai neuro penghasil GABA dan
galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus

7
mengirimkan sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending
arousal system di pons, basis frontalis dan hipotalamus.
Sistem ini meliputi; nukleus tuberomamilarius (TMN) yang
terletak di posterior dari hipotalamus yang memproduksi
histamin(HIST), sel raphe dorsalis yang memproduksi
serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin (Ach) yang terletak
di laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum
dari pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus
yang memproduksi noreprinefrin(NA).Sistem lain yang tidak
diilustrasikan pada gambar ini meliputi area perifornikal dari
hipotalamus yang memproduksi orexin, sel produsen
dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon dan
serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis
(nukleus basalis, pita diagonal dari brocca,dan septum
medialis) semua struktur ini memberikan proyeksi ke istem
limbik dan korteks (Chiong, 2008).

Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang


meliputi beberapa sirkuit neural yang saling berhubungan
satu sama lain, serta meliputi beberapa neurotransmitter
yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan
penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah
dilakukan sebelumnya didapatkan bahwa terdapat regio yang
mencetuskan terjadinya proses tidur di medulla
oblongata.Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak

Gambar 2: skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur

8
yang berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2007,
Blumenfeld, 2002, Shneerson, 2005, Aminoff, 2008).

Gambar 2: skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan


saat tidur

a. Ascending Reticular Activating System (ARAS)

ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi


sebagai promotor dari proses tidur-bangun. Bagian ini
terletak di formatio retikularis di batang otak yang terdiri
atas beberapa kelompok sel dan nukleus serta sejumlah
besar interneuron serta traktus ascenden dan descenden
yang saling berhubungan satu sama lain. Sebagian besar
dari formatio retikularis terletak di sentral atau
tegmentum dari pons dan mesencephalon serta
memanjang sampai medula, hipothalamus dan thalamus.
Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang disekresi oleh
sebagian besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input
sensoris yang masuk melalui batang otak baik stimulus
yang berasal dari sistem sensoris,motorik maupun saraf
kranial ( Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008).

b. Nukleus Traktus Solitarius

Bagian ini terletak di bagian medulla oblongata,


bersifat noradrenergik serta memiliki hubungan dengan
pons , hipothalamus dan thalamus. Nukleus ini lebih aktif
saat fase NREM dibandingkan pada saat bangun (Carney,
2005, Shneerson, 2005).

c. Locus Coeruleus

Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal


serta bersifat Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada
saat bangun dan tersupresi parsial pada fase NREM serta
inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi untuk
9
menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari
bagian ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik
(Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).

d. Nucleus Raphe

Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat


serotonergik. Bagian yang terpenting dari nukleus ini
adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini bersifat aktif
saat bangun, tersupresi secara parsial saat NREM dan
inaktif saat REM. Kinerja nya di inhibisi oleh neuron
GABA-ergik serta jika aktif, berfungsi menghambat
aktivitas LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke
hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki kontribusi
terhadap respon motorik,otonom serta status emosional
saat perubahan dari tidur ke bangun (Carney, 2005,
Shneerson, 2005, Chiong, 2008 ).

e. Laterodorsal Tegmental dan Pedunculopontine


Tegmental (LTD/PPT) nuclei

Nukleus-nukleus ini terletak di bagian Formasio


Retikularis di bagian dorsal dari tegmentum pons serta
bersifat kolinergik. Aktivitasnya diinhibisi oleh locus
coeruleus, nucleus raphe dan nucleus tubero-mammilary
serta berfungsi menghubungkan area-area di batang otak
dengan thalamus. LTD/PPT ini merupakan generator dari
siklus REM, juga berkontribusi terhadap komponen visual
dari mimpi dan halusinasi. Jika nukleus ini aktif, maka
akan terjadi inhibisi dari locus coeruleus dan nukleus
raphe (Shneerson, 2005).

f. Sistem Mesolimbik

Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum


mesencephalon, serta memiliki proyeksi ke area prefrontal

10
dari korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi
amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami.
Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat
menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus
yang didapat (Posner, 2007, Shneerson, 2005).

g. Nukleus Tubero-Mammilary (TMN)

Nuklei ini terletak di bagian posterior dari


hipotalamus dan bersifat histaminergik dan hanya
menerima input afferen dari ventrolateral preoptic nucleus
(VLPO) dan sistem orexin yang berasal dari hipotalamus
bagian lateral.Nuleus ini berfungsi menginhibisi VLPO dan
LDT/PPT serta bersifat aktif saat bangun, tersupresi
parsial pada fase NREM dan inaktif saat fase REM
(Shneerson, 2005, Chiong, 2008).

h. Nuklei Perifornical

Terletak di lateral dari hipothalamus, berfungsi


mensekresi orexin (hipokretin). Nukleus –nukleus ini
memiliki fungsi eksitatorik pada pusat aminergik di batang
otak yakni locus coeruleus dan nuklei raphe serta inhibisi
terhadap LDT/PPT. Nuklei ini aktif pada saat fase
wakefulness dimana juga berfungsi melimitasi durasi fase
REM (Posner, 2007, Shneerson, 2005).

i. Nukleus Suprakhiasmatik (SCN)

Nukleus ini bertanggung jawab terhadap ritme


sirkadian serta sebagai promotor bangun. Jika terjadi lesi
pada bagian ini maka akan menimbulkan rasa kantuk yang
berlebihan (Shneerson, 2005).

j. Area Preoptik Hipotalamus

11
Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana
merupakan pusat integrasi dari homeostasis dan ritme
sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang
letaknya berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area
ini adalah sebagai reseptor osmotik penghasil arginin
vasopressin (AVP) (Shneerson, 2005).

k. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)

Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral


dari ventrikel III, dekat dengan nukleus VMPO. Nukleus-
nukleus ini menghasilkan GABA dan galanin yang
berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus
yang mengatur keterjagaan di batang otak yang bersifat
aminergik meliputi locus coeruleus, nukleus raphe, sistem
mesolimbik dan nukleus tuberomamilary. sehubungan
dengan fungsinya yang mempengaruhi banyak kinerja
nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan
reaktivasi dari pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula
fungsi dari nukleus ini di inhibisi oleh sistem Keterjagaan
yang bersifat aminergik (Posner, 2007, Shneerson, 2005,
Chiong, 2008, Smith, 2008).

Bagian dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM


dan bagian medialnya memberikan proyeksi ke LDT/PPT,
sehingga menginduksi fase REM. Kinerja dari VLPO tidak
dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun meningkat
dengan adanya kekurangan tidur.Nukleus ini aktif pada
saat tidur dan inaktif pada saat bangun (Carney, 2005,
Chiong, 2008).

l. Ventromedial Preoptic Nuclei (VMPO)

Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh


dan modifikasi fungsi tidur-bangun (Shneerson, 2005).

12
m.Median Preoptic Nucleus (MPN)

Terletak di hipothalamus, di bagian dorsal dari


ventrikel III dan bersifat GABA-ergik. Nukleus ini
menerima input dari SCN dan memproyeksikannya ke
neuron kolinergik di basal dari lobus frontalis dan nuklei
perifornical. Nukleus ini aktif saat tidur, terutama fase
NREM fase 3 dan 4 (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).

n. Zona Subparaventrikuler

Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang


berasal dari bagian ini kemudian akan secara terintegrasi
akan mempengaruhi ritme sirkadian, temperatur (melalui
VMPO),perilaku dan fungsi endokrin (Chiong, 2008,
Aminoff, 2008).

o. Nukleus Dorsomedial

Nukleus ini menerima jaras dari zona


subparavetrikuler serta memberikan proyeksi ke nukleus
paraventrikuler dan nukleus perifornikal dan berperan
dalam inhibisi VLPO , pengaturan suhu tubuh, perilaku
makan dan keterjagaan. (Carney, 2005, Shneerson, 2005,
Chiong, 2008)

p. Basis Frontalis (Substansia inominata)

Lokasinya terdapat pada area preoptik dari


Hipotalamus.Terdiri atas nukleus-nukleus penting yang
memegang peran penting dalam proses tidur (Shneerson,
2005).

q. Nukleus Basalis dari Meynert

Neuron-neuronnya di aktivasi oleh neuron glutamat-


ergik yang terletak di pons meliputi locus coeruleus,
nukleus raphe dan nukleus perifornical. Neuron dari

13
meynert ini bersifat kolinergik dan dapat di inhibisi oleh
akumulasi dari adenosin(Shneerson, 2005, Chiong, 2008)

r. Neuron yang berkaitan dengan Amigdala ,Nukleus


Accumbens dan Ventral Putamen

Nukleus-nukleus in memiliki fungsi yang beragam,


beberapa dari mereka bersifat GABA-ergik yang aktif saat
fase 3 dan 4 NREM dan memberikan proyeksi ke LDT/PPT,
sedangkan yang lain mensekresi glutamat atau galanin
sebagai transmitter (Shneerson, 2005, Chiong, 2008,
Aminoff, 2008).

Para nukleus ini memberikan proyeksi yang luas ke


SCN dan ke sistem limbik.area yang terletak di basis
frontalis ini membentuk jalur ascending menuju ke sistem
aktivasi rekular serta menghasilkan relay di ekstra-
thalamik ventralis sebelum menuju ke korteks serebri.
Area ini aktif pada saat bangun dan fase REM, tetapi
inaktif pada fase NREM. Adenosine terakumulasi di
ekstraseluler dan menempel pada reseptor A1 dan
menginhibisi kinerja dari neuron basis frontalis yang
bersifat kolinergik,sehingga mencetuskan fase NREM
(Shneerson, 2005, Chiong, 2008).

s. Sistem Limbik

Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik


maupun reaksi emosional seseorang terhadap stimulus
eksternal dan memori sehingga menyebabkan sistem ini
bersifat fleksibel dan adaptif. Area –area yang termasuk
dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior,
girus para-hipokampalis, formasio hipokampal di lobus
temporalis, regio orbito-frontal di korteks prefrontal.
Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada

14
saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di
substansia grisea dari periaquaduktus sylvii memberikan
impuls yang mempengaruhi kinerja dari saraf simpatis
(Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).

t. Thalamus

Thalamus merupakan stasiun relay yang terahkir


yang menghubungkan jaras informasi dari reseptor ke
korteks serebri, kecuali input yang berasal dari regio
olfaktorius, sebaliknya pula aktivitas dari thalamus ini
sendiri diatur oleh korteks serebri. Thalamus memiliki
beberapa kumpulan nukleus yakni nukleus retikuler dari
thalamus yang memegang peranan penting dalam proses
keterjagaan, bagian ini terdiri atas kelompok neuron
eksitatorik yang berfungsi menghasilkan glutamat serta
kelompok neuron inibitorik yang menghasilkan
GABA,Neuron intratalamikus yang berfungsi memodifkasi
aktivitas dari thalamus sedangkan nukleus-nukleus
thalamus yang lainnya membentuk jaras proyeksi
thalamokortikal (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson,
2005, Chiong, 2008, Aminoff, 2008)

Thalamus mengatur aktivitas ARAS dan impuls


lainnya yang melewati mesencephalon. Thalamus
memodifikasi aktifitas spindel dari mesencephalon serta
melalui sistem proyeksinya yang luas bagian ini mampu
mengintegrasikan dan mensinkronisasi aktivitas
korteks.Sinkronisasi aktivitas dari korteks ini
menyebabkan korteks serebri dapat menginisiasi serta
mempertahankan fase NREM. Bagian ini secara efektif
memutus hubungan antara korteks dengan batang otak
serta stimulus-stimulus lainya secara reversibel. Melalui
neuron pensekresi GABA-nya, thalamus menginhibisi

15
promotor keterjagaan yang terletak di batang otak juga
memberikan pengaruh terhadap fase REM melalui
proyeksinya ke LDT/PPT. Berikut di bawah ini dapat
dilihat tabel-1 tentang beberapa area utama di CNS dan
perannya terhadap tidur (Chiong, 2008, Aminoff, 2008).

16
G. PATHWAYS

Latihan
Obat & Stress / Lingkungan
kelelahan
Substansi emosional tidak nyaman

Mengubah Mengurangi
pola tidur Kecemasan kenyamanan Sulit tidur
tidur
Nutrisi & kalori Tegang /
frustasi
Gangguan
pencernaan
Sering
terbangun
Gangguan tidur

Penyakit infeksi

Lemah & letih Gangguan Tidur

Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola


banyak tidur dengan kualitas baik tidur

Kesiapan
Akibat factor Akibat factor meningkatkan
eksternal internal tidur

Insomnia
Gangguan pola
tidur

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas

17
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM,
dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan
ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit
kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien
saat ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya
etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau
penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami
atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama
dengan keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari
genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

18
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun
keluarga mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana
klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat
dilihat melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical
sign merupakan data yang diperoleh dari hasil laboratorium
yang menunjang, clinical sign merupakan tanda-tanda yang
diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet
pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna,
konsistensi, bau, karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status
oksigenasi, fungsi kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala:
lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta
mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga
pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori,
fungsi dan keadaan indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri,
ideal diri, dan peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi
reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun
masyarakat
d) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun
kuantitatif), tanda-tanda vital seperti tekanan darah,
pernafasan, nadi dan suhu

19
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering,
Tipis ,dan kasar, penampilan, depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada
nyeri tekan? penampilan berminyak, diskolorasi
bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah
mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung
dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga
serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga
berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung?
Adakah nyeri tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan
tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
eksudat?
(b) Leher  Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar
tiroid? Adakah pembesaran vena jugularis?
(c) Thorax  Pada infeksi, amati bentuk dada klien,
bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya, irama,
kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada

20
auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung  Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung
serta iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah
bradicardi atau tachycardia?
(e) Abdomen  Adakah distensia abdomen serta kekakuan
otot pada abdomen? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit  Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan
maupun warnanya? Turgor kulit menurun, adanya luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
(g) Ekstremitas  Apakah terdapat oedema, Penyebaran
lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas?
(h) Genetalia  Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-
tanda infeksi? Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
2. Data fokus yang perlu dikaji
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan
kebutuhan istirahat tidur pengkajian ditekankan pada
kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi, gangguan
tidur, keadaan bangun tidur.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition,


2008,Churchill Livingstone, USA,P;605-609.

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes


Classification. Fifth Edition. United State of America:
Mosby Elsevier.

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan


Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002,


Sinauer Associates INC, Massachusets P;588-597
Carney.P, Clinical Sleep Disorder, 2005,Lippincott Williams
&Wilkins , Philadelphia; P 21-58

Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008.


Nursing Interventions Clarifications. Fifth Edition.united
State of America: Mosby Elsevier.

Guillemunault C. Bassiri A (2005). Clicinal Features and


evaluation of obstructive sleep apnea-hypoapnea
syndrome and the upper airway resistance syndrome, in :
MH kryger, TH Roth, WC Dement (Eds.). Pronciples and
Practice of sleep Medicine. $th edn. WB Saunders,
Philadelphia.

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC.Yogyakarta: MediAction

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa


keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008,


Oxford University Press, PUSA, P;9-15

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental


Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

22
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th
Edition, 2007,Oxford University Press, New York P;11-25
Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005,
Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press ,
New York ,P;61-67

Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan


Tidur ( Insomnia ) Pada Lansia. Jurnal keperawatan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL
%20GEMA%20KEPERAWATAN/JUNI%202015/I
%20Nengah%20Sumirta.pdf. [diakses pada tanggal 3
Sepertember 2018 ].

Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta :


Elex media
komputindo

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta:Medika Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta :


Rapha Publishing.

23

Anda mungkin juga menyukai