Kel 2 Kanker Endometrium
Kel 2 Kanker Endometrium
“KANKER ENDOMETRIUM”
Dosen Pengajar:
Rizki Pranadyan, dr. Sp.OG
Disusun oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kanker Endometrium”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ginekologi di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Jurusan D4 Kebidanan Surabaya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yaitu Riski Pranadyan, dr. spOG yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma endometrium merupakan kanker ginekologi yang paling sering ditemukan
di Amerika Serikat dan di negara-negara maju lainnya. Kanker ini menurut American Cancer
Society (1) menempati urutan keempat setelah kanker payudara, kolon, dan paru. Prevalensi
karsinoma endometrium adalah 46% dari keseluruhan kanker ginekologi dan 11% dari
keseluruhan kanker pada wanita. Selama tahun 2011, terdapat sekitar 40.880 kasus baru di
Amerika dan 7.100 kematian terjadi karena karsinoma endometrium. Jumlah penderita
karsinoma endometrium di negara maju semakin meningkat sejak pertengahan abad ke-20.
Kanker serviks dahulu menempati urutan teratas, tetapi sejak diperkenalkan skrining kanker
serviks dengan pemeriksaan Pap’s smear maka jumlah penderita kanker serviks menurun
sehingga kanker endometrium makin bergeser ke atas. Faktor lain yang dianggap
berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian karsinoma endometrium antara lain
meningkatnya angka harapan hidup wanita, pemakaian estrogen tanpa kombinasi progesteron
untuk kontrasepsi, dan terapi sulih hormon serta konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak
atau penderita dengan obesitas (Pradjatmo & Pahlevi, 2013)
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
5
2.2 Etiologi
Hingga saat ini, penyebab kanker endometrium masih belum diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker endometrium.
Umumnya, faktor-faktortersebut menyebabkan kadar hormon estrogen di dalam tubuh
meningkat atau paparan terhadap hormon estrogen menjadi lebih lama, sementara kadar
hormon progesteron di dalam tubuh menurun sehingga sel-sel pada lapisan dalam rahim
(endometrium) terus memperbanyak diri. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kelenjar
baru pada endometrium. Apabila jaringan endometrium tumbuh tak terkendali, jaringan
ini akan menebal dan dapat membentuk sebuah massa yang akhirnya menjadi kanker.
Sel-sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian tubuh yang lain. Awalnya, kanker
akan menyebar ke lapisan otot polos rahim (miometrium), kemudian menyebar hingga
ke kelenjar getah bening. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
Usia
Usia tua meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium dengan jumlah kasus
terbanyak pada wanita di atas 70 tahun. Hanya sekitar 5% kanker endometrium
ditemukan pada wanita berusia di bawah 40 tahun.
Kondisi reproduksi
Kondisi reproduksi yang berhubungan dengan risiko kanker endometrium,
antara lain usia menarche (awal menstruasi) dini (<12 tahun) dan usia menopause
yang lambat (>52 tahun) karena terkait dengan paparan estrogen yang lebih
lama. Wanita mempunyai riwayat menarche sebelum usia 12 tahun mempunyai
resiko1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menarche setelah
usia lebih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik
untukmenentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari
jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila
MS 39 maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS <
29.
Menopause merupakan keadaan tidak adanya periode haid atau menstruasi
selama 12 bulan dan merupakan suatu kondisi normal ketika wanita telah memasuki
usia lanjut. Sebelum menopause, indung telur (ovarium) merupakan sumber utama
penghasil hormon pada wanita, yaitu estrogen dan progesteron. Keseimbangan kedua
hormon ini berubah selama siklus haid setiap bulan, sehingga terjadi haid atau
menstruasi. Kondisi tersebut menjaga jaringan endometrium tetap sehat karena sisa
6
jaringan akan meluruh bersama darah haid dan digantikan oleh jaringan baru. Setelah
menopause, indung telur akan berhenti menghasilkan kedua hormon tersebut, tetapi
sejumlah kecil estrogen akan tetap dihasilkan oleh lemak tubuh. Kanker endometrium
dapat terjadi pada wanita usia reproduksi dengan siklus haid yang tidak teratur.
Wanita yang tidak pernah melahirkan
Selain itu, wanita yang tidak pernah melahirkan (nulipara) mempunyai risiko 3
kali lebih besar menderita kanker endometrium dibandingkan dengan wanita yang
memiliki riwayat sering melahirkan (multipara). Penelitian menunjukkan bahwa
25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Hal ini
disebabkan kehamilan mengurangi paparan wanita terhadap hormon estrogen. Salah
satu penelitian menyatakan bahwa wanita yang sudah menikah, tetapi tidak pernah
melahirkan anak memiliki risiko tinggi untuk terkena kanker endometrium
dibandingkan wanita yang tidak pernah menikah. Ketidaksuburan atau infertilitas juga
menjadi faktor yang berperan dalam hal ini. Hal ini terkait dengan paparan terhadap
hormon estrogen yang lama tanpa diimbangi dengan hormon progesteron yang cukup,
dan tidak mengelupasnya sisa jaringan endometrium setiap bulan ketika haid.
Terapi sulih hormon
Penggunaan terapi sulih hormon, yaitu hormon estrogen dari luar (eksogen)
pada wanita menopause yang digunakan dalam jangka lama diperkirakan
meningkatkan risiko kanker endometrium sebesar 4,5-13,9 kali. Terapi sulih hormon
biasanya digunakan untuk mengurangi gejala yang timbul akibat menopause, antara
lain serangan rasa panas (hot flashes), kekeringan vagina, dan kekeroposan tulang
(osteoporosis). Akan tetapi, penggunaannya harus diberikan bersama dengan
progesteron atau derivatnya untuk menurunkan risiko kanker endometrium.
Obesitas
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi
konversiandrostenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan
sebanyak 25-20kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker
endometrium sebanyak 2sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas
berat badan normalmenpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan
berat badan normal.Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka
resiko menjadi 9 kali lipat.
Keturunan (genetik)
7
Riwayat keluarga yang menderita kanker endometrium atau riwayat pribadi
yang menderita kanker tipe lainnya (misalnya kanker usus besar dan kanker payudara)
juga dapat meningkatkan risiko kanker endometrium.
Diabetes Melitus
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan
faktorresiko keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis
pada penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka
kejadianTTG yang abnormal berkisar antara 17-64%
Hipertensi
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan
1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi padakegan
asan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi
kontro
Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringanselaput
lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogenyang
berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel
jikahiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko
menjadikanker endometrium sebesar 23%
Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka
kejadiankeganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara yang
sedang berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa
lebih tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika
latin.Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari
dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan
endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada ora
ng-orangnegro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga
terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah menu
makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian
keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya
Tumor memproduksi estrogen.
8
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa,akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
9
Kanker endometrium ditentukan derajatnya berdasarkan derajat diferensiasi
histologiknya. Suatu varian histologik adalah adenokarsinoma serosa papiler. Jenis ini
menyerupai karsinoma serosa ovarium dan memiliki prognosis lebih buruk
dibandingkan dengan adenokarsinoma endometrium endometrioid.
IIIC2: Kelenjar getah bening para aorta positif dengan/tanpa kelenjar getah bening
pelvis positif
10
IVB: Metastasis jauh, termasuk metastasis intra abdomen dan/atau kelenjar getah
bening inguinal
Tipe II ini biasanya didapatkan pada wanita pasca menopause, kurus, atau wanita
dengan siklus hormonal yang normal. Karsinoma endometrium tipe II ini cenderung
terjadi pada usia yang lebih tua dan tidak memiliki riwayat hiperestrogenisme. Tipe II
ini lebih agresif dan mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I. Tipe II ini
paling sering didapati pada wanita Afro-Amerika. Yang termasuk kanker
endometrium tipe II adalah:
12
BAB 3
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14