Pembangunan Pendidikan-Bappenas
Pembangunan Pendidikan-Bappenas
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
VI - 1
Sementara itu, perubahan tatanan pemerintahan dengan
terjadinya reformasi dan berlakunya kebijakan desentralisasi, terutama
dengan telah diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom, telah memberikan pengaruh besar
terhadap pelaksanaan sistem pendidikan baik di tingkat pusat maupun
di daerah. Pada tahun pertama dilaksanakannya peraturan-peraturan
tersebut, terjadi kebingungan dan ketidakjelasan dalam penyediaan
pelayanan pendidikan yang disebabkan tidak adanya pedoman/acuan,
kurang mantapnya koordinasi dan komunikasi serta kurangnya
sosialisasi. Di beberapa Kabupaten/Kota, kejadian tersebut telah
menyebabkan tidak berlanjutnya kegiatan-kegiatan yang sebetulnya
sangat berperan dalam menunjang terwujudnya pelayanan pendidikan
yang baik. Kegiatan-kegiatan yang tidak berlanjut di beberapa
kabupaten/kota tersebut antara lain: kegiatan pemberian makanan
tambahan anak sekolah (PMTAS) di daerah miskin, kegiatan
peningkatan dayaguna dan fungsi (revitalisasi) SD-MI, dan kegiatan
penyediaan Dana Operasional Pemeliharaan (DOP) untuk seluruh SD-
MI.
VI - 2
Development Index) Indonesia berada pada peringkat 102 dari 162
negara yang diukur. Hasil kajian The Third International Mathematics
and Science Study 1999 (TIMMS) menunjukkan, kemampuan siswa
kelas dua SLTP dalam bidang IPA dan matematika berada pada
peringkat 32 dan 34 dari 38 negara yang dikaji. Kemudian dari data
yang dipaparkan oleh Asia Week, pada jenjang pendidikan tinggi di
kawasan Asia, diantara 77 perguruan tinggi yang disurvey, empat
perguruan tinggi terbaik di Indonesia menempati peringkat ke-61, ke-
68, ke-73, dan ke-75.
VI - 3
Tuntutan kualitas pendidikan dalam era global, memerlukan
kerja sama bahu-membahu antara pemerintah dengan masyarakat.
Usaha untuk mendorong partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam
proses penentuan kebijakan dan pelaksanaan pendidikan masih sangat
jauh dari yang dicita-citakan. Usaha untuk mendorong partisipasi
masyarakat tersebut antara lain diwujudkan dengan mulai
disosialisasikannya pembentukan Dewan-Pendidikan/Dewan-Sekolah di
tingkat Kabupaten/Kota serta diperkuatnya Komite Sekolah di tingkat
sekolah agar mampu merencanakan, mengarahkan, menentukan
kebijakan, dan melakukan pengawasan (check and balance) terhadap
jalannya kegiatan belajar mengajar di setiap sekolah. Sampai
pertengahan tahun 2001 ini, meskipun sosialisasi Dewan-
Pendidikan/Dewan-Sekolah serta penguatan Komite Sekolah tersebut
telah mendapatkan sambutan yang sangat menggembirakan di berbagai
kalangan masyarakat di daerah, namun perintisan pembentukannya
masih dihadapkan kepada banyak kendala, terutama disebabkan belum
dilakukannya sosialisasi secara besar-besaran serta belum terkaitnya
program tersebut dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan kebijakan
pendidikan yang sedang berjalan.
Pada tahun 2000 dan awal tahun 2001 konflik dan kerusuhan
sosial di beberapa daerah, meskipun sudah mulai terkendali, namun
belum sepenuhnya dapat diatasi dan dituntaskan. Dampak kerusuhan
sosial dan bencana alam di beberapa daerah terhadap penyelenggaraan
pendidikan memerlukan penanganan khusus yang sifatnya darurat
terutama berkaitan dengan penyediaan layanan pendidikan bagi anak-
anak pengungsi, dan rehabilitasi sekolah-sekolah yang mengalami
kerusakan berat.
VI - 4
penyelenggaraan pendidikan swasta, namun juga ikut menentukan
arah/kebijakan dan pembiayaan pendidikan), maka sangat dirasakan
bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional perlu dikaji kembali dan dilakukan perbaikan.
VI - 5
B. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang Dicapai
VI - 6
juga diwujudkan dengan melakukan evaluasi dan peninjauan terhadap
sistem perundangan dan peraturan di bidang pendidikan, utamanya
peninjauan dan evaluasi terhadap Undang-undang Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Usaha tersebut dilakukan
oleh Komite Reformasi Pendidikan yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional; (8) Dalam upaya peningkatan
penelitian, kapasitas dan kemampuan sumber daya iptek, serta
kemandirian dan keunggulan iptek, langkah-langkah kebijakan yang
ditempuh adalah meningkatkan mutu hasil penelitian dan
pengembangan dan menyesuaikan dengan kebutuhan pembangunan,
meningkatkan kualitas sumber daya iptek, termasuk SDM dan
lembaga, pranata kelembagaan serta prasarana berupa pola
pembiayaan, insentif fiskal dan peraturan yang mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
VI - 7
Upaya penuntasan program Wajar Dikdas Sembilan Tahun
pada tahun 2000/01dan 2001/02 pada jenjang SLTP dilakukan melalui
berbagai upaya peningkatan daya tampung SLTP yaitu membangun
103 unit gedung baru (UGB) dan 18.369 ruang kelas baru (RKB). Di
samping itu direhabilitasi ruang kelas SLTP sebanyak 310 ruang serta
penyiapan tanah untuk pembangunan SLTP di 106 lokasi. Bersamaan
dengan upaya tersebut diberikan beasiswa JPS kepada 1,65 juta siswa
SLTP-MTs dan beasiswa bakat prestasi bagi sejumlah 468.824 siswa
SD sampai SM. Upaya peningkatan daya tampung SLTP-MTs tersebut
telah berhasil meningkatkan APK SLTP-MTs dari 71,87 persen pada
tahun 1999/2000 menjadi 72,24 persen tahun 2000/01, dan
direncanakan akan meningkat lagi menjadi 73,27 persen pada tahun
2001/02 (Tabel VI-2).
VI - 8
Guna meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan dengan
kebutuhan pembangunan, pembekalan kemampuan dasar pada jenjang
pendidikan dasar ditingkatkan dengan cara menambah jumlah jam
pelajaran dan meningkatkan mutu proses belajar matematika dan IPA
dalam kurikulum SD dan SLTP. Sedangkan untuk menyesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran.
Demikian pula wawasan keimanan dan ketaqwaan (imtaq) juga
diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran disamping juga melalui
kegiatan ekstra kurikuler dan pesantren kilat.
VI - 9
2. Program Pendidikan Menengah
VI - 10
biologi I dan Fisika I. Selain itu, dalam rangka peningkatan mutu guru
dilakukan pendidikan dan pelatihan teknis fungsional dan mutu
pelajaran sekolah untuk sekitar 11.300 ribu orang.
VI - 11
dilakukan peningkatan relevansi tamatan pendidikan menengah
kejuruan dengan kebutuhan tenaga kerja.
VI - 12
Upaya peningkatan daya tampung juga terus dilakukan dengan
pembangunan dan rehabilitasi gedung/ruang kuliah.
VI - 13
4. Program Pendidikan Luar Sekolah
VI - 14
dan menengah, serta pengembangan sistem pengujian/pelaksanaan
ebtanas melalui penyempurnaan pengelolaan secara melembaga dan
profesional sehingga menjadi sistem uji yang valid dan credible.
VI - 15
Selanjutnya untuk memberikan perlindungan dan peningkatan
potensi kekayaan intelektual, sejak tahun 1999 dikembangkan program
Sentra HaKI sebagai wadah peningkatan manajemen HaKI. Melalui
Sentra HaKI yang menyediakan fasilitasi pendaftaran temuan sampai
dengan pemasarannya, diharapkan dapat meningkatkan iklim yang
kondusif untuk perolehan inovasi. Pada tahun 2000 tawaran untuk
mendirikan sentra HaKI telah diberikan kepada 400 institusi. Dari 39
proposal yang masuk dan dievaluasi, 11 unit Sentra HaKI yang dinilai
layak mendapatkan insentif, yang tersebar di beberapa lemlitbang
pemerintah, perguruan tinggi dan asosiasi perkebunan di Jawa dan
Aceh. Untuk mendukung penerapan program sentra HaKI tersebut,
para peneliti, perekayasa dan Litkayasa yang temuannya berpotensi
komersial dan memerlukan perlindungan HaKI disediakan program
oleh Paten. Sampai dengan akhir tahun 2000, dari 62 usulan untuk
mendapatkan bantuan memperoleh paten, telah terpilih 32 draft paten
yang sedang diusulkan ke Departemen Kehakiman.
VI - 16
mengelola penerimaan jasa penelitian dan pelayanan teknologi; (2)
pengembangan kemampuan inovasi teknologi lembaga-lembaga
litbang; dan (3) pengembangan riset yang berorientasi pelayanan
teknologi.
VI - 17
C. Tindak Lanjut yang Diperlukan
VI - 18
Kabupaten/Kota: (a) mengembangkan manajemen berbasis
sekolah/masyarakat dengan membentuk Dewan Sekolah/Dewan
Pendidikan serta membentuk/ memperkuat Komite Sekolah secara
demokratis, transparan dan partisipatif (b) meningkatkan
pengawasan dan akuntabilitas kinerja sekolah dan lembaga
pendidikan di daerahnya (c) meningkatkan efisiensi pendidikan
khususnya pada sekolah dasar dengan melanjutkan upaya
penggabungan sekolah dasar terutama sekolah dasar yang sudah
kekurangan murid sehingga dicapai efisiensi distribusi guru serta
sarana dan prasarana pendidikan (d) serta kegiatan lainnya yang
dirasakan perlu untuk dilakukan diluar wewenang Pusat dan
Propinsi.
VI - 19
beasiswa untuk menarik anak usia jenjang pendidikan dasar yang
masih berada di luar sistem sekolah akibat faktor kemiskinan, (e)
melanjutkan pemberian pemberian dana imbal swadaya bagi sekolah-
sekolah negeri dan swasta agar mampu berkembang dan mandiri, (f)
serta kegiatan lainnya yang dirasakan perlu untuk dilakukan diluar
wewenang Pusat dan Propinsi.
VI - 20
Kegiatan pokok program Pendidikan Menengah pada tahun
2002 adalah: (1) memantapkan manajemen pendidikan terutama
dalam pemantapan desentralisasi pendidikan dan dapat
diwujudkannya manajemen pendidikan yang demokratis, transparan,
efektif, efisien, terakunkan (accountable) dan partisipatif; (2)
meningkatkan daya tampung pendidikan menengah khususnya untuk
mengantisipasi luapan lulusan SLTP-MTs sebagai hasil percepatan
dari program Wajar Dikdas sembilan tahun; (3) meningkatkan mutu
dan relevansi pendidikan menengah.
VI - 21
Kabupaten/Kota: (a) menambah unit sekolah baru (USB) dan ruang
kelas baru (RKB) secara selektif dan bijaksana, khususnya di daerah
dengan jumlah penduduk usia pendidikan menengah banyak yang
belum tertampung di sekolah, (b) menyelenggarakan pendidikan
alternatif bagi anak-anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan
pada lembaga pendidikan reguler, masyarakat miskin, masyarakat
berpindah-pindah, anak jalanan, masyarakat suku terasing/terpencil,
dan masyarakat di daerah bermasalah, dan pengungsi, (c)
melanjutkan program beasiswa bagi anak-anak dari keluarga tidak
mampu termasuk upaya beasiswa untuk menarik anak usia jenjang
pendidikan menengah yang masih berada di luar sistem sekolah
akibat faktor kemiskinan, (d) memberikan dana imbal swadaya bagi
sekolah-sekolah negeri dan swasta agar berkembang dan mandiri, (e)
serta kegiatan lainnya yang dirasakan perlu untuk dilakukan diluar
wewenang Pusat dan Propinsi.
VI - 22
setempat, (e) meningkatkan mutu dan kualifikasi guru, dengan melalui
rekruitmen sesuai standar serta mengirim guru ke pelatihan untuk
mencapai standard minimal, (f) menyempurnakan kurikulum muatan
lokal sesuai kebutuhan daerah setempat, (g) meningkatkan pendidikan
moral, iman dan taqwa, budi pekerti, sastra, dan pendidikan lingkungan
sesuai dengan kondisi setempat, (h) serta kegiatan lainnya yang
dirasakan perlu untuk dilakukan diluar wewenang Pusat dan Propinsi.
VI - 23
Perguruan Tinggi: (a) mewujudkan manajemen pengelolaan
perguruan tinggi yang efektif, efisien, transparan, dan terakunkan
(accountable); (b) meningkatkan kemampuan evaluasi diri untuk
meningkatkan kualitas perencanaan pengembangan; (c) melakukan
kerja sama dengan industri, kerja sama antar perguruan tinggi dalam
negeri maupun luar negeri untuk optimalisasi sumber daya.
VI - 24
kedudukan perguruan tinggi; (j) meningkatkan kerja sama antara
perguruan tinggi dengan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan dan pengembangan perguruan tinggi; (k)
meningkatkan mutu dan hasil penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna untuk kemanfaatan masyarakat, (l)
meningkatkan pemanfaatan sumber daya sarana prasarana yang
menunjang penyelengaraan pendidikan, penelitian, pengabdian
kepada masyarakat; (m) meningkatkan upaya penggalian sumber
daya pendidikan dari masyarakat dan dunia usaha.
VI - 25
4. Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
VI - 26
penyusunan standar pelayanan minimal (SPM) berdasarkan pedoman
yang diterbitkan pemerintah, (b) melaksanakan penilaian hasil
belajar, (c) melaksanakan pelatihan bagi tenaga-tenaga fungsional
yang mendukung program belajar mengajar PLS, (d) memenuhi
kebutuhan bahan belajar pokok, (e) melaksanakan kegiatan
pengembangan kegiatan belajar dalam rangka pengembangan uji
coba model penyelenggaran PLS di Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB), (f) melakukan pembinaan terhadap unit pelaksana
teknis (UPT) PLS seperti BPKB, sanggar kegiatan belajar (SKB),
termasuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM), (g) melaksanakan koordinasi kegiatan
dan pelaporan terhadap UPT tersebut, (h) melaksanakan pemantauan
dan pemberian bantuan teknis dalam perencanaan dan pelaksanaan
program kegiatan belajar mengajar PLS.
VI - 27
peningkatan peran dan fungsi TBM dan menggairahkan masyarakat
untuk membudayakan membaca; (j) melanjutkan kegiatan
pengembangan pendidikan anak dini usia (PADU)/early child
development sebagai upaya mempersiapkan anak dini usia (0–6
tahun) dalam masa transisi untuk memasuki ke usia sekolah dasar
(WAJAR) serta realisasi komitmen pendidikan untuk semua
(education for all) dengan kegiatan pelayanan pendidikan, kesehatan
dan gizi secara holistik dan integratif.
VI - 28
pelayanan masyarakat (public services); (2) Pengembangan kajian-
kajian sosial, ekonomi, hukum, politik, dan budaya, sebagai masukan
bagi kebijakan pemerintah; (3) Pengembangan riset unggulan dan
program unggulan lembaga penelitian dan pengembangan, melalui :
revitalisasi riset-riset unggulan, pemfokusan program-program
unggulan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan,
penyempurnaan mekanisme kompetisi riset, serta penataan
kompetensi inti (core competence) lembaga-lembaga penelitian dan
pengembangan, dari segi sumber daya manusia dan sarana /
prasarana penunjang; (4) Pengembangan kerja sama penelitian
internasional; (5) Pengembangan dan pemantapan pusat-pusat
unggulan di berbagai lembaga universitas dan riset, melalui pemetaan
sarana dan prasarana litbang diikuti pengkajian pemanfaatan atas
sarana dan prasarana tersebut; (6) Penyempurnaan dan
pengembangan kebijakan melalui pembentukan tim-tim kerja
kebijakan iptek di bidang E-commerce/Digital Divide, HaKI, sistem
insentif, sistem kerja sama riset, pelibatan organisasi profesi ilmiah/
lembaga masyarakat lainnya dalam advokasi iptek, pranata iptek di
daerah, dan lain-lain; serta (7) Penelitian dan pengembangan untuk
mendukung tugas dan fungsi kelembagaan LPND/Departemen.
VI - 29