Bab ini memuat tentang Pendekatan dan Metodologi dari Perusahaan CV. Artha
Gemilang Engineering sebagai salah satu persyaratan dalam dokumen penawaran untuk
pekerjaan STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG yang diadakan
oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan: Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2018.
Pendekatan ini menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam
merencanakan pembangunan (penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan wilayah,
pengidentifkasian masalah sampai pada penentuan skala prioritas. Secara garis besar
pendekatan partisipatif mengandung makna adanya keikutsertaan masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan, mulai dari melakukan analisis masalah mereka, memikirkan
bagaimana cara mengatasinya, mendapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah,
mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka
atasi.
Tiga alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan, yaitu (Conyers, 1991,
154-155):
8-1
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program tersebut
dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut
c. Alasan ketiga adalah karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi
bila masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.
Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam menentukan variabel-
variabel penelitiannya. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai
obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk
operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak
yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan
menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan
model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya pengujiannya
8-2
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Dalam perencanaan ini, parameter dan variabel yang digunakan mengikuti pedoman
yang sudah ditetapkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum, baik dalam Pedoman Penyusunan
RDTR Kota, Pedoman Penyusunan RTH dan Pedoman lain yang mendukung termasuk SNI
dan Pedoman Analisis Fisik, Sosial dan Ekonomi.
8-3
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8-4
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8-5
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8-6
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8-7
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8-8
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Data dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa
data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat
kelurahan. Data berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran
perubahan apa yang terjadi pada bagian dari wilayah kabupaten.
B. Kebutuhan Data Untuk Penyusunan Peraturan Zonasi
Pengumpulan data primer dan data sekunder diperlukan untuk pengenalan karakteristik
wilayah kabupaten dan penyusunan peraturan zonasi. Adapun data-data yang diperlukan
untuk penyusunan zonasi ini meliputi:
1. Data Primer berupa data instansional, wawancara instansi, dan observasi, yaitu
mencakup:
a) Wawancara atau temu wicara kepada masyarakat untuk menjaring aspirasi
masyarakat terhadap kebutuhan yang diatur dalam peraturan zonasi serta kepada
pihak yang melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
b) Peninjauan ke lapangan untuk pengenalan kondisi fisik wilayah kabupaten/
kecamatan secara langsung.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan untuk mendukung penyusunan peraturan zonasi
meliputi:
a) Peta-peta rencana kawasan dari RTRW/RDTR/RTBL; dan
b) Data dan informasi, meliputi:
Jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
Jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
Identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan serta kondisi fisik (tinggi
bangunan dan lingkungannya);
Kajian dampak terhadap kegiatan yang ada atau akan ada di zona yang
bersangkutan;
Standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan dari peraturan-
perundang-undangan nasional maupun daerah;
Peraturan perundang-undangan terkait pemanfaatan lahan dan bangunan, serta
prasarana di daerah yang bersangkutan; dan
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan lahan yang
ada di kabupaten yang akan disusun peraturan zonasinya.
8-9
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Kegiatan analisis dan perumusan ketentuan teknis untuk peraturan zonasi, meliputi:
8 - 10
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
b) Klasifikasi zonasi;
c) Daftar kegiatan;
Ketentuan khusus.
f) Standar teknis;
Ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai (non conforming situation) dengan
peraturan zonasi.
j) Kelembagaan; dan
8 - 11
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Gambar 8.1.
Proses Penyusunan Peraturan Zoning
A. Metode Perhitungan Untuk Menentukan Intensitas Pemanfaatan Ruang
KDB adalah perbandingan antara luas bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB di suatu
kawasan menentukan berapa persen luas bangunan di suatu kawasan yang boleh
dibangun. Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan untuk
mengendalikan luas bangunan di suatu lahan pada batas-batas tertentu sehingga
tidak mengganggu penyerapan air hujan ke tanah. Nilai KDB dapat dihitung melalui debit
infiltrasi air pada suatu daerah sebagai berikut:
𝑲𝑫�= ((�−𝑶�))/� � 𝟏𝟎𝟎%
dimana : 𝐎� = 𝑰𝒊𝒏�/𝑸𝒊𝒏�
8 - 12
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Koefisien infiltrasi (C) tergantung dari jenis bidang yang menutupi di atasnya, apakah itu
dari bahan kedap air ataupun dari rumput masing-masing mempunyai koefisien tertentu
seperti pada tabel berikut:
Tabel 8.2.
Koefisien Infiltrasi (C)
Kemiringan Tanah
No Daerah Tangkapan
0-5 % 5-10 % 10-30%
1 Sedikit tanah terbuka, sedikit penghijauan, infiltrasinya sedikit 1,8 1,9 2,2
2 Cukup tanah terbuka, 50% penghijauan, infiltrasinya sedang 1,2 1,4 1,7
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur dari
rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai puncak
dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi. Jarak bangunan adalah jarak yang terkecil,
diukur di antara permukaan-permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara
dinding terluar yang berhadapan antara dua bangunan.
8 - 13
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Tabel 8.3.
Persyaratan Ukuran Tinggi dan Jarak Bangunan
Tinggi Bangunan (m) Jarak Bangunan (m)
0 s/d 8 3
8 sd 14 3-6
14 sd 40 6-8
>40 >8
Dalam menentukan tinggi bangunan dapat dilihat dari berbagai kriteria yang dapat diukur
sebagai berikut:
dimana:
Y = Tinggi bangunan
X1 s/d Xn= Kriteria/pertimbangan yang menentukan tinggi bangunan
X1 = Pertimbangan jalur pesawat terbang.
X2 = Pertimbangan terhadap bahaya kebakaran.
X3 = Pertimbangan optimum harga
X4 = Pertimbangan terhadap FAR/FSI dan LUI
X5 = Pertimbangan terhadap SEP dan ALO
X6 = Pertimbangan terhadap angin
X7 = Pertimbangan terhadap daya dukung tanah.
X8 = Pertimbangan terhadap gempa
a. X1 = Pertimbangan Jalur Pesawat Terbang
Pada kriteria ini yang diperhatikan adalah peil ketinggian tempat yang akan diukur
dan kedudukan tempat tersebut pada area jalur terbang pesawat. Ketinggian
maksimum yang diperbolehkan sebagai berikut:
Tm= Tm1 + St
dimana:
Tm = Tinggi maksimum yang diijinkan
Tm1 = Tinggi maksimum yang diijinkan berdasarkan standar
Daerah pendekatan 1 : 0 m – 151.5 m
Daerah pendekatan 2 : 151.5 m
8 - 14
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Pertimbangan ini didasarkan pada aspek ekonomi yaitu semakin dekat dengan pusat
kota maka harga/sewa tanah semakin tinggi. Konsep ini menimbulkan pemikiran
terhadap bangunan vertikal sebagai perwujudan fisiknya yang menyatakan tingginya
kegiatan kota dan wujud bangunan sebagai alat pemasaran. Namun pada
kenyataannya,pembangunan secara vertikal memiliki batasan ekonomis yaitu tidak
selamanya membangun vertikal lebih menguntungkan daripada membeli lahan baru. Hal
ini dapat dilihat dari rumus berikut:
Jika FAR = 2 maka total luas lantai = 2x total luas lahan dan seterusnya
8 - 15
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Dari rumus di atas diketahui bahwa semakin luas lahan maka semakin kecil luas lantai
dasar, sehingga dengan kebutuhan luas lantai yang tetap, bangunan ditambah
ketinggiannya.
d. X4 = Pertimbangan Terhadap Sep (Sky Exposure Plane) dan Alo (Angle Of Light)
8 - 16
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Kriteria SEP dipertimbangkan atas kondisi fisik dasar yaitu pencahayaan sinar matahari
yaitu perbandingan antara jarak bidang horisontal dengan vertikal yang terjadi karena
bidang lereng khayal akibat pencahayaan matahari. ALO merupakan sudut
pencahayaan yang terkena bayangan matahari. Kriteria ini dapat digunakan untuk
menentukan tinggi dan jarak bangunan atau blok bangunan maksimum berdasarkan
pertimbangan pencahayaan alami dengan tujuan penghematan energi, kesehatan
dan berhubungan dengan iklim mikro setempat. Untuk SEP umumnya dipergunakan
untuk menentukan tinggi dan blok bangunan pada bangunan-bangunan yang merapat
jalan. ALO dipergunakan untuk menentukan sudut pencahayaan yang berhubungan
dengan ketinggian setempat. Pengukuran ALO dimulai dari garis di tengah jalan, atau
garis sempadan pagar muka dan belakang, atau dari garis di tengah antara sempadan
pagar dengan sempadan bangunan.
Jika terdapat bangunan yang tidak sama tingginya, maka dapat diukur rata-rata ALO
dengan rumus sebagai berikut:
𝛂�+ 𝛃�
µ = −−−−−−−−−
�+�
dimana:
µ = sudut ALO rata-rata
α = sudut ALO untuk bangunan dengan tinggi H
β = sudut ALO untuk bangunan dengan tinggi T
a = lebar bangunan 1
b = lebar bangunan 2
Tinggi Bangunan
Jarak Bangunan = −−−−−−−−−−−−−−−−−−
Tangens ALO
8 - 17
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
dimana:
Vz = rata-rata kecepatan angin di pusat kota
Vg = rata-rata kecepatan angin di suatu daerah
Z = tinggi bangunan
Zg = Tinggi bangunan di kota
α = gradient tinggi bangunan di kota
Untuk mengetahui perbandingan tinggi dan lebar bangunan dapat diperhitungkan
berdasarkan waktu getar bangunan.
Pertimbangan ini memiliki peran yang kecil dikarenakan perkembangan teknologi yang
dapat mengatasi persoalan daya dukung tanah, misalnya di tanah rawa pun dengan
penggunaan teknologi maka dapat dibangun gedung bertingkat banyak. 𝐇�=𝛂−𝐏𝐬𝐏𝟏�
dimana: Ht =Total tinggi bangunan A =Daya dukung tanah minimum Ps = Total beban
strukur bangunan P1 = Total beban lantai δH = Rata-rata tinggi tiap lantai
dimana:
Fi = Faktor beban gempa horisontal yang dikerjakan pada taraf i
8 - 18
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Garis sempadan adalah garis yang pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan di
atas permukaan tanah yang tidak boleh terlampaui. Garis sempadan ini terdiri dari:
Dengan bertitik tolak dari batas kecepatan tersebut, dapat diperoleh jarak minimum
bangunan di kanan dan kiri jalan berdasarkan jarak pandang dan jarak mengerem secara
aman bagi kendaraan pada suatu perempatan. Hal ini didapat dengan rumus:
Da=0.063.Va2+1,47ta.Va+16
Db = (a.Da) / Da-b
Dimana,
8 - 19
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Gambar 8.2.
Ilustrasi Dimensi Jalan
Dalam penerapannya, penentuan lebar dan jalur jalan dilihat dari Standar Bina Marga
terbaru dan Kepmen PU no.20/KPTS/1986 atau penggantinya sebagai berikut:
Tabel 8.5.
Dimensi Jalan
Badan Jalan Lebar Perkerasan Lebar Bahu jalan
Jenis Jalan
Minimum(m) Jarak Minimum (m) Minimum (m)
Lingkungan untuk
3,50 3,00 0,25
kendaran
8 - 20
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Analisis BWP pada wilayah yang lebih luas, dilakukan untuk memahami kedudukan
dan keterkaitan BWP dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial,
ekonomi, lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan,
dan keamanan. Sistem regional tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya,
kabupaten atau kota yang berbatasan, pulau, dimana BWP tersebut dapat berperan
dalam perkembangan regional.
Oleh karena itu, dalam analisis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:
1. analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi BWP pada wilayah
yang lebih luas;
2. analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih luas;
3. analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana wilayah perencanaan dengan
wilayah yang lebih luas. Sistem prasarana yang diperhatikan dalam analisis ini adalah
sistem prasarana kabupaten/kota dan wilayah;
4. analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan fisik dan SDA)
BWP pada wilayah yang lebih luas;
5. analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan dan keamanan BWP; dan
6. analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan BWP.
Keluaran dari analisis regional, meliputi:
1. gambaran pola ruang dan sistem jaringan prasarana BWP yang berhubungan dengan
BWP lain dan kota atau wilayah yang berbatasan;
2. gambaran fungsi dan peran BWP pada wilayah yang lebih luas (BWP sekitarnya atau
kabupaten/kota berdekatan secara sistemik);
3. gambaran potensi dan permasalahan pembangunan akan penataan ruang pada wilayah
yang lebih luas terkait dengan kedudukan dan hubungan BWP dengan wilayah yang
lebih luas; dan
4. gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah perencanaan dalam wilayah
yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor unggulan.
Keluaran analisis regional digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR yang
meliputi:
1. penetapan fungsi dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas yang akan
mempengaruhi pada pembentukan jaringan prasarana terutama lintas sub
8 - 21
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
wilayah/lintas kawasan atau yang mengemban fungsi layanan dengan skala yang lebih
luas dari wilayah BWP; dan
2. pembentukan pola ruang BWP yang serasi dengan kawasan berdekatan terutama pada
wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam pemanfaatan
ruang antar BWP dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang.
b. Metode Analisis Sumber daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP
1. Gambaran daya dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan yang ada maupun
yang akan dikembangkan sampai akhir masa berlakunya RDTR;
4. Gambaran potensi dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek fisik; dan
Keluaran analisis fisik atau lingkungan BWP ini digunakan sebagai bahan dalam sintesa
analisis holistik dalam melihat potensi, masalah, peluang penataan ruang BWP dalam
penyusunan RDTR dan peraturan zonasi. Analisis sumber daya alam dan
fisik/lingkungan wilayah yang perlu dilakukan mencakup beberapa analisis berikut:
Dilakukan untuk memahami bentuk dan pola kewenangan, pola pemanfaatan, dan pola
kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada dan yang sebaiknya dikembangkan
di dalam BWP. Khususnya terhadap sumber air baku serta air permukaan (sungai
dan/atau danau) yang mengalir dalam BWP yang memiliki potensi untuk mendukung
pengembangan dan/atau memiliki kesesuaian untuk dikembangkan bagi kegiatan
8 - 22
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
tertentu yang sangat membutuhkan sumber daya air. Analisis ini menjadi dasar
dalam menetapkan kebijakan yang mengatur sumber-sumber air tersebut.
5. Analisis klimatologi
7. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budidaya)
Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber daya alam
lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang akan direncanakan, untuk mengetahui
8 - 23
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
2. Analisis ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan bagian dari
wilayah kota yang diprioritaskan penangannya di dalam penyusunan RDTR.
2. Selain itu analisis terhadap penyebaran dan perpindahan penduduk dari daerah
perdesaan ke daerah perkotaan memberikan gambaran dan arahan
Pemalanga serta potensi sumber daya manusia untuk keberlanjutan
pengembangan, interaksi, dan integrasi dengan daerah di luar BWP.
4. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan
zonasi.
Adapun metode analisis ekonomi dan sektor unggulan yang digunakan adalah sebagai
berikut.
8 - 24
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik, terjadinya investasi dan mobilisasi
dana yang optimal.
Adapun metode analisis sumber daya buatan yang digunakan adalah sebagai berikut.
2. Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit kegiatan dari
sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas atau skala pelayanan
prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas pemanfaatan ruang
terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya dukung wilayah.
3. Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap program
pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Analisis sumber daya buatan sangat
terkait erat dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.
8 - 25
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
4. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan
zonasi.
Adapun metode analisis penataan kawasan dan bangunan yang digunakan adalah sebagai
berikut.
1. Untuk melihat kondisi dan tingkat pelayanan kawasan serta bangunan untuk menunjang
fungsi dan peran kawasan di BWP, dilakukan analisis terhadap jenis dan kapasitas
fungsi/kegiatan kawasan serta kinerjanya. Demikian pula dengan kualitas bangunan
dari aspek keselamatan.
3. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan
zonasi.
3. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan
zonasi.
8 - 26
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
3. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR terkait rencana
pemanfaatan ruang (program utama).
Adapun metode perumusan substansi RDTR dan Peraturan zonasi yang digunakan adalah
sebagai berikut.
8 - 27
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Tabel 8.6.
Perumusan Substansi RDTR dan Peraturan Zonasi
No Data Analisis Rencana
Tujuan pembangunan kabupaten/kota • Analisis tujuan penataan ruang wilayah 1. Fungsi dan peran wilayah
a) RPJPD perencanaan perencanaan
b) RPJM 2. Tujuan penataan ruang wilayah
c) RTRW kabupaten/kota perencanaan.
8 - 28
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
di wilayah; dan
2. sektor-sektor kegiatan di pusat-pusat
wilayah, khususnya wilayah
perencanaan.
B. Rencana jaringan prasarana
Perkembangan kabupaten/kota dan wilayah Rencana jaringan prasarana merupakan Sistem jaringan prasarana yang
perencanaan: pendetailan rencana sistem prasarana melayani sistem pusat kegiatan
a) Rencana struktur dalam RTRW RTRW kabupaten/kota sampai pada sistem
kabupaten/kota yang telah ditetapkan jaringan lokal dan lingkungan,dengan
b) Tata guna lahan kabupaten/kota dan Pengembangan rencana jaringan
mempertimbangkan analisis sebagai berikut:
wilayah perencanaan pergerakan:
c) Sistem transportasi dan sistem jaringan 1. Pola jaringan jalan
prasarana lainnya Analisis kebijakan pembangunan:
2. Fungsi jaringan jalan
d) Kawasan-kawasan khusus 1. Kebijakan spasial
3. Pola pergerakan
2. Kebijakan sektoral
4. Trayek angkutan umum
5. Moda transportasi
Elemen struktur tata ruang kabupaten/kota dan 6. Lahan parkir
wilayah perencanaan: Analisis kemampuan tumbuh dan
a) Kawasan perumahan berkembangnya wilayah perencanaan:
1. Penilaian struktur pemanfaatan ruang
b) Distribusi fasilitas dan utilitas Rencana pengembangan sistem air
c) Obyek-obyek khusus 2. Penilaian struktur utama tingkat
minum:
pelayanan
1. Sumber air baku
3. Penilaian sistem utama transporasi dan
2. Lokasi dan jenis intake
prasarana lainnya
Kondisi prasarana dan sarana pergerakan: 3. Penampungan yang diperlukan
a) Hirarki fungsi jaringan jalan (jika ada)
b) Konstruksi dan lebar jalan. 4. Sistem transmisi
c) Terminal/sub terminal, pelabuhan, dan Analisis bentuk dan struktur wilayah 5. Jaringan distribusi
stasiun perencanaan:
d) Jenis angkutan umum 1. Fisik dan alamiah serta buatan.
2. Tata guna lahan
e) Tingkat pertumbuhan kendaraan Rencana pengembangan sistem
f) Lahan parkir 3. Perkiraan kebutuhan ruang
jaringan air limbah:
4. Dampak lingkungan
1. Sistem jaringan setempat
2. Sistem jaringan terpusat
Sistem pergerakan:
a) Pergerakan lokal dan regional Analisis kondisi sarana dan prasarana
b) Moda pergerakan pergerakan:
c) Tingkat kepadatan dan lokasi-lokasi rawan 1. Efektivitas fungsi jaringan
8 - 29
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8 - 30
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Alternatif pengembangan:
1. Strategi pengembangan
2. Prioritas pengembangan
8 - 31
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Jenis kegiatan yang ada di wilayah Analisis keterkaitan antara zona dan Kegiatan yang
perencanaan kegiatan diperbolehkan,diperbolehkan
bersyarat,diperbolehkan terbatas,
dan yang tidak diperbolehkan pada
Intensitas kegiatan di wilayah perencanaan Analisis karakteristik kegiatan di wilayah zona tertentu di wilayah
perencanaan perencanaan
Data yang dibutuhkan : Analisis intensitas pemanfaatan ruang Koefisien dasar bangunan
1. tingkat pengisian/peresapan air (KDH maksimum
Minimum)
2. kapasitas drainase Analisis koefisien dasar bangunan
3. jenis penggunaan lahan Koefisien lantai bangunan
4. harga lahan maksimum
5. Ketersediaan dan tingkat pelayanan Analisis koefisien lantai bangunan
prasarana (jalan)
6. Dampak atau kebutuhan terhadap Ketinggian bangunan maksimum
prasarana tambahan Analisis ketinggian bangunan
7. Ekonomi dan pembiayaan
Koefisien dasar hijau minimum
Analisis koefisien dasar hijau
Garis sempadan bangunan Analisis sempadan bangunan dan tinggi Garis sempadan bangunan
1. keselamatan bangunan minimum
2. resiko kebakaran 1. Tingkat keselamatan bangunan Tinggi bangunan maksimum
3. kesehatan 2. Tingkat resiko kebakaran Jarak bebas antar bangunan
4. kenyamanan dan estetika 3. Tingkat kenyamanan bangunan minimum
8 - 32
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Fisik Binaan: Analisis jenis sarana dan prasarana yang Sarana dan prasarana minimum
1. Tata guna lahan dibutuhkan wilayah perencanaan
2. Status pemilikan tanah Analisis tingkat kebutuhan sarana dan
3. Penyebaran fasilitas umum prasarana
Analisis lokasi sarana dan prasarana
8 - 33
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8 - 34
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8 - 35
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8 - 36
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8 - 37
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8 - 38
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
4) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250 – 600 m2);
5) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100 – 250 m2);
6) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50 – 100 m2);
7) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (dibawah 50 m2);
8) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat).
b. Arahan Intensitas Bangunan
1) Kepadatan Bangunan (KDB)
Perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam
tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas petak peruntukan.
- Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan (KDB) sangat tinggi ( >75 %);
- Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan (KDB) menengah (20% - 75%);
- Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan (KDB) rendah (5 % - 20 %);
- Blok peruntukan dengan koefisen dasar bangunan (KDB) sangat rendah ( < 5 %).
2) Luas Lantai Bangunan (KLB)
Rencana ketinggian maksimum atau maksimum dan minimum bangunan untuk
setiap blok peruntukan (koefisien lantai bangunan):
- Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan tidak
bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB maksimum = 2 x KDB)
dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar;
- Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan
bertingkat maksimum 4 lantai ( KLB maksimum = 4 x KDB) dengan tinggi puncak
bangunan maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar;
- Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan bangunan
bertingkat maksimum 8 lantai (KLB maksimum = 8 x KBD) dengan tinggi puncak
bangunan maksimum 36 m dan minimum 24 m dari lantai dasar;
- Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi bangunan tinggi adalah blok dengan
bangunan bertingkat minimum 9 lantai (KLB maksimum = 9 x KDB) dengan tinggi
puncak bangunan minimum 40 m dari lantai dasar;
- Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat tinggi adalah blok dengan bangunan
bertingkat minimum 20 lantai (KLB maksimum = 20 x KDB) dengan tinggi puncak
bangunan minimum 80 m dari lantai dasar.
3) Koefisien Dasar Hijau (KDH)
- Koefisien dasar hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan peruntukkan dalam rencana
tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. KDH minimal 10% pada daerah sangat
padat/padat. KDH ditetapkan meningkat setara dengan naiknya ketinggian
bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah;
- Untuk perhitungan KDH secara umum, digunakan rumus : 100 % - (KDB + 20%
KDB)
- Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin diperuntukkan
bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan demikian area parkir dengan
8 - 39
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami pohon peneduh yang
ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah/container kedap air;
- KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas bangunan dalam kawasan-
kawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan
campuran.
Gambar 8.3.
Contoh Tabel Kegiatan Di Perkotaan
8 - 40
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan
fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan
ekstra) tinggi, pantai dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan
rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan kota)
Nomor blok peruntukan adalah nomor yang diberikan pada setiap blok peruntukan.
Blok peruntukan di batasi oleh batasan fisik yang nyata maupun yang belum nyata.
Batasan fisik yang nyata dapat berupa:
- jaringan jalan
- sungai
- selokan
- saluran irigasi
- saluran udara tegangan (ekstra) tinggi
- garis pantai, dll
Batas blok peruntukan yang belum nyata dapat berupa:
8 - 41
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Gambar 8.4.
Contoh Penentuan Blok Peruntukan dengan Satasan Fisik
8.3. Muatan Materi Laporan
8 - 42
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Tabel 8.7.
Muatan Materi Rencana Pola Ruang dalam RDTR
Materi Deskripsi
Materi yang Diatur Rencana pola ruang menunjukkan batasan persil untuk wilayah yang sudah
terbangun
Kedalaman Materi Pemanfaatan ruang kawasan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan
Pengelompokan 1) Zona Lindung, meliputi:
Materi a) zona hutan lindung;
b) zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya
yang meliputi zona bergambut dan zona resapan air;
c) zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai,
sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar
mata air;
d) zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT, taman RW,
taman kota dan pemakaman;
e) zona suaka alam dan cagar budaya;
f) zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi zona rawan
tanah longsor, zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan
banjir; dan
g) zona lindung lainnya.
2) Zona Budidaya, meliputi:
a) zona perumahan, yang dirinci berdasarkan tingkat kepadatan
(kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah);
b) zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret
dan perdagangan jasa tunggal, dll;
c) zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta;
d) zona sarana pelayanan umum, antara lain meliputi sarana
pelayanan umum pendidikan, transportasi, kesehatan, olahraga,
sosial budaya, dan peribadatan;
e) zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk
ke dalam zona sebagaimana dimaksud pada huruf (a) sampai
dengan (e), seperti zona untuk keperluan pertahanan dan
keamanan, zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona khusus lainnya;
f) zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan
fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan
perdagangan/jasa, perumahan, perdagangan/ jasa dan perkantoran.
8 - 43
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Gambar 8.5.
Ilustrasi Pembagian BWP ke dalam Sub BWP
A B
C D
Ket: A. Ilustrasi Pembagian BWP ke dalam Sub BWP hingga Blok ; B. Ilustrasi Pembagian
BWP Langsung ke dalam Blok; C. Ilustrasi Pembagian Subzona di dalam Blok dan Subblok
pada Satu Sub BWP; D. Ilustrasi Peta Rencana Pola Ruang (Zoning Map)
Sumber : Permen PU no 20 Tahun 2011
Gambar 8.6.
Ilustrasi Pembagian BWP
8 - 44
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Tabel 8.8.
Muatan Materi Rencana Jaringan Prasarana dalam RDTR
Rencana Jaringan Materi
Rencana Berupa angkutan jalan raya, meliputi seluruh jaringan primer maupun
Pengembangan Jaringan sekunder, serta ngkutan pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem
Pergerakan pergerakan.
1) Jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder;
2) Jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder;
3) Jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder;
4) Jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan sekunder; dan
5) Jaringan jalan lainnya yang meliputi:
Jalan masuk dan keluar terminal barang serta terminal
orang/penumpang sesuai ketentuan yang berlaku;
Jaringan jalan moda transportasi umum (jalan masuk dan
keluarnya terminal barang/orang hingga pangkalan angkutan
umum dan halte); dan
Jalan masuk dan keluar parkir.
Rencana 1) Jaringan subtransmisi (jika ada);
Pengembangan Jaringan 2) Jaringan distribusi primer (jaringan sutut, sutet, dan sutt) yang
Energi/ Kelistrikan dilengkapi dengan infrastruktur pendukung yang meliputi:
Gardu induk; dan
Gardu hubung;
3) Jaringan distribusi sekunder, yang dilengkapi dengan infrastruktur
pendukung berupa gardu distribusi.
Rencana 1) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi yang
Pengembangan Jaringan berupa penetapan lokasi pusat automatisasi sambungan telepon;
Telekomunikasi 2) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel yang
berupa penetapan lokasi stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan
kotak pembagi;
3) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang
berupa penetapan lokasi menara telekomunikasi termasuk menara
base transceiver station (bts);
4) Rencana pengembangan sistem televisi kabel termasuk penetapan
lokasi stasiun transmisi;
5) Rencana penyediaan jaringan serat optik; dan
6) Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi.
Rencana Berupa rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air minum, yang
Pengembangan Jaringan terdiri atas:
Air Minum 1) Sistem penyediaan air minum wilayah kabupaten/ kota yang
mencakup sistem jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan;
2) Bangunan pengambil air baku;
3) Pipa transmisi air baku dan instalasi produksi;
4) Pipa unit distribusi hingga persil;
5) Bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan
6) Bak penampung.
Rencana 1) Sistem jaringan drainase; dan
Pengembangan Jaringan 2) Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase yang meliputi
8 - 45
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan salah satu
program prioritas dari RDTR. Adapun penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
berfungsi sebagai:
1) Lokasi
Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya digambarkan dalam peta. Lokasi
tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan, atau dapat juga
meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut. Batas delineasi lokasi Sub BWP
yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan pertimbangan:
8 - 46
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Penentuan secara kultural tradisional, seperti kampung, desa adat, gampong, dan
nagari;
Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun
yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan
kawasan gabungan atau campuran.
2) Tema Penanganan
Tema penanganan merupakan program utama untuk setiap lokasi, yaitu terdiri atas:
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam
bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan
sampai akhir tahun masa perencanaan. Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:
8 - 47
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Perwujudan sistem jaringan prasarana untuk BWP, yang mencakup pula sistem
prasarana nasional dan wilayah/regional di dalam BWP yang terdiri atas:
8 - 48
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Pelestarian/pelindungan blok/kawasan.
b. Lokasi
c. Besaran
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kabupaten/kota, APBD provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), swasta, dan/atau masyarakat.
e. Instansi Pelaksana
Program direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang
dirinci setiap 5 (lima) tahunan dan masing-masing program mempunyai durasi
pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan program prioritas
disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP daerah kabupaten/kota.
8 - 49
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Aturan teknis zonasi adalah aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan pemanfaatan
ruang, ketentuan tata, massa bangunan, ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan,
aturan khusus untuk kegiatan tertentu.
Pembangunan dan pemanfaatan ruang yang terarah memerlukan peraturan, panduan atau
ketentuan yang jelas, mudah dipahami, logis (dapat dipertanggung jawabankan) dan menjadi
rujukan bagi pemerintahan, masyarakat dan dunia usaha. Shirvani (1985: 150-152)
mengelompokkan panduan dalam dua bentuk, yaitu:
Adalah peraturan yang memberikan ketentuan – ketentuan yang dibuat sangat ketat,
rinci dan terukur sehingga mudah dan jelas untuk diterapkan serta kecil kemungkinan
terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaannya.
Contoh: luas minimum (m2), tinggi maksimum (m atau lantai), KDB maksimum (%), dll
Adalah peraturan yang menyediakan berbagai ukuran serta criteria kinerja dalam
memberikan panduannya.
Contoh: kegiatan baru tidak boleh menurunkan rasio volume lalu-lintas dan kapasitas
jalan (V/C ratio) di bawah D, kegiatan pada malam hari tidak boleh menimbulkan
kebisingan di atas 60 dB.
Contoh: Pokok perhatian atau criteria dalam Zona R-1 (Perumahan Tunggal) adalah
kenyamanan, keindahan, dan prestis. Oleh karenanya, komponen yang perlu diatur dengan
ketentuan aturannya adalah:
8 - 50
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Adalah aturan yang berisi kegiatan yang diperbolehkan terbatas atau dilarang pada suatu
zona.
Aturan kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi dinyatakan dengan sebagai
berikut:
Karena sifatnya sesuai dengan peruntukan tanah yang direncanakan. Hal ini berarti tidak
akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten/kota
terhadap pemanfaatan tersebut.
Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat
menimbulkan dampak yang cukup besar lingkungan di sekitarnya.
8 - 51
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Pernyataan pengaturan dapat disusun dengan merajuk pada salah satu ekstrim, yaitu
yang diperbolehkan atau dilarang. Alternative pernyataan aturan berdasarkan pendekatan
tersebut adalah:
8 - 52
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan berdasarkan batasan KDB, KLB, KDH
atau kepadatan penduduk.
Luas prasarana yang diperkeras berkisar antara 20 – 50 % dari KDB yang ditetapkan
(bukan dari luas persil)
Contoh :
Adalah bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu persil/tapak
yang dikuasai. Pengaturan Tata Massa Bangunan mencakup antara lain:
8 - 53
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
- Amplop bangunan
b. Prasarana
- Parkir
- Bongkar muat
Aturan lain dapat ditambahkan pada saat zonasi, untuk kegiatan yang diperbolehkan,
misalnya:
- Batasan luas atau prosentase (%) maksimum dari luas lantai (misalnya:
kegiatan tambahan seperti salon, warung, fotokopi- diperbolehkan dengan batas
tidak melebihi 25% dari KDB)
1) Pembatasan pengoperasian
8 - 54
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Dasar pertimabangan dalam menyusun aturan tambahan tentang pekarangan dan area
lansekap dalam peraturan zonasi antara lain:
Pemanfaatan yang diizinkan dalam suatu peruntukan lahan bisa lebih jauh dibatasi jika
terdapat lahan – lahan rawan lingkungan, di dalam setiap peruntukan lahan, dalam suatu persil
tidak boleh terdapat struktur atau perbaikan, atau digunakan atau dirawat kecuali untuk satu
atau lebih tujuan atau kegiatan yang tercantum pada matrik pemanfaatan ruang.
Ketentuan lain yang dapat dimasukan dalam peraturan zonasi, sebagai aturan
tambahan antara lain:
8 - 55
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
- Aturan ini melengkapi aturan dalam peraturan zonasi yang terkait dengan
pertimbangan dampak pembangunan
4) Aturan mengenai tata informasi, aksesoris bangunan, daya tampung rumah dan
keindahan
d. Aturan khusus
Standar adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibekukan, disusun berdasarkan
consensus semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat – syarat kesehatan, keamanan,
keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK, pengalaman, perkembangan masa kini dan
mendatangkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Secara umum standar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Standar kuantitatif, contoh KDB maksimum 60%, KLB maksimum 3,0 dan
tinggi bangunan maksimum 3 lantai atau 16 m
8 - 56
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Adalah berbagai varian dari zoning konvensional yang dikembangkan untuk memberikan
kulewasan penerapan aturan zonasi. Teknik pengaturan zonasi dapat dipilih dari berbagai
alternative dengan mempertimbangkan tujuan pengaturan yang ingin dicapai. Setiap tenik
mempunyai karakteristik, tujuan, konsekuensi dan dampak yang berbeda. Oleh karena itu,
pemilihannya harus dipertimbangkan dengan hati – hati. Alternative teknik pengaturan zonasi
yang dapat diterapkan antara lain:
8 - 57
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Izin peningkatan intensitas dan kepadatan pembangunan (tinggi bangunan, luas lantai)
yang diberikan kepada pengembang dengan imbalan penyediaan fasilitas publik (arcade, plaza,
pengatapan ruang pejalan, peninggian jalur pejalan atau bawah tanah untuk memisahan
pejalan dan lalu lintas kendaraan, ruang bongkar muat off-street untuk mengurangi kemacetan
dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2) Performance Zoning
Ketentuan pengaturan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang didasarkan pada
kinerja tertentu yang ditetapkan. Performace zoning harus diikuti dengan standar kinerja
(performace standards) yang mengikat (misalnya tingkat LOS (level ofservice, tingkat
pelayanan) jalan minimum, tingkat pencemaran maksimum,dll)
3) Fiscal Zoning
Ketentuan/aturan yang ditetapkan pada stu atau beberapa blok peruntukan yang
berorientasi kepada peningkatan PAD
4) Special Zoning
Ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan krakteristik setempat (universitas,
pendidikan, Bandar udara) untuk mengurangi konflik antara area ini dan masyarakat
sekelilingnya dngan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan area tersebut. Umumnya untuk
menjaga kualitas lingkungan (ketenangan, kelancaran lalu lintas dan sebagainya)
5) Exclusionary Zoning
Praktek zoning ini diterapkan pada zona yang mempunyai dampak pencegahan munculnya
bangunan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah dan moderat. Ketentuan ini
dimotivasi oleh perhatian pada populasi masyarakat dibandingkan kebutuhan perumahan
keseluruhan pada wilayah dimana masyarakat tersebut menjadi bagiannya Negotiated
Development dan teknik laionnya yang dianggap sesuai
Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan superblok yang telah
didelineasikan sebelumnya dengan skala 1 : 5000 atau setara dengan RDTRK. Sublok
8 - 58
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
peruntukan adalah pembagian peruntukan dalam satu blok peruntukan berdasarkan perbedaan
fungsi yang akan dikenakan
Pertimbangan penetapan kode zonasi di atas peta batas blok/sublok yang dibuat dapat
didasarkan pada:
- Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil
- Orientasi bangunan
- Lapisan bangunan
Subblok peruntukan diberi nomor blok dengan memberikan tambahan huruf (a, b, dan
seterusnya) pada kode blok.
Contoh: Blok 40132 – 023 dipecahkan menjadi subblok 40132 – 023.a dan 40132 –
023.b.
8 - 59
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Pembagian Zona dengan Pertimbangan Batasan Fisik Jalan (temasuk 1 blok dengan batas
jalan), Gang, Brandgang, Batas Kapling dan Orientasi Bangunan, Lapis Bangunan
Gambar 8.7.
Contoh Pembagian Blok Sesuai Fisik
5) Penyusunan Aturan Pelaksanaan
Izin untuk bebas dari aturan standar sebagai upaya untuk menghilangkan kesulitan yang
tidak perlu akibat kondisi fisik lahan (luas,bentuk persil)
non conforming dimension adalah izin kelonggaran atau pengurangan ukuran dari yang
ditetapkan dalam peraturan dan standar. Contohnya: pengurangan besar GSB,
penambahan tinggi atap, perubahan KDB kurang dari 10%,dll.
Adalah izin yang diberikan untuk melanjutkan penggunaan lahan, bangunan atau struktur
yang telah ada pada waktu peraturan zonasi ditetapkan dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi.
8 - 60
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
o Mengubah penggunaan dari satu non conforming use ke non comforming use lainnya
- Interim/temporary use
Adalah penggnaan lahan sementara yang diberikan untuk jangka waktu tertentu sebelum
pemanfatan ruang final direalisasikan
Insentif :
Disinsentif :
Adalah PPL pemanfaatan lahan yang berbeda dari pengguna lahan dan peraturan yang
ditetapkan dalam zonasi.
8 - 61
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Spot zoning, adalah zoning – zoning kecil yang berlawanan dengan zoning yang telah
ditentukan. Secara definisi adalah penyimpangan dan rencana komprehensif (RTRWK)
khususnya untuk setiap persil lahan yang mendapat perlakuan khusus atau memiliki hak
istimewa yang tidak sesuai dengan klasifikasi penggunaan lahan di sekitarnya tanpa
suatu penilaian keadaan sekitarnya.
Up-zoning, adalah perubahan kode zonasi ke hirarki yang lebih tinggi atau ke tingkat
yang lebih makro dari yang ditetapkan dalam peta / peraturan zonasi (missal dari
perdagangan ke komersial/bisnis)
Down – zoning adalah perubahan katogori penggunaan lahan ke tingkat yang lebih
makro (missal dari komersial ke jasa hiburan) dari yang ditetapkan dalam peta/peraturan
zonasi
R=IxHxL
R = p (%) x Bp
R = p (%) x (H-H1)
Dengan:
8 - 62
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Bp = Biaya pembangunan pada lahan yang telah memperolaeh perubahan, yaitu biaya
pembangunan per m2 x luas lantai
L = Luas lahan
2) Tingkat gangguan tetap, apabila pemanfaatan ruangnya yang lama dan baru dalam
katogori yang sama
1) Undang-undang Gangguan (hinderoddonantie) stbl Tahun 1926 No. 226 yang diubah dan
ditambah dengan Stbl Tahun 1940 No. 14 dan 450 yang mengatur kegiatan usahayang
wajib memiliki Izin Undang-undang Gangguan (gangguan ketertiban, kemanan dan
kesehatan);
2) Permendagri No. 4 Tahun 1987 tentang Penertiban Pungutan-pungutan dan Jangka Waktu
Terhadap Pemberian lzin Undang-undang Gangguan.
Tingkat dampak pada tiap guna lahan yang ada di wilayah kebupaten/kota tersebut mencakup:
a) Kerugian ekonomi yang dialami oleh masyarakat di sekitar kawasan fungsional ataupun
pemerintah;
d) Kerugian akibat terhambatnya sirkulasi jalan dan transportasi oleh kegiatan pemanfaatan
ruang di sekitarnya;
8 - 63
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
b. Hak masyarakat;
c. Kewajiban masyarakat;
Hak masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan dan peraturan Zonasi adalah:
d) Memberikan pendapat, saran, masukan, data/informasi dan penentuan potensi dan masalah
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang;
f) Mengetahui secara terbuka setiap produk rencana tata ruang dan peraturan zonasi wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan;
8 - 64
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
h) Mengetahui dan memberi masukan terhadap ketentuan dan kebijakan lain yang ditetapkan
oleh pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Jenis peran serta masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan peraturan zonasi adalah:
c) Bantuan untuk merumuskan klasifikasi penggunaan lahan yang akan atau telah
dikembangkan di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan;
g) Kerjasama datam penelitian dan pengembangan dan atau bantuan tenaga ahli;
1) Menyusun naskah akademis peraturan zonasi, adalah instansi yang berwenang bidang
penataan ruang di kota/kabupaten
2) Menyusun rancangan peraturan daerah, disebut sebagai legal drafting tentang peraturan
zonasi
8 - 65
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Gambar 8.8.
Kerangka Peraturan Administrasi Zoning
8 - 66
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Gambar 8.9.
Metodologi Penyusunan RDTR Kecamatan Pemalang
8 - 67
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
Gambar 8.10.
Kerangka Analisis
8 - 68
Usulan Teknis __ STUDI PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN PEMALANG
8 - 69