Anda di halaman 1dari 2

TERAPI ARV PADA PENDERITA KO-INFEKSI TB-HIV DEWASA

NO. DOKUMEN : No. Revisi Halaman


A 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


Rumah Sakit
Direktur utama
Unhas
(02 Desember 2019)
PROSEDUR
Dr. dr. Syafri K. Arif , Sp. An. KIC. KAKV
OPERASIONA
NIP:196705241995031001
L STANDAR
Pengertian Infeksi TB merupakan penyebab kematian terbanyak penderita HIV di
seluruh dunia akibat penurunan kekebalan (imunosupresi) yang terjadi di
seluruh dunia pada penderita HIV, dan pemberian terapi ARV dapat
memperpanjang kelangsungan hidup (survival) penderita ko-infeksi TB-
HIV.
Tujuan Memberikan petunjuk pemberian terapi ARV pada penderita ko-infeksi
tuberkulosis (TB) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) sehingga
menurunkan angka kematian.
Kebijakan SK Direksi Nomor: HK.02.05/1.2.2.4.20/376b/2012 tentang Kebijakan
Pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dengan Faktor Resiko Idu dan
Pemeriksaan Penunjang di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Prosedur 1.Temukan penderita koinfeksi TB-HIB
a. Temukan TB aktif pada semua penderita HIV
- Anamnesis adanya gejala trias TB (batuk lama, penurunan berat
badan, keringat malam)
- Eksplorasi TB ekstra pulmonal (mis pembesaran kelenjar getah
bening, TB miliar, efusi pleura, TB genital, TB spondilitis)
- Pemeriksaan foto toraks
- Pemeriksaan BTA sputus (S-P-S)
Kultur sputum dan tes kepekaan antituberkulosis untuk M.
tuberculosis.
b.Temukan HIV pada penderita TB dengan faktor risiko
- Penderita TB dengan riwayat penggunaan narkiioba suntik
(intravenous drug users=IDU)
- Penderita TB dengan riwayat seks bebas
- Penderita TB ekstrapulmonal usia muda
- Penderita TB dengan kuman penyebab multi drug resistant
(MDR-TB)
2. Pemeriksaan laboratorium awal sebelum pengobatan (baseline)
a. Pemeriksaan hematologi dasar (darah lengkap)
b.Pemeriksaan fungsi hati ( SGOT, SGPT)
c. Pemeriksaan hitung CD4
3. Obati TB sesuai panduan DOTS
Pada umumnya obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah
kategori I, yaitu :
a. Fase intensif (2 bulan pertama obat diminum setiap hari)
- Rifampicin 10 mg/kg/hari
- Isoniasid 5 mg/kg/hari
- Pyrazinamid 25 mg/kg/hari
- Ethambuto 20 mg/kg/hari
b.Fase lanjutan (4 bulan berikutnya, obat diminum setiap hari atau 3 kali
per minggu
- Rifampicin 10 mg/kg/hari; Isoniasid 10 mg/kg/3x seminggu
- Isoniasid 5 mg/kg/hari
Bila masuk kategori II ditambahkan :
Streptomicin 15 mg/kg/hari selama dua bulan frase intensif.
4. Pengobatan antiretroviral (ARV)
a. Pengobatan untuk TB harus dimulai terlebih dahulu sebelum memulai
pengobatan ARV. Pertimbangkan nilai CD4 sebelum memulai ARV
b.Bila CD4 <200 sel/mm2, maka ARV dimulai setelah 2 bulan fase
intensif.
c. Bila CD4 < 50 sel/mm2, maka ARV dimulai segera setelah penderita
dapat mentolerir obat-obat antituberkulosis (OAT).
d.ARV lini pertama untuk penderita yang mendapatkan pengobatan OAT
dan ARV adalah Zidovudin (ZDV)/Lamivudin (3TC) atau d4T/3TC
ditambah dengan salah satu obat golongan Non-nucleocide reverse
transcriptase inhibitor (NNRTI)/Abacavir (ABC).
e. Jika dipakai rejimen yang menganduing NNRTI, maka Efavirenz (EFZ)
lebih dianjurkan karena toksisitas heparnya lebih rendah dibandingkan
Nevirapine (NVP).
f. Semua protease inhibitor tidak boleh digunakan selama pengobatan
OAT yang mengandung rifampicin, kecuali saquinavir (SQV/r)
5. Evaluasi
a. Evaluasi efek samping ARV dan OAT sesuai dengan kombinasi obat
yang dipilih
b.Evaluasi apakah terjadi Immune reconstitution inflammatory syndrome
(IRIS)
c. Evaluasi hitung CD4 tiap 3 bulan
Evaluasi viral load tiap 6-12 bulan.
Unit Terkait 1.Instalasi Farmasi
2.Laboratorium Mikrobiologi
3.Pojok TB/DOTS
4.Poloklinik VCT
5.Unit perawatan

Anda mungkin juga menyukai