Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh
akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif.
Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan
mengalami penurunan fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem
pencernaan. Akibat dari gigi yang ompong, penuruan peristaltik usus, dan
kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan menimbulkan berbagai
macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang ditimbulkan
dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan
mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem pencernaan
yang berbentuk peradangan pada lapisan mukosa lambung. Oleh karena itu
diperlukan intervensi khusus untuk membantu lansia mengahadapi maslah
kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai individu dalam suatu komunitas.

B. Tujuan
Menjelaskan proses asuhan keperawatan lansia dengan gangguan sistem
pencernaan.
C. Manfaat

Diharapkan dengan terselesaikan makalah ini dapat mengaplikasikan asuhan


keperawatan gerontik dengan gangguan sistem pencernaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Gastritis
1. Pengertian
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan
inflamasi jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang
lebih dikenal dengan magh berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘gastro’
yang berarti perut atau lambung, dan itis yang berarti inflamasi atau
peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung.
2. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan
klasifikasinya sebagai berikut:
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid dan digitalis.
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis
ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.
3. Patofisiologi
Terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor
defensif, antara lain:
a. Gastritis akut

2
Adanya zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan
mengiritasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2
hal yang mungkin terjadi:
1) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasinya
lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa
HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCl sehingga
menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari persenyawaan
tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung
meningkat maka akan menimbulkan rasa mual muntah yang
berakibat pada gangguan nutrisi cairan dan elektrolit.
2) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi,
jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung
dari kerusakan HCl maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya
akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindung
mukosa lambung, maka yang akan terjadi adalah erosi pada
mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan
menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe
B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan
dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi
seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti
anemia permisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut dengan gastritis H. pylory
mempengaruhi antrum dan pilorus. Gastritis kronik dihubungkan
dengan bakteri H. pylory , faktor diet seperti minum panas atau
pedas, penggunaan alkohol dan obat-obatan, merokok atau refluks isi
usus kedalam lambung.
4. Manifestasi Klinis
a. Gatritis akut
1) Nyeri epigastrum

3
2) Nausea, muntah-muntah, anorexia
3) Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
4) Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala
mual dan sakit pada perut bagian atas.
b. Gastritis kronik
1) Tampak pucat, Hb tidak normal
2) Perut terasa panas
3) Anorexia, epigstrum terasa tegang
4) BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah
dapat diketahui dengan biopsi.
Sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap
biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut
bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.
5. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik,
khusus untuk perdarahan SCBA perlu dibedakan dengan tukan
peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama, namun
pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri
pulori sebesar 100% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi
b. Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia
karena gangguan absorbsi vitamin B12.
6. Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa
saran untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
a. Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah

4
bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup,
pada waktunya dan lakukan dengan santai.
b. Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan
mucosa lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan
perdarahan.
c. Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung
lebih rentan terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan
lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker
lambung.
d. Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga
dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
e. Kendalikan stress
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan
sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan
kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan
memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian
orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi,
istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
f. Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan
ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat
peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Gastritis Akut

5
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2).
Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan
alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur
sekresi asam lambung.
b. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid,
antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
8. Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
a. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam
darah, dan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat Gastritis.
b. Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.
pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan
adanya perdarahan pada lambung.
d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X.
e. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan
Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Rontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.

6
B. Proses Asuhan Keperawatan Lansia
1. Pengkajian
Pengkajian Umum:
a. Identitas
Nama : Ny. A
TTL : Surabaya, 17 Agustus 1943
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SR
Agama : Islam
Status Perkawinan : Duda
TB / BB/ IMT : 152 cm / 50 Kg / 20,08 Kg (Normal)
Penampilan : Rapi dan bersih
Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah Surabaya
Orang yang Dekat : Ny. E
Hubungan : Anak kandung
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.XX Kel. Karah Surabaya
b. Riwayat Keperawatan
1) Genogram

7 6 DM 60
Gastritis,
4 9 HT
Tahun dimensia Tahun 2000 sakit
2010
sakit 45 Sehat ,
5 47 Sehat 4
perokok
sakit 0 0
Sehat HT
20 Sehat

7
2) Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: tinggal serumah
: klien

3) Riwayat kesehatan keluarga


Ny. A tinggal serumah dengan anak perempuannya Ny. E,
anggota yang tinggal serumah tidak punya riwayat penyakit
menular. Ibu Ny. A memiliki riwayat penyakit DM.

c. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Pedagang
Alamat pekerjaan : Pasar Wonokitri Surabaya
Jarak dari rumah : ± 1km
Alat transportasi : Di antar menantu naik sepeda motor
Pekerjaan sebelumnya : Pedagang
Jarak dari rumah : ± 3 Km
Alat transportasi : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan :Pendapatan berasal dari hasil
berdagang dibiayai oleh anak.

d. Riwayat Lingkungan Hidup


Type tempat tinggal : Rumah permanen
Jenis lantai rumah : keramik
Kondisi lantai : kering
Tangga rumah : tidak ada
Penerangan : cukup

8
Tempat tidur : aman
Alat dapur : aman
WC : aman
Kebersihan lingkungan : bersih
Jumlah keluarga serumah : 3 orang(anak, menantu, dsan cucu)
Derajat privasi : terjaga
Tetangga terdekat : Ada
Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah
Surabaya

e. Riwayat Rekreasi
Hobbi / Minat : menyulam
Keanggotaan Organisasi : kelompok pengajian
Liburan / Perjalanan : berkunjung ketempat anak dan
saudara

f. Sistem Pendukung
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah : ±1 Km
Rumah Sakit : Ada Jarak ±5 Km
Klinik : Ada Jarak ±4 Km
Pelayanan Kes. Dirumah : Tidak ada
Perawatan yang Dilakukan Keluarga : Periksa ke Puskesmas

g. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang
menjalankan shalat tahajud
Yang Lainnya : Tidak ada

h. Status Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu

9
Ny. A mengatakan pernah sakit demam berdarah dan di rawat di
Puskesmas selama 3 hari.
2) Keluhan Utama : Ny. A mengeluh sakit perut
Provokatif : Ny. A telat makan
Quality : nyeri perutnya seperti tertusuk dan melilit
Region : daerah abdomen
Skala : skala nyeri 3 dari 5, tingkat keparahan Ny.
A sampai tidak bisa jalan
Time : sejak tadi pagi
3) Riwayat Alergi :
Obat-Obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Lingkungan : Tidak ada

Pengkajian Khusus
a. Pemeriksaan Fisik (B1 – B6)
1) Sistem Pernafasan (B1)
(a) Inspeksi
Bentuk dada simetris, pasien mengeluh sesak saat
kecapekan, irama teratur, tidak ada suara nafas tambahan,
tidak ada tarikan intercostal, tidak ada jejas, respiratory rate
(RR) = 24x/menit
(b) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada polip.
(c) Perkusi
Suara terdengar sonor
(d) Auskultasi
tidak ada suara nafas tambahan
2) Sistem Kardiovaskuler (B2)
(a) Inspeksi
Tidak ada keluhan nyeri dada, konjungtiva pucat.
(b) Palpasi

10
Irama jantung teratur HR = 110 x/mnt
(c) Auskultasi
Terdengar suara jantung normal, Tekanan darah 130/90
mmHg

3) Sistem Persarafan (B3)


(a) Inspeksi
Kesadaran composmetis, pupil isokor, tidak ada keluhan
pusing
4) Sistem Perkemihan (B4)
(a) Inspeksi
Produksi urine = 500cc/hari, warna = kuning, bau = khas,
intake oral = 1500cc/hari
(b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran kandung
kemih
5) Sistem Pencernaan (B5)
(a) Inspeksi
Mukosa bibir kering, tidak ada keluhan susah menelan, 3
gigi tanggal, klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan
(b) Auskultasi
Bising usus 12x/menit
(c) Palpasi
Terdapat nyeri tekan di daerah ulu hati, skala nyeri 3 dari 6,
dan tidak teraba pembesaran hepar
(d) Perkusi
Terdengar suara tympani
6) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
(a) Inspeksi
Kulit terlihat kering dan keriput, tidak terdapat kelainan
pada bagian ekstremitas dan tulang belakang, kulit sawo
matang, kulit bersih

11
(b) Palpasi
Turgor kulit kurang, akral hangat
7) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening
b. Pengkajian Status Fungsional
1) Index Katz : Skor A
Ny. A memiliki kemandirian dalam hal makan, minum,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi.
2) Index Barthel (ADL)
Dengan Skor Yg
No Kriteria Mandiri Ket
Bantuan Didapat

1 Makan Frekuensi : 2x/hari

Jumlah : 1 piring
5 10 10
Jenis : nasi, lauk,
sayur

2 Minum Frekuensi : 5 – 6
gelas
5 10 10
Jumlah : 500 cc

Jenis : air putih, teh

3 Berpinda
h dari
kursi
roda ke
tempat 5-10 15 15
tidur,
atau
sebalikn
ya

4 Personal Frekuensi : 2x/hr


toilet
(cuci 0 5 5
muka,
menyisir

12
rambut,
gosok
gigi)

5 Keluar
masuk
toilet
(mencuci
pakaian, 5 10 10
menyeka
tubuh,
menyira
m)

6 Mandi Frekuensi : 2x/hr


5 15 15

7 Jalan di
permuka 0 5 5
an datar

8 Naik
turun 5 10 5
tangga

9 Mengena
kan 5 10 10
pakaian

10 Kontrol Frekuensi : 1x/hari


bowel 5 10 10
(BAB) Konsistensi : padat

11 Kontrol Frekuensi : 5x/hari


Bladder
(BAK) Warna : kuning
5 10 10

12 Olah Jenis : jalan kecil


raga/latih 5 10 10
an Frekuensi : 1x/hari

13
13 Rekreasi/ Jenis : nonton TV
pemanfa
atan 5 10 10 Frekuensi : 1x/hari
waktu
luang

Jumlah : 125

Penilaian
Nilai 130 : Mandiri
Nilai 60 – 125 : Ketergantungan Sebagian
Nilai 60 : Ketergantungan Total
Kesimpulan : Ny. A memiliki Tingkat ketergantungan sebagian
dengan skor 125

c. Perubahan Kognitif
Konsep diri : Klien merasa kehidupannya cukup
terpenuhi
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Dimensia : Tidak
Tingkat Keasadaran : Composmentis
Afasia : Tidak
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Bahasa : Bahasa Jawa
Kemampuan Membaca : Bisa
Kemampuan Interaksi : Sesuai
Penyalahgunaan zat : tidak
d. Pengkajian Status Kognitif
1) Tingkat Kerusakan Intelektual

14
Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status
quesioner)
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini.

Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban

1 0 1 Tanggal berapa hari ini? 26 November 2012

1 0 2 Hari apa sekarang? Senin

1 0 3 Apa nama tempat ini? Rumah

1 0 4 Dimana alamat anda? Jl. Merdeka No.XX Kel.


Karah Surabaya

1 0 5 Berapa umur anda? 69 tahun

1 0 6 Kapan anda lahir? 17 Agustus 1943

1 0 7 Siapa presiden Indonesia? SBY

0 1 8 Siapa presiden Indonesia Suharto


sebelumnya?

1 0 9 Siapa nama ibu anda? Ibu K

0 1 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 13, 9, dst


pengurangan 3 dari setiap angka
baru, secara menurun

8 2 JUMLAH

Intreprestasi :

Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10 : fungsi intelektual kerusakan berat

15
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan salah = 2, fungsi
intelektual Ny. A utuh

2) Identifikasi Fungsi Mental dan Aspek Kognitif


Dengan Menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar

Tahun : 2012

Musim : hujan

Tanggal : 26 November 2012

Hari : senin

Bulan : November

2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ? Rumah

Negara : Indonesia

Propinsi : Jawa Timur

Kabupaten / kota : Surabaya

3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,


meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:

 Kursi
 Meja
 Kertas
4 Perhatian 5 3 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi
Jawaban :

93
86
76
71

16
64
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke – 2 (tiap poin nilai 1)

Jawaban : meja, kursi, pen

6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda


(sambil menunjukkan benda tersebut)

1. Minta klien untuk mengulangi kata


berikut :
”tidak ada, dan, jika atau tetapi”
Klien menjawab :
”tidak ada, dan, jika atau tetapi”

2. Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
 Ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai.
 Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 poin) ”tutup mata
anda”
 Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30 27 Intrepetasi : Tidak ada gangguan kognitif

Intrepetasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
e. Pengkajian Sosial
No. Uraian Ya Kadang- Tidak Fungsi Skor
kadang
1 Saya puas bahwa √ Adaptat
saya bisa kembali ion
kepada keluarga 2
(teman-teman)
saya untuk
membantu pada

17
waktu sesuatu
menyusahkan
saya.
2 Saya puas dengan √
cara keluarga
(teman-
teman)saya
membicarakan Partner 1
sesuatu dengan ship
saya dan
mengungkap
masalah dengan
saya
3 Saya puas dengan √
cara keluarga
(teman-teman)
saya menerima 1
Growth
dan mendukung
keinginan saya
untuk melakukan
aktivitas
4 Saya puas dengan √
cara keluarga
(teman-teman)
saya
mengekspresikan Affectio 1
afek dan berespon n
terhadap emosi-
emosi saya seperti
marah, sedih/
mencintai
5 Saya puas dengan √
cara teman-
teman saya dan 1
Resolve
menyediakan
waktu bersama-
sama
6 Penilaian;
Pertanyaan-
pertanyaan yang Total 6
di jawab;
Selalu: skore 2

18
Kadang-kadang :
skore 1
Hampir tidak
pernah : skore 0

Intrepretasi Hasil :
Nilai ≤ 3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
Nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
Kesimpulan : total nilai 6, Ny. A mengalami disfungsi keluarga
sedang
f. Pengkajian Keseimbangan
1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
a) Bangun dari kursi* (Normal)
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak
ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat
berdiri pertama kali.
b) Duduk ke kursi* (Normal)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Keterangan (*): kursi yang keras dan tanpa lengan
c) Menahan dorongan pada sternum (Normal)
Pemeriksa mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3
kali, klien mampu menahan dorongan
d) Mata tertutup (Normal)
e) Perputaran leher (Normal)
f) Gerakan menggapai sesuatu (Normal)
g) Membungkuk (Normal)
2) Komponen gaya berjalan atau gerakan
a) Minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan
ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan.
(Normal)

19
b) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat
melangkah)
c) Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 2 inchi).
(Normal)
d) Kontunuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari
samping pasien) (Normal)
e) Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh
lantai.
f) Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis
biasanya memiliki langkah yang lebih panjang : misalnya
dapat terdapat pada pinggul, lutut, pergelangan kaki atau
otot sekitarnya)
g) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik
diobservasi dari belakang klien) (Normal)
h) Berbalik (Normal)
Intrepretasi Hasil :
0–5 : risiko jatuh rendah
6 – 10 : risiko jatuh sedang
11 – 15 : risiko jatuh tinggi
Kesimpulan : Ny. A memiliki risiko jatuh rendah, dengan total
nilai 2
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa

lambung

b) Risiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

c) Keterbatasan aktivitas berhunbungan dengan kelemahan fisik

20
Analisa Data

Data Problem Etiologi

DS : Nyeri akut Inflamasi mukosa

Klien mengeluh sakit lambung

perut

DO :

 Keluhan utama:

- P : Ny. A telat makan

- Q : nyeri perutnya

seperti tertusuk dan

melilit

- R : daerah abdomen

- S : skala nyeri 3 dari

5, tingkat keparahan

Ny. A sampai tidak

bisa jalan

- T : sejak tadi pagi

 Klien tampak merintih

kesakitan

DS : Risiko Gangguan intake yang tidak

Klien mengeluh tidak pemenuhan kebutuhan adekuat

nafsu makan nutrisi kurang dari

DO : kebutuhan tubuh

21
 Mukosa bibir kering

 Turgor kulit jelek

 Frekwensi makan

2x/hari

DS : Keterbatasan aktivitas kelemahan fisik

Klien mengeluh akibat

sakitnya klien tidak

dapat berjalan

DO :

 Index Barthel : tingkat

ketergantungan Ny. A

sebagian

 Klien tampak lemah

Daftar Diagnosa Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem

Pencernaan :

1) Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung,

yang ditandai dengan Klien mengeluh sakit perut, skala nyeri 3 dari 5

2) Risiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

3) Keterbatasan aktivitas berhunbungan dengan kelemahan fisik, yang

ditandai dengan tingkat ketergantungan Ny. A sebagian

22
d) Intervensi
Diangnosa Keperawatan : Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi
mukosa lambung

No. Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan 1) Kaji skala nyeri dan 1) Menentukan derajat

tindakan lokasi nyeri nyeri yang dikeluhkan

keperawatan klien

selama 1 x 24 2) Observasi TTV 2) Mengetahui fungsi vital

jam, nyeri pada 3) Berikan lingkungan dari keadaan klien

lansia Ny. A dapat yang tenang dan 3) Memberikan

berkurang, dengan nyaman kenyamanan untuk

kriteria hasil : 4) Ajarkan teknik membantu menurunkan

relaksasi dan nyeri klien


1) Klien
distraksi 4) Relaksasi dan distraksi
mengeluh
dapat membantu
nyeri
5) Lakukan kolaborasi menurunkan nyeri klien
berkurang
dalam pemberian 5) Agen farmakologis dapat
2) Skala nyeri
obat sesuai dengan mengurangi nyeri
berkurang ≤ 3
indikasi untuk
atau hilang
mengurangi nyeri
skala nyeri 0

3) Klien nampak

rileks

23
e) Implementasi
No. Hari/tanggal Tindakan Paraf

1. Jumat, 6 Desember 1) Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri

2012 Ny. A

R/ skala nyeri klien 3 dari 5 lokasinya

di ulu hati

2) Mengobservasi TTV

T :130/90 mmHg N : 110x/menit

S :37C RR :

24x/menit

3) Memberikan lingkungan yang tenang

dan nyaman

R/ klien merasa nyaman saat diberikan

posisi nyaman

4) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/ klien mampu mempraktikan teknik

relaksasi

5) Lakukan kolaborasi dalam pemberian

obat sesuai dengan indikasi untuk

mengurangi nyeri

R/ klien meminum obat analgesik

24
f) Evaluasi
No. Hari / tanggal Evaluasi

1. Sabtu, 7 Desember S : Klien sudah tidak mengeluh sakit perut

2012
O:

 Skala nyeri 0

 Klien sudah nampak rileks

 Klien sudah tidak mengeluh nyeri perut

A : tujuan teratasi

P : intervensi dihentikan

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan
mengalami penurunan fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem
pencernaan. Akibat dari gigi yang ompong, penuruan peristaltik usus, dan
kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan menimbulkan berbagai
macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang ditimbulkan
dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan
mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem pencernaan
yang berbentuk peradangan pada lapisan mukosa lambung. Oleh karena itu
diperlukan intervensi khusus untuk membantu lansia mengahadapi maslah
kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai individu dalam suatu komunitas.
B. Saran
Lansia merupakan individu yang membutuhkan peran perawat untuk
membantu memenuhi kebutuhan lansia. Lansia merupakan bagian dari
komunitas yang merupakan kelompok berisiko terhadap masalah kesehatan
karena terjadi penurunan berbagai sistem fungsi tubuh.

26
DAFTAR PUSTAKA

Crowin EJ, Schmitz G, Hans L. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Finkel R., Clark M.A., Cubeddu L.X., Harrey R.A., Champe P.C., 2009,
Lippincott’s Illustrated Review Pharmacology 4thEd, Pliladelphia:
Williams & Wilkins (329-335, 502-509).
Hirlan. 2009. Gastritis dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing.
Jackson, S. 2006. Gastritis. Diambil dari http://www.gicare.com/pated
/ecd9546.htm. Diakses tanggal 23 februari 2018.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Pelayanan Primer Edisi 1.
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau
Maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulcer Gastrointestinal. Pustaka Populer
Obor. Jakarta.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada:
Yolanda Cossio.
Suryono dan Ratna Dwi Meilani. 2016. Pengetahuan Pasien Dengan Gastritis
Tentang Pencegahan Kekambuhan Gastritis. Kediri: Akademi
Keperawatan Pamenang Pare. Jurnal AKP vol. 7 no. 2.
Tortora GJ, Derrickson B. 2009. Princeples of Anatomy and Physiology. USA :
Jhon Wiley & Sons,Inc.
Tjay, H. T. & Rahardja, K. 2015. Obat-obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan Pertama, Elex Media Komputindo,
Jakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai