Anda di halaman 1dari 5

Setiap sel dalam tubuh menjalankan proses metabolisme yang akan menghasilkan radikal

bebas dan ditandai dengan pembentukan reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas dapat
terbentuk karena dipicu oleh adanya stresor. Radikal bebas dapat memicu terbentuknya stres
oksidatif. Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan,
dimana jumlah radikal bebas lebih besar dibandingkan dengan antioksidan.

Radikal bebas adalah molekul yang memiliki sekelompok atom atau elektron yang tidak
berpasangan. Radikal bebas memiliki karakteristik waktu paruh pendek serta reaktivitas yang
tinggi. Radikal bebas yang berperan dalam proses biologis sebagian besar berasal dari proses
biologis alami yang melibatkan prooksi dan ROS dan reactive nitrogen species (RNS). Proses
terbentuknya radikal bebas diawali dengan molekul yang tidak memiliki elektron
berpasangan mencoba mengambil elektron lain yang berada di sekitarnya. Proses ini
disebut oksidasi yang kemudian akan membentuk sebuah molekul radikal bebas baru.
Proses ini jika berlangsung terus-menerus akan membentuk sebuh rantai reaksi yang
dapat menghancurkan ribuan molekul lain. Radikal bebas dapat terbentuk sebagai hasil
metabolism maupun memang sengaja dibentuk untuk menetralisasi virus dan bakteri pada
sistem imunitas tubuh. (Khairun & Theodora, 2017)

Sebagai organisme aerobic, manusia atau binatang tingkat tinggi tentu sangat membutuhkan
oksigen untuk menjalankan metabolisme basal. Dalam 24 jam paling tidak memerlukan oksigen
sebanyak 352.81 liter. Konsekuensi dari proses metabolisme tersebut system biokimiawi (oxidasi
biologi) dalam tubuh mampu menghasilkan radikal bebas (RB) sebanyak 2.5% dari total
kebutuhan oksigen.

Meskipun oksidasi biologi dapat berlangsung tanpa oksigen, namun semua hewan tingkat tinggi
mutlak memerlukan suplai oksigen melalui penafasan (respirasi). Respirasi adalah proses
pembentukan adenosine trifosfat (ATP) sebagai energy, yang diperoleh dari reaksi antara
hydrogen dan oksigen yang kemudian membentuk air. Reaksi pembentukan energy berlangsung
di dalam mitochondria. Berkat peran tersebut maka mitochondria dikenal sebagai dapur energi
sel. Proses respirasi berlangsung di dalam matrix mitochondria melalui suatu rangkaian reaksi
yang kemudian disebut sebagai rantai pernafasan. Rantai pernafasan tersusun menurut potensial
redoksnya, mulai dari substrat yang paling elektronegatif (H+/H2) dan berakhir pada substrat
yang paling elektro positif (O2/H2O). Jenis reaksi yang berlangsung dalam tubuh tingkat tinggi
termasuk manusia adalah oksidasi reduksi. Secara kimiawi oksidasi adalah melepaskan electron,
sedangkan reduksi adalah memperoleh electron. Oleh karena itu oksidasi akan selalu diikuti oleh
reduksi sebuah acceptor electron. Prinsip inilah yang kemudian dipakai dalam system
biokimiawi dan penting sebagai dasar pemahaman terhadap oxidasi biologi yang terjadi di tubuh
hewantingkat tinggi termasuk manusia. Selama respirasi molekul oksigen diinkorporasikan
kepada berbagai senyawa oleh enzim oksigenase. Enzim lain yang juga berperan dalam reaksi
oksidasi biologi adalah dehydrogenase, hydroperoksidase, dan oxidase yang bekerja sesuai
dengan kebutuhan tubuh.

Radikal bebas dapat terbentuk karena dipicu oleh adanya stressor. Berbagai stressor tersebut
baik yang berupa agen fisik (radiasi sinar rontgen dan ultraviolet), kadar oksigen nonfisiologik
(hipoksia dan hyperoksia), obat, polutan, senyawa kimia, dan penuaan, dapat menyebabkan
gangguan homeostasis sel atau stimulasi terhadap pertumbuhan, pertahanan hidup, dan signaling
sel. Gangguan homeostasis atau stimulasi terhadap pertumbuhan, signaling, dan survival sel
dimediasi oleh reactive oxygen species (ROS) yang diproduksi oleh sel sebagai respon terhadap
stressor. Berbagai stressor selain memicu produksi ROS, juga memicu produksi antioksidant
enzymatic seperti catalase (CAT), hydroperosidase (HPx), superoksida dismutase (SOD). Jumlah
ROS yang terbentuk akan menjadi gangguan terhadap homeostasis atau stimulasi terhadap
pertumbuhan, pertahanan hidup, dan signaling sel, tergantung pada seberapa besar ROS
diproduksi. Apabila produksi ROS melebihi kapasitas antioksidan yang ada, mengarahkan sel
menuju stress oxidative, apoptosis,atau nekrosis. Di sisi lain jika produksi ROS seimbang dengan
kapasitas antioksidan, mengarahkan sel pada pertumbuhan, signaling, dan survival. Pembnetukan
ROS berlangsung melalui reaksi yang dikatalisis oleh klas enzim oxidases, atau system enzim
cytochrome p 450. Di sisi lain, untuk mempertahankan hidup sel juga memiliki respon terhadap
stressor melalui mesin pembentuk antioksidan seperti CAT, SOD, dan HPx. Sungguhpun
demikian, masih tetap ada ROS yang terbentuk meskipun dalam jumlah yang kecil, oleh karena
itu perlu antioksidan tambahan lain seperti vitamin E, vitamin C, flavonoid, asam urat, dll,
mengingat rantai reaksi ROS hanya dapat dihentikan dengan reaksi dua ROS secara bersama
sehingga dua electron yang tidak berpasangan menjadi berpasangan.

Dengan itu, dapat disimpulkan bahwa hewan tingkat tinggi yang hidup secara aerobic akan
menghasilkan radikal bebas sebagai produk sampingan dari metabolism tubuh. Sumber radikal
bebas berasal dari berbagai reaksi oksidasi biologi, terutama yang berasal dari fosforilasi
oksidatif dalam mitochondria. Bila produksi radikal bebas meningkat atau produk antioksidan
rendah menyebabkan keseimbangan mengarah pada prooksidan sehingga menimbulkan stress
oksidatif. Untuk menetralkan radikal bebas tubuh menyediakan antioksidan baik yang enzimatis
maupun nonenzimatis. (Widayati, 2020)

___________________________________________________________________________

 Setiap sel dalam tubuh menjalankan proses metabolisme yang akan menghasilkan
radikal bebas yang ditandai dengan pembentukan reactive oxygen species (ROS)

 Radikal bebas dapat terbentuk karena dipicu oleh adanya stressor


o Stressor -> memicu ROS -> radikal bebas -> (dapat memicu) stress oksidatif
(ketidakseimbangan) (dimana jml radikal bebas > Antioksidan) -> munculnya
gangguan
o Radikal bebas dapat terbentuk sebagai hasil metabolisme

 stressor tersebut berupa agen fisik (radiasi sinar rontgen dan ultraviolet), kadar oksigen
nonfisiologik (hipoksia dan hyperoksia), obat, polutan, senyawa kimia, dan penuaan

 Radikal bebas adalah molekul yang memiliki sekelompok atom atau elektron yang tidak
berpasangan dan memiliki karakteristik waktu paruh pendek serta reaktivitas tinggi.

 Radikal bebas dapat memicu terbentuknya stres oksidatif yaitu adanya


ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan, dimana jumlah radikal bebas
lebih besar dibandingkan dengan antioksidan yang dapat menyebabkan gangguan
homeostasis sel atau stimulasi terhadap pertumbuhan, pertahanan hidup, dan signaling
sel.

 Apabila produksi ROS melebihi kapasitas antioksidan yang ada, mengarahkan sel menuju
stress oxidative, apoptosis,atau nekrosis. Di sisi lain jika produksi ROS seimbang dengan
kapasitas antioksidan dapat mengarahkan sel pada pertumbuhan, signaling, dan survival
 Radikal bebas dapat terbentuk sebagai hasil metabolisme

 Sebagai organisme aerobic, manusia atau binatang tingkat tinggi membutuhkan oksigen
dalam jumlah banyak untuk menjalankan metabolisme basal. Konsekuensi dari proses
metabolisme tersebut adalah system biokimiawi (oxidasi biologi) dalam tubuh mampu
menghasilkan radikal bebas (RB) sebanyak 2.5% dari total kebutuhan oksigen.

 Respirasi adalah proses pembentukan ATP sebagai energy, yang diperoleh dari reaksi
antara hydrogen dan oksigen yang kemudian membentuk air. Reaksi pembentukan
energy berlangsung di dalam mitochondria.

 Proses respirasi berlangsung di dalam matrix mitochondria melalui suatu rangkaian reaksi
yang kemudian disebut sebagai rantai pernafasan

 Rantai pernafasan tersusun menurut potensial redoksnya, mulai dari substrat yang paling
elektronegatif (H+/H2) dan berakhir pada substrat yang paling elektro positif (O2/H2O).
Jenis reaksi yang berlangsung dalam tubuh tingkat tinggi termasuk manusia adalah
oksidasi reduksi. Secara kimiawi oksidasi adalah melepaskan electron, sedangkan reduksi
adalah memperoleh electron. Oleh karena itu oksidasi akan selalu diikuti oleh reduksi
sebuah acceptor electron

 Proses terbentuknya radikal bebas diawali dengan molekul yang tidak memiliki
elektron berpasangan mencoba mengambil elektron lain yang berada di
sekitarnya. Proses ini disebut oksidasi yang kemudian akan membentuk sebuah
molekul radikal bebas baru. Proses ini jika berlangsung terus-menerus akan
membentuk sebuh rantai reaksi yang dapat menghancurkan ribuan molekul lain.

Kesimpulan :
bahwa hewan tingkat tinggi yang hidup secara aerobic akan menghasilkan radikal bebas sebagai
produk sampingan dari metabolism tubuh. Sumber radikal bebas berasal dari berbagai reaksi
oksidasi biologi, terutama yang berasal dari fosforilasi oksidatif dalam mitochondria. Bila
produksi radikal bebas meningkat atau produk antioksidan rendah menyebabkan keseimbangan
mengarah pada prooksidan sehingga menimbulkan stress oksidatif. Untuk menetralkan radikal
bebas tubuh menyediakan antioksidan baik yang enzimatis maupun nonenzimatis

DAFTAR PUSTAKA

Berawi, K. N, Agverianti, T. 2017. Efek Aktivitas Fisik pada Proses Pembentukan Radikal
Bebas sebagai Faktor Risiko Aterosklerosis. Universitas Lampung. Vol. 6 No. 2
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/1019/1740

Widayati, Eni. 2020. Oxidasi Biologi, Radikal Bebas, dan Antioxidan. Universitas Islam Sultan
Agung Semarang. Vol. 50 No. 128.
urnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/70/64

Anda mungkin juga menyukai