Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ADVOKASI GIZI

PEMBERIAN PIE KACANG HIJAU DALAM UPAYA

PENANGGULANGAN KEK PADA BALITA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

AYU WULANDARI

DiSusun Oleh :

Ayu Wulandari P05130217005

Azzahra Nur Fadhilah P05130217007

Ramelda Oktari P05130217036

Rayana Dwi Prasetya P05130217038

Siti Nurmaya P05130217044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA JURUSAN GIZI
TAHUN 2019
A. LATAR BELAKANG

Masalah gizi makro terutama masalahkurang energi protein telah mendominasi


perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Kurang Energi Protein (KEP) adalah
salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung
energi dan protein serta karena gangguan kesehatan. Sejak sebelum merdeka sampai
sekitar tahun 1960-an, masalah KEP adalah masalah yang cukup besar di Indonesia.Saat
ini masalah KEP pada orang dewasa tidak sebesar masa lalu, kecuali pada wanita
terutama di daerah miskin.Namun pada anak-anak KEP merupakan masalah yang masih
memprihatinkan.(Soekirman, 2000).

Riskesdas (2013)melaporkan bahwa prevalesi gizi kurang pada balita mengalami


fluktuatif, yaitu tahun 2007 sebesar 18,4% menurun menjadi 17,9% pada tahun 2010,
kemudian meningkat pada tahun 2013 menjadi 19,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
penanganan terhadap gizi kurang masih belum dilakukan secara maksimal.Oleh karena
itu,diperlukan penanganan khusus untuk mengatasi masalah KEP supaya tidak
berdampak buruk dalam jangka panjang.

KEP (Kekurangan Energi dan Protein) atau Protein Energy Malnutritionmerupakan


salah satu gangguan gizi yang penting bagi banyak negara yangsedang berkembang di
Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. KEPterdapat terutama pada anak-
anak di bawah lima tahun (balita). Dari berbagaihasil penelitian menunjukan bahwa KEP
merupakan salah satu bentuk kurang giziyang mempunyai dampak menurunkan mutu
fisik dan intelektual, sertamenurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatkan
resiko kesakitan dankematian terutama pada kelompok rentan biologis.Meskipun
sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makronutrien ke defisiensi
mikro nutrien, namun beberapa daerah di Indonesiaprevalensi KEP masih tinggi (> 30 %)
sehingga memerlukan penanganan intensifdalam upaya penurunan prevalensi KEP.

Berbagai upaya untuk menanggulangikejadian KEP antara lain pemberdayaan


keluarga, perbaikan lingkungan, menjagaketersediaan pangan, perbaikan pola konsumsi
dan pengembangan pola asuh,melakukan KIE, melakukan penjaringan dan pelacakan
kasus KEP, memberikanPMT penyuluhan, pendampingan petugas kesehatan,
mengoptimalkan Poli Gizi diPuskesmas, dan revitalisasi Posyandu.Meskipun berbagai
upaya telah dilakukan, namun tetap saja kasus KEPbermunculan di setiap tahunnya. Hal
ini disebabkan kompleksnya penyebab KEPitu sendiri. Mengingat pentingnya
pengetahuan akan KEP tersebut, maka kamimenyusun makalah berjudul “Kekurangan
Energi Protein” ini yang didalamnyamemaparkan hal-hal yang berhubungan dengan KEP
itu sendiri

B. PENGERTIAN ADVOKASI

Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam
kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal advokasi digambarkan sebagai langkah yang
dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk mewakili konsumen
kesehatan dan pelayanan publik yang kurang beruntung

C. PENGERTIAN KEP

Kekurangan Energi Protein(KEP) merupakan keadaan kurang gizi yangdisebabkan


oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan
oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenuiangka kecukupan gizi (Depkes
RI, 1999).Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkanrendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga
tidakmemenuhi angka kecukupan gizi (Pudjiani, 2000)

Sedangkan menurut Depkes RI (1999) Kurang Energi Protein (KEP) adalahmasalah


gizi kurang akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energi danprotein serta
karena gangguan kesehatan. KEP sendiri lebih sering dijumpai padaanak prasekolah
(Soekirman, 2000).

Sedangkan menurut Jellife (1966) dala Supariasa I.D.Nyoman (2002)dikatakan


bahwa KEP merupakan istilah umum yang meliputi malnutrition, yaitugizi kurang dan
gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Kekurangan Energi Protein adalah keadaankurang gizi yang dapat disebabkan oleh dua
faktor, yaitu konsumsi energi danprotein kurang dan gangguan kesehatan

D. FAKTOR RESIKO KEP

KEP pada dasarnya sangat ditentukan oleh 2 faktor. Faktor-faktor yangsecara


langsung dapat mempengaruhi terjadinya KEP pada balita adalah makanandan ada atau
tidaknya penyakit infeksi. Kedua faktor ini dipengaruhi oleh kualitasdan kuantitas
makanan yang dimakan oleh seorang anak, antara lain ditentukanoleh beberapa faktor
penyebab tidak langsung, yaitu:

1. Zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan;

2. Daya beli keluarga, meliputi penghasilan, hargabahan makanan dan pengeluaran


keluarga untuk kebutuhan lain selain makanan;

3. Kepercayaan ibu tentang makanan serta kesehatan;

4. Ada atau tidaknyapemeliharaan kesehatan termasuk kebersihan; dan

5. Fenomena sosial dankeadaan lingkungan (Levinson, 1979 dalam Lismartina, 2000).

Masalah KEP dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor penentu baiksecara


langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut antara lain adalahkemiskinan,
yang menyebabkan terbatasnya kesempatan untuk memperolehpendidikan dan pekerjaan
sehingga mengakibatkan kemampuan untukmemperoleh pangan menjadi sangat rendah,
penyakit infeksi yang berkaitan eratdengan kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal;
kurangnya perhatian ibuterhadap balita karena bekerja; akses yang sulit terhadap sumber
pelayanankesehatan; dan kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat makanan
bagikesehatan anak, hal ini dikarenakan pendidikan ibu yang rendah.

E. MACAM-MACAM KEP

1. KWASHIORKOR
Kwashiorkor merupakan keadaan kekurangan nutrisi terutama kekurangan
protein. Umumnya keadaan ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang sering
terjadi di negara berkembang atau pada daerah yang mengalami embargo politik.
Daerah yang sangat terpencil juga merupakan salah satu faktor terjadinya kondisi
kwashiorkor.

Individu yang mengalami kwashiorkor dapat mengalam berbagai macam


manifestasi atau gejala antara lain: penurunan berat badan, penurunan massa otot,
diare, lemah lesu, perut buncit, bengkak pada tungkai, perubahan warna rambut, dan
lain-lain. Seperti yang kita ketahui protein berfungsi dalam pembentukan enzim-
enzim penting dalam tubuh. Kurangnya protein mengakibatkan kurangnya enzim
tersebut. Pada anak kecil seringkali terjadi intoleransi laktosa akibat enzim
pencernaan yang kurang dan hal ini mengakibatkan terjadinya diare pada anak-anak
kurang energi protein.

Pada individu yang mengalami keadaan ini, pemberian makanan haruslah


dilakukan.secara bertahap. Zat makanan pertama yang perlu diberikan adalah
karbohidrat karena karbohidrat merupakan sumber utama pembentukan energi oleh
tubuh. Setelah itu barulah lemak dan protein diberikan. Penatalaksanaan yang baik
akan menyelamatkan nyawa anak tersebut namun efek gangguan perkembangan anak
yang telah terjadi belum tentu akan pulih dan umumnya akan menetap. Keadaan
kwashiorkor merupakan suatu keadaan bahaya yang dapat menyebabkan kematian
oleh karena itu usaha promotif dan preventif adalah yang utama.

Pencegahan agar anak terhindar dari kwashiorkor adalah cukup mudah, tidak
perlu ada obat-obatan yang wajib dikonsumsi. Pemberian makanan dengan komposisi
yang baik sudah dapat “menjamin” bahwa anak tersebut tidak akan jatuh ke keadaan
kwashiorkor. Karbohidrat harus merupakan sumber energi yang utama selain lemak
(10% asupan), dan protein (12%).

2. MARASMUS

Kekurangan energi marasmus merupakan suatu keadaan kekurangan energi


protein akibat rendahnya asupan karbohidrat. Keadaan ini acapkali ditemukan dan
angka kejadiannya mencapai 49% pada kurang lebih 10 juta anak di bawah 5 tahun
yang mengalami kematian di negara berkembang, sedangkan di negara maju angka
kejadiannya tidak begitu tinggi.

Adanya kondisi fisik yang tidak baik merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kekurangan karbohidrat pada anak-anak. Kondisi fisik tersebut antara lain
adalah penyakit jantung bawaan, retardasi mental, penyakit kanker, infeksi kronis,
keadaan yang mengharuskan anak dirawat lama di rumah sakit. Anak akan tampak
lesu dan tidak bersemangat, diare kronis, berat badan tidak bertambah.

Pemeriksaan untuk mengetahui apakah anak menderita marasmus dapat dilakukan


melalui pengukuran tebal lipat lemak pada lengan atas, perut. Pemeriksaan ini
memiliki keterbatasan karena rata-rata anak berusia di bawah 5 tahun memiliki tebal
lipat lemak pada lengan atas yang tidak jauh berbeda.

Penelitian di Nigeria menunjukkan hal yang menarik dimana kadar kolesterol


anak yang menderita marasmus lebih tinggi daripada anak yang menderita
kwashiorkor. Alasan mengapa hal ini dapat terjadi masih belum dapat dijelaskan
dengan baik.

Kekurangan energi protein pada anak-anak merupakan suatu keadaan bahaya


yang perlu dilakukan tindakan segera. Kekurangan energi protein ini mengakibatkan
perubahan komposisi tubuh, perubahan anatomi dan metabolisme tubuh yang bisa
permanen jika tidak ditatalaksana dengan segera.
3. MARASMUS KWASHIORKOR

Pada kekurangan energi marasmus kwashiorkor terdapat kekurangan energi kalori


maupun protein. Mengapa ada anak yang jatuh ke dalam keadaan kwashiorkor,
marasmus, atau marasmus kwashiorkor masih belum jelas dan masih membutuhkan
penelitian yang lebih lanjut. Namun semua bentukkekurangan energi protein pada
anak-anak ini disebabkan oleh asupan makanan bergizi yang tidak adekuat atau
adanya kondisi fisik tubuh yang mengakibatkan makanan yang dikonsumsi tidak
dapat diserap dan digunakan oleh tubuh selain adanya keadaan metabolisme yang
meningkat yang disebabkan mungkin oleh penyakit kronis atau penyakit keganasan.

F. BAHAYA KEP

Pada anak-anak :

1. Menghambat pertumbuhan

2. Rentan terhadap penyakit infeksi

3. Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan

Pada orang dewasa :

1. Menurunkan produktifitas kerja

2. Menurunkan derajat kesehatan

3. Rentan terhadap serangan penyakit

G. CARA MENGATASI KEP

Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke
rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan
status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status gizi
maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut:

a) Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di
rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah
(bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun
b) Balita KEP sedang; (a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan
dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya. (b) Penderita rawat
inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50%
diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai
dengan penyakitnya.

c) Balita KEP berat : harus dirawat inap di RS dan dilaksanakan sesuai pemenuhan
kebutuhan nutrisinya.

1. Kegiatan penanggulangan KEP balita meliputi :

1) pemberian PIE KACANG HIJAU untuk balita

2) memberi edukasi kepada kepada sang ibu perihal pentingnya memenuhi


kebutuhan gizi anak (terutama mengenai kep)

2. Cara kerja :

1) Bekerja sama dengan birokrasi (camat) guna dapat membantu dalam


menyelenggaraan kegiatan

2) bekerja sama dengan kader posyandu dalam melakukan kegiatan

3) melakukan penyuluhan kepada ibu terkait bahaya KEP pada balita

4) mempromosikan produk pie kacang hijau pada ibu. Kacang hijau mengandung
sumber zat gizi makro dan mikro yang baik terutama untuk dikonsumsi anak
penderita KEP. kacang hijau banyak mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh kita seperti protein, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C dan
lemak. Kacang hijau juga mengandung asam amino yang cukup lengkap yang
terdiri dari asam amino esensial dan asam amino non esensial. Strategi yang
digunakan dalam pemasaran PIE KACANG HIJAU dengan strategi EARNED
MEDIA dimana membangun kepercayaan terlebih dahulu antara pembeli dan
penjual. Cara yang kami gunakan ialah memberikan pie kacang hijau secara gratis
terlebih dahulu dan bila para konsumen tertarik dapat melakukan pemesanan.
3. sasaran

1) ibu rumah tangga sebagai sasaran edukasi

2) balita sebagai sasaran pemberian PIE KACANG HIJAU guna


mengatasi/menghindari KEP

Anda mungkin juga menyukai