Abstrak
Kematian merupakan keadaan fitrah dalam kehidupan manusia. Seseorang dinyatakan
mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara
permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan. Kematian dapat terjadi
secara perlahan menurut alamiah penyakitnya namun dapat pula terjadi secara mendadak.
Kematian mendadak adalah suatu proses yang berhubungan terhadap waktu kematian yang
seketika pada suatu kejadian atau peristiwa Kematian mendadak dapat disebabkan karena
beberapa hal salah satunya akibat penyakit pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung
dan pembuluh darah menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian mendadak. Kasus ini
adalah kasus kematian mendadak kardiovaskuler yang kerap terjadi. Pemeriksaan forensik pada
kasus kematian mendadak diperlukan untuk menyingkirkan adanya tindak pidana. Pemeriksaan
terbaik adalah dengan melakukan autopsy, bila autopsi tidak dilakukan maka penyakit alamiah
tidak dapat diketahui. Aspek medikolegal pada kasus ini adalah suatu kematian akibat penyakit
alamiah yang diderita selama hidupnya, dengan tidak ditemukannya tanda -tanda kekerasan
maupun keracunan
Kata kunci : forensik, kematian mendadak, autopsi
Abstract
Death is a state of fitrah in human life. A person is declared dead if the function of the
heart, circulation and respiratory system is proven to have stopped permanently, or if the brain
stem death has been proven.1 Death can occur slowly according to the nature of the disease but
can also occur suddenly. Sudden death is a process that relates to the time of instant death on an
event or event. Sudden death can be caused by several things, one of which is due to diseases of
the heart and blood vessels. Heart and blood vessel disease ranks first as a cause of sudden
death. This case is a case of sudden cardiovascular death that often occurs. Forensic
examination in cases of sudden death is needed to rule out a crime. The best examination is to
do an autopsy, if the autopsy is not done then natural diseases cannot be known. The
medicolegal aspect in this case is a death from natural diseases suffered during his life, with no
signs of violence or poisoning being found.
Keywords: forensic, sudden death, autopsy.
Pendahuluan
Fungsi utama dari proses peradilan pidana adalah untuk mencari kebenaran sejauh yang
dapat dicapai oleh manusia dan tanpa harus mengorbankan hak-hak dari tersangka. Yang
bersalah akan dinyatakan bersalah dan yang memang tidak bersalah akan dinyatakan tidak
bersalah.1
Sudah merupakan kenyataan yang universal sifatnya bahwa manusia itu dapat membuat
kesalahan-kesalahan dalam hal persepsi dan ingatan. Sudah diketahui pula bahwa manusia itu
mempunyai kerentanan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang bersifat sugestif.1
Baik Undang-Undang atau peraturan tidak dapat berbuat apa-apa untuk memperbaiki
persepsi, daya konsentrasi dan ingatan seseorang yang kebetulan menjadi saksi dalam suatu
perkara criminal, akan tetapi Undang-Undang atau peraturan tersebut harus memakai saksi itu
bersedia.1
Semua alat-alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana yang berlaku mempunyai
kekuatan hokum yang sama. Permasalahannya terletak pada sejauh mana alat-alat bukti yang sah
itu berguna dan dapat membantu dalam proses peradilan pada umumnya dan khususnya dalam
proses penyidikan.1
Untuk dapat mengetahui dan dapat membantu dalam proses penyidikan, maka dalam
perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia diperlukan pengetahuan
khusus, yaitu ilmu kedokteran forensik.1
Proses penegakan hukum dan keadilan adalah merupakan suatu usaha ilmiah dan bukan
sekedar common-sense, non-scientific belaka. Dengan demikian, dalam perkara pidana yang
menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia, bantuan dokter dengan pengetahuan ilmu
kedokteran forensik yang dimilikinya sebagaimana yang tertuang dalam Visum et Repertum
yang dibuatnya mutlak diperlukan.1
Selain bantuan ilmu kedokteran forensik tersebut tertuang di dalam bentuk Visum et
Repertum, maka bantuan dokter dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat diperlukan di
dalam upaya mencari kejelasan dan kebenaran materiil yang selengkap-lengkapnya tentang suatu
perbuatan tindak pidana yang telah terjadi sehingga dengan demikian proses penegakan
hukumdan keadilan yang merupakan suatu usaha ilmiah dan bukan sekedar common-sense, non-
scientific baru dapat diwujudkan.1
Prosedur medikolegal
I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari
kaki atau bagian lain badan mayat.1
(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.1
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.1
II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.1
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.1
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.1
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar hal
itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.1
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.1
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.1
Aspek Hukum
Pasal 170
Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.1
Pasal 339
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana yang dilakukan
dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,
ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. 1
Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.1
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak 4500 rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara plaing lama 5 tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.1
Pasal 353
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.1
Pasal 354
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.1
Pasal 355
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
15tahun.1
Thanatologi
Thanatologi merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian
yaitu: definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulai dan
respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat yang
bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian
berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang
otak.
Waktu kematian
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian
akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian
terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30
sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam.
Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan
karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap
sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum mati.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga
serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam
ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.
Identifikasi Forensik
Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati,
berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi juga diartikan sebagai suatu
usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak
dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang
yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Identifikasi forensik
merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan
forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.4,5
Menentukan identitas korban seperti halnya identitas pada tersangka pelaku kejahatan
merupakan bagian yang terpenting dari penyidikan. Dengan dapat ditentukannya identitas
dengan tepat dapat dihindari kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal.
Penentuan identitas korban dilakukan dengan memakai metode identifikasi sebagai berikut:4,5
Visual
Termasuk metode yang sederhana dan mudah dikerjakan yaitu dengan
memperlihatkan tubuh terutama wajah korban kepada pihak keluarga, metode ini akan
memberi hasil jika keadaan mayat tidak rusak berat dan tidak dalam keadaan busuk
lanjut.4
Dokumen
KTP, SIM, kartu pelajar, dan tanda pengenal lainnya merupakan sarana yang
dapat dipakai untuk menetukan identitas. Dokumen yang ada di dalam saku seorang laki-
laki lebih bermakna bisa dibandingkan dengan dokumen yang berada dalam tas seorang
wanita, terutama pada kasus kecelakaan massal sehingga tas yang dipegang dapat
terlempat dan sampai ke dekat tubuh wanita lainnya. Hal mana tidak terjadi pada laki-laki
yang mempunyai kebiasaan menyimpan dokumen dalam sakunya. 4,5
Perhiasan
Merupakan metode identifikasi yang baik, walupun tubuh korban telah rusak atau
hangus. Inisial yang tedapat pada cincin dapat memberikan informasi siapa si pemberi
cincin tersebut, dengan demikian dapat diketahui pula identitas korban, Dalam penentuan
identifikasi dengan metode ini tidak jarang diperlukan keahlian dari seorang yang
memang ahli di bidang tersebut. 4,5
Pakaian
Pencatatan yang baik dan teliti dari pakaian yang dikenakan korban seperti model,
bahan yang dipakai, merek penjahit, label binatu dapat merupakan petunjuk siapa pemilik
pakaian tersebut dan tentunya identitas korban. 4
Identifikasi Medis
Merupakan metode identifikasi yang selalu dapat dipakai dan mempunyai nilai
tinggi dalam hal ketepatannya terutama jika korban memiliki status medis (medical
record, ante-mortem record), yang baik. Metode ini menggunakan data umum dan data
khusus. Data umum meliputi tinggi badan, perkiraan umur, berat badan, rambut, mata,
hidung, gigi dan sejenisnya. Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat
kongenital, bekas operasi, tumor dan sejenisnya. Metode ini mempunyai nilai tinggi
karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi
(termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan
pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini. Melalui
identifikasi medik diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tingi
badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.4,5
Gigi (odontologi)
Sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi ahli forensik, akan tetapi dalam prakteknya
hampir semuanya pemeriksaan dilakukan oleh dokter ahli ilmu kedokteran forensik
khususnya patologi Forensik. 4,5
Melihat sifat khusus dari gigi yaitu ketahanan serta tidak ada kesamaan bentuk
gigi pada setiap manusia, pemeriksaan ini mempunyai nilai tinggi seperti halnya sidik
jari, khususnya jika keadaan mayat telah busuk/ rusak dan terutama bila ada ante-mortem
record. Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi
dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa
gigi dan sebagainya. Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki
susunan gigi yang khas. Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara
membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.4,5
Sidik jari
Sidik jari atau finger prints dapat menentukan identitas secara pasti oleh karena
sifat kekhususannya yaitu pada setiap orang akan berbeda walaupun pada kasus saudara
kembar satu telur. Keterbatasannya hanyalah cepat rusak/ membusuknya tubuh.
Penggunaan sidik jari untuk memnetukan identitas seseorang tentunya baru dapat bila
orang tersebut sebelumnya sudah diambil sidik jarinya. Akan tetapi walaupun datanya
tidak ada pengambilan sidik jari pada korban tetap bermanfaat yaitu dengan
membandingkan sidik jari yang mungkin tertinggal pada alat-alat yang di rumah korban
(latent print).
Sedangkan pada kasus pembunuhan latent print yang ada pada senjata dapat
membuat si pelaku kejahatan tidak dapat mungkir atau mengelak dari tuduhan bahwa ia
telah melakukan pembunuhan.4,5
Serologi
Prinsipnya ialah dengan menentukan golongan darah, dimana pada umumnya
golongan darah seseorang dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani, dan cairan
tubuh lainnya. Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah
jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan
dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan
sidik DNA yang akurasinya sangat tinggi.5
Cara Kematian, mekanisme dan penyebab kematian
Sebab kematian adalah penyakit atau luka cedera yang bertanggung jawab atas
terjadinya kematian. Pada kasus ini penyebab kematiannya adalah atherosclerosis
dimana terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah jantung.
Mekanisme kematian adalah gangguan fisiologis dana tau biokimiawi yang
ditimbulkan oleh penyebab kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak
dapat terus hidup. Pada kasus ini mekanisme kematiannya adalah miokard infark
akut (MCI), dimana MCI adalah kondisi yang ditimbulkan akibat adanya
sumbatan pada pembuluh darah jantung sehingga kurangnya distribusi oksigen
dan nutrisi bagi jantung yang akan menyebabkan kerusakan jaringan atau
kematian otot jantung.
Cara kematian adalah macam kejadian yang menimbulkan penyebab kematian.
Pada kasus ini cara kematian korban adalah kematian mendadak yang dapat
diartikan sebagai kematian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan,
dengan batasan waktu kurang dari 48 jam sejak timbul dari gejala pertama.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
Darah merupakan cairan tubuh yang paling penting karena merupakan cairan biologic
dengan sifat-sifat potensial yang spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama
pemeriksaan darah forensic adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan
membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada objek, manusia dengan darah korban
atau darah tersangka pelaku kejahatan. Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa
bercak tersebut benar darah, darah dari manusia atau hewan, apabila dari manusia cari golongan
darah, darah menstruasi atau bukan.4
a. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi dari sel-sel darah merah.
Namun cara ini tidak dapat dilakukan apabila sel darah merah telah mengalami
kerusakan. Cara ini dilakukan dengan membuat sediaan hapus menggunakan pewarnaan
Wright atau Giemsa, dari kedua sediaan tersebut bisa dilihat bentuk dan inti sel darah
merah serta sel leukosit berinti banyak. Bila ditemukan drum stick dalam jumlah lebih
dari 0,05% dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita. 4
b. Pemeriksaan kimiawi
Cara ini dilakukan apabila sel darah merah dalam keadaan rusak sehingga
pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari
pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah. Pemeriksaan penyaring
darah, yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin yang menggunakan reagen larutan
jenuh kristal benzindin dalam asam asetat glacial dan pemeriksaan penyaring dengan
reaksi fenoftalin dengan reagen fenoftalin 2gr + 100ml NaOH 20% yang dipanaskan
dengan biji-biji zinc. 4
Hasil positif pada reaksi benzidin adalah terbentuknya warna biru gelap,
sedangkan pada reaksi fenoftalin timbul warna merah muda. Apabila hasil negative pada
kedua reaksi tersebut dipastikan bahwa bercak tersebut bukan darah. Apabila positif
maka bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.4
Tiga jenis visum yang pertama adalah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga
manusia yang berstatus sebagai korban, sedangkan jenis keempat adalah mengenai mental atau
jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana. Visum et Repertum
perlukaan, kejahatan susila dan keracunan serta Visum et Repertum psikiatri adalah visum untuk
manusia yang masih hidup sedangkan Visum et Repertum jenazah adalah untuk korban yang
sudah meninggal. Keempat jenis visum tersebut dapat dibuat oleh dokter yang mampu, namun
sebaiknya untuk Visum et Repertum psikiatri dibuat oleh dokter spesialis psikiatri yang bekerja
di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.
Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum
memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Pembukaan:
Kata “Pro Justisia” artinya untuk peradilan
Tidak dikenakan materai
Kerahasiaan
2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:
Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat Pembantu
Letnan Dua)
Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan
3. Pelaporan/inti isi:
Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)
Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan
diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)
4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan
pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis.
5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no. 8 tahun 1981 dan LN
no. 350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan
kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum tersebut.4,5
Kesimpulan
Kasus ini adalah kasus kematian mendadak kardiovaskuler yang kerap terjadi. Pemeriksaan
forensik pada kasus kematian mendadak diperlukan untuk menyingkirkan adanya tindak pidana.
Pemeriksaan terbaik adalah dengan melakukan autopsy, bila autopsi tidak dilakukan maka penyakit
alamiah tidak dapat diketahui. Aspek medikolegal pada kasus ini adalah suatu kematian akibat
penyakit alamiah yang diderita selama hidupnya, dengan tidak ditemukannya tanda -tanda kekerasan
maupun keracunan
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Dr. X , dokter pada Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian
Sektor Polda Metro Jaya tertanggal 20 April 2010 no 009/VER/I/2010, maka pada tanggal 20
April dua ribu sepuluh, pukul lima belas Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, telah dilakukan pemeriksaan terhadap jaringan dengan no
regristrasi 0088121, yang menurut surat tersebut
adalah:-------------------------------------------------------------------------------------
Nama : ------------------------------------------------------------------------------------------------
Umur : 73
tahun------------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : perempuan------------------------------------------------------------------------------------
Bangsa : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Agama : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : ------------------------------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------------
1. Ditemukan luka lecet pada lengan bawah kanan dan kiri ---------------------------------
2. Pada telapak tangan kiri ditemukan luka terbuka tepi tidak rata berukuran 4x3
cm-----------------------------
3. Pada Apex dan otot jantung ditemukan resapan darah------------------------------------
4. Pada pembuluh coroner jantung ditemukan penebalan (atherosclerosis) sebesar
80%-----------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
sebab mati korban adalah sumbatan pada pembuluh darah jantung, mekanisme kematianya
adalah acute miocard infark, sedangkan cara kematian korban adalah kematian
mendadak(sudden death)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA