Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadiratnya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah san inayahnya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“TUBERCULOSIS”

Makalah ilmiah ini telah menyelesaikan dengan maksimal


dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itudengan tangan terbuka kami menerima
banyak segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang


“TUBERCULOSIS” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Kudus, Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.
B. Tujuan
1. Untuk memahami mengenai Tuberkulosis , seperti
etiologi, patofisiologi, tanda gejara, diet dan pengobatan.
2. Untuk memahami mengenai konsep medis dari
tuberkulosis .
3. Untuk mengenapi tugas sistem pernafasan.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada klien
denganTuberkulosis dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam
penangananpasien tuberkulosis
2. Bagi Keluarga dan Klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga
tentangperawatan klien dengan tuberkulosis.
3. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan dan
penangananmkepada klien dengan tuberkulosis.

2
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Anatomi Fisiologi
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi)
serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa
oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses
pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:

(https://ciptacendekia.com/sistem-pernapasan-manusia/)

1) Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi
yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot
interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada
sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot
diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-

3
otot interkosta eksterna relaksasidengan demikian rongga
dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar

2) Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3
atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah
yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran
pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2
dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan
penting yaitu alveoli dan darah.

3) Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke
jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah
(aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel darah yang
bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk
oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel

Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga


mudah bergerak satu ke yang lainnya (John Gibson, MD,
1995, 123). Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada
rongga kosong diantara kedua pleura karena biasanya hanya
terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis
serosa yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990,
785). Setiap saat jumlah cairan dalam rongga pleura bisa
menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura,
maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh
limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura
ke dalam mediastinum. Permukaan superior dari diafragma
dan permukaan lateral dari pleura parietis disamping adanya
keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan

4
absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura
disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya
begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang
jelas.

System pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring ,trakea


, bronkus , sampai dengan alveoli dan paru-paru
1. Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama ,
mempunyai dua lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu
yang berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran
yang masuk dalam lubang hidung . hidung dapat
menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.
2. Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makanan , faring terdapat dibawah dasar
tengkorak , dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher . faring dibagi atas tiga bagian yaitu
sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring ,
bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring , dan
dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
3. Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap
(16-20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari
jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan
mukosa . trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus
yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
4. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk
bronkus utama kanan dan kiri , bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang
lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya
terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli.
5. Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung – gelembung .paru-paru terbagi
menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru
kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang

5
diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum
mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri
bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah
arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya
muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml
udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau
500 ml adalah udara pasang surut. Sedangkan kapasitas paru-
paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan
keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-
paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter.
6. Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru
berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura
kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi
oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah .
7. Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada
atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh
selaput yang tipis disebut Pleura Pleura merupakan membran
tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan :
Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan
lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding
dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru.
Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.

6
B. Definisi Penyakit
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru
tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai
organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit,
tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut
dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

C. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan
kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20
menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid
dan tuberkel.(FKUI,2005).

Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan


pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil
tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah
(droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang
yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan
TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke
sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam

7
lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de
Jong, 2005)

D. Komplikasi
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kumanyang keluar dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemerikasan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang
terinfeksi TBC paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara
kesehatTuberkolusis paru bila tidak ditangani dengan benar
akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi
dini dan komplikasi lanjut, yang dinarasikan sebagai berikut:
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas yaitu Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkolusis (SOPT), kerusakan parenkim berat,
fibrosis paru kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom
gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB (Zulkifli, 2002).

E. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena
seseorangmenghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
menyebar melaluijalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak
dan terlihat bertumpuk.Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkausampai ke area lain dari paru (lobus atas).
Basil juga menyebar melaluisistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang dankorteks serebri) dan area lain dari paru
(lobus atas). Selanjutnya systemkekebalan tubuh memberikan
respons dengan melakukan reaksiinflamasi. Neutrofil dan makrofag

8
melakukan aksi fagositosis (menelanbakteri), sementara limfosit
spesifik-tuberkulosis menghancurkan(melisiskan) basil dan jaringan
normal. Infeksi awal biasanya timbuldalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri.Interaksi antaraMycobacterium tuberculosis
dan sistem kekebalan tubuh pada masa awalinfeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.Granuloma
terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingioleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentukmenjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa
tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri yangmenjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi
yang berbentukseperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan
menjadi klasifikasi danakhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadinonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons
systemimun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah.
Penyakityang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yangsebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada
kasus ini, ghontubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosadi dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuhdan membentuk jaringan parut.Paru-
paru yang terinfeksi kemudianmeradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuktuberkel, dan seterusnya.Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengansendirinya. Proses ini berjalan terus
dan basil terus difagosit atauberkembang biak di dalam sel.
Makrofag yang mengadakan infiltrasimenjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkelepiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingisel epiteloid dan
fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudianpada
akhirnyamembentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

9
F. PATHWAY

(smeltzer,2013)

10
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada tahap aktif penyakit
 Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
 Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
 Anemia bila penyakit berjalan menahun
 Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
 LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai
tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
 GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
 Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma
TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
 Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.

2. Radiologi
 Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan

11
fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma
menonjol ke atas.
 Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
 Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah
penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks
(bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
3. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural.

H. Pentalaksanaan
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil
pemeriksaan bakteriologi dan klinis. Kesembuhan tuberculosis paru
yang baik akan memperhatikan sputum BTA(-), adanya perbaikan
radiology dan menghilangkan gejala.

a. Obat –obatan
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis ,
yaitu sebagai berikut:

 Aktivitas bakterisid

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang


tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid
biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau
melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan
hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).

12
 Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang
pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas
sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan
dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu
macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini
banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi
ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan
obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi
awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap
2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak
ditemukan ialah INH

Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :


– Obat Primer – Obat Sekunder
1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. Para Amino Saliciclyc
Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin

13
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
1. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk
mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi
tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir
pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat
penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih
panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya
kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

14
BAB II1
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1).

2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya


tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat
pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.

15
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara
lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.

6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan


sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk
dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru
yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).

7. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-
obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang


berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi
udara dan tinggal dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan
Nodesul, 1996).

16
2) Pola nutrisi dan metabolik
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat
proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnya lemah.Pada klien dengan TB paru biasanya
mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. (Marilyn. E.
Doenges, 1999).

3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi,
selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau
kesulitan dalam miksi maupun defekasi.

4) Pola aktivitas dan latihan


Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada
aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan
mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan
untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan
pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.Dengan adanya
batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas.
(Marilyn. E. Doegoes, 1999).

17
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada
penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan
tidur dan istirahat. (Marilyn. E. Doenges, 1999).

6) Pola hubungan dan peran


Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami
perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga,
pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang
ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga
mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi
hubungan interpersonal pasien.Klien dengan TB paru akan
mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
(Marilyn. E. Doenges, 1999).

7) Pola sensori dan kognitif


Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan,
dan pendengaran) tidak ada gangguan.

8) Pola persepsi dan konsep diri


Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri
dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya
dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.Karena nyeri

18
dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges,
1999).

9) Pola reproduksi dan seksual


Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks
intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien
berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.Pada
penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

10) Pola penanggulangan stress


Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya
pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.Dengan
adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan
terhadap pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 23).

11) Pola tata nilai dan kepercayaan


Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan
dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini
adalah suatu cobaan dari Tuhan.Karena sesak napas, nyeri dada
dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.

8. Pemeriksaan fisik
Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien


secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa,
sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien

19
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu
juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

B. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
c. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi
yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat,
terbatasnya pengetahuan/kognitif
h. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia
menurun/ statis sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang
menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang
informasi tentang infeksi kuman.

20
C. Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Bersihan jalan Setelah diberikan a. Kaji ulang fungsi a. Penurunan bunyi napas
napas tidak tindakan keperawatan pernapasan: bunyi indikasi atelektasis, ronki
efektif selama 3x24 jam napas, kecepatan, indikasi akumulasi
berhubungan masalah kebersihan irama, kedalaman secret/ketidakmampuan
dengan sekret jalan napas tidak dan penggunaan membersihkan jalan napas
kental atau sekret efektif dapat teratasi, otot aksesori. sehingga otot aksesori
darah, kelemahan, dengan Kriteria hasil: b. Catat kemampuan digunakan dan kerja
upaya batuk untuk pernapasan meningkat.
1. Mempertahankan
buruk, edema mengeluarkan
jalan napas pasien. b. Pengeluaran sulit bila
trakeal/faringeal. secret atau batuk
sekret tebal, sputum
Mengeluarkan sekret efektif, catat
berdarah akibat kerusakan
tanpa bantuan. karakter, jumlah
paru atau luka bronchial
sputum, adanya
2. Menunjukkan prilaku yang memerlukan
hemoptisis.
untuk memperbaiki evaluasi/intervensi lanjut .
c. Berikan pasien
bersihan jalan napas
posisi semi atau c. Meningkatkan ekspansi
3. Berpartisipasi dalam Fowler, paru, ventilasi maksimal
program pengobatan Bantu/ajarkan membuka area atelektasis
sesuai kondisi. batuk efektif dan dan peningkatan gerakan
latihan napas sekret agar mudah
4. Mengidentifikasi
dalam. dikeluarkan.
potensial komplikasi
d. Bersihkan sekret
dan melakukan d.Mencegah
dari mulut dan
tindakan tepat. obstruksi/aspirasi. Suction
trakea, suction bila
dilakukan bila pasien tidak
perlu.
mampu mengeluarkan
e. Pertahankan intake
sekret.
cairan minimal
2500 ml/hari e.Membantu mengencerkan
kecuali secret sehingga mudah

21
kontraindikasi. dikeluarkan.
f. Lembabkan
f. Mencegah pengeringan
udara/oksigen
membran mukosa.
inspirasi.
g. Kolaborasi:Berika g. Menurunkan kekentalan
n obat: agen sekret, lingkaran ukuran
mukolitik, lumen trakeabronkial,
bronkodilator, berguna jika terjadi
kortikosteroid hipoksemia pada kavitas
sesuai indikasi. yang luas.

Gangguan Setelah diberikan a. Kaji dispnea, takipnea, a. Tuberkulosis paru dapat


pertukaran gas tindakan keperawatan bunyi pernapasan rnenyebabkan meluasnya
berhubungan selama 3x24 jam abnormal. Peningkatan jangkauan dalam paru-pani
dengan masalah pertukaran gas upaya respirasi, yang berasal dari
berkurangnya tidak efektif dapat keterbatasan ekspansi bronkopneumonia yang
keefektifan teatasi dengan kriteria dada dan kelemahan. meluas menjadi inflamasi,
permukaan paru, hasil: nekrosis, pleural effusion
b. Evaluasi perubahan-
atelektasis, dan meluasnya fibrosis
1. Melaporkan tidak tingkat kesadaran, catat
kerusakan dengan gejala-gejala
terjadi dispnea. tanda-tanda sianosis dan
membran alveolar respirasi distress.
2. Menunjukkan perubahan warna kulit,
kapiler, sekret
perbaikan ventilasi membran mukosa, dan b. Akumulasi secret dapat
yang kental,
dan oksigenasi warna kuku. menggangp oksigenasi di
edema bronchial.
jaringan adekuat organ vital dan jaringan.
c.
dengan GDA dalam
Demonstrasikan/anjurkan c. Meningkatnya resistensi
rentang normal.
untuk mengeluarkan aliran udara untuk
3. Bebas dari gejala
napas dengan bibir mencegah kolapsnya jalan
distress pernapasan.
disiutkan, terutama pada napas.
pasien dengan fibrosis
d. Mengurangi konsumsi
atau kerusakan parenkim.
oksigen pada periode
d. Anjurkan untuk respirasi.

22
bedrest, batasi dan bantu e. Menurunnya saturasi
aktivitas sesuai oksigen (PaO2) atau
kebutuhan. meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya
e. Monitor Gula darah
penanganan yang lebih.
acak
adekuat atau perubahan
f. Kolaborasi: Berikan terapi.
oksigen sesuai indikasi.
f. Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi dan
penurunan permukaan
alveolar paru.

Gangguan Setelah diberikan a. Catat status nutrisi a. Berguna dalam


keseimbangan tindakan keperawatan paasien: turgor kulit, mendefinisikan derajat
nutrisi, kurang selama 3x24 jam timbang berat badan, masalah dan intervensi yang
dari kebutuhan diharapkan kebutuhan integritas mukosa mulut, tepat
berhubungan nutrisi adekuat, dengan kemampuan menelan,
b. Membantu intervensi
dengan kelelahan, kriteria hasil: adanya bising usus,
kebutuhan yang spesifik,
batuk yang sering, riwayat mual/rnuntah
1. Menunjukkan berat meningkatkan intake diet
adanya produksi atau diare.
badan meningkat pasien.
sputum, dispnea,
mencapai tujuan b.Kaji ulang pola diet
anoreksia, c. Mengukur keefektifan
dengan nilai pasien yang disukai/tidak
penurunan nutrisi dan cairan.
laboratoriurn disukai.
kemampuan
normal dan bebas d. Dapat menentukan jenis
finansial. c.Monitor intake dan
tanda malnutrisi. diet dan mengidentifikasi
output secara periodik.
2. Melakukan pemecahan masalah untuk
perubahan pola d.Catat adanya anoreksia, meningkatkan intake nutrisi.
hidup untuk mual, muntah, dan
e. Membantu menghemat
meningkatkan dan tetapkan jika ada
energi khusus saat demam
mempertahankan hubungannya dengan
terjadi peningkatan

23
berat badan yang medikasi. Awasi metabolik.
tepat. frekuensi, volume,
f. Mengurangi rasa tidak
konsistensi Buang Air
enak dari sputum atau obat-
Besar (BAB).
obat yang digunakan yang
e. Anjurkan pasien dapat merangsang muntah.
bedrest.
g. Memaksimalkan intake
f. Lakukan perawatan nutrisi dan menurunkan
mulut sebelum dan iritasi gaster.
sesudah tindakan
h.Memberikan bantuan
pernapasan.
dalarn perencaaan diet
g.Anjurkan makan dengan nutrisi adekuat
sedikit dan sering dengan unruk kebutuhan metabolik
makanan tinggi protein dan diet.
dan karbohidrat.
i. Nilai rendah menunjukkan
h. Kolaborasi ke ahli gizi malnutrisi dan perubahan
untuk menentukan program terapi.
komposisi diet.

i. Awasi pemeriksaan
laboratorium. (BUN,
protein serum, dan
albumin).

Nyeri akut Setelah diberikan a. Observasi karakteristik a. Nyeri merupakan respon


berhubungan tindakan keperawatan nyeri, mis tajam, konstan subjekstif yang dapat
dengan inflamasi selama 3x24 jam rasa ,ditusuk. Selidiki diukur.
paru, batuk nyeridapat berkurang perubahan karakter
b. Perubahan frekuensi
menetap atau terkontrol, dengan /lokasi/intensitas nyeri.
jantung TD menunjukan
kriteria hasil :
b.Pantau tanda-tanda bahwa pasien mengalami
1. Menyatakan nyeri vital pasien nyeri, khususnya bila alasan
berkurang untuk perubahan tanda vital

24
atauterkontrol c.Berikan tindakan telah terlihat.
2. Pasien tampak nyaman mis, pijatan
c. Tindakan non analgesik
rileks punggung, perubahan
diberikan dengan sentuhan
posisi, musik tenang,
lembut dapat
relaksasi/latihan nafas
menghilangkan
ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi
analgesik.
d. Tawarkan
d. Pernafasan mulut dan
pembersihan mulut
terapi oksigen dapat
dengan sering..
mengiritasi dan
e. Anjurkan dan bantu mengeringkan membran
pasien dalam teknik mukosa, potensial
menekan dada selama ketidaknyamanan umum.
episode batukikasi.
e. Alat untuk mengontrol
f. Kolaborasi dalam ketidaknyamanan dada
pemberian analgesik sementara meningkatkan
sesuai indikasi keefektifan upaya batuk.

f. Obat ini dapat digunakan


untuk menekan batuk non
produktif, meningkatkan
kenyamanan

Hipertermi Setelah diberikan a. Kaji suhu tubuh a. Mengetahui peningkatan


berhubungan tindakan keperawatan pasien. suhu tubuh,
dengan proses selama 3x24 jam b. Beri kompres air memudahkan
inflamasi aktif. diharapkan suhu tubuh hangat. intervensib.
kembali normal dengan c. Berikan/anjurkan b. Mengurangi panas
KH : pasien untuk banyak dengan pemindahan
minum 1500-2000 panas secara konduksi.
1. Suhu tubuh 36°C-

25
37°C cc/hari (sesuai Air hangat mengontrol
toleransi) pemindahan panas
d. Anjurkan pasien secara perlahan tanpa
untuk menggunakan menyebabkan hipotermi
pakaian yang tipis atau menggigil.
dan mudah menyerap c. Untuk mengganti cairan
keringat tubuh yang hilang akibat
evaporasi

e. Observasi intake dan


output, tanda vital d. Memberikan rasa
(suhu, nadi, tekanan nyaman dan pakaian
darah) tiap 3 jam yang tipis mudah
sekali atau sesuai menyerap keringat dan
indikasi tidak merangsang
f. Kolaborasi : peningkatan suhu tubuh.
pemberian cairan e. Mendeteksi dini
intravena dan kekurangan cairan serta
pemberian obat mengetahui
sesuai program. keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam
tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
f. Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang
tinggi. Obat khususnya
untuk menurunkan
panas tubuh pasien.
Intoleransi Setelah diberikan a. Evaluasi respon pasien a. Menetapkan kemampuan

26
aktivitas tindakan keperawatan terhadap aktivitas. Catat atau kebutuhan pasien
berhubungan selama 3x24 jam laporan dispnea, memudahkan pemilihan
dengan diharapkan mampu peningkatan kelemahan intervensi.
ketidakseimbanga melakukan aktivitas atau kelelahan.
n antara suplai dalam batas yang
b.Berikan lingkungan
dan kebutuhan ditoleransi dengan b. Menurunkan stress dan
tenang dan batasi
oksigen. kriteria hasil: rangsanagn berlebihan,
pengunjung selama fase
meningkatkan istirahat.
1. Melaporkan atau akut sesuai indikasi.
menunjukan
c.Jelaskan pentingnya
peningkatan
istirahat dalam rencana c. Tirah baring
toleransi terhadap
pengobatandan perlunya dipertahankan selama fase
aktivitas yang dapat
keseimbangan aktivitas akut untuk menurunkan
diukur dengan
dan istirahat. kebutuhan metabolic,
adanya dispnea,
menghemat energy untuk
kelemahan d.Bantu pasien memilih
penyembuhan.
berlebihan, dan posisi nyaman untuk
tanda vital dalam istirahat. d. Pasien mungkin nyaman
rentan normal. dengan kepala tinggi, tidur
e.Bantu aktivitas
di kursi atau menunduk ke
perawatan diri yang
depan meja atau bantal.
diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan e. Meminimalkan kelelahan
aktivitas selama fase dan membantu
penyembuhan. keseimbanagnsuplai dan
kebutuhan oksigen.

Kurang Setelah diberikan a. Kaji ulang a. Kemampuan belajar


pengetahuan tindakan keperawatan kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan
tentang kondisi, selama 3x24 jam pasien misalnya: emosi dan kesiapan fisik.
pengobatan, diharapkan tingkat perhatian, kelelahan, Keberhasilan tergantung
pencegahan pengetahuan pasien tingkat partisipasi, pada kemarnpuan pasien.
berhubungan meningkat, dengan lingkungan belajar,
b. Informasi tertulis dapat
dengan tidak ada tingkat pengetahuan,

27
yang kriteria hasil: media, orang dipercaya. membantu mengingatkan
menerangkan, pasien.
1. Menyatakan b. Berikan Informasi
interpretasi yang
pemahaman proses yang spesifik dalam c. Meningkatkan partisipasi
salah, informasi
penyakit/prognosisd bentuk tulisan misalnya: pasien mematuhi aturan
yang didapat
an kebutuhan jadwal minum obat. terapi dan mencegah putus
tidak
pengobatan. obat.
lengkap/tidak c. Jelaskan
2. Melakukan
akurat, penatalaksanaan obat: d. Mencegah keraguan
perubahan prilaku
terbatasnya dosis, frekuensi, tindakan terhadap pengobatan
dan pola hidup
pengetahuan/kogn dan perlunya terapi sehingga mampu menjalani
unruk memperbaiki
itif dalam jangka waktu terapi.
kesehatan umurn
lama. Ulangi penyuluhan
dan menurunkan
tentang interaksi obat
resiko pengaktifan
Tuberkulosis dengan
ulang luberkulosis
obat lain.
paru. e. Kebiasaan minurn alkohol
3. Mengidentifikasi d. Jelaskan tentang efek berkaitan dengan terjadinya
gejala yang samping obat: mulut hepatitis
mernerlukan kering, konstipasi,
f. Efek samping etambutol:
evaluasi/intervensi. gangguan penglihatan,
menurunkan visus, kurang
4. Menerima sakit kepala, peningkatan
mampu melihat warna hijau.
perawatan tekanan darah.
kesehatan adekuat g. Debu silikon beresiko
e. Anjurkan pasien
keracunan silikon yang
untuk tidak minurn
mengganggu fungsi
alkohol jika sedang terapi
paru/bronkus.
INH.
h. Pengetahuan yang cukup
f. Rujuk perneriksaan
dapat mengurangi resiko
mata saat mulai dan
penularan/ kambuh kembali.
menjalani terapi
Komplikasi Tuberkulosis:
etambutol.
formasi abses, empisema,
g. Berikan gambaran pneumotorak, fibrosis, efusi

28
tentang pekerjaan yang pleura, empierna,
berisiko terhadap bronkiektasis, hernoptisis,
penyakitnya misalnya: u1serasi Gastro, Instestinal
bekerja di pengecoran (GD, fistula bronkopleural,
logam, pertambangan, Tuberkulosis laring, dan
pengecatan. penularan kuman.

h. Review tentang cara


penularan Tuberkulosis
dan resiko kambuh lagi.

Risiko tinggi Setelah diberikan a. Review patologi a. Membantu pasien agar


infeksi tindakan keperawatan penyakit fase aktif/tidak mau mengerti dan menerima
penyebaran / 3x24 jam diharapkan aktif, penyebaran infeksi terapi yang diberikan untuk
aktivitas ulang tidak terjadi melalui bronkus pada mencegah komplikasi.
infeksi penyebaran/ aktivitas jaringan sekitarnya atau
b. Orang-orang yang
berhubungan ulang infeksi, dengan aliran darah atau sistem
beresiko perlu program
dengan kriteria hasil: limfe dan resiko infeksi
terapi obat untuk mencegah
pertahanan primer melalui batuk, bersin,
1. Mengidentifikasi penyebaran infeksi.
tidak adekuat, meludah, tertawa.,
intervensi untuk
fungsi silia ciuman atau menyanyi. c. Kebiasaan ini untuk
mencegah/menurun
menurun/ statis mencegah terjadinya
kan resiko b. Identifikasi orang-
sekret, malnutrisi, penularan infeksi.
penyebaran infeksi. orang yang beresiko
terkontaminasi
2. Menunjukkan/mela terkena infeksi seperti d. Mengurangi risilio
oleh lingkungan,
kukan perubahan anggota keluarga, teman, penyebaran infeksi.
kurang informasi
pola hidup untuk orang dalam satu
tentang infeksi e. Febris merupakan
meningkatkan perkumpulan.
kuman. indikasi terjadinya infeksi.
lingkungan yang.
c. Anjurkan pasien
aman. f. Pengetahuan tentang
menutup mulut dan
faktor-faktor ini membantu
membuang dahak di
pasien untuk mengubah
tempat penampungan
gaya hidup dan
menghindari/mengurangi

29
yang tertutup jika batuk. keadaan yang lebih buruk.

d. Gunakan masker g. Periode menular dapat


setiap melakukan terjadi hanya 2-3 hari
tindakan. setelah permulaan
kemoterapi jika sudah
e. Monitor temperatur.
terjadi kavitas, resiko,
f. Identifikasi individu penyebaran infeksi dapat
yang berisiko tinggi berlanjut sampai 3 bulan.
untuk terinfeksi ulang
h. INH adalah obat pilihan
Tuberkulosis paru,
bagi penyakit Tuberkulosis
seperti: alkoholisme,
primer dikombinasikan
malnutrisi, operasi
dengan obat-obat lainnya.
bypass intestinal,
Pengobatan jangka pendek
menggunakan obat
INH dan Rifampisin selama
penekan imun/
9 bulan dan Etambutol
kortikosteroid, adanya
untuk 2 bulan pertama.
diabetes melitus, kanker.
i. Obat-obat sekunder
g. Tekankan untuk tidak
diberikan jika obat-obat
menghentikan terapi
primer sudah resisten
yang dijalani.
j. Untuk mengawasi
h.Kolaborasi:
keefektifan obat dan
Pemberian terapi INH, efeknya serta respon pasien
etambutol, Rifampisin. terhadap terapi

i. Pemberian terapi
Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide, para-
amino salisik (PAS),
sikloserin, streptomisin.

j. Monitor sputum BTA.

30
BAB V1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. Identitas Pasien

Nama : TN.S
Umur : 55 Tahun
Tanggal Lahir : 19 september 1964
Jenis kelamin :Laki-laki
Alamat :Ngaluran , Demak
Status : Kawin
Perkawinan : Pertama
Agama : Islam
Suku :Jawa
Pendidikan : SD sederajat
Pekerjaan : Tani
Lama Bekerja :-
Tanggal Masuk RS : 7 januari 2020/ jam 14.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 8 januari 2020/jam 11.00 WIB
Sumber informasi : Pasien/keluarga/rekam medis, dll
Diagnosa Medis : TBC (tuberculosis paru)
Penanggung Jawab pasien :
 Nama : TN.S
 Hubungan dengan pasien : Anak kandung
 Pekerjaan : Wiraswasta

II. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan 2 tahun lalu mempunyai riwayat penyakit batu
ginjal pada bagian ginjal sebelah kanan,dan sudah di oprasi.

b. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga
seperti DM, hipertensi, dll

c. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi seperti debu,
makanan, obat, udara, dll

d. Riwayat Pengunaan Obat-obatan


Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi obat untuk meredakan
batuknya, namun tidak mengingat nama dan juga jenisnya.

31
e. Riwayat Merokok
Pasien mengatakan Tidak mempunyai riwayat merokok
f. Riwayat Transfusi darah
Pasien mengatakan pernah mendapat transfusi darah sebnayak 6
kantong (jenis PRC golongan darah O)
Reaksi Alergi ? pada saat di berikan transfusi yang ke 6 pasien
merasakan gatal- gatal pada area lengan sebelah kanan.

g. Tindakan terapi yang di berikan


1. Codein 3x10 g
Tindakan/terapi
2. Bisovonyang sudah diberikan
20 tetes
3. Combiven 1 mg 3x1
4. Pulmicot 1 mg
5. Infus RL 20tpm
6.

III. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI


a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan batuk
Keluhan Penyerta :
Pasien mengatakan pusing, demam, terdapat dahak, mual,
lemas,kaki lemah tidak bisa berjalan tetapi bisa digerakan.
b. Alasan Masuk (Riwayat Penyakit Saat Ini)
Pasien mengatakan mengalami batuk- batuk selama 1 minggu, saat
di beri makan dan mencium bau-bau makanan selalu merasa mual
dan ingin muntah.Lalu di bawa ke RS.karanganyar , karena tidak
bisa mengatasi di rujuk ke RS.MARDI RAHAYU pada tanggal 7
januari 2020 pukul 18.30 dan dilakukan pengukuran TTV dan
dipasang infus RLditangan sebelah kanan 20tpm.

32
C. PENGKAJIAN POLA GORDON

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan


 Sebelum sakit & saat sakit

 Persepsi tentang status kesehatannya


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak mengetahui penyakit yang di
deritanya dan penyebab penyakitnya.Pasien juga
beranggapan bahwa sehat itu penting, sehingga pasien
berusaha untuk menjaga kesehatannya, jika sakit
pasien langsung periksa ke dokter.
Saat sakit :
Pasien mengatakan sudah mengetahui tentang
penyakitnya dan akan mengikuti anjuran dokter
untuk meminum obat yang diberikan sesuai dengan
waktu dan cara yang benar.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik

 Sebelum sakit & saat sakit


Sebelum sakit :
A. A:TB:165cm..BB:65kg..IMT:23.89..BBI:55,25..BBN:65
B. Tidak terkaji
C. Tidak terkaji
D. Pasien mengatakan sehari makan 3 kali sehari dengan
porsi tidak terlalu banyak dan minum kurang lebih 8 gelas
(1600cc)
Saat sakit :
A. A:TB:165cm..BB:60kg..MT:22.04..BBI.......BBN...65..
B. Hb 12,6
C. Mukosa bibir pasien terlihat kering dan paien diberikan
diit bubur kasar.
D. Pasien mengatakan mual dan saat sakit hanya makan 3-5
sendok dari diit yang diberikan dari RS dan pasien
mengatakan minum air putih kurang lebih 5gelas
blimbing / kurang lebih 1000cc

3. Pola eliminasi

 Sebelum sakit & Saat sakit


BAB
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAB kurang lebih 2 kali sehari dengan
konsistensi warna coklat, lembek, dan berbau khas

33
Saat sakit :
Pasien mengatakan BAB lancar sehari 1 kali pada pagi hari
konsistensi lembek warna kekuningan dan bau khas.
BAK
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAK 7-8 kali sehari dengan konsistensi
warna kuning jernih berbau khas.
Saat sakit :
Pasien mengatakan BAK 5 kali tetapi sedikit .
4. Pola Aktivitas dan Latihan
 Sebelum sakit & saat sakit
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitasnya secara
mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya, seperti
makan, minum, toileting, berpakaian, mobilitas, berpindah,
ambulasi.
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit perlu bantuan orang lain untuk
makan dan minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat
tidur dan ambulasi karena kaki lemas .

5. Pola Istirahat dan Tidur

 Sebelum sakit & saat sakit


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidur selama 7-8 jam setiap hari dengan
nyenyak tidak ada gangguan tidur

Saat sakit :
Pasien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak.

6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif

 Sebelum sakit & saat sakit


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan ada masalah dengan penglihatannya
karena penglihatannya sedikit kabur.
Saat sakit :
Pasien mengatakan ada masalah dengan penglihatannya
karena penglihatannya sedikit kabur.

34
7. Pola pesepsi diri dan Konsep Diri

 Sebelum sakit & saat sakit


 Ideal diri :Pasien mengatakan ingin cepat
sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa dan
berkumpul dengan keluarganya dirumah.
 Gambaran diri :Pasien mengatakan menerima
dengan keadaan sakitnya
 Harga diri :Pasien mengatakan merasa
dihargai oleh dokter, perawat dan keluarganya, pasien
juga mengatakan mampu menghargai dirinya sendiri.
 Peran diri :Pasien mengatakan menerima
perannya saat ini menjadi pasien di RS
 Identitas diri :Pasien adalah seorang suami
dan seorang ayah.

8. Pola Seksualitas dan Reproduksi

 Sebelum sakit & saat sakit


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah saat
menglakukan hubungan seksual
Saat sakit :
Pasien mengatakan selama dirawat dirumah sakit tidak dapat
melakukan hubungan seksual seperti biasanya

9. Pola Peran dan Hubungan

 Sebelum sakit & saat sakit


Sebelum sakit :
Pasien menagtakan hubungan dengan keluarga, lingkungan
dan masyarakat sangat baik.
Saat sakit :
Pasien mengatakan hubungan dengan dokter, perawat, dan
lingkungan yang ada di RS sangat baik.

10. Pola Managemen koping stres

 Sebelum sakit & saat sakit


Sebelum sakit :

35
Pasien mengatakan setiap ada masalah selalu cerita ke istri
dan anak-anaknya untuk mencari solusi dan jalan keluarnya.
Saat sakit :
Pasien mengatakan selama sakit jika ada keluhan selalu
memberitahukan ke perawat dan dokter.

11. Pola Nilai dan Kepercayaan

 Sebelum sakit & saat sakit


Selama sakit :
Pasien mengatakan selalu beribadah sholat 5 waktu.
Saat sakit :
Pasien menagatakan tidak bisa sholat karena keadaannya dan
masih nyeri saat bergerak tetapi pasien tetap berdoa agar
diberikan kesembuhan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum
Sedang
 Tingkat Kesadaran
Kualitatif : composmentis
Kuantitatif : E 5, M 4, V 6Total Nilai :15
 Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/81mmHg
b. Suhu : 36,8oC
c. Respiration rate (RR) :20x/menit
d. Nadi :101x/menit
e. SaO2 : 93%
f. Nyeri :-

 Pengkajian Head To Toe


a. Kepala
Inspeksi : Rambut beruban, Tidak ada bekas luka, Rambut
berminyak.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

b. Wajah
Inspeksi : Tidak ada bekas luka, Warna kulit rata dengan kulit
disekitarnya tidak terpasang oksigen.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, Sklera berwarna putih,
Bentuk mata simetris, Pandangan sedikit kabur.

36
Palpasi : Tdak ada nyeri tekan pada mata.

d. Telinga
Inspeksi : Telinga simetris, Tidak ada bekas luka, Ada sedikit
serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
e. Leher
Inspeksi : Tidak ada bekas luka, Warna kulit rata dengan kulit
disekitarnya.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah
bening, Tidak ada nyeri tekan.
f. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, Tidak ada bekas luka, Warna
kulit rata.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Vokal fremitus bergetar sama
antara kanan dan kiri.
Perkusi : pekak
Auskultasi : Adanya suara tambahan (Ronchi)
g. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba 2 jari di ICS 5 Mid Clavikula
Sinestra
Perkusi : pekak
Auskultasi : Suara jantung reguler
h. Abdomen
Inspeksi : perut terlihat cembungTidak ada bekas luka, Warna
kulit sama dengan warna disekitarnya.
Auskultasi : Bising usus 15x/ menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi perut tympani
i. Genetalia
Inspeksi : Tidak terkaji
Palpasi : Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Inspeksi
Ekstremitas atas : Tidak terdapat luka, Terpasang infus
ditangan sebelah kanan.
Ekstermitas bawah : Tidak terdapat luka.
Palpasi
Ekstermitas atas : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Ekstermitas Bawah: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.

37
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium
Tgl Jenis Hasil Satuan Nilai normal Intepretasi
pemeriksaa
n
Hematologi
08-01- Hb L 12.6 g/dl 12 - 16 Sulfe Hb
2020 Leukosit 6.10 10^3/ul 4.8 – 10.8 Elec impedeance
09.54 Hematokrit L 37.60 % 36-46 Elec impedeance
WIB Trombosit 382 10^3/ul 150 - 400 Elec impedeance

a. Pemeriksan Radiologi
Foto Thorak (08-01-2020, Pukul: 16.00 WIB)
Hasil :
COR : Tidak membesar
Elognatio aorta
Pulmo : TB Paru aktif
DD// bronkopneumonia

b. PROGRAM TERAPI
Tangg Nama golonga Dosi Dosis Cara Efek Rute TT
al/jam obat n s pasien kerja samping D/
umu NA
m MA
08-01- Infus IV
2020 RL
09-01- codein Analgesi 15- 3x10m Meringa Pusing, Oral
2020 k 30m g nkan Mulut
g gejala kering,
batuk, Mual
mereda muntah,
kan rasa kehilanga
nyeri n nafsu
rigan makan,
Sembelit
Bisolvo 20 Mengob Reaksi Nebuli
n tetes ati alergi, zer
batuk Keringat
berdaha dingin,
k, batuk Insomnia

38
kering,
mengata
si gejala Nebuli
Combiv Bronkod 2,5 flu Sakit zer
Ent ilator ml 2,5 ml Mengat kepala,
asi pusing,
penyem Rasa
pitan mual, Nebuli
saluran Mulut zer
Pulmic kortikost 2 ml nafas. kering.
ort eroid 2 ml Mengur Sakit
angi kepala,
peradan keringat
gan atau berlebiha
pmbeng n, Nyeri
kakan sendi dan
saluran otot,
nafas. muntah
mual,
nafsu
makan
berkurang

MALLNUTRITION SCREENING TOOLS (MST)

NO PARAMETER SCORE

1 Apakah pasien mengalmai penurunan berat badan yang tidak


direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir ?
TIDAK 0
TIDAK YAKIN ( ada tanda baju menjadi longgar) 2
YA, ada penurunan berat badan sebanyak :
a. 1-5 kg 1
b. 6-10 kg 2
c. 11-15 kg 3
d. > 15 kg 4
e. Tidak tahu berapa penurunannya 2

39
2 Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu
makan/kesulitan menerima makan?
YA 1
TIDAK 0
TOTAL 2
Keterangan : 3
Jika hasil total nilai lebih dari 2, maka perlu konsultasi ahli gizi.

PENGKAJIAN RESIKO JATUH MORSE FALLS SCALE (MSF)

SKAL NIL
NO PENGKAJIAN A AI
1 Riwayat jatuh : apakah pasien pernah jatuh 3 bulan TIDA
terakhir ? K 0
YA 25 25
2 Diagnosa sekunder : Apakah pasien memiliki lebih dari TIDA
satu penyakit ? K 0 0
YA 15
3 Alat bantu jalan :
Bed rest/dibantu perawat 0 0
kruk/tongkat/walker 15
berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, lemari,
meja) 30
Terapi Intravena : apakah saat ini pasien terpasang infus TIDA
4 K 0
YA 20 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah
normal/bedrest/immobile (tidak dapat bergerak sendiri) 0
lemah ( tidak bertenaga) 10
gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20 0
6 Status mental
Pasien menyadari kondisi dirinya 0 0
pasien mengalami keterbatasan daya ingat 15
JUM
LAH 45
Keterangan : 30
Tidak Beresiko : Nilai MRS 0-24 (Perawatan dasar)
Resiko Rendah : Nilai MRS 25-50 (Intervensi Pencegahan Standar)
Resiko Tinggi :> =50 (intervensi pencegahan resiko tinggi)

40
ANALISA DATA

Data Fokus Problem Etiologi


DS:Pasien mengatakan batuk Ketidakefektifan Sekret kental
tetapi dahak sulit keluar. bersihan jalan nafas
DO:Ada suara ronchi
TD:120/81mmHg
N:101 x/menit
S:36,8
RR:20 x/menit
SPO2:93%

DS:Pasien mengatakan mual Nutrisi kurang dari Asupan diet kurang


dan muntah bila bau makanan kebutuhan tubuh
yang menyengat dan pasien
juga hanya makan 3-5 sendok
makan dari makanan yang
diberikan diit dari RS.
DO: BB pasien turun dan
mukosa bibir kering.

DS:Pasien mengatakan tidak Intoleransi aktivitas Kelemahan


bisa melakukan aktivitas
sendiri sehingga membutuhkan
bantuan karena tubuh lemah
dan kaki tidak bisa berjalan.
DO:Pasien terlihat lemas.

41
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal No. Diagnosa Keperawatan Tanda


/Jam Diag Tangan
nosa
8/1/2020 1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
pukul sekret kental
11.00
WIB

2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


asupan diet kurang

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


3

42
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn.S
Tanggal Lahir : 19 september 1964

Tanggal No. DP Tujuan & Intervensi Rasional Tanda


/jam (diagno Kriteria Hasil tangan
sa & nama
Kepera
watan)
8/1/2020 1 Setelah a. Kaji ulang a. Penurunan bunyi
pukul
diberikan fungsi napas indikasi
11.00
WIB tindakan pernapasan: atelektasis, ronki
keperawatan bunyi napas, indikasi akumulasi
selama 3x24 kecepatan, secret/ketidakmam
jam kebersihan irama, puan
jalan napas kedalaman membersihkan
efektif, dengan dan jalan napas
Kriteria hasil: penggunaan sehingga otot
otot aksesori. aksesori digunakan
2. .Memperta
b. Catat dan kerja
hankan
kemampuan pernapasan
jalan napas
untuk meningkat.
pasien.
mengeluarkan
3. Mengeluar b. Pengeluaran sulit
secret atau
kan sekret bila sekret tebal,
batuk efektif,
tanpa sputum berdarah
catat karakter,
bantuan. akibat kerusakan
jumlah
4. Menunjukk paru atau luka
sputum,
an prilaku bronchial yang
adanya
untuk memerlukan
hemoptisis.
memperbai evaluasi/intervensi
c. Berikan
ki bersihan lanjut .
pasien posisi
jalan napas.
semi atau c. Meningkatkan

43
5. Berpartisip Fowler, ekspansi paru,
asi dalam Bantu/ajarkan ventilasi maksimal
program batuk efektif membuka area
pengobatan dan latihan atelektasis dan
sesuai napas dalam. peningkatan
kondisi. d. Bersihkan gerakan sekret agar
Mengidentifika sekret dari mudah dikeluarkan.
si potensial
mulut dan
komplikasi dan d.Mencegah
melakukan trakea,
tindakan tepat. obstruksi/aspirasi.
suction bila
Suction dilakukan
perlu.
bila pasien tidak
e. Pertahankan
mampu
intake cairan
mengeluarkan
minimal 2500
sekret.
ml/hari
kecuali e.Membantu
kontraindikasi mengencerkan
f. Lembabkan secret sehingga
udara/oksigen mudah dikeluarkan.
inspirasi.
f. Mencegah
g. Kolaborasi:B
pengeringan
erikan obat:
membran mukosa.
agen
mukolitik, g. Menurunkan
bronkodilator, kekentalan sekret,
kortikosteroid lingkaran ukuran
sesuai lumen
indikasi. trakeabronkial,
berguna jika terjadi
hipoksemia pada
kavitas yang luas.

44
8/01/2020 02 setelah diberikan a. Catat status a. Berguna dalam
Pukul
tindakan nutrisi paasien: mendefinisikan
11.00
WIB keperawatan turgor kulit, derajat masalah dan
3x24 jam timbang berat intervensi yang
diharapkan badan, integritas tepat
kebutuhan nutrisi mukosa mulut,
adekuat, dengan kemampuan
kriteria hasil: menelan, adanya b. Membantu
bising usus, intervensi
3. Menunjukkan
riwayat kebutuhan yang
berat badan
mual/rnuntah atau spesifik,
meningkat
diare. meningkatkan
mencapai
intake diet pasien.
tujuan b.Kaji ulang pola
dengan nilai diet pasien yang
laboratoriurn disukai/tidak
c. Mengukur
normal dan disukai.
keefektifan nutrisi
bebas tanda
dan cairan.
malnutrisi.
Melakukan c.Monitor intake d. Dapat
perubahan pola menentukan jenis
dan output secara
hidup untuk
meningkatkan periodik. diet dan
dan mengidentifikasi
mempertahankan d.Catat adanya
berat badan yang pemecahan masalah
tepat. anoreksia, mual,
untuk
muntah, dan
meningkatkan
tetapkan jika ada
intake nutrisi.
hubungannya
dengan medikasi.
Awasi frekuensi,
e. Membantu
volume,
menghemat energi
konsistensi
khusus saat demam
Buang Air Besar
terjadi peningkatan

45
(BAB). metabolik.

e. Anjurkan f. Mengurangi rasa


bedrest. tidak enak dari
sputum atau obat-
obat yang
digunakan yang
dapat merangsang
muntah.
f. Lakukan
g. Memaksimalkan
perawatan mulut
intake nutrisi dan
sebelum dan
menurunkan iritasi
sesudah tindakan
gaster.
pernapasan.

g.Anjurkan
makan sedikit h.Memberikan
dan sering bantuan dalarn
dengan makanan perencaaan diet
tinggi protein dan dengan nutrisi
karbohidrat. adekuat unruk
kebutuhan
h. Kolaborasi:
metabolik dan diet.
Rujuk ke ahli gizi
i. Nilai rendah
untuk
menunjukkan
menentukan
malnutrisi dan
komposisi diet.
perubahan program
terapi.
i. Awasi
pemeriksaan
laboratorium.
(BUN, protein
serum, dan

46
albumin).

8/01/2020 03 Setelah diberikan a. Evaluasi a. Menetapkan


Pukul
tindakan respon pasien kemampuan atau
11.00
WIB keperawatan terhadap kebutuhan pasien
3x24 jam pasien aktivitas. Catat memudahkan
diharapkan laporan dispnea, pemilihan
mampu peningkatan intervensi.
melakukan kelemahan atau
aktivitas dalam kelelahan.
batas yang b. Menurunkan
b.Berikan
ditoleransi stress dan
lingkungan
dengan kriteria rangsanagn
tenang dan batasi
hasil: berlebihan,
pengunjung
meningkatkan
2. Melaporkan selama fase akut
istirahat.
atau sesuai indikasi.
menunjukan
c.Jelaskan
peningkatan
pentingnya c. Tirah baring
toleransi
istirahat dalam dipertahankan
terhadap
rencana selama fase akut
aktivitas
pengobatandan untuk menurunkan
yang dapat
perlunya kebutuhan
diukur
keseimbangan metabolic,
dengan
aktivitas dan menghemat energy
adanya

47
dispnea, istirahat. untuk
kelemahan penyembuhan.
berlebihan,
d. Pasien mungkin
dan tanda d.Bantu pasien
nyaman dengan
vital dalam memilih posisi
kepala tinggi, tidur
rentan nyaman untuk
di kursi atau
normal. istirahat.
menunduk ke depan
meja atau bantal.
e.Bantu aktivitas
e. Meminimalkan
perawatan diri
kelelahan dan
yang diperlukan.
membantu
Berikan
keseimbanagnsuplai
kemajuan
dan kebutuhan
peningkatan
oksigen.
aktivitas selama
fase
penyembuhan.

48
IMPLEMENTASI

Nama : Tn.S
Tanggal Lahir : 19 september 1964

Tanggal/jam No. Implementasi Tanda


DP Tanga
n
9/1/2020 1 Mengukur tanda-tanda vital
08.30WIB DS : Pasien mengatakan berseda di ukur
TTVnya
DO :
TD:110/71mmHg
N:89x/menit
S:36.2
RR:20x/menit
SaO2:98%

09.00WIB 1 Observasi keadaan umum pasien.


DS: Pasien mengatakan batuk dan susah
mengeluakan dahak
DO: Terdengar suara nafas tambahan ronchi

10.00WIB 1 Memberikan obat oral codein


DS:Pasien mengatakan masih batuk-batuk
DO:Pasien terlihat masih batuk-batuk

11.00WIB 2 Memberikan terapi nebulizer dengan


pulmicord,bisolvon dan combivent
DS:Pasien mengatakan sudah nyaman tetapi
dahak sulit keluar
DO:Pasien terlihat lebih nyaman

1&3 Memberikan terapi nonfarmakologi batuk


13.00WIB efektif
DS:Pasien mengatakan sudah lega karena
dahak sudah keluar walaupun belum keluar
semua

49
DO:Dahak pasien keluar berwarna kuning
1 keruh dan kental

10/1/2020 1 Mengukur tanda-tanda vital


08.30 WIB DS : Pasien mengatakan berseda di ukur
TTVnya
DO :
TD:120/71mmHg
N:84x/menit
S:36
RR:20x/menit
SaO2:98%

11.00WIB 2&3 Mengedukasi pentingnya makan bagi kesehatan


DS:Pasien mengatakan mau menghabiskan
makan yang diberikan dari RS agar cepat
sembuh
DO:Pasien tampak mengerti dari edukasi yang
diberikan

13.00WIB 1 Mengukur tanda tanda vital


TD:115/69mmHg
S:36.5
N:88x/menit
RR:20x/menit
SaO2:96%

2&3 Memberikan terapi nebulizer


DS:Pasien mengatakan setelah diberikan uap
terasa nyaman
DO:Pasien terlihat lebih nyaman

3&1 Memberikan terapi nonfarmakologi batuk


efektif
DS:Pasien mengatakan lebih nyaman karena
dahak keluar
DO:Dahak keluar kurang lebih 4 sendok makan
berwarna kuning keruh dan kental

50
EVALUASI

Nama : Tn.S
Tanggal Lahir : 19 september 1964

Tanggal/jam No. Evaluasi Tanda


DP tangan
9/1/2020 1 S : Pasien mengatakan masih batuk tetapi
13.30WIB masih ada dahak
O : Keadaan sedang,kesadaran CM,masih
terdengar suara ronchi , dahak keluar
berwarna kuning kental kurang lebih 1cc
TD:110/71mmHg
N:89x/menit
S:36.2
RR:20x/menit
SaO2:98%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1 2 3 4 . .
2
S:Pasien mengatakan masih mual dan
mau muntah ketika mau makan
O:Mukosa bibir pasien kering dan diit
pasien tidak dihabiskan
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi 1 2 3 4 . .
3
S:Pasien mengatakan masih lemas dan
belum bisa aktivitas secara mandiri /
masih membutuhkan bantuan jika
beraktivitas
O:Pasien terlihat masih lemas
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
10/1/2020 1 S:Pasien mengatkan masih batuk-batuk
13.30WIB O:Masih ada suara ronchi ,kesadaran CM
Dahak keluar berwarna kuning kental
TD:115/69mmHg
S:36.5
N:88x/menit
RR:20x/menit
SaO2:96%
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi

51
2 S:Pasien mengatakan masih mual tetapi
diit dari RS berusaha dihabiskan
O:Porsi diit habis
A:Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi

S:Pasien mengatakan masih lemas dan


3 masih membutuhkan bantuan untuk
beraktivitas
O:Pasien terlihat masih lemah
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi

52
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal
0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam


keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal
ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-
paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

B. Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya


mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta
menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan
TB Paru.

53

Anda mungkin juga menyukai