JAKARTA, KOMPAS.com — Bayi mungil, Evan, yang lahir pada Selasa
(19/3/2013) lalu meninggal dunia setelah disuntik vaksin. Evan yang lahir secara normal, tetapi dengan berat prematur 2,2 kg di bawah berat normal, tiba-tiba saja dberikan suntikan tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya. Menurut informasi dari Satgas PA yang dihimpun dari keterangan kedua orangtua Evan, pihak rumah sakit hanya memberi penjelasan bahwa itu vaksinasi biasa. Padahal bayi hanya boleh disuntik jika berat badannya minimal 2,5 kg. Seusai disuntik, Evan langsung mengalami panas tinggi dan tidak mau makan. Akhirnya Evan mengembuskan napas terakhir pada Kamis (21/3/2013) pukul 08.30 saat berusaha ditolong RS Sari Asih, Ciledug. Bayi Evan sendiri diinformasikan lahir di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Kini Evan disemayamkan di rumah kontrakan kedua orangtuanya di Jalan Prof Dr Hamka, Gang Sadeli, Kampung Gaga Masjid RT 05/RW 01 Larangan Selatan, Larangan, Tangerang. Hendri (ayah) rencananya akan meminta pertanggungjawaban kepada pihak RS Fatmawati, Jumat (22/3/2013). Kepada Kompas, Direktur Medik & Keperawatan RS Fatmawati Lia Partakusuma menyatakan akan segera memberi penjelasan tentang kasus ini
Penyebab kasus kematian neonatal tersebut adalah
dimana pelanggaran kode etik profesi yaitu tenaga kesehatan tidak memberikan informed consent dan penyampaian informasi yang jelas kepada pihak keluarga pasien sebelum melakukan suatu tindakan medis. Dan tenaga kesehatan juga tidak melakukan tindakan medis sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Dimana bayi hanya boleh disuntik vaksinasi jika berat badannya minimal 2,5 kg.
Menurut pendapat saya, strategi yang harus dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang lagi yaitu:
1. RS Fatmawati Jakarta Selatan harus lebih meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan tersebut yaitu dengan cara melakukan pembinaan dan juga pengawasan yang terencana untuk membantu tenaga kesehatan melakukan pekerjaan yang efektif. Komunikasi dan pemantauan dari individu yang jabatannya lebih tinggi terhadap individu yang diawasi juga sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan tersebut. 2. Tenaga kesehatan seharusnya memberikan pelayanan sesuai standar dan juga kode etik profesi , dimana apabila tenaga kesehatan telah melakukan pelayanan sesuai standard dan kode etik profesi dan terdapat kesalahan maka tenaga kesehatan tidak perlu takut karena terdapat perlindungan hukum. 3. Memberikan peringatan dan sanksi yang tegas sesuai dengan hukum yang berlaku kepada tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran kode etik profesi tersebut. 4. Sebelum melakukan tindakan medis tenaga kesehatan harus memberikan informed consent dan informasi yang jelas berupa persetujuan tindakan medis agar keluarga tidak bingung dan keliru atas kondisi pasien saat itu. 5. Dalam memberikan tindakan medis juga tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan sesuai SOP, dimana hal ini dapat mengurangi resiko kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.