Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Komunikasi dalam keperawatan 2
Dosen Pengampu :Siti Munawaroh,S.kep.Ns.,M.kep

Kelompok 4 :

No. Nama NIM

1 Frisca Nur Afifah 18631689

2 Fitriana Lailatul M 18631691

3 Heny Mahirotul Laily 18631681

4 Silvi Zuhrotus S 18631701

5 Luailiyatun Nahdhiyah 18631685

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, serta taufik dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada Ibu Siti Munawaroh,S.kep.Ns.,M.kep selaku dosen mata kuliah
Komunikasi dalam keperawatan 2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Karena kami menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan dari harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bafi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi dan sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata.

Ponorogo, 12 oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Cover Halaman .................................................................................................................................

Kata Pengantar ............................................................................................................................... 2


Daftar Isi..........................................................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................,4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................5
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................5
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik .............................................................................6
2.2 Definisi Komunikasi Terapeutik pada lansia .................................................................
2.2.1 Tujuan komunikasi terapeutik adalah
2.3  Manfaat Komunikasi Terapeutik...................................................................................
2.4 Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ......................................................
2.4.1 karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia
2.5 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi .........................................
2.6 Teknik Komunikasi Pada Lansia
2.7 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia
2.8.1 Prinsip komunikasi untuk lansia
2.8.2 Komunikasi verbal dan non verbal
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................
3.2 saran ...............................................................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................

   
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  LatarBelakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang
lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Umur individu juga tidak dapat dielakkan terus
bertambah dan berlangsung konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam
masyarakat tidak seperti ini, Proporsi populasi lansia relatif meningkat dibandingkan populasi
usia muda. Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantungan pada
kebutuhan biomedis akan tetapi juga bergantung dari perhatian. Walaupun pelayanan kesehatan
secara medis mengatakan bahwa pasien lanjut usia telah cukup baik akan tetapi mereka tetap
memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan
persoalan kesehatan mereka.
Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya
dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau
ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
Adapun pengertian lain komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan
perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada
isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan. Komunikasi
pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik,
psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang
berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran
pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Oleh karna itu, perawat perlu menciptakan
komunikasi yang mudah supaya pasien Anda lebih bisa memahaminya.
1.2.  Rumusan Masalah
1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa definisi komunikasi terapeutik pada lansia ?
3. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
4. Apa saja keterampilan komunikasi terapeutik pada lansia ?
5. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
6. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
7. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?

1.3.   Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui definisi dari komunikasi terapeutik lansia
3. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi terapeutik pada lansia
5. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
6.  Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
7. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Pengertian komunikasi terapeutik dalam keperawatan menurut beberapa ahli:

 Northouse (1998), Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam membantu


klien untuk dapat beradaptasi dengan stress yang dialaminya. Serta mengatasi gangguan
psikologis, dan belajar untuk berhubungan baik dengan orang lain.
 Stuart G.W (1998), Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara 
perawat dan pasiennya. Dimana dalam hubungan ini, perawat dan klien bersama-sama
belajar untuk memperbaiki pengalaman emosional klien.
 Sundeen (1990), Hubungan terapeutik merupakan sebuah hubungan kerjasama.
Hubungan ini ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
antara perawat dan pasien untuk membina hubungan intim yang terapeutik.
 Indrawati (2003), Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terapeutik adalah komunikasi terencanakan yang terjadi antara perawat dan
klien secara langsung atau tatap muka dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan
membantu proses penyembuhan klien. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerjasama
yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam
membina hubungan intim terapeutik.

2.2 Definisi komunikasi terapeutik pada lansia


Menurut Wahjudi Nugroho ( 2008 ), komunikasi dengan lansia adalah proses
penyampaian pesan atau gagasan dari petugas atau perawat kepada lanjut usia dan diperoleh
tangapan dari lanjut usia sehingga diperoleh kesepakatan tentang isi pesan komunikasi.
Komunikasi pada lansia yang baik disampaikan dengan pesan yang singkat, padat dan
jelas dengan sarana komunikasi meliputi panca indera manusia dan buatan manusia ( TV,
radio, surat kabar ). Sikap penyampaian pesan harus dalam jarak dekat, suara jelas, tidak
terlalu cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah berseri-seri sambil menatap lansia, sabar,
telaten, dada sedikit membungkuk dan jempol tangan bersikap mempersilahkan.
2.2.1 Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal
yang diperlukan.
b.  Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2.3  Manfaat Komunikasi Terapeutik
1. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk meningkatkan pemahaman dan membantu
terbentuknya hubungan yang konstruktif di antara perawat dan pasien.
2. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan ,mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang
dilakukan oleh perawat.
3. Mendukung dan mempercepat kesembuhan pasien, karena melalui terapi yang dilakukan
dengan komunikasi pasien memperoleh support yang mendorong untuk kemajuan
psikologi yang berpengaruh pada kesehatan pasien.
4. Bisa memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan / keperawatan
terhadap masyarakat.
2.4 Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Menurut Lilik Ma’arifatul Azizah ( 2011 ) Keterampilan komunikasi terapeutik pada lanjut
usia dapat meliputi :
1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan
lama wawancara.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosikulturnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir
abstrak.
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal seperti kontak mata ecara langsung, duduk, dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress
yang ada.
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari komunikasi dan
tindakan.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien mendengarkan dengan cermat dan tetap
mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat dengan nyaman, kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitive, suara
berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasi hasil wawancara kepada keluarga pasien.
13. Memeperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

2.4.1 karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia


Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut ( Arwani, 2003 : 54 ) :
1. Ikhlas ( Genuiness )
Semua perasaan negatif yang dimiliki pasien harus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun nonverbal akan memberikan bantuan kepada
pasien untuk mengkonsumsi kondisi secara tepat.
2. Empaty ( Empathy )
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien. Objektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3. Hangat ( Warmth )
Kehangatan dan sifat permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memebrikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
2.5 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah ( 2011 ) :
1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan
serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di
laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.
2. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini
perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang
asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab
bagi klien.
3. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

2.6 Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau  perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa teknik komunikasi yang dapat di
terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan
bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan
pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan
untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif  
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana bentuk
perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan
tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat
ini, ‘apa yang bisa bantu…?  berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan
bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang
bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang
di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu
di perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin
tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi
dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum
dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di
harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya.
Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan kepercayaan klien
kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari
misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan
yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai
dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi
berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.
2.7 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu
apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.
2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain

           Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional
perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau
tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara
lain :
1. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
2. Keraskan suara anda jika perlu
3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat
mulut anda.
4. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
5. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan
menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
6. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
7. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat  pendek
dengan bahasa yang sederhana.
8. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
9. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan
hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
10. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
11. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
12. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan
anda menyelesaikan kalimat.
13. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
14. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
15. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.

2.8   Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


a. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien
telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
b. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
c. Pertahankan kontak mata dengan pasien
d. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif
e. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
f. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat
yang sederhana.
g. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
h. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
i. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
j. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
k. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang
cukup saat berinteraksi.
l. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.

2.8.1 Prinsip Komunikasi untuk Lansia

Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hess dalam Brunner dan Siddarth,


1996) adalah :

1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.

2.      Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.

3.      Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).

4.      Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

5.  Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga
yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.

6.      Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.

7.      Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.

8.      Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.

9.      Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.

10.  Berbicara pada tingkat pemahaman klien.

11.  Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.

2.8.2 Komuikasi Verbal dan Non Verbal


Komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan untuk berkomunikasi dengan lansia
antara lain :

1.      Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan hormat
dan nama panggilan lengkap.

2.      Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non
verbal.

3.      Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.

4.      Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang sering
digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.

5.      Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.

6.      Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti
dengan maksud perawat.

7.      Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk memberi
informasi yang jelas.

8.      Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.

9.      Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan yang
lain.

10.  Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
       Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1.      Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2.      Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3.      Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia dan usia
tua.
4.      Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik,
psikologis, social, dan spiritual
5.      Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus, supportif ,
klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6.      Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7.      Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien,
orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga atau
pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8.      Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa
hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak
mata dengan pasien dan lainnya

3.2 Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan. Besar harapan
kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

LAMPIRAN
ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN
GANGGUAN DEPRESI

Perawat X : Heny Mahirotuul Laily


Perawat Y : Silvi Zuhrotus S
LANSIA : Frisca Nur A
Anak 1 : Fitriana Lailatul M
Anak 2 : Luailiyatun Nahdhiyah

1. Fase Pra Interaksi


Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan kondisi
pada pasien lansia yang ber usia 75 th bernama Ny.z. Ia baru saja kehilangan suaminya
yang kecelakaan sehingga membuat Ny.z mengalami depresi. Sudah 3 hari Ny.z
menyendiri dikamar,gelisah dan susah tidur. Karena anak-anaknya mulai khawatir
dengan keadaan ibunya yang mulai lemah sehingga anaknya memaksa ibunya untuk
dibawa ke Rumah Sakit
2. Fase Orientasi
Perawat x dan Perawat y mendatangi pasien Ny. z yang terlihat terbaring lemah di ruang
IGD .
Perawat y : “Assalamu’alaikum. “
Anak 1 : “Wa’alaikumsalam. “
Perawat y : “Selamat pagi mbak (sambil tersenyum) “
Anak 1 : “Pagi juga buk.... “
Perawat y : “Pagi nek.. ?? “
Ny. Z : (Nenek terlihat diam saja tanpa menjawab sepatah kata apapun)
Perawat y : “saya perawat x dan ini perawat y mbak. “
Anak 1 : “oh iya bu, saya anak 1 dan ini adik saya anak 2 “
Perawat y :”Nenek... perkenalkan saya perawat Silvi dan ini perawat Heny
Ny.z : (Nenek mengangguk ,pandangannya kosong.)
Anak 2 : “buk itu perawatnya ramah,ibuk apa tidak mau berkenalan dengan perawatnya.”
Perawat y :”yasudah tidak apa-apa mbak. (tersenyum kepada nenek). Oya mbak bagaimana
nenek bisa seperti ini,awalnya bagaimana?. “
Anak 2 :”Begini bu, 4 hari yang lalu ayah kami meninggal karena kecelakaan, ayah
adalah sesosok orang yang romantic,penyayang dan tanggungjawab. Semenjak
kami berdua sudah menikah dan memiliki rumah masing-masing ibuk dan ayah
hanya tinggal berdua dirumah. Mungkin karena ibuk belum siap ditinggal ayah
sehingga setelah pemakaman ibuk hanya diam, menyendiri dikamar,gelisah dan
sulit tidur bu.”
Anak 1 : “kami bingung dengan keadaan ibuk karena hanya makan sedikit selama 3 hari
ini dan kondisi ibuk sepertinya lemah kamipun sesegera mungkin membawa ibuk
kesini.kami takut terjadi apa-apa dengan ibuk kami.”
Perawat y : “oh jadi seperti itu mbak ceritanya. Coba kami periksa dahulu”
Anak 2 : “iya bu silahkan Perawat x dan perawat y mencoba melakukan pendekatan
kepada nenek”.
Perawat x :”Nek Kami berdua perawat yang dinas pagi disini. Nenek sudah makan belum
pagi ini....??kok terlihat pucat dan lemah sekali nek? (sambil tersenyum)”
Ny. Z : “(mengangguk)
Perawat x : nenek harus banyak makan ya nek, katanya sudah 3 hari susah makan ya
nek.badan nenek terasa lemas pasti ya?, nenek harus makan teratur,supaya tetap
sehat ya kasian anak-anak nenek khawatir.”
Ny. Z :”iya bu … (sambil melihat ke kedua anaknya) “
Perawat x : “makan apa tadi nek? Makannya banyak atau sedikit nek...??”
Ny. Z :” bubur..hanya sedikit”
Perawat x :”nanti ditambah ya nek porsi makannya, biar nenek tidak mudah sakit. Saya tahu
nenek sedang berduka tapi nenek juga harus tetap menjaga kesehatan supaya tidak
membuat anak-anak khawatir dan nenek juga tidak sakit. “
Anak 2 : “Nah mulai nanti ditambah ya buk makannya biar pulih segar kembali badan
ibuk (sambil memegang pundak ibunya)”
Ny. z :” iya nak”
Perawat x :”nenek susah tidur ya? Sudah berapa hari susah tidur nek”
Ny. z : “iya,karena saya masih sedih jika teringat suami saya.sudah 3 malam ini saya
susah tidur”
Perawat X :”oh seperti itu ya nek.. “
Setelah bertanya kepada nenek,dan anaknya perawat mencoba menjelaskan
tindakan yang akan diberikan kepada nenek.
Perawat y :” Baiklah ,nenek dan mbak, Kami disini akan melakukan Pemeriksaan kepada
nenek. Apakah nenek bersedia...??”
Ny. z :” iya baiklah kalau begitu.. “
Anak 1 :”kami mohon lakukan yang terbaik untuk ibu kami..!!”
Perawat y :”iya mbak, kami juga mohon kerjasamanya nanti dalam pemeriksaan”

Setelah itu perawat menyiapkan alat yang akan digunakan dalam tindakan yang akan
diberikan.
3. FaseKerja Perawat melakukan tindakan.
Perawat y :” Permisi nek.. maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya... Saya periksa nenek dulu
( sambil mengecek ttv nenek)”
Ny. Z :” iya buk.”
Perawat y :”tekanan darah nenek ini 110/70 nek. Nenek biasanya berapa?”
Ny. Z :”biasanya 140/90 buk.saya sedikit pusing dan tidak bisa tidur”
Perawat y :”iya karena nenek banyak fikiran ditambah lagi makannya tidak teratur dan tidak
bisa tidur karena gelisah nek.”
Perawat y :”Nek... maaf ya... tolong nenek angkat sedikit tangan kanannya...saya cek suhu
diketiak nenek ya”
Ny. Z : (mengangkat sedikit tangan kanannya)
Perawat y :(setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung memasang
termometer)” Nek... Langsung dijepit tangannya ya nek... dan jangan dulu
dilepas Sebelum saya suruh ..”
Ny. Z : (hanya mengangguk)
Perawat y :”sudah nek saya ambil termometernya.”
Setelah memeriksa nenek, perawat segera memberitahu dokter dan diberi advice dokter.
Perawat y :”mbak ini advice dari dokter untuk ibuk rizki diinfus dulu ya”
Anak 2 :”iya bu tidak apa-apa. Buk mau diinfus tidak apa-apa ya biar cepet sembuh”
(sambil memegangi tangan ibunya)
Perawat y :”iya nek biar cepet sembuh ya nek”
Ny. Z :” iya bu “(mengangguk)
Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek.
Perawat y :” nek ini sudah saya infuse ,saya tinggal dulu ya.mbak tolong ibunya diberi
minum hangat kalau mau”
Anak 2 :”iya bu ,terimakasih”.
4. Fase terminasi
6 jam Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan,dan tindakan sudah dilakukan.
Perawat x :” Bagaimana nek, masih lemas “
Ny. Z :”sudah enakan bu.”
Anak 1 :”sudah mendingan bu,tadi sudah saya suapi bubur juga Alhamdulillah sudah
tambah nafsu makannya ya walapun belum habis semua.”
Perawat x : “Alhamdulillah, jangan lupa ya nek harus teratur makannya, biar tidak sakit, dan
juga berbagi cerita jika dengan anak atau orang yang nenek anggap dekat dengan
nenek jika ada sesuatu , agar nenek lebih lega,tidak memikirkan masalahnya
sendirian supaya terasa ringan beban nenek.”
Ny. Z :”iya bu”
Perawat x : “Kalau begitu saya permisi dulu mbak.. Nenek saya permisi dulu ya nek... “
Anak 1 :”iya bu”
Anak 2 :” terimakasih bu”
Perawat x :”iya mbak sama-sama, mari mbak “
Anak 2 : “Ya bu..”
DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-terapeutik-dalam-keperawatan

https://id.scribd.com/document/360668373/Makalah-Komunikasi-terapeutik-pada-pasien-lansia

Anda mungkin juga menyukai