Anda di halaman 1dari 2

Suka duka Jadi Istri Tentara

Mendampingi dan melayani suami memang sudah menjadi tanggung jawab dari
seorang istri. Bisa selalu berkumpul dengan suami tentu menjadi harapan dan
dambaan para istri. Namun, tak demikian halnya dengan para wanita yang
tergabung dalam Persatuan jalasenastri yang sudah harus siap jika sewaktu-waktu
suami mereka mendapat perintah mengemban tugas negara.

Yaaaa...
itulah yang sedang saya alami sekarang. Beberapatahun yang lalu, seorang prajurit
TNI AL meminang saya untuk menjadi istrinya. Secara otomatis saya pun menjadi
seorang anggota Jalasenastri. Menjadi seorang istri prajurit tidaklah mudah. Baru
mengurus surat ijin nikah saja dari Komandan, susahnya minta ampun. Di sinilah
kita sebagai istri dilindungi. Itulah yang menjadikan saya bangga menjadi seorang
istri tentara, yang tidak semua wanita menyandangnya.

Sebelum menjadi anggota Jalasenastri, saya bebas berbuat sesuka hati. Sekarang,
secara tiba-tiba mau tidak mau saya harus mengikatkan diri dengan aturan-aturan
yang berlaku di satuan suami. Dari segi etika berbicara, berpakaian, bersikap, serta
bertingkah laku semua ada aturannya. Awalnya memang terasa sangat berat.
Namun, dengan keikhlasan dan kemauan yang besar, Insya Allah semua bisa
dijalani. Karena segala sesuatu yang kita jalani dengan penuh tulus ikhlas akan
berbuah kebaikan. Itulah prinsip saya.

Sebagai seorang istri prajurit, saya harus selalu siap jika sewaktu-waktu suami
mendapat perintah mengemban tugas negara. Layar dari pulau ke pulau untuk
melindungi anak istri dan negaranya menjaga perbatasan laut. Menjaga warga
negaranya melalui perbatasan laut. Walaupun harus berpisah dengan anak dan
istrinya.

Hidup sendiri di kampung orang, jauh dari sanak keluarga merupakan hal yang tidak
pernah terpikirkan sebelumnya dalam hati dan pikiran saya. Saat-saat seperti inilah
saatnya fisik, mental, serta pikiran saya diuji. Sebelumnya tidak jarang ada suami
yang selalu menemani, siap mengantar serta menuruti semua permintaan saya.
Tetapi sering juga keadaan mengharuskan saya melakukan sendiri, butuh apa-apa
harus dicari sendiri. Namun, dibalik semua itu saya belajar untuk menjadi seorang
pribadi yang mandiri, tidak manja, dan tangguh. Pesan suami yang selalu terngiang-
ngiang dalam hati dan pikiran saya adalah "jadi seorang istri tentara itu harus
pemberani dan mandiri. Serta harus pandai membawa diri dalam segala situasi".

Selama ditinggal tugas, waktu memang terasa begitu lama berjalan. Dari detik ke
menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke minggu, begitu seterusnya merupakan saat-
saat yang paling menjemukan. Ibaratnya menunggu sehari bagaikan setahun. Itu
yang saya rasakan. Tapi, saya bersyukur karena banyak kegiatan yang bisa
dilakukan di Jalasenastri. Mulai dari kegiatan olahraga, senam aerobik, latihan
menari serta pengajian yang secara rutin diadakan di sini. Ada kalanya saat titik
jenuh menghinggapi, ingin rasanya lari dari kenyataan ini. Yaaa lelah fisik, hati dan
pikiran sangat-sangat terasa. Namun kembali lagi, kalau semua itu dijalani dengan
penuh keikhlasan, semua akan terasa ringan dan begitu menyenangkan.

Banyak yang bisa saya dapatkan selama menjadi anggota Jalasenastri. Ilmu,
pengalaman, pembelajaran, kemajuan serta yang paling penting adalah keluarga
baru, saya dapatkan di sini. Selalu saja ada yang kita korbankan demi mendapatkan
sesuatu yang baru yang belum pernah kita punya sebelumnya.

Sekarang itu semua sudah menjadi hal yang biasa. Berharap saat waktunya sandar,
kami bisa menyambut separuh jiwa kami itu kembali. Tentunya dengan perasaan
penuh suka cita, air mata kebahagiaan dan setumpuk rindu yang menggunung.

Anda mungkin juga menyukai