Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadiratnya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah san inayahnya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“TUBERCULOSIS”
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.
B. Tujuan
1. Untuk memahami mengenai Tuberkulosis , seperti
etiologi, patofisiologi, tanda gejara, diet dan pengobatan.
2. Untuk memahami mengenai konsep medis dari
tuberkulosis .
3. Untuk mengenapi tugas sistem pernafasan.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada klien
denganTuberkulosis dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam
penangananpasien tuberkulosis
2. Bagi Keluarga dan Klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga
tentangperawatan klien dengan tuberkulosis.
3. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan dan
penangananmkepada klien dengan tuberkulosis.
2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Anatomi Fisiologi
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi)
serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa
oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses
pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
(https://ciptacendekia.com/sistem-pernapasan-manusia/)
1) Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi
yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot
interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada
sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot
diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-
3
otot interkosta eksterna relaksasidengan demikian rongga
dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar
2) Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3
atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah
yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran
pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2
dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan
penting yaitu alveoli dan darah.
3) Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke
jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah
(aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel darah yang
bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk
oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel
4
absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura
disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya
begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang
jelas.
5
diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum
mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri
bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah
arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya
muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml
udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau
500 ml adalah udara pasang surut. Sedangkan kapasitas paru-
paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan
keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-
paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter.
6. Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru
berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura
kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi
oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah .
7. Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada
atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh
selaput yang tipis disebut Pleura Pleura merupakan membran
tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan :
Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan
lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding
dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru.
Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.
6
B. Definisi Penyakit
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru
tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
C. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan
kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20
menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid
dan tuberkel.(FKUI,2005).
7
lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de
Jong, 2005)
D. Komplikasi
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kumanyang keluar dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemerikasan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang
terinfeksi TBC paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara
kesehatTuberkolusis paru bila tidak ditangani dengan benar
akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi
dini dan komplikasi lanjut, yang dinarasikan sebagai berikut:
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas yaitu Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkolusis (SOPT), kerusakan parenkim berat,
fibrosis paru kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom
gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB (Zulkifli, 2002).
E. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena
seseorangmenghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
menyebar melaluijalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak
dan terlihat bertumpuk.Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkausampai ke area lain dari paru (lobus atas).
Basil juga menyebar melaluisistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang dankorteks serebri) dan area lain dari paru
(lobus atas). Selanjutnya systemkekebalan tubuh memberikan
respons dengan melakukan reaksiinflamasi. Neutrofil dan makrofag
8
melakukan aksi fagositosis (menelanbakteri), sementara limfosit
spesifik-tuberkulosis menghancurkan(melisiskan) basil dan jaringan
normal. Infeksi awal biasanya timbuldalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri.Interaksi antaraMycobacterium tuberculosis
dan sistem kekebalan tubuh pada masa awalinfeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.Granuloma
terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingioleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentukmenjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa
tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri yangmenjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi
yang berbentukseperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan
menjadi klasifikasi danakhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadinonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons
systemimun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah.
Penyakityang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yangsebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada
kasus ini, ghontubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosadi dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuhdan membentuk jaringan parut.Paru-
paru yang terinfeksi kemudianmeradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuktuberkel, dan seterusnya.Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengansendirinya. Proses ini berjalan terus
dan basil terus difagosit atauberkembang biak di dalam sel.
Makrofag yang mengadakan infiltrasimenjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkelepiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingisel epiteloid dan
fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudianpada
akhirnyamembentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
9
F. PATHWAY
(smeltzer,2013)
10
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada tahap aktif penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
Anemia bila penyakit berjalan menahun
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai
tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma
TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
2. Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan
11
fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma
menonjol ke atas.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah
penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks
(bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
3. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural.
H. Pentalaksanaan
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil
pemeriksaan bakteriologi dan klinis. Kesembuhan tuberculosis paru
yang baik akan memperhatikan sputum BTA(-), adanya perbaikan
radiology dan menghilangkan gejala.
a. Obat –obatan
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis ,
yaitu sebagai berikut:
Aktivitas bakterisid
12
Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang
pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas
sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan
dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu
macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini
banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi
ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan
obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi
awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap
2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak
ditemukan ialah INH
13
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
1. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk
mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi
tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir
pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat
penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih
panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya
kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
14
BAB II1
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
15
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara
lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.
16
2) Pola nutrisi dan metabolik
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat
proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnya lemah.Pada klien dengan TB paru biasanya
mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. (Marilyn. E.
Doenges, 1999).
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi,
selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau
kesulitan dalam miksi maupun defekasi.
17
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada
penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan
tidur dan istirahat. (Marilyn. E. Doenges, 1999).
18
dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges,
1999).
8. Pemeriksaan fisik
Status Kesehatan Umum
19
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu
juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
B. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
c. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi
yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat,
terbatasnya pengetahuan/kognitif
h. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia
menurun/ statis sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang
menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang
informasi tentang infeksi kuman.
20
C. Intervensi
Bersihan jalan Setelah diberikan a. Kaji ulang fungsi a. Penurunan bunyi napas
napas tidak tindakan keperawatan pernapasan: bunyi indikasi atelektasis, ronki
efektif selama 3x24 jam napas, kecepatan, indikasi akumulasi
berhubungan masalah kebersihan irama, kedalaman secret/ketidakmampuan
dengan sekret jalan napas tidak dan penggunaan membersihkan jalan napas
kental atau sekret efektif dapat teratasi, otot aksesori. sehingga otot aksesori
darah, kelemahan, dengan Kriteria hasil: b. Catat kemampuan digunakan dan kerja
upaya batuk untuk pernapasan meningkat.
1. Mempertahankan
buruk, edema mengeluarkan
jalan napas pasien. b. Pengeluaran sulit bila
trakeal/faringeal. secret atau batuk
sekret tebal, sputum
Mengeluarkan sekret efektif, catat
berdarah akibat kerusakan
tanpa bantuan. karakter, jumlah
paru atau luka bronchial
sputum, adanya
2. Menunjukkan prilaku yang memerlukan
hemoptisis.
untuk memperbaiki evaluasi/intervensi lanjut .
c. Berikan pasien
bersihan jalan napas
posisi semi atau c. Meningkatkan ekspansi
3. Berpartisipasi dalam Fowler, paru, ventilasi maksimal
program pengobatan Bantu/ajarkan membuka area atelektasis
sesuai kondisi. batuk efektif dan dan peningkatan gerakan
latihan napas sekret agar mudah
4. Mengidentifikasi
dalam. dikeluarkan.
potensial komplikasi
d. Bersihkan sekret
dan melakukan d.Mencegah
dari mulut dan
tindakan tepat. obstruksi/aspirasi. Suction
trakea, suction bila
dilakukan bila pasien tidak
perlu.
mampu mengeluarkan
e. Pertahankan intake
sekret.
cairan minimal
2500 ml/hari e.Membantu mengencerkan
kecuali secret sehingga mudah
21
kontraindikasi. dikeluarkan.
f. Lembabkan
f. Mencegah pengeringan
udara/oksigen
membran mukosa.
inspirasi.
g. Kolaborasi:Berika g. Menurunkan kekentalan
n obat: agen sekret, lingkaran ukuran
mukolitik, lumen trakeabronkial,
bronkodilator, berguna jika terjadi
kortikosteroid hipoksemia pada kavitas
sesuai indikasi. yang luas.
22
bedrest, batasi dan bantu e. Menurunnya saturasi
aktivitas sesuai oksigen (PaO2) atau
kebutuhan. meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya
e. Monitor Gula darah
penanganan yang lebih.
acak
adekuat atau perubahan
f. Kolaborasi: Berikan terapi.
oksigen sesuai indikasi.
f. Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi dan
penurunan permukaan
alveolar paru.
23
berat badan yang medikasi. Awasi metabolik.
tepat. frekuensi, volume,
f. Mengurangi rasa tidak
konsistensi Buang Air
enak dari sputum atau obat-
Besar (BAB).
obat yang digunakan yang
e. Anjurkan pasien dapat merangsang muntah.
bedrest.
g. Memaksimalkan intake
f. Lakukan perawatan nutrisi dan menurunkan
mulut sebelum dan iritasi gaster.
sesudah tindakan
h.Memberikan bantuan
pernapasan.
dalarn perencaaan diet
g.Anjurkan makan dengan nutrisi adekuat
sedikit dan sering dengan unruk kebutuhan metabolik
makanan tinggi protein dan diet.
dan karbohidrat.
i. Nilai rendah menunjukkan
h. Kolaborasi ke ahli gizi malnutrisi dan perubahan
untuk menentukan program terapi.
komposisi diet.
i. Awasi pemeriksaan
laboratorium. (BUN,
protein serum, dan
albumin).
24
atauterkontrol c.Berikan tindakan telah terlihat.
2. Pasien tampak nyaman mis, pijatan
c. Tindakan non analgesik
rileks punggung, perubahan
diberikan dengan sentuhan
posisi, musik tenang,
lembut dapat
relaksasi/latihan nafas
menghilangkan
ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi
analgesik.
d. Tawarkan
d. Pernafasan mulut dan
pembersihan mulut
terapi oksigen dapat
dengan sering..
mengiritasi dan
e. Anjurkan dan bantu mengeringkan membran
pasien dalam teknik mukosa, potensial
menekan dada selama ketidaknyamanan umum.
episode batukikasi.
e. Alat untuk mengontrol
f. Kolaborasi dalam ketidaknyamanan dada
pemberian analgesik sementara meningkatkan
sesuai indikasi keefektifan upaya batuk.
25
37°C cc/hari (sesuai Air hangat mengontrol
toleransi) pemindahan panas
d. Anjurkan pasien secara perlahan tanpa
untuk menggunakan menyebabkan hipotermi
pakaian yang tipis atau menggigil.
dan mudah menyerap c. Untuk mengganti cairan
keringat tubuh yang hilang akibat
evaporasi
26
aktivitas tindakan keperawatan terhadap aktivitas. Catat atau kebutuhan pasien
berhubungan selama 3x24 jam laporan dispnea, memudahkan pemilihan
dengan diharapkan mampu peningkatan kelemahan intervensi.
ketidakseimbanga melakukan aktivitas atau kelelahan.
n antara suplai dalam batas yang
b.Berikan lingkungan
dan kebutuhan ditoleransi dengan b. Menurunkan stress dan
tenang dan batasi
oksigen. kriteria hasil: rangsanagn berlebihan,
pengunjung selama fase
meningkatkan istirahat.
1. Melaporkan atau akut sesuai indikasi.
menunjukan
c.Jelaskan pentingnya
peningkatan
istirahat dalam rencana c. Tirah baring
toleransi terhadap
pengobatandan perlunya dipertahankan selama fase
aktivitas yang dapat
keseimbangan aktivitas akut untuk menurunkan
diukur dengan
dan istirahat. kebutuhan metabolic,
adanya dispnea,
menghemat energy untuk
kelemahan d.Bantu pasien memilih
penyembuhan.
berlebihan, dan posisi nyaman untuk
tanda vital dalam istirahat. d. Pasien mungkin nyaman
rentan normal. dengan kepala tinggi, tidur
e.Bantu aktivitas
di kursi atau menunduk ke
perawatan diri yang
depan meja atau bantal.
diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan e. Meminimalkan kelelahan
aktivitas selama fase dan membantu
penyembuhan. keseimbanagnsuplai dan
kebutuhan oksigen.
27
yang kriteria hasil: media, orang dipercaya. membantu mengingatkan
menerangkan, pasien.
1. Menyatakan b. Berikan Informasi
interpretasi yang
pemahaman proses yang spesifik dalam c. Meningkatkan partisipasi
salah, informasi
penyakit/prognosisd bentuk tulisan misalnya: pasien mematuhi aturan
yang didapat
an kebutuhan jadwal minum obat. terapi dan mencegah putus
tidak
pengobatan. obat.
lengkap/tidak c. Jelaskan
2. Melakukan
akurat, penatalaksanaan obat: d. Mencegah keraguan
perubahan prilaku
terbatasnya dosis, frekuensi, tindakan terhadap pengobatan
dan pola hidup
pengetahuan/kogn dan perlunya terapi sehingga mampu menjalani
unruk memperbaiki
itif dalam jangka waktu terapi.
kesehatan umurn
lama. Ulangi penyuluhan
dan menurunkan
tentang interaksi obat
resiko pengaktifan
Tuberkulosis dengan
ulang luberkulosis
obat lain.
paru. e. Kebiasaan minurn alkohol
3. Mengidentifikasi d. Jelaskan tentang efek berkaitan dengan terjadinya
gejala yang samping obat: mulut hepatitis
mernerlukan kering, konstipasi,
f. Efek samping etambutol:
evaluasi/intervensi. gangguan penglihatan,
menurunkan visus, kurang
4. Menerima sakit kepala, peningkatan
mampu melihat warna hijau.
perawatan tekanan darah.
kesehatan adekuat g. Debu silikon beresiko
e. Anjurkan pasien
keracunan silikon yang
untuk tidak minurn
mengganggu fungsi
alkohol jika sedang terapi
paru/bronkus.
INH.
h. Pengetahuan yang cukup
f. Rujuk perneriksaan
dapat mengurangi resiko
mata saat mulai dan
penularan/ kambuh kembali.
menjalani terapi
Komplikasi Tuberkulosis:
etambutol.
formasi abses, empisema,
g. Berikan gambaran pneumotorak, fibrosis, efusi
28
tentang pekerjaan yang pleura, empierna,
berisiko terhadap bronkiektasis, hernoptisis,
penyakitnya misalnya: u1serasi Gastro, Instestinal
bekerja di pengecoran (GD, fistula bronkopleural,
logam, pertambangan, Tuberkulosis laring, dan
pengecatan. penularan kuman.
29
yang tertutup jika batuk. keadaan yang lebih buruk.
i. Pemberian terapi
Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide, para-
amino salisik (PAS),
sikloserin, streptomisin.
30
BAB V1
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Pasien
Nama : TN.S
Umur : 55 Tahun
Tanggal Lahir : 19 september 1964
Jenis kelamin :Laki-laki
Alamat :Ngaluran , Demak
Status : Kawin
Perkawinan : Pertama
Agama : Islam
Suku :Jawa
Pendidikan : SD sederajat
Pekerjaan : Tani
Lama Bekerja :-
Tanggal Masuk RS : 7 januari 2020/ jam 14.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 8 januari 2020/jam 11.00 WIB
Sumber informasi : Pasien/keluarga/rekam medis, dll
Diagnosa Medis : TBC (tuberculosis paru)
Penanggung Jawab pasien :
Nama : TN.S
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
Pekerjaan : Wiraswasta
c. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi seperti debu,
makanan, obat, udara, dll
31
e. Riwayat Merokok
Pasien mengatakan Tidak mempunyai riwayat merokok
f. Riwayat Transfusi darah
Pasien mengatakan pernah mendapat transfusi darah sebnayak 6
kantong (jenis PRC golongan darah O)
Reaksi Alergi ? pada saat di berikan transfusi yang ke 6 pasien
merasakan gatal- gatal pada area lengan sebelah kanan.
32
C. PENGKAJIAN POLA GORDON
3. Pola eliminasi
33
Saat sakit :
Pasien mengatakan BAB lancar sehari 1 kali pada pagi hari
konsistensi lembek warna kekuningan dan bau khas.
BAK
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAK 7-8 kali sehari dengan konsistensi
warna kuning jernih berbau khas.
Saat sakit :
Pasien mengatakan BAK 5 kali tetapi sedikit .
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit & saat sakit
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitasnya secara
mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya, seperti
makan, minum, toileting, berpakaian, mobilitas, berpindah,
ambulasi.
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit perlu bantuan orang lain untuk
makan dan minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat
tidur dan ambulasi karena kaki lemas .
Saat sakit :
Pasien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak.
34
7. Pola pesepsi diri dan Konsep Diri
35
Pasien mengatakan setiap ada masalah selalu cerita ke istri
dan anak-anaknya untuk mencari solusi dan jalan keluarnya.
Saat sakit :
Pasien mengatakan selama sakit jika ada keluhan selalu
memberitahukan ke perawat dan dokter.
b. Wajah
Inspeksi : Tidak ada bekas luka, Warna kulit rata dengan kulit
disekitarnya tidak terpasang oksigen.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, Sklera berwarna putih,
Bentuk mata simetris, Pandangan sedikit kabur.
36
Palpasi : Tdak ada nyeri tekan pada mata.
d. Telinga
Inspeksi : Telinga simetris, Tidak ada bekas luka, Ada sedikit
serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
e. Leher
Inspeksi : Tidak ada bekas luka, Warna kulit rata dengan kulit
disekitarnya.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah
bening, Tidak ada nyeri tekan.
f. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, Tidak ada bekas luka, Warna
kulit rata.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Vokal fremitus bergetar sama
antara kanan dan kiri.
Perkusi : pekak
Auskultasi : Adanya suara tambahan (Ronchi)
g. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba 2 jari di ICS 5 Mid Clavikula
Sinestra
Perkusi : pekak
Auskultasi : Suara jantung reguler
h. Abdomen
Inspeksi : perut terlihat cembungTidak ada bekas luka, Warna
kulit sama dengan warna disekitarnya.
Auskultasi : Bising usus 15x/ menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi perut tympani
i. Genetalia
Inspeksi : Tidak terkaji
Palpasi : Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Inspeksi
Ekstremitas atas : Tidak terdapat luka, Terpasang infus
ditangan sebelah kanan.
Ekstermitas bawah : Tidak terdapat luka.
Palpasi
Ekstermitas atas : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Ekstermitas Bawah: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
37
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tgl Jenis Hasil Satuan Nilai normal Intepretasi
pemeriksaa
n
Hematologi
08-01- Hb L 12.6 g/dl 12 - 16 Sulfe Hb
2020 Leukosit 6.10 10^3/ul 4.8 – 10.8 Elec impedeance
09.54 Hematokrit L 37.60 % 36-46 Elec impedeance
WIB Trombosit 382 10^3/ul 150 - 400 Elec impedeance
a. Pemeriksan Radiologi
Foto Thorak (08-01-2020, Pukul: 16.00 WIB)
Hasil :
COR : Tidak membesar
Elognatio aorta
Pulmo : TB Paru aktif
DD// bronkopneumonia
b. PROGRAM TERAPI
Tangg Nama golonga Dosi Dosis Cara Efek Rute TT
al/jam obat n s pasien kerja samping D/
umu NA
m MA
08-01- Infus IV
2020 RL
09-01- codein Analgesi 15- 3x10m Meringa Pusing, Oral
2020 k 30m g nkan Mulut
g gejala kering,
batuk, Mual
mereda muntah,
kan rasa kehilanga
nyeri n nafsu
rigan makan,
Sembelit
Bisolvo 20 Mengob Reaksi Nebuli
n tetes ati alergi, zer
batuk Keringat
berdaha dingin,
k, batuk Insomnia
38
kering,
mengata
si gejala Nebuli
Combiv Bronkod 2,5 flu Sakit zer
Ent ilator ml 2,5 ml Mengat kepala,
asi pusing,
penyem Rasa
pitan mual, Nebuli
saluran Mulut zer
Pulmic kortikost 2 ml nafas. kering.
ort eroid 2 ml Mengur Sakit
angi kepala,
peradan keringat
gan atau berlebiha
pmbeng n, Nyeri
kakan sendi dan
saluran otot,
nafas. muntah
mual,
nafsu
makan
berkurang
NO PARAMETER SCORE
39
2 Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu
makan/kesulitan menerima makan?
YA 1
TIDAK 0
TOTAL 2
Keterangan : 3
Jika hasil total nilai lebih dari 2, maka perlu konsultasi ahli gizi.
SKAL NIL
NO PENGKAJIAN A AI
1 Riwayat jatuh : apakah pasien pernah jatuh 3 bulan TIDA
terakhir ? K 0
YA 25 25
2 Diagnosa sekunder : Apakah pasien memiliki lebih dari TIDA
satu penyakit ? K 0 0
YA 15
3 Alat bantu jalan :
Bed rest/dibantu perawat 0 0
kruk/tongkat/walker 15
berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, lemari,
meja) 30
Terapi Intravena : apakah saat ini pasien terpasang infus TIDA
4 K 0
YA 20 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah
normal/bedrest/immobile (tidak dapat bergerak sendiri) 0
lemah ( tidak bertenaga) 10
gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20 0
6 Status mental
Pasien menyadari kondisi dirinya 0 0
pasien mengalami keterbatasan daya ingat 15
JUM
LAH 45
Keterangan : 30
Tidak Beresiko : Nilai MRS 0-24 (Perawatan dasar)
Resiko Rendah : Nilai MRS 25-50 (Intervensi Pencegahan Standar)
Resiko Tinggi :> =50 (intervensi pencegahan resiko tinggi)
40
ANALISA DATA
41
DIAGNOSA KEPERAWATAN
42
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Tanggal Lahir : 19 september 1964
43
5. Berpartisip Fowler, ekspansi paru,
asi dalam Bantu/ajarkan ventilasi maksimal
program batuk efektif membuka area
pengobatan dan latihan atelektasis dan
sesuai napas dalam. peningkatan
kondisi. d. Bersihkan gerakan sekret agar
Mengidentifika sekret dari mudah dikeluarkan.
si potensial
mulut dan
komplikasi dan d.Mencegah
melakukan trakea,
tindakan tepat. obstruksi/aspirasi.
suction bila
Suction dilakukan
perlu.
bila pasien tidak
e. Pertahankan
mampu
intake cairan
mengeluarkan
minimal 2500
sekret.
ml/hari
kecuali e.Membantu
kontraindikasi mengencerkan
f. Lembabkan secret sehingga
udara/oksigen mudah dikeluarkan.
inspirasi.
f. Mencegah
g. Kolaborasi:B
pengeringan
erikan obat:
membran mukosa.
agen
mukolitik, g. Menurunkan
bronkodilator, kekentalan sekret,
kortikosteroid lingkaran ukuran
sesuai lumen
indikasi. trakeabronkial,
berguna jika terjadi
hipoksemia pada
kavitas yang luas.
44
8/01/2020 02 setelah diberikan a. Catat status a. Berguna dalam
Pukul
tindakan nutrisi paasien: mendefinisikan
11.00
WIB keperawatan turgor kulit, derajat masalah dan
3x24 jam timbang berat intervensi yang
diharapkan badan, integritas tepat
kebutuhan nutrisi mukosa mulut,
adekuat, dengan kemampuan
kriteria hasil: menelan, adanya b. Membantu
bising usus, intervensi
3. Menunjukkan
riwayat kebutuhan yang
berat badan
mual/rnuntah atau spesifik,
meningkat
diare. meningkatkan
mencapai
intake diet pasien.
tujuan b.Kaji ulang pola
dengan nilai diet pasien yang
laboratoriurn disukai/tidak
c. Mengukur
normal dan disukai.
keefektifan nutrisi
bebas tanda
dan cairan.
malnutrisi.
Melakukan c.Monitor intake d. Dapat
perubahan pola menentukan jenis
dan output secara
hidup untuk
meningkatkan periodik. diet dan
dan mengidentifikasi
mempertahankan d.Catat adanya
berat badan yang pemecahan masalah
tepat. anoreksia, mual,
untuk
muntah, dan
meningkatkan
tetapkan jika ada
intake nutrisi.
hubungannya
dengan medikasi.
Awasi frekuensi,
e. Membantu
volume,
menghemat energi
konsistensi
khusus saat demam
Buang Air Besar
terjadi peningkatan
45
(BAB). metabolik.
g.Anjurkan
makan sedikit h.Memberikan
dan sering bantuan dalarn
dengan makanan perencaaan diet
tinggi protein dan dengan nutrisi
karbohidrat. adekuat unruk
kebutuhan
h. Kolaborasi:
metabolik dan diet.
Rujuk ke ahli gizi
i. Nilai rendah
untuk
menunjukkan
menentukan
malnutrisi dan
komposisi diet.
perubahan program
terapi.
i. Awasi
pemeriksaan
laboratorium.
(BUN, protein
serum, dan
46
albumin).
47
dispnea, istirahat. untuk
kelemahan penyembuhan.
berlebihan,
d. Pasien mungkin
dan tanda d.Bantu pasien
nyaman dengan
vital dalam memilih posisi
kepala tinggi, tidur
rentan nyaman untuk
di kursi atau
normal. istirahat.
menunduk ke depan
meja atau bantal.
e.Bantu aktivitas
e. Meminimalkan
perawatan diri
kelelahan dan
yang diperlukan.
membantu
Berikan
keseimbanagnsuplai
kemajuan
dan kebutuhan
peningkatan
oksigen.
aktivitas selama
fase
penyembuhan.
48
IMPLEMENTASI
Nama : Tn.S
Tanggal Lahir : 19 september 1964
49
DO:Dahak pasien keluar berwarna kuning
1 keruh dan kental
50
EVALUASI
Nama : Tn.S
Tanggal Lahir : 19 september 1964
51
2 S:Pasien mengatakan masih mual tetapi
diit dari RS berusaha dihabiskan
O:Porsi diit habis
A:Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
53