Anda di halaman 1dari 41

Melakukan tindak tutur dan kesopanan dalam berbahasa

Lingusitik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Salah satu cabang dari linguistic adalah
pragmatic. Seorang ahli bahasa Leech mengemukakan bahwa pragmatic adalah studi yang mempelajari
tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu atau dalam konteks tertentu.

Atau dengan kata lain pragmatic merupakan cabang ilmu linguistic yang mengkaji hubungan timbal balik
antara fungsi dan bentuk tuturan Didalam pragmatic terdapat prinsip-prinsip tentang bagaimana seorang
manusia bertutur dalam situasi tertentu. Salah satu dari prinsip tersebut adalah prinsip kesantunan atau
kesopanan. Dengan kita mengetahui prinsip-prinsip kesopanan, penutur dapat menerapkannya dalam
situasi dan konteks tertentu.

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang berlangsung apabila antara penutur dan
mitra tutur memiliki kesamaan makna tentang pesan yang dikomunikasikan tersebut. Dalam pragmatic
mempelajari tindak tutur dan kesopanan dalam bertutur. Berikut penjelasan yang akan saya sampaikan
tentang tindak tutur dan kesopanan dalam bertutur.

Tindak tutur

Tindak tutur adalah salah satu analisis pragmatic yang mengkaji bahasa dengan aspek pemakaian
aktualnya. Tindak tutur pertama kali dikenalkan oleh Austin pada tahun 1965, yang merupakan teori
yang dihasilkan dari studinya. Kemudian teori ini dikembangkan oleh Searle (1969) dengan menerbitkan
sebuah buku Speech Acts: An Essay in the Philosphy of Language. Ia berpendapat bahwa komunikasi
bukan sekedar lambing, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari
lambing, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.

Leech (1994:4) menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan 5 aspek situasi
tutur yang tercakup: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tujuan
tuturan, (5) tindak tutur sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.
Suwito dalam bukunya Sosiolinguistik: Teori dan Problem mengemukakan jika peristiwa tutur (speech
event) merupakan gejala social dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu,
maka tindak tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukan oleh
kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

Austin membedakan 3 jenis tindakan:

Tindakan lokusi, mengucapkan sesuatu dengan kata atau kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus
menurut kaidah sintaksisnya. Contohnya, Ani: "Ibu sedang memasak di dapur", kalimat tersebut memiliki
informasi bahwa ibu dari si Ani sedang memasak di dapur.

Tindakan ilokusi, tindak tutur yang mengandung maksud, berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa,
kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan lain sebagainya. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan
beberapa fungsi dalam pikiran pembicara. Contohnya: Ayah: "Ujian sudah dekat" Jika sang Ayah bicara
pada anaknya, maka yang timbul di pikiran anak mungkin saja bisa berupa teguran dari sang Ayah agar
dia lebih rajin belajar karena ujian sudah dekat.

Tindakan perlokusi, tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur.
Tindak tutur perlokusi memilki akibat tuturan (hal yang dilakukan pendengar akibat ilokusi). Tindak tutur
perlokusi terjaadi bila lawan tutur melakukan sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi. Dari contoh 2
maka perlokusinya adalah anak belajar dengan rajin karena ujian sudah dekat.

Pembagian Tindak tutur:

Tindak tutur langsung, tindak tutur yang sesuai dengan fungsi kalimat yang membentuknya (kalimat
berita, Tanya dan perintah). Contoh, seorang Dokter berkata pada pasiennya "buka mulutnya!"

Tindak tutur tidak langsung, tindak tutur yang tidak sesuai dengan fungsi kalimat yang membentuknya.
Contoh Andi: "Bu, mau bikin kopi, tidak ada gulanya". Lalu Ibunya mengatakan " ini uangnya beli sana".
Tindak tutur Literal, tindak tutur yang memiliki maksud yang sama dengan kata-kata yang menyusunnya.
Contoh: Ayah " nilai raportmu bagus, ya!" , tindak tutur yang disampaikan seorang ayah kepada anaknya,
ketika melihat nilai raport yang diperolehnya bagus.

Tindak tutur Non-Literal, tindak tutur yang memiliki maksud yang berlawanan dengan kata-kata yang
menyusunnya. Contoh: Dosen: "Bagus, berisik aja terus!" tindak tutur bernada ironis yang disampaikan
oleh seorang dosen ketika mahasiswanya berisik. Bukan berarti dia memuji mahasiswa, akan tetapi
menyuruh mereka untuk tidak berisik.

Prinsip kesopanan dalam pragmatik

Banyak dari ahli linguistik yang mengemukakan konsep tentang kesopanan. Mereka mempunyai konsep
yang berbeda. Prinsip kesopanan berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat sosial, estetis,
dan moral dalam bertindak tutur. Didalam bertutur seorang penutur tidak hanya menyampaikan
informasi, tugas, kebutuhan, atau amanat tetapi lebih dari itu, yaitu menjaga dan memelihara hubungan
sosial antar penutur dan mitra tutur.

Prinsip kesopanan Brown dan Leinson (1978)

Brown dan Levinson menggemukakan wajah datang dalam dua varietas, yaitu wajah positif dan wajah
negatif. Wajah positif adalah keinginan seseorang untuk dipikirkan dengan baik. Manifestasinya mungkin
termasuk keinginan untuk memiliki apa yang kita kagumi dari orang lain, keinginan untuk dipahami, oleh
orang lain dan keinginan untuk diperlakukan sebagai teman dan orang kepercayaan. Tentang kualitas
pekerjaan seseorang mengancam wajah positif mereka.

Wajah negatif adalah keinginan untuk tidak dikenakan oleh orang lain dan merupakan ancaman bagi
fikiran negatif mereka. Dalam berhubungan satu sama lain, ucapan kita mungkin berorrientasi pada sisi
positif dan negatif. Contoh dari wajah positif adalah: "permisi pak, bisa bicara sebentar dengan anda?".
Sedangkan contoh wajah negatif adalah " aku akan menyuruhnya berhenti bahwa suaranya mengerikan
sekarang!".

HALAMAN :
1

LIHAT SEMUA

Advertisement

KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.

LABEL tekspragmatik humaniora bahasa

RESPONS : 0

Loading...

REKOMENDASI

Erick Thohir Mau Melawan Jokowi, Terkait Pendirian Holding BUMN?

Erick Thohir Mau Melawan Jokowi, Terkait Pendirian Holding BUMN?

Ikut Nasdem, Golkar Bikin Pusing Jokowi

Ikut Nasdem, Golkar Bikin Pusing Jokowi

Mengencangkan kulit wajah dan leher tanpa operasi!Disponsori

Mengencangkan kulit wajah dan leher tanpa operasi!

asia-secrets.com

Kenikmatan Seks Itu (Bukan) Tabu

Kenikmatan Seks Itu (Bukan) Tabu

Recommended by

BERI NILAI

AKTUAL

BERMANFAAT

INSPIRATIF
MENARIK

MENGHIBUR

TIDAK MENARIK

UNIK

KOMENTAR

LIHAT SEMUA KOMENTAR

Tulis Komentar Anda ...

KIRIM

TERBARU

Babinsa Koramil 0806/10 Pule Dampingi Kelompok Tani Panen Padi

Babinsa Koramil 0806/10 Pule Dampingi Kelompok Tani Panen Padi

Kodim Trenggalek

SOP untuk UMKM

SOP untuk UMKM

andi gadis kinanti

"Circle of Competence", Kunci Memenangkan Kompasiana Award

Adica Wirawan

JANGAN MENGIMBAU RASA MEMAKSA KE MENTERI NADIEM

JANGAN MENGIMBAU RASA MEMAKSA KE MENTERI NADIEM


Ningrum Ahmadi

HEADLINE

"End of The Road World Tour" Jadi Konser Perpisahan Kiss

Derby Asmaningrum

277

Pidato Nadiem untuk Hari Guru, 5 Perubahan Kecil Itu Sangatlah Berarti, Pak!

Pidato Nadiem untuk Hari Guru, 5 Perubahan Kecil Itu Sangatlah Berarti, Pak!

Ozy V. Alandika

3563

Sudut Pandang Lain atas Sumbangsih Rakyat untuk Pendanaan JKN

Sudut Pandang Lain atas Sumbangsih Rakyat untuk Pendanaan JKN

VINI ARISTIANTI

88

Batam Harus Pastikan Nelayan Tak Lagi Merana

Batam Harus Pastikan Nelayan Tak Lagi Merana

Sigit R

232

kompasiana

TENTANG KOMPASIANA

SYARAT DAN KETENTUAN

FAQ KOMPASIANA

KONTAK KAMI
JARINGAN

© 2018 KOMPASIANA.COM. A SUBSIDIARY OF KG MEDIA.

ALL RIGHTS RESERVED

NULIS

logo-kompasiana login

DAFTAR

Rika Juliana Tanjung

Rika Juliana Tanjung

FOLLOW

BAHASA

Pragmatik

3 Juli 2018 22:39 Diperbarui: 3 Juli 2018 22:39 598 0 0

Melakukan tindak tutur dan kesopanan dalam berbahasa

Lingusitik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Salah satu cabang dari linguistic adalah
pragmatic. Seorang ahli bahasa Leech mengemukakan bahwa pragmatic adalah studi yang mempelajari
tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu atau dalam konteks tertentu.

Atau dengan kata lain pragmatic merupakan cabang ilmu linguistic yang mengkaji hubungan timbal balik
antara fungsi dan bentuk tuturan Didalam pragmatic terdapat prinsip-prinsip tentang bagaimana seorang
manusia bertutur dalam situasi tertentu. Salah satu dari prinsip tersebut adalah prinsip kesantunan atau
kesopanan. Dengan kita mengetahui prinsip-prinsip kesopanan, penutur dapat menerapkannya dalam
situasi dan konteks tertentu.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang berlangsung apabila antara penutur dan
mitra tutur memiliki kesamaan makna tentang pesan yang dikomunikasikan tersebut. Dalam pragmatic
mempelajari tindak tutur dan kesopanan dalam bertutur. Berikut penjelasan yang akan saya sampaikan
tentang tindak tutur dan kesopanan dalam bertutur.

Tindak tutur

Tindak tutur adalah salah satu analisis pragmatic yang mengkaji bahasa dengan aspek pemakaian
aktualnya. Tindak tutur pertama kali dikenalkan oleh Austin pada tahun 1965, yang merupakan teori
yang dihasilkan dari studinya. Kemudian teori ini dikembangkan oleh Searle (1969) dengan menerbitkan
sebuah buku Speech Acts: An Essay in the Philosphy of Language. Ia berpendapat bahwa komunikasi
bukan sekedar lambing, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari
lambing, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.

Leech (1994:4) menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan 5 aspek situasi
tutur yang tercakup: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tujuan
tuturan, (5) tindak tutur sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

Suwito dalam bukunya Sosiolinguistik: Teori dan Problem mengemukakan jika peristiwa tutur (speech
event) merupakan gejala social dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu,
maka tindak tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukan oleh
kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

Austin membedakan 3 jenis tindakan:

Tindakan lokusi, mengucapkan sesuatu dengan kata atau kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus
menurut kaidah sintaksisnya. Contohnya, Ani: "Ibu sedang memasak di dapur", kalimat tersebut memiliki
informasi bahwa ibu dari si Ani sedang memasak di dapur.
Tindakan ilokusi, tindak tutur yang mengandung maksud, berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa,
kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan lain sebagainya. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan
beberapa fungsi dalam pikiran pembicara. Contohnya: Ayah: "Ujian sudah dekat" Jika sang Ayah bicara
pada anaknya, maka yang timbul di pikiran anak mungkin saja bisa berupa teguran dari sang Ayah agar
dia lebih rajin belajar karena ujian sudah dekat.

Tindakan perlokusi, tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur.
Tindak tutur perlokusi memilki akibat tuturan (hal yang dilakukan pendengar akibat ilokusi). Tindak tutur
perlokusi terjaadi bila lawan tutur melakukan sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi. Dari contoh 2
maka perlokusinya adalah anak belajar dengan rajin karena ujian sudah dekat.

Pembagian Tindak tutur:

Tindak tutur langsung, tindak tutur yang sesuai dengan fungsi kalimat yang membentuknya (kalimat
berita, Tanya dan perintah). Contoh, seorang Dokter berkata pada pasiennya "buka mulutnya!"

Tindak tutur tidak langsung, tindak tutur yang tidak sesuai dengan fungsi kalimat yang membentuknya.
Contoh Andi: "Bu, mau bikin kopi, tidak ada gulanya". Lalu Ibunya mengatakan " ini uangnya beli sana".

Tindak tutur Literal, tindak tutur yang memiliki maksud yang sama dengan kata-kata yang menyusunnya.
Contoh: Ayah " nilai raportmu bagus, ya!" , tindak tutur yang disampaikan seorang ayah kepada anaknya,
ketika melihat nilai raport yang diperolehnya bagus.

Tindak tutur Non-Literal, tindak tutur yang memiliki maksud yang berlawanan dengan kata-kata yang
menyusunnya. Contoh: Dosen: "Bagus, berisik aja terus!" tindak tutur bernada ironis yang disampaikan
oleh seorang dosen ketika mahasiswanya berisik. Bukan berarti dia memuji mahasiswa, akan tetapi
menyuruh mereka untuk tidak berisik.

Prinsip kesopanan dalam pragmatik


Banyak dari ahli linguistik yang mengemukakan konsep tentang kesopanan. Mereka mempunyai konsep
yang berbeda. Prinsip kesopanan berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat sosial, estetis,
dan moral dalam bertindak tutur. Didalam bertutur seorang penutur tidak hanya menyampaikan
informasi, tugas, kebutuhan, atau amanat tetapi lebih dari itu, yaitu menjaga dan memelihara hubungan
sosial antar penutur dan mitra tutur.

Prinsip kesopanan Brown dan Leinson (1978)

Brown dan Levinson menggemukakan wajah datang dalam dua varietas, yaitu wajah positif dan wajah
negatif. Wajah positif adalah keinginan seseorang untuk dipikirkan dengan baik. Manifestasinya mungkin
termasuk keinginan untuk memiliki apa yang kita kagumi dari orang lain, keinginan untuk dipahami, oleh
orang lain dan keinginan untuk diperlakukan sebagai teman dan orang kepercayaan. Tentang kualitas
pekerjaan seseorang mengancam wajah positif mereka.

Wajah negatif adalah keinginan untuk tidak dikenakan oleh orang lain dan merupakan ancaman bagi
fikiran negatif mereka. Dalam berhubungan satu sama lain, ucapan kita mungkin berorrientasi pada sisi
positif dan negatif. Contoh dari wajah positif adalah: "permisi pak, bisa bicara sebentar dengan anda?".
Sedangkan contoh wajah negatif adalah " aku akan menyuruhnya berhenti bahwa suaranya mengerikan
sekarang!".

HALAMAN :

LIHAT SEMUA

Advertisement

KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.

LABEL tekspragmatik humaniora bahasa

RESPONS : 0
Loading...

REKOMENDASI

Erick Thohir Mau Melawan Jokowi, Terkait Pendirian Holding BUMN?

Erick Thohir Mau Melawan Jokowi, Terkait Pendirian Holding BUMN?

Ikut Nasdem, Golkar Bikin Pusing Jokowi

Ikut Nasdem, Golkar Bikin Pusing Jokowi

Mengencangkan kulit wajah dan leher tanpa operasi!Disponsori

Mengencangkan kulit wajah dan leher tanpa operasi!

asia-secrets.com

Kenikmatan Seks Itu (Bukan) Tabu

Kenikmatan Seks Itu (Bukan) Tabu

Recommended by

BERI NILAI

AKTUAL

BERMANFAAT

INSPIRATIF

MENARIK

MENGHIBUR

TIDAK MENARIK

UNIK

KOMENTAR

LIHAT SEMUA KOMENTAR

Tulis Komentar Anda ...


KIRIM

TERBARU

Babinsa Koramil 0806/10 Pule Dampingi Kelompok Tani Panen Padi

Babinsa Koramil 0806/10 Pule Dampingi Kelompok Tani Panen Padi

Kodim Trenggalek

SOP untuk UMKM

SOP untuk UMKM

andi gadis kinanti

"Circle of Competence", Kunci Memenangkan Kompasiana Award

Adica Wirawan

JANGAN MENGIMBAU RASA MEMAKSA KE MENTERI NADIEM

JANGAN MENGIMBAU RASA MEMAKSA KE MENTERI NADIEM

Ningrum Ahmadi

HEADLINE

"End of The Road World Tour" Jadi Konser Perpisahan Kiss

Derby Asmaningrum

277

Pidato Nadiem untuk Hari Guru, 5 Perubahan Kecil Itu Sangatlah Berarti, Pak!

Pidato Nadiem untuk Hari Guru, 5 Perubahan Kecil Itu Sangatlah Berarti, Pak!
Ozy V. Alandika

3563

Sudut Pandang Lain atas Sumbangsih Rakyat untuk Pendanaan JKN

Sudut Pandang Lain atas Sumbangsih Rakyat untuk Pendanaan JKN

VINI ARISTIANTI

88

Batam Harus Pastikan Nelayan Tak Lagi Merana

Batam Harus Pastikan Nelayan Tak Lagi Merana

Sigit R

232

kompasiana

TENTANG KOMPASIANA

SYARAT DAN KETENTUAN

FAQ KOMPASIANA

KONTAK KAMI

JARINGAN

© 2018 KOMPASIANA.COM. A SUBSIDIARY OF KG MEDIA.

ALL RIGHTS RESERVED

NULIS

Asrul Nazar

Selasa, 26 Maret 2013


Tindak Tutur

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak tutur sebenarnya merupakan salah satu fenomena dalam masalah yang lebih luas, yang dikenal
dengan istilah pragmatik. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule,
misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2)
bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang
diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang
yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam
percakapan tertentu. Thomas menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua
bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan
makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif,
menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya Thomas
(1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan
negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan
makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran , mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang
mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).

Dalam studi sosiolinguistik telah seringkali dijelaskan, bahwa bahasa merupakan sebuah sistem, artinya
bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Di sisi
lain bahasa juga bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja:
fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan leksikon. Bahasa juga merupakan alat interaksi sosial atau
alat komunikasi manusia. Dalam konteks yang terakhir ini, diakui bahwa manusia dapat juga
menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang
paling baik di antara alat-alat komunikasi lainnya. Apalagi bila dibandingkan dengan alat komunikasi yang
digunakan makhluk sosial lain, yakni hewan. Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan
informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka,
dalam setiap proses komunikasi ini terjadilah apa yang disebut “peristiwa tutur” dan “tindak tutur”
dalam satu “situasi tutur”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka pada tulisan ini masalah yang dapat kami rumuskan adalah apa yang
dimaksud peristiwa tutur dan tindak tutur?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui teori-teori tentang peristiwa tutur dan
tindak tutur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur (inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam
satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu
pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara
seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati pula dalam acara diskusi di
ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.

Sebuah percakapan dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi beberapa
persyaratan. Del Hymes (1972), seorang pakar linguistik terkenal menjelaskan, bahwa suatu peristiwa
tutur harus memenuhi delapan komponen, yang apabila huruf-huruf pertamannya dirangkaikan menjadi
akronim SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut adalah:

S (= Setting and scene)

P (=Participants)

E (= Ends : Purpose and goal)

A (= Act sequences)

K (= Key : tone or spirit of act)

I (= Instrumentalities)

N (=Norms of Interaction and interpretation)

G (= Gennres)[1][3]

Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan
scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan
situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di
lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi ramai tentu berbeda dengan
pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di
lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tapi di ruang perpustakaan harus seperlahan
mungkin.
Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa
dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran
sebagai pembicara atau pendengar, tetapi dalam khutbah di masjid, khotib sebagai pembicara dan
jamaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan
ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang
berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingan kalau dia berbicara terhadap
teman-teman sebayannya.

Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan
bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara, namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur
itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, pembela berusaha
membuktikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan
dengan adil.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata
yang digunakan, bagaimana penggunaannya dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik
pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah
berbeda. Begitu pula dengan isi yang dibicarakan.

Key, mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan disampaian dengan senang hati,
dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga
ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui
telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti
bahasa, dialek, ragam, atau register.

Norm of interaction and interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya,
yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma
penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya.

B. Sejarah Tindak Tutur

Bahasa dalam keadaannya yang abstrak (karena berada di dalam benak) tidak bisa langsung dicapai oleh
pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan buku tata bahasa. Menurut pengalaman
nyata, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk tindakan atau tingkah tutur individual. Karena itu tiap
telaah struktur bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak tutur. Wujudnya ialah bahasa lisan.

Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam satu
situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak
tutur (inggris: speech act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur
merupakan gejala sosial seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwannya, tetapi dalam tindak
tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur
merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi.

Istilah dan teori mengenai tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin, seorang guru besar di
Universitas Harvard, pada tahun 1956. Teori yang berasal dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh
J.O. Urmson (1965) dengan judul How to do Thing with Word ? tetapi teori tersebut baru menjadi
terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969) menerbitkan buku berjudul Speech Act and Essay in
The Philosophy of Language.

C. Teori Tindak Tutur

Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik
sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi nanalisis topik-topik
pragmatik lain seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerja sama, dan prinsip
kesantunan. Kajian pragmatik yang tidak mendasarkan analisisnya pada tindak tutur bukanlah kajian
pragmatik dalam arti yang sebenarnya.

Suwito dalam bukunya Sosiolinguistik: Teori dan Problem mengemukakan jika peristiwa tutur (speech
event) merupakan gejala sosial dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu,
maka tindak tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukanm oleh
kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Jika dalam peristiwa tutur orang
menitikberatkan pada tujuan peristiwa, maka dalam tindak tutur lebih memperhatikan makna atau arti
tindakan dalam tuturan itu.

Dari literatur pragmatik, dapat dijelaskan bahwa tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat
psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu. serangkaian tindak tutur akan
membentuk suatu peristiwa tutur (speech event). Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan
suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu fungsional dalam komunikasi yang
mempertimbangkan aspek situasi tutur.

Sebelum membicarakan teori mengenai tindak tutur itu lebih lanjut lagi, ada baiknya kita bicarakan dulu
mengenai pembagian jenis kalimat yang dilakukan oleh para ahli tata bahasa tradisional. Menurut tata
bahasa tradisional ada tiga jenis kalimat yaitu, kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat
imperatif. Kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya hanya meminta pendengar atau yang mendengar
kalimat itu untuk menaruh perhatian saja, tidak usah melakukan apa-apa sebab maksud si pengujar
hanya untuk memberitahukan saja. Kalimat interogatif adalah kalimat yang isinya meminta agar
pendengar atau orang yang mendengar kalimat itu untuk memberi jawaban secara lisan. Jadi yang
diminta bukan hanya sekedar perhatian, melainkan juga jawaban. Sedangkan kalimat imperatif adalah
kalimat yang isinya meminta agar si pendengar atau yang mendengar kalimat itu memberi tanggapan
berupa tindakan atau perbuatan yang diminta.

Pembagian kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif adalah berdasarkan bentuk kalimat secara
terlepas. Artinya kalimat dilihat atau dipandang sebagai satu bentuk keutuhan tertinggi. Kalau kalimat-
kalimat itu dipandang pada tataran yang lebih tinggi yakni dari tingkat wacana maka kalimat-kalimat
tersebut dapat saja menjadi tidak sama antara bentuk formalnya dengan bentuk isinya. Ada
kemungkinan sebuah kalimat deklaratif atau kalimat interogatif tidak lagi berisi pernyataan dan
pertanyaan melainkan menjadi berisi perintah. Hal ini dilakukan untuk mempertimbangkan norma sosial
dan etika tutur. Jadi, bukan kalimat imperatif yang diujarkan melainkan kalimat deklaratif atau
interogatif.

Austin(1962) membedakan kalimat deklaratif berdasarkan maknanya menjadi kalimat konstatif dan
kalimat performatif. Yang dimaksud dengan kalimat konstatif adalah kalimat yang berisi pernyataan
belaka seperti “Ibu dosen kami cantik sekali”, atau “Pagi tadi dia terlambat bangun”. Sedangkan yang
dimaksud dengan kalimat performatif adalah kalimat yang berisi perlakuan. Artinya apa yang diucapkan
oleh si pengujar berisi apa yang dilakukannya. Misalnya, kalau seorang rektor mengatakan, “Dengan
mengucapkan Bismillah acara pelatihan ini saya buka”, maka makna kalimat itu adalah apa yang
diucapkannya. Atau dengan kata lain, apa yang dilakukannya itu adalah apa yang diucapkannya.

Kalimat performatif dapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara eksplisit dan implisit. Secara
eksplisit, artinya, dengan menghadirkan kata-kata yang mengacu pada pelaku seperti saya atau kami.
Umpamanya, “Saya berjanji akan mengirimkan uang itu secepatnya”. Sedangkan kalimat performatif
yang implisit adalah yang tanpa menghadirkan kata-kata yang menyatakan pelaku. Misalnya “jalan
ditutup” (yang secara implisit memperingatkan untuk tidak melewati jalan itu). Di balik kalimat-kalimat
performatif yang implisit itu tentunya ada pihak yang meminta agar kita melakukan apa yang dimintanya.

Austin (1960:150-163) membagi kalimat performatif menjadi lima kategori, yaitu (1) kalimat verdiktif
yakni kalimat perlakuan yang menyatakan keputusan atau penilaian, misalnya, “Kami menyatakan
terdakwa bersalah”; (2) kalimat eksersitif yakni kalimat perlakuan yang menyatakan nasihat, peringatan,
dan sebagainya, misalnya, “Kami harap kalian setuju dengan keputusan ini”; (3) kalimat komisif adalah
kalimat perlakuan yang dicirikan dengan perjanjian, pembicara berjanji dengan Anda untuk melakukan
sesuatu, misalnya, “Besok kita menonton sepak bola”; (4) kalimat behatitif adalah kalimat perlakuan
yang berhubungan dengan tingkah laku sosial karena seseorang mendapat keberuntungan atau
kemalangan, misalnya, “Saya mengucapkan selamat atas pelantikan Anda menjadi mahasiswa teladan”;
dan (5) kalimat ekspositif adalah kalimat perlakuan yang memberi penjelasan, keterangan, atau perincian
kepada seseorang, misalnya, “Saya jelaskan kepada Anda bahwa dia tidak bersalah”.

Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin (1962: 100-102) dirumuskan
sebagai tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu:

1) Tindak tutur lokusi, yakni tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak
tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (pernyataan). Misalnya, “Ibu berkata
kepada saya agar saya membantunya”.

2) Tindak tutur ilokusi, adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif
yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima
kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Misalnya “Ibu menyuruh saya agar segera berangkat”.
Kalau tindak tutur ilokusi hanya berkaitan dengan makna, maka makna tindak tutur ilokusi berkaitan
dengan nilai, yang dibawakan oleh preposisinya.

3) Tindak tutur perlokusi, adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain
sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistic dari orang lain itu. Misalnya, karena adanya ucapan
dokter (kepada pasiennya) “Mungkin ibu menderita penyakit jantung koroner”, maka si pasien akan
panik dan sedih.

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau The Act of
Saying Something tindakan untuk mengatakan sesuatu. Fokus lokusi adalah makna tuturan yang
diucapkan, bukan mempermasalahkan maksud atau fungsi tuturan itu. Rohmadi mendefinisikan bahwa
lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh
kata, frasa, dan kalimat itu. Lokusi dapat dikatakan sebagai the act of saying something. Tindak lokusi
merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi karena dalam pengidentifikasiannya tidak
memperhitungkan konteks tuturan. Dengan kata lain, tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang
menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan
dapat dipahami. Misalnya:

1. Jembatan Suramadu menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura

2. Tahun 2004 gempa dan tsunami melanda Banda Aceh.

Dua kalimat di atas dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk memberi informasi
sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu. apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya.
Informasi yang diberikan pada kalimat pertama adalah mengenai jembatan Suramadu yang
menghubungkan pulau Jawa dan Pulau Madura. Sedangkan kalimat kedua memberi informasi mengenai
gempa dan tsunami yang pada tahun 2004 melanda Banda Aceh. Lalu, apabila disimak baik-baik
tampaknya tindak tutur louksi ini hanya memberi makna secara harfiah, seperti yang dinyatakan dalam
kalimatnya.

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang
eksplisit. Menurut pendapat Austin ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Ilokusi merupakan tindak
tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Bagi Austin, tujuan penutur dalam
bertutur bukan hanya untuk memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan tertentu.
Bahkan tujuannya adalah untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang memberikan konstribusi jenis
gerakan interaksional tertentu pada komunikasi. Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan
pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Misalnya:

1. Sudah hampir pukul tujuh

Kalimat di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi hari, selain memberi informasi
tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu mengingatkan si istri bahwa si suami harus segera berangkat ke
kantor, jadi minta disediakan sarapan. Oleh karena itu, si istri akan menjawab mungkin seperti kalimat
berikut, “Ya Pak! Sebentar lagi sarapan siap.
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain
sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain. Misalnya:

1. Rumah saya jauh sih

2. Minggu lalu saya ada keperluan keluarga yang tidak dapat ditinggalkan

Tuturan pada kalimat pertama bukan hanya memberi informasi bahwa rumah si penutur itu jauh, tetapi
juga bila dituturkan oleh seorang guru kepada kepala sekolah dalam rapat penyusunan jadwal pelajaran
pada awal tahun menyatakan maksud bahwa si penutur tidak dapat datang tepat waktu pada jam
pertama. Maka efeknya atau pengaruhnya yang diharapkan si kepala sekolah akan memberi tugas
mengajar tidak pada jam-jam pertama, melainkan pada jam-jam lebih siang. Kalimat kedua selain
memberi informasi bahwa si penutur pada minggu lalu ada kegiatan di keluarga, juga bila dituturkan
pada lawan tutur yang pada minggu lalu mengundang untuk hadir pada resepsi pernikahan, bermaksud
juga minta maaf. Lalu, efek yang diharapkan adalah agar si lawan tutur memberi maaf kepada si penutur.

Untuk memperjelas pemahaman kita tentang lokusi, ilokusi dan perlokusi dapat kita lihat dengan
memberi contoh dalam satu tuturan.

“Anjing galak itu ada di kebun”

Jika penutur yang mengatakan kalimat tersebut sedang berusaha memproduksi kalimat yang maknanya
didasarkan pada acuan anjing dan kebun tertentu dalam dunia luar, maka penutur ini sedang
memproduksi tindak lokusi. Sedangkan jika si penutur bermaksud memperingatkan seseorang agar tidak
masuk ke dalam kebun karena di dalam kebun ada anjing galak, maka peringatan merupakan daya ilokusi
ujaran itu. Dan Jika dengan mengujarkan “Anjing galak itu ada di kebun”, penutur berhasil menghalangi
pendengarnya untuk masuk ke dalam kebun, maka melalui ujaran ini, penutur telah melakukan suatu
tindak perlokusi.

Pencetus teori tindak tutur, Searle membagi tindak tutur menjadi lima kategori:

1. Representative/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang
diujarkan. Tindak tutur jenis ini juga disebut dengan tindak tutur asertif. Yang termasuk tindak tutur jenis
ini adalah tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan
kesaksian, menyebutkan, berspekulasi. Contoh jenis tuturan ini adalah: “Adik selalu unggul di kelasnya”.
Tuturan tersebut termasuk tindak tutur representatif sebab berisi informasi yang penuturnya terikat oleh
kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung jawab bahwa tuturan yang diucapkan itu memang
fakta dan dapat dibuktikan di lapangan bahwa si adik rajin belajar dan selalu mendapatkan peringkat
pertama di kelasnya. Contoh yang lain adalah: “Tim sepak bola andalanku menang telak”, “Bapak
gubernur meresmikan gedung baru ini”.

2. Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar melakukan
tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur
impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak,
memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon,
menantang, memberi aba-aba. Contohnya adalah “Bantu aku memperbaiki tugas ini”. Contoh tersebut
termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab tuturan itu dituturkan dimaksudkan penuturnya agar
melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam tuturannya yakni membantu memperbaiki
tugas. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur
setelah mendengar tuturan tersebut.

3. Ekspresif/evaluatif. Tindak tutur ini disebut juga dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif
adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal
yang disebutkan dalam tuturan itu, meliputi tuturan mengucapkan terima kasih, mengeluh,
mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, meyalahkan, dan mengkritik. Tuturan “Sudah kerja keras
mencari uang, tetap saja hasilnya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga”. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh yang dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang
dituturkannya, yaitu usaha mencari uang yang hasilnya selalu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. Contoh tuturan lain adalah “Pertanyaanmu bagus sekali” (memuji), “Gara-gara kecerobohan
kamu, kelompok kita didiskualifikasi dari kompetisi ini” (menyalahkan), “Selamat ya, Bu, anak Anda
perempuan” (mengucapkan selamat).

4. Komisif. Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan
segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan
kesanggupan, berkaul. Contoh tindak tutur komisif kesanggupan adalah “Saya sanggup melaksanakan
amanah ini dengan baik”. Tuturan itu mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-
baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi apa yang telah dituturkannya.
Cotoh tuturan yang lain adalah “Besok saya akan datang ke pameran lukisan Anda”, “Jika sore nanti
hujan, aku tidak jadi berangkat ke Solo”.

5. Deklaratif/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal
(status, keadaan, dsb) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga dengan istilah isbati. Yang termasuk ke
dalam jenis tuutran ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan, memutuskan, membatalkan,
melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, mengampuni, memaafkan. Tindak
tutur deklarasi dapat dilihat dari contoh berikut ini.

“Ibu tidak jadi membelikan adik mainan.” (membatalkan)

“Bapak memaafkan kesalahanmu.” (memaafkan)

“Saya memutuskan untuk mengajar di SMA almamater saya.” (memutuskan).

Tindak tutur juga dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.
Tindak tutur langsung merupakan bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan,
sedangkan tindak tutur tidak langsung merupakan bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat
suatu permohonan. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur
langsung. Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan imperatif secara konvensional dituturkan
untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan memerintahkan mitra tutur melakukan
sesuatu. Kesesuaian antara modus dan fungsinya secara konvensional inilah yang merupakan tindak
tutur langsung. Sebaliknya, jika tututan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah atau
tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional, tuturan itu merupakan tindak
tutur tidak langsung. Misalnya, pernyataan “Di luar dingin”. Jika tuturan ini digunakan untuk membuat
suatu pernyataan dengan maksud menginformasikan kepada pendengar tentang cuaca maka tuturan
tersebut berfungsi sebagai tindak tutur langsung. Sedangkan jika tuturan itu digunakan untuk membuat
suatu perintah atau permohonan dalam arti si penutur memohon kepada pendengar agar menutup
pintu, maka tuturan tersebut berfungsi sebagai suatu tindak tutur tidak langsung.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan
oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

2) Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam
satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah
tindak tutur (inggris: speech act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan.

3) Austin(1962) membedakan kalimat deklaratif berdasarkan maknanya menjadi kalimat konstatif dan
kalimat performatif.
4) Pencetus teori tindak tutur, Searle membagi tindak tutur menjadi lima kategori yakni
representative, komisif, direktif, ekspresif, dan deklaratif.

5) Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin dirumuskan sebagai tiga
peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu: lokusi, ilokusi dan perlokusi.

B. Saran

Besar harapan kami dari penulis agar apa yang telah kami paparkan dalam makalah ini bisa
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Serta apa yang kami sajikan dapat
dipergunakan untuk kepentingan yang positif sehingga berdampak baik bagi penulis maupun pembaca.

Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis merasa bahwa apa yang telah kami sajikan
masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya kami masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 1995. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Padang: IKIP Padang.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik (Sebuah Perspektif Multidisipliner). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasanuddin WS, dkk. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia. Bandung: Angkasa.


Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik (Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia). Jakarta: Erlangga.

Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford. Oxford University Press.

Unknown di 21.36

Berbagi

2 komentar:

shai4 November 2019 20.16

makasiiih

Balas

watpedia5 November 2019 17.31

Kata Kerja Imperatif adalah kelas kata yang berfungsi memberikan perintah atau instruksi kepada
pendengar atau pembacanya. Secara umum, kata kerja_imperatif ini biasa digunakan ketika ingin
melarang, memerintah atau meminta sesuatu kepada seseorang. Kata kerja ini dapat kita kenali dari
konotasi cara bicaranya. Disamping mengenali konotasi cara berbicanya, kata kerja_imperatif juga dapat
kita kenali dari bentuk penulisannya. Seperti: Disertai dengan tanda seru (!)

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Putra Cijaty

Pasang Iklan

Home MAKALAH MAKALAH ANALISIS SWOT

MAKALAH ANALISIS SWOT

Bam 25 March 12, 2012 MAKALAH 5 comments

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) telah menjadi salah satu alat yang
berguna dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai
aplikasi alat Bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program baru di lembaga
pendidikan kejuruan.

Proses penggunaan manajemen analisa SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang
strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities
(ancaman) dan threats (peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah
sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah lembaga pendidikan. Selama
dekade terakhir abad ke duapuluh, lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan
gaya hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-perubahan baru. Perubahan dari masyarakat
industri ke masyarakat informasi dan dari ekonomi yang berorientasi manufaktur ke arah orientasi jasa,
telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap permintaan atas program baru.

Para administrator atau pengelola sekolah kejuruan harus berperan sebagai penggagas atau inovator
dalam merancang masa depan lembaga yang mereka kelola. Strategi-strategi baru yang inovatif harus
dikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan akan melaksanakan tanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang khusunya pada abad 21 dan setelahnya. Untuk melakukan
hal ini, antara lain dibutuhkan sebuah pengujian mengenai bukan saja lingkungan lembaga pendidikan
itu sendiri tetapi juga lingkungan eksternalnya (Brodhead, 1991).

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats).

Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut.

Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana
aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada
dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Demikian seperti yang SerbaSeru.Com kutip dari laman Wikipedia Indonesia.
B. RUANGLINGKUP DAN TUJUAN

Lingkungan organisasi pendidikan selalu berubah dari tahun ke tahun. Yang dimaksud dengan lingkungan
adalah alam fisik, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia dengan kebudayaannya. Di antara jenis
lingkungan yang paling pesat berkembang adalah manusia dengan kebudayaannya. Perkembangan jenis
lingkungan inilah terutama yang memberi tantangan bagi para manajer lembaga pendidikan dalam
mengubah struktur organisasi. Perubahan lingkungan pendidikan indonesia yang menonjol ialah

1) perubahan ilmu dan teknologi dunia,

2) perkembangan kehidupan dan cara hidup masyarakat,

3) penyempurnaan pelaksanaan pendidikan,

4) peningkatan pendidikan afeksi untuk mengimbangi perkembangan kognisi dan,

5) pembinaan generasi penerus agar mampu meneruskan pembangunan.

Para manajer pendidikan harus responsif terhadap perubahan-perubahan itu dan berusaha menjawab
tantangan-tantangan itu dengan cara mengubah atau menyesuaikan struktur organisasinya, membentuk
struktur baru yang cocok untuk peningkatan pendidikan yang lebih tepat dengan tuntutan zaman.
Demikian tak terkecuali bagi pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di
Indonesia juga mempunyai tanggung jawab terhadap perubahan dan rekayasa sosial. Karena memiliki
model pendidikan dan cara belajar santri, pesantren selayaknya menjadi lembaga tafaqquh fiddin dalam
arti luas bukan hanya dimaknai menjadi lembaga pendidikan fiqih. Dalam kaitannya dengan respon
keilmuan pesantren terhadap dinamika modernitas, terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan.
Dimana keduanya merupakan upaya kultural keilmuan pesantren, sehingga keilmuan pesantren tetap
menemukan relevansinya dengan perkembangan kontemporer. Penentuan arah pengembangan suatu
lembaga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Lingkungan internal
adalah suatu kekuatan yang berada di luar lembaga dimana lembaga tidak mempunyai pengaruh sama
sekali terhadapnya sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi
kinerja lembaga.

Sedangkan lingkungan eksternal adalah lebih pada analisa intern lembaga dalam rangka menilai atau
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap unit kerja.Ada dua faktor yang membuat analisa
lingkungan menjadi suatu analisa penting dalam pengembangan sebuah lembaga terutama lembaga
pendidikan. Yang pertama organisasi atau lembaga tidak berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan
bagian-bagian dari lingkungannya dan lingkungan itu sendiri selalu berubah setiap saat dan yang kedua
pengaruh lingkungan yang sangat rumit dan komplek dapat mempengaruhi kinerja banyak bagian yang
berbeda dari sebuah lembaga. Dalam melakukan analisa eksternal, perusahaan menggali dan
mengidentifikasikan semua opportunity (peluang) yang berkembang dan menjadi trend pada saat itu
serta treath (ancaman) dari para pesaing. Sedangkan analisa internal lebih menfokuskan pada identifikasi
strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) dari perusahaan. Telaah lingkungan internal (PLI) adalah
mencermati (scanning) kekuatan dan kelemahan di lingkungan internal organisasi sendiri yang dapat
dikelola manajemen meliputi antara lain:

a. Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personelnya.

b. Sistem organisasi dalam mencapai efektifitas organisasi termasuk efektivitas komunikasi internal.

c. Sumber daya manusia, Sumber daya alam, tenaga terampil dalam tingkat pemberdayaan sumber daya,
termasuk komposisi dan kualitas sumber daya manusianya.

d. Biaya operasional berikut sumber dananya.

e. Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kinerja/misi organisasi yang sudah
ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal organisasi seperti teknologi yang
telah digunakan sampai saat ini.

Telaah Lingkungan Eksternal (PLE) adalah mencermati (scanning) peluang dan tantangan yang ada di
lingkungan eksternal organisasi sendiri (yang tidak dapat dikelola manajemen) yang meliputi berbagai
faktor yang dapat dikelompokkan dalam bidang/aspek.

a. Task Environment, secara langsung berinteraksi dan mempengaruhi organisasi seperti: Klien,
Konsumen, Stakeholder, pesan Pelanggan.

b. Societal Envirnment, pada umumnya terdiri dari beberapa elemen penting seperti Ekonomi, Teknologi,
Sosial Budaya, Politik.

1) Economic Environment, merupakan suatu kerawanan bagi kebanyakan organisasi, dan analisisnya
paling sulit dilakukan, karena menyangkut ekonomi tingkat nasional. Misalnya, masalah keuangan
negara, tingkat inflasi, suku bunga, dan sebagainya.

2) Technological Environment, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan
economic environment. Kemajuan teknologi yang dapat sangat pesat pada saat ini menuntut organisasi
untuk selalu mengikuti perubahan teknologi ini agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

3) Social Environment, menjadi yang paling penting dalam kehidupan organisasi karena menyangkut
perilaku sosial dan nilai-nilai budaya (social attitude and values). Transparasi/keterbukaan merupakan
suatu tuntutan baru, terutama terhadap pemerintahan, sementara kritik masyarakat harus diperhatikan,
dan adanya tuntutan akan peningkatan ”quality of life”yang semakin gencar.

4) Political Environment, merupakan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan bidang


kegiatan organisasi, misalnya kebijakan perpajakan moneter, perizinan, yang mempunyai dampak jangka
panjang pada efektivitas organisasi. Hal ini akan terasa pada organisasi yang bidang kegiatannya telah
diatur oleh pemerintah (termasuk administrasi dan organisasi publik sebagai aparat pemerintah), karena
organissasi organisasi ini akan tergantung pada kehidupan politik pemerintah. Dari analisa lingkungan
internal dan eksternal inilah akan menghasilkan isu-isu strategik dalam suatu organisasi atau lembaga.
Disamping itu dari identifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan kendala tersebut akan diambil
langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk kemajuan dan berkembangnya organisasi atau lembaga.

Hampir semua lembaga maupun pengamat bisnis dalam pendekatannya banyak menggunakan analisis
SWOT. Hal tersebut di lakukan oleh semua lembaga maupun pengamat bisnis, untuk mengkaji kekuatan
dan kelemahannya pada lembaga tersebut, sebelum menentukan tujuan dan menggariskan tindakan
pencapaian tujuan, yang merupakan konsekuensi logis yang perlu di tempuh perusahaan agar supaya
lancar didalam operasionalnya.

Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah lembaga pendidikan. Selama
dekade terkhir abad ke dua puluh, lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan
gaya hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-perubahan baru.

Perubahan masyarakat industri ke masyarakat informasi dan dari ekonomi yang berorientasi manufaktur
ke arah orientasi jasa, telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap permintaan atas program
baru pendidikan kejuruan yang ditawarkan (Martin, 1989).

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, and Threats) telah menjadi salah satu alat yang
berguna dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai
aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program baru di lembaga
pendidikan.

Proses penggunaan manajemen analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang
Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (klemahan) program, serta survei eksternal atas Opportunities
(ancaman) dan Thterats (peluang/kesempatan) .Pengujian eksternal dan internal yang struktur adalah
sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.

Para pendidik harus berperan sebagai penggagas atau innovator dalam merancang masa depan lembaga
yang mereka kelola. Strategi-strategi baru yang inovatif harus dikembangkan harus memastika bahwa
lembaga pendidikan akan melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
mendatang khususnya pada abad 21 dan setelahnya. Untuk melakukan hal ini, antara lain dibutuhkan
sebuah pengujian mengenai bukan saja lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri tetapi juga lingkungan
eksternalnya (Brodhead,1991). Analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang, dan ancaman atau
SWOT (juga di kenal sebagai analisis TWOS dalam beberapa buku manajemen), menyediakan sebuah
kerangka pemikiran untuk para administrator pendidikan dalam memfokuskan secara lebih baik pada
layanan kebutuhan dalam masyarakat.

Meskipun sebenarnya analisa ini banyak di tujukan untuk penerapan dalam bisnis, ide penggunaan
perangkat ini dalam bidang pendidikan bukanlah hal yang sama sekali baru. Sebagai contoh, Gorski
(1991) menyatakan pendekatan ini untuk meningkatkan minat dalam masyarakat untuk memasuki
sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan. Perangkat manajemen yang sedianya ditujukan untuk bidang
industri sering kali bisa diolah untuk diterapkan dalam bidang pendidikan, karena adanya kemiripan yang
fundamental dalam tugas-tugas administraitf .
SWOT adalah teknik yang sudah sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam
merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan pegawai administrasi
(administrator). Sehingga, SWOT di sini tidak mempunyai akhir, artinya akan selalu berubah sesuai
dengan tuntutan jaman.

C. FAKTOR-FAKTOR ANALISIS SWOT

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

• Strengths (kekuatan)

merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.
Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri.

• Weakness (kelemahan)

merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang
ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.

• Opportunities (peluang)

merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan
peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

• Threats (ancaman)

merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.

setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel
informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan
Weakness dengan faktor luar Opportunity dan threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif
untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko
dan ancaman yang paling kecil.

Selain pemilihan alternatif analisis Swot juga bisa digunakan untuk melakukan perbaikan dan
improvisasi. dengan mengetahui kelebihan (Strength dan opportunity) dan kelemahan kita (weakness
dan threat), maka kita melakukan strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu
strateginya dengan meningkatkan Strength dan opportunity atau melakukan strategi yang lain yaitu
mengurangi weakness dan threat.
D. LANGKAH – LANGKAH PENERAPAN ANALISIS SWOT

Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT

• SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit.

• Peserta dibagi dalam kelompok dengan maksimum 6 orang per kelompok.

• Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan
dianalisa.

• Setiap kelompok membuat sebuah matriks SWOT sesuai dengan contoh.

• Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.

• Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi matriks SWOT.

Langkah 2: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

• Dengan menggunakan curah pendapat, tulis pada kartu semua kekuatan di dalam organisasi (internal).
Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana. Setelah kartu diisi tempelkan pada kertas flipchart.

• Setelah selesai menyusun kekuatan internal, dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan
kelemahan di dalam organisasi (internal) pada kartu lalu ditempelkan pada flipchart .

Langkah 3: Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman

• Dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan semua kesempatan di luar organisasi (kesempatan
ekstern) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan atau atasi sebuah masalah. Ini bisa
berupa latihan, tenaga baru, peraturan baru dan seterusnya.

• Dengan menggunakan curah pendapat, buatlah daftar ancaman di luar organisasi (ancaman ekstern)
yang dapat menghalangi pemecahan masalah.

Langkah 4: Melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang

• Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang.

• Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya kesempatan / ancaman dan
berapa besar kemungkinan kesempatan / ancaman tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan
ancaman dan peluang.

Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan

• Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.


• Kekuatan diisi sesuai ranking yang telah dikerjakan, kekuatan yang paling besar di atas, yang kurang
besar di bawah.

• Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.

• Masukan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.

• Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.

• Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan yang paling positif. Keadaan
ini harus dipelihara dengan baik supaya tetap ada.

• Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif dan harus dihindari.

• Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar untuk mengurangi kelemahan
atau ancaman.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Analisis SWOT adalah perkembangan hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan
dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Didalam penelitian analisis
SWOT kita ingin memproleh hasil berupa kesimpulan-kesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang
sebelumnya telah dianalisa :

1. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)

Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah
diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan teknologinya, maka
keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi
dan kualitas yang lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada analisis
kesempatan.

2. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)

Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena kelemahan perusahaan.
Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi yang
dapat ditempuh adalah bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap
pasar tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan agar dapat memanfaatkan kesempatan.

3. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)

Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini mencoba mencari
kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman tersebut. Misalnya
ancaman perang harga.

4. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)

Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi yang umumnya dilakukan
adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut. Keputusan yang diambil adalah “mencairkan” sumber
daya yang terikat pada situasi yang mengancam tersebut, dan mengalihkannya pada usaha lain yang
lebih cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan satu perusahaan yang lebih kuat,
dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang. Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi,
anak perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil
kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat menerapkan strategi
yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179835-analisa-swot-dalam-pengembangan-
lembaga/#ixzz1mmn52qu6

Education. To Look Good, We’ve got to Be Good. Vocationnal Education

Glass, N.M., (1991),Pro –active Manajement : How to Improve Your

Management Performance. East Brunswick, NJ: Nichols Publishing.

NB : "Semua isi blog boleh di share asal cantumkan sumber dan tidak merubah/menghilangkan link adf.ly
nya kecuali file di reupload ulang oleh anda"

Bagikan artikel ini


Artikel Menarik Lainnya

makalah al-manzila baina al-manzilatain

makalah strategi pembelajaran

KONSEP HALAL DAN HARAM DALAM ISLAM

makalah sangsi bagi yang melalaikan sholat

makalah strategi pembelajaran 2

5 comments

Prediksi Togel Hari ini

Thanks infonya saya coba dl untuk menerapkannya..

Reply

Togel Hari ini

Togel

Togel

Togel

Togel

Togel Hari ini

Togel Hari ini

Togel Hari ini

Togel Hari ini


Prediksi Togel Hari ini

Prediksi Togel Hari ini

Prediksi Togel Hari ini

Prediksi Togel Hari ini

Keluaran Togel Hari ini

Keluaran Togel Hari ini

Keluaran Togel Hari ini

Keluaran Togel Hari ini

Togel Singapura

Togel Singapura

Togel Singapura

Togel Singapura

Togel Hongkong

Togel Hongkong

Togel Hongkong

Shio Togel

Shio Togel

SGP Senin

SGP Rabu

SGP Kamis

SGP Sabtu

SGP Minggu

Rumus Togel

Shio Togel
Reply

Aris A Aziz

sip

Reply

Reader

thx bro

Reply

Aris Aziz

sama sama gan

Reply

Yuk saling berkomentar memberikan masukan positif...

Kategori Pilihan

# ACCOUNTING 32

# AKUN PREMIUM 34

# SOFTWARE 236

# TIPS KOMPUTER 25

# TUTOR INTERNET GRATISAN 115

# UMKM 61
Lagi Trending

data:post.title

Cash Point 2011 Program kasir UMKM gratis

MYOB PREMIERE V 18 FULL CRACK

Trik Download adf.ly yang Blank putih

Zahir POS 6 + trick full versi

CARA MELEWATI ADFLY DI BLOG PUTRA

Tutorial Download Di Zippyn Share

Tutorial Download di Tusfiles 1

MAKALAH STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

Konten Pilihan

Review Redmi Note 8 Pro Indonesia29 Oktober 2019 IdnthemeMenhan Prabowo Diundang Presiden
Jokowi ke Istana29 Oktober 2019 IdnthemeNOAH Bergabung di Platform Streaming NOICE29 Oktober
2019 IdnthemeTaeyeon SNSD Merespons Mundurnya Jadwal Rilis Video Klip29 Oktober 2019
IdnthemeCitra Kirana Resmi Dilamar Rezky Aditya29 Oktober 2019 IdnthemeTrailer Film Joker29 Oktober
2019 IdnthemeVideo Klip Musik BLACKPINK 'Kill This Love'29 Oktober 2019 IdnthemeVideo Klip Musik
Fourtwnty Zona Nyaman29 Oktober 2019 Idntheme

Arsip Situs

Komentar

Regina Ivana

Kakak" mohon bantuan aktivasinya, computer No saya:AMK20-RS364alamt email s …

Ariz Chy

cek email

Ariz Chy

cek email

Ariz Chy
boleh cek.. untuk wa saya cek ada di www.echymarket.me

Ariz Chy

Cek Email

Ariz Chy

Cek Email

Ariz Chy

Cek email

GakToxic

cara ganti profil kaktam gimana gan

Gaming Studio

Wow, jadi gak ribet mencari akuntansi cukup dengan bantuan aplikasi MYOB tersebu …

Ariz Chy

Gak perlu beli saya kasih gratis cek di allsof21.com

Ariz Chy

Cek di web www.allso21.com banyak MYOB yang sudah full version

Anonymous

ijin dunlut yaa gan

wahyu

bang bisa kirim kode aktivasiREG PTKC.DBEL.RAGN.JV46.JSY7kirim email ganyongwahy …

Yue Nakamura

mas bisa kode aktivasi REG PTMK.DBVG.JFTN.LRBC.CWZDkirim email amathafidz977@gma …

assasinsbest

kode keygen nya kirim via wa 085790387536 trims

Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru


helloworld@foo.cool

Tentang Situs

Situs ini menyajikan berbagai informasi yang berkualitas baik dari segi isi dan pembahasan yang telah
disusun oleh tim editor kami.

Ketentuan

Disclaimer

Kode Etik

Pedoman Media

Privacy Policy

Terms of Service

Hubungi Kami

Daftar Isi

Form Kontak

Form Pengaduan

Info Iklan

Redaksi Kami

Copyright © 2019 Putra Cijaty All Right Reserved

Anda mungkin juga menyukai