Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan pranata hukum kontrak menjadi sangat penting untuk mengakomodasi
maraknya perdagangan yang terjadi secara global. Dinamika tersebut tentu akan
menimbulkan kesulitan dalam kontrak perdagangan. Kondisi yang tak dapat disangkal adalah
ketika pihak-pihak yang akan mengikatkan diri berasal dari negara berbeda dan memiliki
sistem hukum yang berbeda pula. Setiap sistem hukum memiliki persamaan dan perbedaan
baik secara fungsi maupun penamaan yang perlu ditelaah lebih mendalam. Proses pengkajian
melalui perbandingan hukum bertujuan untuk mencapai penjelasan akan persamaan dan
perbedaan antara sistem hukum tersebut serta aplikasi dalam realita.
Di era globalisasi dewasa ini, transaksi bisnis sering dilakukan oleh para pelaku binis
yang bersaldari negara yang berbeda-beda. Transaksi bisnis tidak dapat lagi dibatasi oleh
wilayah negara maupun kewarganegaraan para pelaku bisnis. Transaksi bisnis tidak dapat lagi
terbatas pada transaksidomestik. Apabila tujuan para pelaku bisnis adalah untuk memperluas
pasar dan meninkatkan keuntungan mereka, maka mereka harus melakukan transaksi bisnis
internasional dengan partner asing mereka.
Hal ini juga semakin disadari oleh para pelaku bisnis di Indonesia. Semakin banyak
pelaku bisnis di Indonesia, baik itu perorangan, badan usaha, badan hukum swasta, maupun
badan hukum publik atau BUMN yang melakukan transaksi bisnis internasional. Akan tetapi
berdasarkan pengetahuan penulis, masih sedkit ahli hukum di Indonesia yang menguasai teori
hukum dan teknik penyusunan kontrak bisnis internasional. Oleh karena itu, sering
ditemukan pelaku bisnis atau konsultan hukum di Indonesia yang menyusun kontrak bisnis
internasional yang tidak sesuai teori hukum perdata internasional atau tidak sesuai dengan
praktik kebiasaan internasional. Disamping itu, sering juga ditemukan bahwapelaku bisnis
Indonesia menyerahkan penyusunan kontrak bisnis internasioanalnya kepada pihak lawannya
demikian saja, sehingga yang menentukan isi kontrak bisnis tersebut adalah pihak asing.
Pengertian Kontrak
- Kontrak – Contract – adalah overeen komist ( perjanjian ).
- Kontrak / perjanjian dalam BW definisinya ada dalam pasal1313 BW
- Perjanjian (overeen komist ) adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikat dirinya kepada satu orang atau Iebih.
Definisi lain : A contract is an a agreement enforceable by the Court
Perbuatan dalam pasal 1313 adalah perbutan Hukum ( Rechthandeling ) yaitu setiap
perbuatan orang yang akibatnya ( akibat hukum = Rechtgevolg ) dikehendaki oleh pembuat.
Perbuatan seseorang yang akibat hukumnya tidak dikehendaki adalah Perbuatan Materiil
belaka.
Perbuatan hukum maupun perbuatan materiil adalah Peristiwa Hukum yaitu peristiwa
( bisa perbuatan, keadaan, kejadian ) yang oleh hukum diberi Akibat Hukum (Rechtgevolg).
Jadi Perjanjian/ Contract adalah perbuatan hukum bersisi dua ataulebih.
1
Perjanjian adalah Penyatuan kehendak (Mutual Assent) dari dua Pihak atau lebih disebut
kesepakatan ( Toesteming ) atauu Agreement.
Perjanjian/kontrak sepihak ( Eenzijdig overeenkomst ) hanya pada satu pihak ada kewajiban.
Contohya: Hadiah
Perjanjian/kontrak limbal balik ( Wederkerige overeenkomst ). Pada kedua belah pihak ada
kewajiban. Contohnya : Sewa menyewa, Jual beli.
Hukum Kontrak Internasional merupakan bagian dari Hukum Perdata Internasional
yang mengatur ketentuan-ketentuan dalam transaksi bisnis antara pelaku bisnis yang berasal
dari dua atau lebih negara yang berbeda melalui suatu sarana kontrak yang dibuat atas
kesepakatan oleh para pihak yang terikat dalam transaksi bisnis tersebut. Ciri-ciri
internasionalnya, harus ada unsur asing dan melampaui batas negara.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka dapat dirumuskan yaitu, :
1. Mengetahui asas dan syarat dalam kontrak internasional
2. Teknik dan teori dalam penyusunan kontrak internasional
3. Pilihan hukum dalam kontrak internasional
C. SISTEMATIKA PENULISAN
1. Bab. I Pendahuluan, yang berisi latar belakang pemilihan judul dan rumusan
masalah serta sistematika penulisan
2. Bab II Pembahasan, Bentuk, syarat, dan asas penyusunan kontrak internasional
3. Bab III, Penutup, berisi kesimpulan dan saran
4. Daftar pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kontrak internasional merupakan bidang hukum yang sangat penting di era
globalisasi terutama dalam mendukung kegiatan di sektor perdagangan dan transaksi bisnis
internasional. Menyatukan hubungan antara para pihak dalam lingkup internasional bukanlah
persoalan yang sederhana. Hal ini menyangkut perbedaan sistem, paradigma, dan aturan
hukum yang berlaku sebagai suatu aturan bersifat memaksa untuk dipatuhi oleh para pihak di
masing-masing negara
A. BENTUK KONTRAK.
Kontrak tidak harus tertulis ( No form required ) pasal 1.2 UNIDROIT PRINCIPLES
Oral Agreement diakui keabsyahanya juga oleh U.N CONVENTION ON CONTRACT FOR
INTERNATIONAL SALE OF GOODS ( CISG )USA dalam Uniform Commercial Code
( UCC ) mensyaratkan bentuk tertulis untuk semua kontrak dengan nilai barang diatas $ 500.
Penyusunan kontrak tertulis inilah yang akan menjadi pokok pembahasan disini.
C. SYARAT-SYARAT KONTRAK
- Pasal 1320 BW mengsiyaratkan :
a. Adanya kesepakatan pihak-pihak ( toestemming )
b. Kecakapan untuk membuat perikatan( Bekwaamheid )
c. 0bjek tertentu ( Bepaald onderwerp )
d. Sebab yang halal (Georloofue-Oorzaak.)
Tersebut l dan 2 sifatnya subjektif menyangkut subjek perjanjian.
Tersebut 3 dan 4 sitatnya objektif menyangkut objek perjanjian.
- Syarat Contrak menurut Common Law System
3
A manfestation of mutual assent by process of offer and acceptance. As the action, an
action or promise there of by one party which induces the action, inaction or promise of
another. Parties Capacity. Mental and legal ability. Legal Obyective. Pennitted by the law
D. PENYUSUNAN KONTRAK
Sejarah pembuatan kontrak di waktu lalu Lawyers yang membuat kontrak dibayar
menurut jumlah lembaran kontrak. Untuk mendapat bayaran yang tinggi kontrak disusun
dalam bahasa yang bertetele. Praktek ini kemudian dianggap memgikan karena dapat
merupakan sumber sengketa.
Trend Pembuatan kontrak sekarang Berdasarkan anggapan bahwa fungsi utama kontrak
adalah mencegah terjadinya sengketa (To Prevend Disputes) timbul ungkapan : THE FEWER
WORDS USED THE BETTER.
Apabila terjadi sengketa, maka penyelesaian sengketa juga harus diatur secara jelas. Timbul
ungkapan : THE M0RE DETAILS THE BETTER.
4
- Completeness, The more details the Better.
o Penulisan yang lengkap tentang pihak-pihak (komparasi)
o Harga barang. jumlah yang harus dibayar kapan/bagaimana pelaksanaan
pembayaran.
o Deskripsi jenis barang, jasa yang diperjual belikan.
Elemen Kunci Dalam Kontrak ( PerIu perhatian penuh)
- Syarat-syarat pembayaran
- Aneka kewajiban
- Jaminan kebenaran data dan informasi ( representation and warranties )
- Syarat-syarat batal
- Conditions: hal-hal yang hurus dilakukan pihak yang satu dengan pihak yang lain
melakukan kewajibannya.
- representation and warranties
- penyerahan dokumen-dokumen tertentu dan sebagainya.
5
- Representations dan Warranties/material adverse charge clause jamianan bahwa data
dan informasi yang diberikan adalah benar.
- Tanggungjawab (liability) apakah ada pembatas tanggungjawab.
- Pengakhiran kontrak (termination)
- Kelalaian/Wanprestasi/Default
o Hal apa saja yang dapat dikualifikasikan sebagai W. P
o Tenggang waktu untuk memperbaiki W. P
o Akibat-akibat W.P
- Penyelesaian sengketa (disputes settlement)
o Litigasi – dimana )
o Mediasi
o Abritasi
o Ad Hock – berupa arbiten
o Institusi
- Ganti Rugi/ peminjaman terhadap tindakan pihak ketiga :
o Bagaimana prosedur ganti rugi
o Apakah ganti rugi dapat ditiadakan
- Ketentuan Lain (Miscellaneous):
o Hukum yang berlaku (Govenlliklet)/Boiler Plate
o Penambahan
o Force major
Anatomi Kontrak:
Walaupun tidak ada bentuk baku, Anatomi Kontrak umumnya berbentuk sebagai berikut:
1. Commencement/Heading Pembukaan.
2. Judul.
Pada umumnya terutama untuk perjanjian khusus / bernama seperti yang diatur dalam
BAB XV s/d BAB XVIII BW kontrak selalu diberi judul . Contohnya : Kontrak Jual
Beli dan Kontrak Sewa Menyewa.
3. Tanggal/Waktu.
Kemungkinan ada dua tanggal ketentuan waktu dalam satu kontrak yaitu:
o Tanggal pembuatan kontrak. Tanggal ini terdapat pada bagian Pembukaan
Comencement. Fungsinya untuk membedakan dan kontrak lamanya.
o Tanggal mulai efektif berlakunya kontrak yang biasanya termuat dalam pasal
kontrak. James M Klots menyarankan agar dipergunakan header atau footer
pada halaman pertama semua ha1aman.
o Header/footer ialah catatan tentang tanggal atau nomor printing.
4. Tempat Pembuatan
5. Komparasi ( The Parties To The Contract)
Menyusul tanggal (dan tempat) adalah keterangan tentang pihak-pihak dalam kontrak:
o Merupakan Clear Statement tentang nama, status dan kapasitas dari pihak-
pihak
6
o Nama para pihak harus cocok dengan nama yang tertulis pada bagian bawah
yaitu pada tanda tangan.
o Yang perlu diperhatikan pada bagian komporasi ini adalah kapasitas para
pihak
Bagian komparisi menerangkan pihak pihak yang melakukan perjanjian. Di sini yang
merupakan pihak tentu saja adalah subyek hukum yaitu manusia bisa juga badan
hukum. Pada kontrak yang sederhana biasanya pihaknya hanya ada dua yang biasa
disebut pihak pertama dan pihak kedua. Pada perjanjian yang lebih komplek pihaknya
bisa saja lebih dari dua.
6. Premise
Dalam bagian premise ini biasanya tertera latar belakang dibuatnya kontrak. Di
Indonesia biasanya premise ini dicantumkan dalam perjanjian.
7. Isi
Mencermati bagian isi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a. Cara Penyerahan.
Cara penyerahan barang disini meliputi pengangkutan barang, asuransi, dan lain-
lain. Memahami L/C (Letter of Credit) Incoterm dan UCPDC (Uniform Customs
and Practice for Documentary Credit) adalah suatu keharusan dalam melakukan
kontrak bisnis Internasional.
b. Cara Pembayaran
Pembayaran untuk transaksi bisnis Internasional perlu disepakati para pihak
menggunakan mata uang apa yang dipakai dan bagaimana cara membayarnya
c. Wanprestasi
Jika terjadi wanprewstasi salah satu pihak maka harus disepakati tentang
penggunaan mekanisme penyelesaiannya apakah menggunakan litigasi ataukah
non litigasi. Jika litigasi di mana diselenggarakan litigasi tersebut dan juga hukum
apa yang dipakai untuk menyelesaikannya. Umumnya untuk sengketa bisnis
internasional para pihak menggunakan non litigasi (arbitrase dan alternatif lainnya
seperti mediasi, konsiliasi, dan negosiasi).
d. Berakhirnya Kontrak
Berakhirnya kontrak harus disebutkan mekanismenya di dalam salah satu pasal di
dalam kontrak. Karena kontrak bisa diakhiri atau berakhir dengan sendirinya.
e. Bahasa Kontrak
Saat ini kontrak bisnis Internasional yang dilakukan oleh subjek hukum yang
tunduk pada hukum Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia (UU No 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan).
Di dalam Pasal 31 ayat (1) UU No 24 Tahun 2009 disebutkan Bahasa Indonesia
wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan
lembaga negara, instansi Pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta
Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia.
Untuk memenuhi ketentuan UU tersebut di atas maka dalam praktik biasanya
kontrak dibikin dalam dua bahasa salah satunya adalah bahasa Indonesia dan jika
terjadi perbedaan penafsiran bunyi pasal maka yang berlaku adalah bahasa
Indonesia. Jika waktu tidak memungkinkan maka biasanya ada pasal yang
menyatakan pembuatan kontrak dalam bahasa Indonesia akan dibuat menyusul.
7
f. Force Majeure
Kondisi force majeure harus disepakati secara tegas. Biasanya ada kalimat sepertu
ini Hal-hal berikut ini adalah force majeure termasuk namun tidak terbatas pada.
Yang perlu dicermati adalah harus disepakati hal-hal akibat daripada force
majeure, bukan hanya situasi dan kondisi penyebab force majeure. Juga harus
disepakati bahwa ada surat keterangan resmi dari yang berwenang bahwa kondisi
tersebut adalah force majeure.
E. PILIHAN HUKUM
Pilihan Hukum bukan merupakan topik yang populer dalam hukum Indonesia,
meskipun praktik hukum kontrak, terutama yang bersifat lintas batas negara, tidak selalu bisa
dilepaskan dari topik ini.
Istilah ‘Pilihan Hukum’, ‘Hukum yang Berlaku’, ‘Governing Law’, atau ‘Applicable
Law’ seharusnya merupakan makanan sehari-hari para praktisi hukum yang berjibaku dengan
transaksi-transaksi komersial internasional. Klausul mengenai Pilihan Hukum, Hukum yang
Berlaku, Governing Law, atau Applicable Lawmerupakan salah satu klausul yang hampir
selalu dipersyaratkan untuk dicantumkan dalam kontrak-kontrak yang menjadi dasar hukum
transaksi komersial internasional.
Pilihan Hukum dalam kontrak internasional ini umumnya mengemuka ketika
hubungan hukum kontrak terjadi antara pihak-pihak yang berasal dari yurisdiksi hukum yang
berbeda-beda. Sebagai contoh: kontrak jual beli yang disepakati oleh warga negara Indonesia
dan warga negara Jepang, kontrak distribusi yang disepakati oleh badan hukum Singapura
dan badan hukum Belanda. Contoh yang lebih esktrim, kontrak kredit sindikasi yang
disepakati oleh bank-bank yang berkedudukan di New York, Amsterdam, Frankfurt sebagai
kreditur dan badan hukum Indonesia sebagai debitur. Pertanyaan yang muncul adalah Apa
hukum yang berlaku untuk kontrak jual-beli, kontrak distribusi, dan kontrak kredit sindikasi
tersebut?
Umumnya akan dipilih hukum dari salah satu pihak dalam kontrak. Penentuan hukum
ini, dalam praktiknya, dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
- pengetahuan para pihak terhadap hukum yang dipilih untuk berlaku untuk kontrak
mereka,
- lokasi aset para pihak,
- posisi tawar dari masing-masing pihak dalam kontrak.
- kebiasaan dalam praktik juga memengaruhi pemilihan hukum yang berlaku dalam
kontrak. Misalnya, hukum Inggris adalah hukum yang hampir selalu akan dipilih
untuk berlaku dalam kontrak-kontrak asuransi dan pengangkutan laut.
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan terkait dengan kebebasan para pihak
memilih hukum yang berlaku untuk kontrak internasional yang mereka sepakati.
1. hukum yang dipilih tersebut tidak boleh melanggar ketertiban umum (public
order/public policy) sebagaimana dikenal dalam Hukum Perdata Internasional.
2. Hukum yang dipilih hanya berlaku untuk akibat-akibat dan pelaksanaan dari kontrak,
bukan untuk syarat lahirnya atau terciptanya kontrak.
8
3. Hukum yang dipilih untuk berlaku dalam kontrak internasional tersebut adalah
mengenai hukum materiil saja, bukan hukum formil atau hukum acara. Ini artinya,
jika terjadi sengketa terkait kontrak internasional tersebut, hukum formil atau hukum
acara untuk penyelesaian sengketa kontrak tersebut adalah tetap hukum acara dari
negara tempat sengketa tersebut diselesaikan. Hal ini dikenal dengan istilah hukum
sang hakim atau lex fori. Namun demikian, hukum materiil untuk penyelesaian
sengketa kontrak tersebut adalah hukum yang telah dipilih para pihak dalam kontrak.
Hal lain yang perlu diperhatikan juga terkait dengan topik Pilihan Hukum adalah
meskipun keduanya sama-sama didasari oleh semangat kebebasan berkontrak, Pilihan
Hukum tidak sama dengan Pilihan Forum, atau yang dikenal juga dengan sebutan Pilihan
Yurisdiksi. Ini artinya, jika telah dipilih suatu hukum yang berlaku bagi kontrak oleh para
pihak, tidak serta-merta pengadilan atau forum dari negara yang hukumnya dipilih tersebut
menjadi satu-satunya forum yang berwenang untuk mengadili sengketa terkait kontrak.
Begitu juga sebaliknya, jika telah dipilih yurisdiksi suatu negara sebagai forum penyelesaian
sengketa kontrak, tidak serta-merta hukum materiil dari negara tersebut berlaku untuk
kontrak.
Pada poin inilah persoalan Pilihan Hukum mengemuka dalam praktik peradilan di
Indonesia. Sebab ketika telah dipilih suatu hukum asing sebagai hukum yang berlaku dalam
kontrak, lalu muncul sengketa terkait dengan pelaksanaan kontrak tersebut, pengadilan
Indonesia terkesan cenderung enggan untuk memberlakukan hukum asing sebagaimana telah
dipilih para pihak dalam kontrak.
Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai praktik pengadilan ini, perlu untuk kita bahas
secara singkat terlebih dahulu mengenai ketentuan yang mengatur Pilihan Hukum di
Indonesia.
Pengaturannya di Indonesia
Di Indonesia, asas kebebasan berkontrak bersumber pada Pasal 1320 dan 1338 ayat
(1) Burgerlijke Wetboek voor Indonesië (BW) yang secara berturut-turut menekankan pada
kesepakatan sebagai salah satu syarat sahnya kontrak dan kebebasan para pihak dalam
berkontrak. Dengan dasar kebebasan berkontrak ini, para pihak dalam kontrak juga memiliki
kebebasan untuk memilih hukum yang berlaku bagi kontrak yang mereka sepakati.
Kebebasan untuk memilih hukum yang berlaku untuk kontrak ini lebih lanjut diatur dalam
tiga peraturan perundang-undangan sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
Pilihan Hukum secara gamblang diatur dalam Pasal 72 Undang-undang Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan (UU Penerbangan) yang menentukan bahwa perjanjian
pemberian hak jaminan kebendaan, perjanjian pengikatan hak bersyarat, dan/atau perjanjian
sewa guna usaha yang menjadi dasar lahirnya jaminan atas pesawat udara dapat dibuat
berdasarkan hukum yang dipilih oleh para pihak. Di dalam bagian penjelasan pasal ini
dinyatakan bahwa para pihak dapat memilih hukum yang akan mengatur hak dan kewajiban
kontraktual mereka tersebut.
Lebih lanjut, penjelasan Pasal 72 undang-undang ini menerangkan bahwa hukum
yang dipilih oleh para pihak tersebut tidak selalu harus ada hubungannya atau tautannya
9
dengan salah satu pihak atau dengan pelaksanaan perjanjian tersebut. Ini artinya, para pihak
bebas untuk memilih hukum negara manapun sebagai hukum yang berlaku bagi perjanjian
yang mengikat mereka. Hal menarik yang perlu dicatat juga adalah UU Penerbangan juga
mengatur bahwa para pihak dalam perjanjian-perjanjian yang menjadi dasar lahirnya jaminan
atas pesawat udara tersebut diberi kebebasan untuk memilih yurisdiksi penyelesaian
sengketa.
Ketentuan lain yang mengatur mengenai Pilihan Hukum dalam kontrak adalah
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE). Pasal 56 ayat (2) Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase dan APS) menyatakan bahwa para pihak
berhak menentukan hukum yang akan berlaku terhadap penyelesaian sengketa yang mungkin
atau telah timbul antara para pihak.
BAB III
PENUTUP
10
A. KESIMPULAN
Kontrak Bisnis dilihat dari unusurnya dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama adalah
Kontrak Bisnis Domestik dan kedua adalah Kontrak Bisnis Internasional. Adapun yang
membedakan antara Kontrak Bisnis Domestik dengan Internasional adalah ada tidaknya
unsure internasional. Unsur internasional dapat berupa para pihaknya, substansi yang diatur
dan lain-lain. Sebagai contoh apabila dalam suatu kontrak. Sebagai contoh apabila dalam
suatu kontrak bisnis para pihak yang mengikatkan diri adalah warga negara atau badan
hukum asing maka hal ini sudah dapat dikategorikan sebagai Kontrak Bisnis Internasional.
Ciri khas atau karakteristik yang paling penting dari suatu kontrak adalah adanya kesepakatan
bersama (mutual consent) para pihak. Kesepakatan bersama ini bukan hanya merupakan
karakteristik dalam pembuatan kontrak, tetapi hal itu penting sebagai suatu niat yang
diungkapkan kepada pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
11
Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, PT Refika Aditama, Bandung, 2008
http://audrytimisela.wordpress.com/2009/06/24/prinsip-prinsip-hukum-kontrak
http://www.legalakses.com/perikatan-perjanjian-kontrak/
http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-kontrak/
http://www.karimsyah.com/imagescontent/article/20050923140951.pdf
12