Wita Dwi Av-150565201055-Fisip-2019
Wita Dwi Av-150565201055-Fisip-2019
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Program Kota Tanpa Kumuh ini merupakan program nasional yang bertujuan
untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar
di permukiman kumuh perkotaan untuk mewujudkan permukiman perkotaan yang
layak huni, produktif dan berkelanjutan. Dalam percepatan penanganan kawasan
kumuh mendukung gerakan 100-0-100 di perkotaan yaitu 100 persen akses air
minum, 0 persen kawasan pemukiman kumuh dan 100 persen sanitasi. Untuk
mensukseskan program KOTAKU tersebut, pemerintah Kota Tanjungpinang
melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungpinang
melakukan penyediaan prasarana dan sarana air limbah dengan pembangunan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPALD-T) skala permunkiman, yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
dialokasikan kepada daerah untuk meningkatkan akses sanitasi. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program kota tanpa
kumuh pada pengelolaan air limbah dan mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi implementasi program KOTAKU pada pengelolaan air limbah di
Kelurahan Kampung Bugis dengan menggunakan teori Van Metter dan Van Horn.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan informan
sebanyak 19 orang serta menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa saat ini implementasi belum
berjalan dengan maksimal, karena karena masih terdapat rumah tangga yang
belum mendapatkan aliran SPALD-T. Hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi adalah standar dan sasaran kebijakan: belum semua
rumah tangga terpenuhi; sumber daya: keterbatasannya pemahaman dan
kemampuan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat); hubungan antar organisasi:
sosialisasi yang dilakukan masih belum maksimal; kondisi sosial, ekonomi dan
politik: adanya kecemburuan sosial, pemahaman masyarakat masih minim karena
faktor pendidikan dan sulit dalam menyatukan pendapat/pemikiran antara anggota
KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat).
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH
2
Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH
3
Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH
1
PENDAHULUAN
apalagi didaerah kota-kota besar yang sudah tidak asing lagi. Banyaknya
permunkiman yang tidak sesuai dengan ketersediaan lahan yang ada dan
dasar dari manusia yaitu fasilitas perumahan yang menjadi tempat tinggal dan
Permukiman kumuh ini sering kali kotor, dimana fasilitas yang tersedia
tidak layak untuk digunakan, akses air bersih tidak ada sehingga masyarakat yang
tinggal disana sering menggunakan air kotor untuk aktivitas sehari-hari. Kualitas
penumpukan sampah, dan kualitas pembuangan air limbah tidak sesuai dengan
rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis
2
Pemerintah sebagai penyelenggara negara mempunyai tanggung jawab
bisa dilihat dari hasil kebijakan yang ditetapkannya. Tantangan saat ini bagi
Tahun 2015-2019 yaitu menjadikan kota tanpa permukiman kumuh di tahun 2019.
Berdasarkan Permen ini, maka dikeluarkanlah Surat Edaran Dirjen Cipta Karya
3
untuk masyarakat miskin, memandirikan masyarakat dengan melakukan
kawasan kumuh dan mendukung gerakan 100-0-100 di perkotaan yaitu 100 persen
akses air minum, nol persen kawasan pemukiman kumuh dan 100 persen sanitasi.
4
Penanganan permukiman kumuh membutuhkan kolaborasi banyak sektor
oleh banyak pihak untuk dapat mengerahkan beragam sumber daya dan dana dari
pihak swasta, perguruan tinggi dan kelompok peduli lainnya melalui keterpaduan
Kepulauan Riau, yang memiliki luasan wilayah darat 14.587,42 Ha, dan jumlah
keberadaan perumahan dan permunkiman yang ada menjadi tidak tertata dengan
baik atau kumuh. Program ini dilakukan oleh pemeritahan Kota Tanjungpinang
5
Perumahan dan Pemukiman Kumuh di Kota Tanjungpinang dengan memutuskan
6
Ditahun 2017 titik utama yang dilakukan pemerintah di Kota
program tersebut.
Rukun Warga (RW) dan 19 Rukun Tangga (RT), serta memiliki jumlah penduduk
yaitu 10.437 Jiwa dan 3047 KK (Monografi Kelurahan Kampung Bugis: 2018).
sebagai berikut:
Kriteria/
No % Parameter
Indikator
1 Keteraturan
41% Bagunan hunian tidak memiliki keteraturan
bangunan
Kepadatan Kawasan permunkiman memiliki kepadatan
bangunan rendah (17,9 unit/ha)
Ketidaksesuaaian dengan persyaratan teknis
Kelayakan fisik bangunan
25%
bangunan
7
Kriteria/
No % Parameter
Indikator
3 Pelayanan air Ketersediaan akses aman air minum yang
14%
minum/baku belum terlayani
Masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan
100% minimal 60 liter/orang/hari (mandi, minum,
cuci)
4 Drainase 8% Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air
lingkungan 19% Ketidaktersediaan darinase
Ketidakterhubungan dengan sistem drainase
5%
perkotaan
11% Tidak terpeliharanya drainase
Kualitas kontruksi drainase yang belum sesuai
2%
standar teknis
5
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai
59%
Pengelolaan air standar teknis
limbah
Sapras pengelolaan air limbah tidak sesuai
59%
persyaratan teknis.
6 Pengelolaan Sapras persampahan tidak sesuai dengan
93%
persampahan persyaratan teknis
Sistem pengelolaan persampahan yang tidak
31%
sesuai standar teknis
Tidak terpeliharanya sapras pengelolaan
93%
persampahan
7 Ketidaktersediaan prasarana proteksi
Pengamanan 61%
kebakaran
bahaya kebakaran
99% Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran
Sumber: KOTAKU Kota Tanjungpinang, 2018.
tidak keliru dalam mengkategorikan mana yang termasuk atau mana yang tidak
permunkiman kumuh yang berada di Kampung bugis yaitu, RW 001 yang terdiri
dari RT 001, 002 dan 003, serta RW 006 yang terdiri dari RT 001, 002, 003, dan
004
8
Dari beberapa indikator permukiman kumuh, terdapat salah satu indikator
yang menjadi fokus pembahasan peneliti yaitu, pengelolaan air limbah yang
termasuk kedalam program KOTAKU yaitu bagian sanitasi, karena masih banyak
pengolahan limbah rumah tangga sesuai persyaratan teknis dan tidak terpelihara
sarana dan prasarana pengolahan air limbahnya, yang mana kriteria permunkiman
kumuh itu salah satu hal yang paling dilihat adalah sanitasi seperti air limbah.
a. sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang
berlaku; dan/atau
persyaratan teknis.
(2) Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang
(3) Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan
9
prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau
permukiman dimana:
Kampung Bugis yaitu RW 001 dan RW 006 terdiri dari 385 unit rumah tangga
tidak memiliki sarana dan prasarana air limbah sesuai persyaratan teknis, dan
limbahnya. Namun dalam hal ini khususnya untuk di RW 006 total rumah yang
tidak memiliki sarana dan prasarana air limbah sesuai pesyaratan teknis dan tidak
terpelihara sarana dan prasarana pengolahan air limbah berjumlah 204 unit rumah
tangga. Dengan itu Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
limbah domestik ke dalam jaringan air limbah domestik yang disediakan oleh
pemerintah.
10
Dana yang digunakan SPALD-T bersumber dari APBN melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK) masuk menjadi dana APBD sebesar Rp. 2.060.000.000
(Dua Miliar Enam Puluh Juta Rupiah), dengan tujuan untuk membantu
menandanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. DAK Sub Bidang Air Limbah ini khususnya diperuntukkan
pembangunan daerah.
4 (empat) unit SPALD-T yang berada di daerah pesisir yaitu di RW 006; RT 001,
RT 002, RT 003. Dan RT 004. Setiap satu unit SPALD-T kouta yang diberikan
belum mendapatkan SPALD-T dari kouta yang sudah di tetapkan oleh Dinas
11
Berdasarkan tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa total keselurahan rumah
yang harus dipasang aliran SPALD-T di daerah pesisir yaitu 200 rumah tangga,
kemudian yang hanya terealisasi 145 SR jadi 55 rumah tangga yang belum
tercover oleh aliran SPALD-T. SPALD-T yang berada di Kampung Bugis ini
hanya fokus untuk pembuangan air tinja dan air seni saja. Tentunya ini masih
yakni:
Jumlah
NO Kelompok Swadaya Masyarakat RW VI
Penggurus
1 Kelompok Swadaya Masyarakat Anak Rantau (RT 001) 8 Orang
2 Kelompok Swadaya Masyarakat Anak Kasturi (RT 002) 8 Orang
3 Kelompok Swadaya Masyarakat Anak Pertiwi (RT 003) 8 Orang
4 Kelompok Swadaya Masyarakat Anak Rantau Bunga 8 Orang
Setangkai (RT 004)
Sumber: Kelurahan Kampung Bugis, 2018
Dari olahan peneliti diatas, telah jelas terdapat 4 (empat) SK KSM yang
dikeluarkan oleh Lurah Kampung Bugis untuk empat unit SPALD-T. Masing-
masing KSM ini bertugas sebagai mendukung dan mengelola hasil pembangunan
12
Kumuh (Studi Pada Pengelolaan Air Limbah di Kelurahan Kampung Bugis
deskriptif kualitatif. Menurut Meolong (2014: 11) deskriptif adalah data dalam
bentuk kata-kata, gambar, dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah.
Sedangkan kualitatif menurut Sugiyono (2011: 15) adalah data yang dinyatakan
Program KOTAKU Pada Pengelolaan Air Limbah Tahun 2018 mengacu pada
Van Meter dan Van Horn (dalam Mulyadi, 2016:72) menjelaskan bahwa ada
enam variabel yang mempengaruhi kinerja implemetasi, yaitu: (1) Standar dan
sasaran kebijakan, Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga
para agen implementasi. (2) Sumber daya, Kebijakan perlu didukung oleh sumber
daya, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. (3)
Kondisi sosial, ekonomi, politik, Kondisi sosial, ekonomi dan politik mencakup
13
mencakup tiga hal yang penting, yaitu: Respon implementor, Kognisi, Intensitas
disposisi implemetor.
karena masih terdapat rumah tangga yang belum mendapatkan aliran SPALD-T.
sambungan rumah dan yang terealisasi hanya 145 sambungan rumah, ternyata
pada pendapat yaitu Van Metter dan Van Horn (dalam Mulyadi, 2016:72) yang
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga tidak
14
ini sudah berjalan dengan syarat dan ketentuan yang ditetukan sesuai dengan
standar yang mengacu dengan aturan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Kumuh dan Pemukiman Kumuh dan Surat Edaran Dirjen Cipta Karya
Pada tahun 2018 kouta SPALD-T yang di berikan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang hanya 200 sambungan rumah dan yang terealisasi hanya 145
sambungan rumah, ternyata masih 55 unit rumah tangga yang belum terlayani
dengan adanya pembangunan SPALD-T ini dan masih menggunakan kloset yang
tidak layak.
b. Sumber Daya
Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu sumber daya
manusia maupun sumber daya non manusia. Sumber daya didalam pelaksanaan
pembangunan SPALD-T ini sudah cukup maksimal. Namun sumber daya manusia
dalam halnya TFL dan KSM tidak diberikan pelatihan secara teknis dan
kepada KSM sesuai dengan keahliannya masing-masing dan untuk sumber daya
15
yang diinginkan. Para pelaksana sudah mendapatkan sosialisasi terkait standar,
kominukasi antar instasi saling bekerjasama, sampai saat ini masih terjalin dengan
baik sehingga tidak pernah terjadi miss komunikasi antara dinas yang terlibat di
memahami akan manfaat dari adanya pengelolaan air limbah, karena RT/RW
adalah sikap yang tegas, kompeten dan memahami isi dari program. Dari kegiatan
ini sudah baik, dalam pelaksanaan dari awal sampai dengan selesai ada yang
sosial yang terjadi setelah SPALD-T ini sudah berdiri menimbulkan dampak bagi
masyarakat yaitu, salah satu dari SPALD-T mengeluarkan bau tidak sedap,
masyarakat lebih nyaman dan memilih menggunakan yang lama dari pada
menggunakan yang baru. Dari segi teknisnya disebabkan oleh faktor alam yang
membuat pembangunan SPALD ini menjadi terhambat yaitu pasang surut air laut
16
dan faktor cuaca seperti hujan, terjdi kecemburuan sosial, karena masih ada
paling mendominasi ialah lulusan SD/MI dengan jumlah 2780 jiwa, sedangkan
nelayan atau Ibu Rumah Tangga (IRT) bisa dikatakan rendahnya pemahaman
masyarakat. Sebab itu tidak tutup kemungkinan faktor ekonomi menjadi alasan
f. Disposisi Implementor
Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting , yaitu respon
pengelolaan air limbah ini, karena program ini dapat mengurangi dampak
KESIMPULAN
program kota tanpa kumuh pada pengelolaan air limbah di Kelurahan Kampung
17
Bugis Kota Tanjungpinang dapat disimpulkan bahwa implementasi pada
pengelolaan air limbah hingga saat ini belum berjalan dengan maksimal, karena
masih terdapat rumah tangga yang belum mendapatkan aliran SPALD-T. Total
204 unit, Pemerintah Kota Tanjungpinang yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan
dan yang terealisasi hanya 145 sambungan rumah, ternyata masih kurang 55 unit
DAFTAR REFERENSI
BUKU
Abidin, Said Zainal. (2012). Kebijakan Publik. Jakarta : Salemba Humanika
Agustino, Leo. (2008). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Moleong, Lexy J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mulyadi. (2016). Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta
Pasolong, Harbani. (2013). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Taufiqurakhman. (2014). Kebijakan Publik; Pendelegasian Tanggungjawa
Negara Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintahan. Jakarta
Pusat: Universitas Moestopo Beragama (Pers)
18
Santosa. Pandji. (2009). Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good
Governance. Bandung: Refika Aditama
Subarsono. A.G. (2005). Analisis Kebijakan Publik: Konsep,Teori Dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
(Mixed Methods). Bandung: Alpabeta
Syafiie, Inu Kencana. (2006). Ilmu Administrasi Publik (Edisi Revisi). Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Wahab, Abdul Solichin. (2017). Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke
Penyusunan Model- Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Winarno, Budi. (2014). Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus).
Yogyakarta: CAPS
19
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 H Ayat 1
Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan
Pemukiman
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan
Pemukiman Kumuh.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman (KSNP-SPALP)
Kementrian Pekerjaan dan Perumahan Rakyat Petunjuk Pelaksanaan Dana
Alokasi Khusus (DAK) bidang Infrastruktur Sub Bidang Saanitasi
Surat Edaran No 40/Se/Dc/2016 Tentang Pedoman Umum Program Kota Tanpa
Kumuh (KOTAKU)
Surat Keputusan Walikota Tanjungpinang No. 337 Tahun 2014 Tentang
Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan Dan Pemukiman Kumuh Di
KotaTanjungpinang
20