Laporan Pendahuluan TBC
Laporan Pendahuluan TBC
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam
(Suriadi & Yulianni, 2001: 287).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh basil tuberkel
mamalia (Mycobacterium tuberculosis, M. bovis) (Rudolph, 2006 : 688).
2. Etiologi
1. Mycobacterium tuberculosa
2. Mycobacterium bovis
3. Patofisiologi
Bakteri menyebar melalui jalan napas alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk
dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah
kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).
Sistem kekebalan tubuh berespons dengan inflames neutrofil dan makrofag memfagositosis
(menelan) bakteri. limfosit yang spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil
dari jaringan normal. reaksi jaringan ini menyebabkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli
dan terjadilah bronco pneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar. masa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup
dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding. granuloma berubah
bentuk menjadi masa jaringan fibrosa. bagian tengah dari masa tersebut disebut ghon thubercle.
materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan
(necrotizing caseosa). Setelah itu akan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan kolagen.
bakteri menjadi non aktif (Muttaqien, 2008 : 89).
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons system yang tidak
adekuat. Penyakit aktif dapat timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak
aktif. Pada kasus ini terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi perkijauan.
tuberke yang ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk parut. Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan broncopneumonia. pembentukan tuberkel dan
seterusnya. Pneumonia saluran ini dapat sembuh dengan sendirinya. proses ini berjalan terus dan
basil terus difakosit (berkembang biak didalam sel). basil sel juga menyebar melalui getah
bening. makrofag yang mengandung infiltasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).
daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epitoloid dan
vibrolat akan menimbulkan respons yang berbeda dan akhirnya membentuk kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel (Muttaqien, 2008 : 89).
4. Manifestasi Klinis
1. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk (batuk tidak
selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada, hemoptysis.
2. Gejala lanjut (jaringan paru sudah banyak yang rusak): pucat, anemia, lemah, dan berat
badan menurun.
3. Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena mulainya
penyakit secara perlahan. Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa gejala
atau keluhan
Tetapi secara rutin dengan uji tuberculin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala tuberkulosis
primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1 - 2 minggu dengan atau tanpa batuk dan
pilek gambaran klinisnya: demam, batuk, anoreksia, dan berat badan menurun. (Suriadi &
Yulianni, 2001 : 290)
Gejala sistemik/umum :
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.(Marwoto, 2009, Paragraf : 1 - 2).
5. Komplikasi
Menurut Suriadi & Yulianni (2001, 288). Akibat lanjut yang terjadi pada tuberkulosis paru
adalah :
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Bronchopneumonia
4. Atelektasis
6. Pemerikasaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik.
2. Riwayat penyakit: Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit.
3. Reaksi terhadap tes tuberkulin: Reaksi tes positif (diameter = 5 mm).
4. Radiologi: Terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran pembesaran kelenjar
paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen, atelektasis, pleura dengan efusi.
5. Kultur sputum: Kultur lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan serebrospinal,
cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis.
6. Patologi anatomi dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura, peritoneum, kulit
ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
7. Uji BCG: Reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi
lokal yang besar dalam waktu < 7 hari setelah penyuntikan.
8. Infeksi TB: hanya diperlihatkan oleh skin tes tuberkulin positif.
9. Penyakit TB: gambaran radiologi positif, kultur sputum positif dan adanya gejala-gejala
penyakit.
7. Klasifikasi TBC
8. Penatalaksanaan
1. Fase awal intensif, dengan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang
membelah cepat.
2. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek dan
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R). Pirozinamid (Z),
streptomisin (S) dan etambutol (E).
Dosis
Obat Setiap hari Dua kali /minggu Tiga kali /
minggu
Izoniazid 5 mg/kg max 300 mg 15 mg/kg max 900 15 mg/kg max 900
mg mg
Rifampisin 10 mg/kg max 600 mg 10 mg/kg max 900 10 mg/kg max 900
mg mg
Pirazinamid 15-30 mg/kg max 2 g 10 mg/kg max 4 g 50-70 mg/kg max
8g
Etambutol 15-30 mg/kg max 2,5 g 50 mg/kg max 49 25-70 mg/kg
Straptomisin 15 mg/kg max 1 g 25-80 mg/kg max 25-30 mg/kg max
1,5 g 1g
Panduan OAT Klasifikasi dan Tipe Fase Awal Fase
Penderita Lanjutan
- Kasus baru dengan 2 HRS (E) 4 RH
sputum (+) 2 RHZS (E) 4 R3 H3
Kategori I
- Kasus baru dengan
bentuk TB berat
- Kasus kambuh 2 RHZES / 1 4 RH
- Kasus gagal dengan RHZE 4 R3 H3
Kategori II
sputum BTA positif 2 RHZES / 1
RHZE
- Kasus BTA (-)
dengan kelainan paru 2 RHZ 4RH
yang tidak luas 2 RHZ / 2 R3 4R3 H3
Kategori III - Kasus TB esktra baru H3 Z
selain dari yang
disebut dalam kategori
I
2 RHZ : tiap hari selama 2 bulan
Keterangan :
4 RH : tiap hari selama 4 bulan
4 R3 H3 : 3 kali seminggu selama 4 bulan
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Data dasar : Riwayat keperawatan (riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi,
penyakit yang pernah diderita)
2. Respirasi : Batuk selama lebih dari 3 minggu (disertai dengan darah), bila terjadi
sumbatan sebagian bronchus (saluran yang menuju paru-paru) akibat penekanan kelenjar
getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara napas melemah
yang disertai sesak. Bila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru) dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
3. Integumen : Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
4. Gastrointestinal : Penurunan nafsu makan dan berat badan.
5. Aktivitas/istirahat: Kelemahan, perasaan tidak enak (malaise) kesulitan tidur pada malam
atau demam malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.
6. Neurologist : Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak). Gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
7. Muskuloskeletal : Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda vital Untuk mengetahui kondisi klien secara
umum
Observasi adanya sianosis pada mulut Mengetahui adanya kekurangan
O2 pada anak
Kaji irama, kedalaman, dan ekspansi Pengkajian yang sering menjamin
pernapasan fungsi pernapasan dan yang adekuat
Lakukan auskultasi suara napas Mungkin adanya suara napas abnormal
(ronchi, wheezing)
Ajarkan cara bernapas efektif Napas dalam membantu meningkatkan
ekspansi paru
Berikan oksigen sesuai indikasi Mempertahankan kebutuhan O2 yang
adekuat
Monitoring hasil analisa gas darah Mungkin terjadi peningkatan atau
penurunan hasil analisa gas darah.
Inefektif pada nafas b.d adanya, infeksi jalan napas dan nyeri dada
Hasil yang diharapkan: Kesulitan bernapas pada anak akan berkurang yang ditandai dengan
periode istirahat yang cukup, dan ferkuensi pernapasan dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji ulang status pernapasan (irama, Pengkajian yang sering menjamin
kedalaman, suara napas, penggunaan otot fungsi pernapasan yang adekuat
bantu pernapasan, barnapas melalui
mulut)
Kaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, Tanda-tanda vital bisa saja berubah
irama dan frekuensi) setiap saat sesuai dengan kondisi klien
Berikan posisi tidur semi fowler/fowler Mempertahankan terbukanya jalan
napas dan memudahkan pernapasan
dengan menurunkan tekanan pada
diagfragma.
Bantu klien untuk melakukan aktivitas Mungkin terjadi kelemahan akibat
sehari-hari sesuai dengan kemampuan kurangnya asupan O2
Anjurkan anak untuk banyak minum Untuk mengencerkan sekret
Oksigen membantu mengurangi
Berikan oksigen sesuai indikasi kegelisahan karena kesukaran
pernapasan dan hipoksia
Berikan obat-obatan yang dapat Obat seperti bronkodilator dapat
meningkatkan efektifnya jalan napas menanggulangi spasme otot
Intervensi Rasional
Kaji ketidakmampuan anak untuk Ketidakmampuan mungkin menjadi faktor
makan. penyebabnya.
Anjurkan orang tua untuk Menyediakan makanan dalam porsi yang
memberikan makan dalam porsi kecil lebih kecil untuk 1x makan tidak akan
tapi sering. membebani anak.
Timbang BB anak setiap hari dan Pemantauan BB, asupan dan haluaran
pantau asupan serta haluaran dengan setiap hari menentukan status nutrisi anak.
cermat.
Jelaskan pentingnya intake nutrisi Menambah pengetahuan kepada orang tua
yang adekuat untuk penyembuhan klien pentingnya nutrisi untuk kesehatan
penyakit. anak.
Hasil yang diharapkan: Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman
Intervensi Rasional
Kaji seberapa banyak pengetahuan yang Pengkajian membantu menentukan apa
dimiliki orang tua dan anak, tentang TB yang orang tua dan anak butuhkan
dan hal ketidakpahaman untuk belajar agar dapat membantu
mereka memenuhi pengobatan jangka
panjang
Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) Pendidikan dan penguatan diberikan
tentang program pengobatan dengan pada orang tua dan anak dengan
tuntas, dan yakinkan tentang pendidikan informasi perlunya mengikuti program
yang diperlukan pengobatan dengan tuntas
Identifikasi alternatif pemberi layanan Hal ini akan menurunkan resiko
yang dapat memberikan pengobatan anak pengabaian dosis yang dilakukan anak
jika diperlukan selama pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqien, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta
: Salemba Medika
Suyono. (2004). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC