Mengenal Pentingnya Memiliki NPWP Bukti Potong PPH Pasal 23
Mengenal Pentingnya Memiliki NPWP Bukti Potong PPH Pasal 23
Di dunia ini ada dua hal yang pasti, yaitu yang pertama adalah “Kematian”, dan yang kedua
adalah “Pajak”. Pajak dikatakan hal yang pasti karena keberadaan pajak memang nyata dan
Berdasarkan Undang-undang KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, pengertian Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian pajak sesuai UU KUP tersebut, pajak bukanlah hal yang harus
ditakuti dan dihindari oleh masyarakat, karena sebenarnya pajak itu adalah CINTA. Seseorang
yang mencintai sesuatu sudah pasti akan rela berkorban untuk kebahagiaan sesuatu yang
dicintainya. Sama halnya seperti pajak, keberadaan pajak akan membuat seorang Wajib Pajak
(WP) rela mengorbankan sekian persen dari penghasilannya untuk pajak, tanpa
mengharapkan imbalan balik, dan meyakini bahwa pajak yang mereka bayarkan akan mampu
Salah satu pajak yang dikenakan di Indonesia adalah Pajak Penghasilan (PPh). PPh
merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. PPh diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Di
dalam Undang-Undang PPh ini terdapat pasal-pasal yang menjelaskan secara jelas mengenai
objek pajak, subjek pajak, dan berbagai peraturan tentang pajak penghasilan yang
diberlakukan di Indonesia.
Dari sekian banyak peraturan yang ada dalam UU PPh, masih banyak WP yang belum
mengetahui peraturan perpajakan, ataupun mereka tahu namun pura-pura tidak tahu dengan
pajak ini dapat dilihat dari terus berkurangnya jumlah WP yang membayar dan melapor pajak
dari tahun ketahun. Salah satu PPh yang masih juga jarang mau dibayar dan dilaporkan oleh
WP adalah PPh Pasal 23/26. PPh pasal 23/26 merupakan pajak yang mengatur pemotongan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaran kegiatan selain
Tahapan dalam melakukan kewajiban dalam PPh pasal 23/26 adalah menghitung, membayar
dan melaporkan. Melakukan ketiga tahapan ini secara manual pastinya akan membuat WP
menghindari untuk melakukan kewajibannya dalm PPh pasal 23/26, apalagi formulir yang
harus diisi juga cukup banyak jika harus di tulis satu per satu. Dan juga WP harus
menghabiskan cukup banyak waktu untuk ke datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk
Di era revolusi industri 4.0 yang merupakan era dimana semua pekerjaan di minta untuk dapat
dilakukan secara komputerisasi, dan dapat terhubung ke dalam sebuah jaringan membuat
Direktorat Jendral Pajak (DJP) tidak tinggal diam. DJP telah mampu membuat beberapa
dan Pelaporan Pajak. Salah satunya yang baru saja mulai diberlakukan adalah e-Bupot.
E-Bupot (Aplikasi Bukti Pemotongan PPh Pasal 23/26 Elektronik) merupakan perangkat lunak
yang disediakan pada laman resmi Direktorat Jenderal Pajak atau aplikasi penyedia jasa yang
telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. e-Bupot ini mulai berlaku sejak dikeluarkannya
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-425/PJ/2019 pada tanggal 22 April 2019 dan
mulai diterapkan pada masa pajak Mei 2019. Hal ini merupakan pelaksanaan Pasal 12
E-Bupot adalah aplikasi yang disediakan DJP untuk membuat bukti pemotongan dan
pelaporan pajak seperti Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23/26 dalam bentuk
dokumen elektronik. Beberapa kriteria wajib pajak badan yang diharuskan menggunakan e-
Bupot diantaranya adalah wajib pajak badan yang menerbitkan lebih dari 20 bukti potong,
jumlah penghasilan brutonya lebih dari Rp 100 juta untuk setiap bukti potong, pernah
menyampaikan SPT secara elektronik, terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan kantor
wilayah DJP khusus atau KPP di lingkungan Kanwil DJP wajib pajak besar.
Penggunaan e-Bupot memiliki banyak keuntungan baik bagi WP, pemotong, maupun otoritas
pajak. Dari sisi WP yang dipotong, bukti potong ini akan masuk dalam prepopulated SPT
tahunan yang akan memudahkan proses pelaporan. Bagi ditjen pajak, selain dalam
administrasi SPT lebih efisien (elektronik), skema tersebut juga bisa memantau atau
meyakinkan bahwa penghasilan yang dipotong melalui sistem ini akan dilaporkan dengan
benar dalam SPT tahunan WP penerima penghasilan yang dikenai potongan PPh.
Peningkatan pelayanan perpajakan ini benar-benar menunjukan sikap serius DJP dalam
menghadapi era revolusi industri 4.0 dan juga dalam meringankan beban WP. Hal ini
Anonim. 2019. “Apa Itu E-Bupot Dan Cara Mambuat Bukti Potong Pajaknya”
https://www.pajakku.com/read/5dae80ff4c6a88754c088049/Mengenal-Pentingnya-Memiliki-NPWP-
Bukti-Potong-PPh-Pasal-23/26-di-Era-Revolusi-40 Diakses pada tanggal 4 Maret 2020 pukul 14.52 WIB