Kelompok 4 :
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, serta taufik dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada Ibu Siti Munawaroh,S.kep.Ns.,M.kep selaku dosen mata kuliah
Komunikasi dalam keperawatan 2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Karena kami menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan dari harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bafi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi dan sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang
lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Umur individu juga tidak dapat dielakkan terus
bertambah dan berlangsung konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam
masyarakat tidak seperti ini, Proporsi populasi lansia relatif meningkat dibandingkan populasi
usia muda. Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantungan pada
kebutuhan biomedis akan tetapi juga bergantung dari perhatian. Walaupun pelayanan kesehatan
secara medis mengatakan bahwa pasien lanjut usia telah cukup baik akan tetapi mereka tetap
memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan
persoalan kesehatan mereka.
Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya
dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau
ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
Adapun pengertian lain komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan
perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada
isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan. Komunikasi
pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik,
psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang
berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran
pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Oleh karna itu, perawat perlu menciptakan
komunikasi yang mudah supaya pasien Anda lebih bisa memahaminya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa definisi komunikasi terapeutik pada lansia ?
3. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
4. Apa saja keterampilan komunikasi terapeutik pada lansia ?
5. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
6. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
7. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui definisi dari komunikasi terapeutik lansia
3. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi terapeutik pada lansia
5. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
6. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
7. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia
BAB II
PEMBAHASAN
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional
perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau
tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara
lain :
1. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
2. Keraskan suara anda jika perlu
3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat
mulut anda.
4. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
5. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan
menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
6. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
7. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek
dengan bahasa yang sederhana.
8. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
9. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan
hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
10. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
11. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
12. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan
anda menyelesaikan kalimat.
13. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
14. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
15. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).
5. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga
yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.
8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
9. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.
11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.
1. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan hormat
dan nama panggilan lengkap.
2. Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non
verbal.
4. Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang sering
digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.
5. Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.
6. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti
dengan maksud perawat.
7. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk memberi
informasi yang jelas.
9. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan yang
lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3. Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia dan usia
tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik,
psikologis, social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus, supportif ,
klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien,
orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga atau
pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa
hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak
mata dengan pasien dan lainnya
3.2 Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan. Besar harapan
kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
LAMPIRAN
ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN
GANGGUAN DEPRESI
Setelah itu perawat menyiapkan alat yang akan digunakan dalam tindakan yang akan
diberikan.
3. FaseKerja Perawat melakukan tindakan.
Perawat y :” Permisi nek.. maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya... Saya periksa nenek dulu
( sambil mengecek ttv nenek)”
Ny. Z :” iya buk.”
Perawat y :”tekanan darah nenek ini 110/70 nek. Nenek biasanya berapa?”
Ny. Z :”biasanya 140/90 buk.saya sedikit pusing dan tidak bisa tidur”
Perawat y :”iya karena nenek banyak fikiran ditambah lagi makannya tidak teratur dan tidak
bisa tidur karena gelisah nek.”
Perawat y :”Nek... maaf ya... tolong nenek angkat sedikit tangan kanannya...saya cek suhu
diketiak nenek ya”
Ny. Z : (mengangkat sedikit tangan kanannya)
Perawat y :(setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung memasang
termometer)” Nek... Langsung dijepit tangannya ya nek... dan jangan dulu
dilepas Sebelum saya suruh ..”
Ny. Z : (hanya mengangguk)
Perawat y :”sudah nek saya ambil termometernya.”
Setelah memeriksa nenek, perawat segera memberitahu dokter dan diberi advice dokter.
Perawat y :”mbak ini advice dari dokter untuk ibuk rizki diinfus dulu ya”
Anak 2 :”iya bu tidak apa-apa. Buk mau diinfus tidak apa-apa ya biar cepet sembuh”
(sambil memegangi tangan ibunya)
Perawat y :”iya nek biar cepet sembuh ya nek”
Ny. Z :” iya bu “(mengangguk)
Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek.
Perawat y :” nek ini sudah saya infuse ,saya tinggal dulu ya.mbak tolong ibunya diberi
minum hangat kalau mau”
Anak 2 :”iya bu ,terimakasih”.
4. Fase terminasi
6 jam Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan,dan tindakan sudah dilakukan.
Perawat x :” Bagaimana nek, masih lemas “
Ny. Z :”sudah enakan bu.”
Anak 1 :”sudah mendingan bu,tadi sudah saya suapi bubur juga Alhamdulillah sudah
tambah nafsu makannya ya walapun belum habis semua.”
Perawat x : “Alhamdulillah, jangan lupa ya nek harus teratur makannya, biar tidak sakit, dan
juga berbagi cerita jika dengan anak atau orang yang nenek anggap dekat dengan
nenek jika ada sesuatu , agar nenek lebih lega,tidak memikirkan masalahnya
sendirian supaya terasa ringan beban nenek.”
Ny. Z :”iya bu”
Perawat x : “Kalau begitu saya permisi dulu mbak.. Nenek saya permisi dulu ya nek... “
Anak 1 :”iya bu”
Anak 2 :” terimakasih bu”
Perawat x :”iya mbak sama-sama, mari mbak “
Anak 2 : “Ya bu..”
DAFTAR PUSTAKA
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-terapeutik-dalam-keperawatan
https://id.scribd.com/document/360668373/Makalah-Komunikasi-terapeutik-pada-pasien-lansia