NIM : 4173321038
MEDAN
Maret 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Kajian Mandiri ini tanpa
halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan tugas ini, saya tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penulisan tugas
ini dengan baik. Dan tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Kajian Mandiri yaitu bapak Dr. Wawan Bunawan, S.Pd.,
M.Pd.
Saya sadar tugas ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya berharap
saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan tugas ini. Dan akhirnya saya
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Nurhalimah Sipahutar
4173321038
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menarik, aktif dan berpusat pada siswa (student centered) dapat menggunakan
metode pemetaan untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Pembelajaran aktif
terjadi ketika siswa mengerjakan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka
kerjakan (Karen, 2014).
Nasution (2010) menambahkan bahwa guru sebaiknya mendorong siswa
untuk aktif berpikir dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menuntut
siswa untuk aktif berpendapat, memiliki solusi untuk pemecahan masalah, sehingga
dapat memberikan hasil belajar yang lebih mendalam.
Salah satu indikator hasil belajar adalah ketika siswa tidak mencapai Nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hasil observasi yang dilakukan peneliti di
kelas XI SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan menunjukkan sebanyak 37,50% siswa yang
mendapat nilai diatas nilai Kriteria Ketentuan Minimum. Rendahnya hasil belajar
mengakibatkan siswa kurang aktif didalam pembelajaran.
Peneliti memberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap mata
pelajaran fisika, sebanyak 81,25% siswa tidak menyukai pelajaran fisika
dikarenakan materi yang disampaikan sulit dipahami dan sangat membosankan.
Sebanyak 87,50% siswa lebih menyukai pembelajaran fisika dengan cara
praktikum dan menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Sebanyak 82,50% siswa tidak pernah melakukan praktikum disekolah dikarenakan
ruang laboratorium disekolah dialih fungsikan untuk kegiatan pembelajaran.
Sebanyak 83,75% siswa tidak menyukai pelajaran fisika dikarenakan cara guru
mengajar yang kurang menarik, dan ketika guru memulai pembelajaran dikelas
guru langsung memberikan soal tanpa memberikan arahan terlebih dahulu
mengenai materi pelajaran yang sedang berlangsung.
Hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika diketahui bahwa 15%
siswa aktif didalam kelas dan 75% tidak aktif didalam kelas. 88,5% aktifitas yang
dilakukan guru fisika didalam kelas pada saat proses pembelajaran yaitu mencatat,
memberikan contoh soal, mengerjakan soal-soal evaluasi ditiap bab dan
memberikan tugas rumah, sehingga siswa dalam pembelajaran fisika sebagai
penerima informasi pasif dan kegiatan pembelajaran mengarah pada teacher
centered learning.
2
Salah satu cara untuk mengatasi masalah di kelas XI SMK Negeri 1 Percut
Sei Tuan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student center learning). Aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran
diharapkan mampu untuk merekonstruksi pengetahuannya. Penulis menawarkan
sebuah model pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan Mind
Mapping. Model pembelajaran Discovery Learning adalah sebuah model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah
dilupakan oleh siswa (Hosnan, 2014).
Pembelajaran Discovery merupakan pendekatan kognitif dimana guru
menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar dan menemukan sendiri serta
terlibat aktif dalam pembelajaran (Suparno, 2013). Peran guru dalam pembelajaran
ini yaitu mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan
berbagai kegiatan yang memungkinkan menemukan konsep dan prinsip-prinsip
untuk diri sendiri (Wahyuni, 2014).
Mind Mapping adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap
pemikiran linier. Mind mapping adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan
kita mengingat banyak informasi (Budi, 2008). Penggunaan Mind Mapping diakhir
pembelajaran ditujukan untuk para siswa merekonstruksi pengetahuan yang
didapatnya dengan menggambarkan langsung diatas sebuah kertas. Hasil dari Mind
Mapping yang digambarkan oleh siswa akan menjadi bahan evaluasi hasil belajar
siswa terhadap capaian informasi yang diperolehnya dari awal hingga akhir
pembelajaran berlangsung. Pengunaan Mind Mapping ini juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran fisika serta menjadikan siswa
merasa senang, tidak bosan dalam mengikuti pelajaran, lebih mudah dalam
menerima, memahami, dan memanggil kembali informasi yang pernah didapatkan
ketika dibutuhkan dengan mudah. Model pembelajaran Discovery Learning dengan
menggunakan Mind Mapping dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar
dan kemampuan kerja ilmiah siswa.
Penelitian sangat penting dilakukan untuk mengatasi hasil belajar fisika
siswa, yang dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Discovery Learning
3
dengan menggunakan Mind Mapping. Berdasarkan identifikasi diatas penulis
mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning dengan Menggunakan Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Materi Pokok Gelombang Cahaya Di Kelas XI SMK Negeri 1 Percut Sei
Tuan T.P. 2019/2020.
4
Pokok Gelombang Cahaya Di Kelas XI SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P.
2019/2020.
2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok Gelombang Cahaya Di kelas XI SMK
Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P. 2019/2020.
3. Bagaimana aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran Discovery
Learning dengan menggunakan Mind Mapping pada Materi Pokok
Gelombang Cahaya Di Kelas XI SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P.
2019/2020.
4. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Discovery Learning dengan
menggunakan Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa Pada Materi
Pokok Gelombang Cahaya Di Kelas XI SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P.
2019/2020.
5
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi guru dan calon guru tentang hasil belajar
siswa pada materi pokok Gelombang Cahaya menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan Mind Mapping di
dalam pembelajaran.
2. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi dalam rangka perbaikan
variasi pembelajaran di tempat pelaksanaan penelitian khususnya dan
umumnya di dunia pendidikan.
3. Sebagai pertimbangan pada penelitian selanjutnya.
4. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai model
pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan Mind Mapping
untuk dapat diterapkan.
1.7.Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian adalah:
1. Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang setia dan tahan lama dalam ingatan,
tidak akan mudah dilupakan oleh siswa (Hosnan, 2014).
2. Aktivitas belajar adalah dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah,
melaksanakan tugas, membuat garfik, diagram, inti sari dari pelajaran yang
disajikan guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka akan
memiliki ilmu pengetahuan yang baik (Slameto, 2010).
3. Mind Mapping adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap
pemikiran linier. Mind Mapping merupakan gambaran menyeluruh dari
suatu materi pembelajaran yang dibuat dalam bentuk sederhana (Saleh,
200).
4. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti prose
belajar mengajar (Purwanto, 2011).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1.2. Prinsip-Prinsip Belajar
Teori-teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para
ahli memiliki banyak persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai
sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang berupaya untuk
meningkatkan usaha belajarnya maupun bagi guru dalam meningkatkan upaya
mengajar didalam kelas. Prinsip-prinsip yang berkaitan yaitu (1) perhatian dan
motivasi, (2) keaktifan, (3) keterlibatan langsung/berpengalaman, (4) pengulangan,
(5) tantangan, (6) balikan dan penguatan, (7) perbedaan individu (Dimiyanti, 2013).
8
Dengan berakhirnya suatu proses hasil belajar, maka siswa memperoleh
suatu hasil belajar. Menurut Dimiyanti (2009) hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pangkal dan puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut
dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak
pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, anga
ijzah, atau kemampuan setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar.
Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan tingkah
laku yang dilakukan usaha pendidikan. kemampuan menyangkut domain kognitif,
afektif dan psikomotorik. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang peserta didik
biasanya dilakukan evaluasi terhadap materi belajar yang telah diberikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 12 Tahun
2007 yang dikutip Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
(Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran, 2008: 4-5) disebutkan bahwa:
Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah 1) Keberhasilan siswa
menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes
ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%; 2) Setiap
keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ditetapkan oleh kurikulum, tingkat ketercapaian kompetensi ini ideal
75%; dan ketercapaian keterampilan 3) Vokasional atau praktik bergantung pada
tingkat resiko dan tingkat kesulitan.
9
Beberapa aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu: (1) memperhatikan
situasi belajar; (2) menetapkan tujuan, mengarahkan perhatian dari kegiatan kepada
tercapainya tujuan; (3) mengadakan percobaan (usaha) dalam bidang kognitif,
psikomotorik dan afektif; (4) latihan praktik untuk memperoleh kecakapan dan
untuk pencapaian tujuan; (5) menilai tingkah laku sendiri; (6) mencapai tujuan dan
memperoleh kepuasan.
10
2.1.5.1. Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Bell (dalam Hosnan, 2014), menyatakan bahwa beberapa tujuan
spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak
siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2. Meelalui pembelajran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi Tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan Tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan.
4. Pembelajarn dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif, slaing membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahawa keterampilan-
keterampilan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi penemuan dalam beberapa
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru diaplikasikan dalam
situasi belajar yang baru.
11
2. Discovery Learning lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, peserta
didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata.
3. Discovery Learning suatu model pembelajaran pemecahan masalah. Para
peserta didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam
pemecahan masalah.
4. Dengan sejumlah transfer secra langsung, maka kegiatan discovery learning
akan lebih mudah diserap oleh peserta didik dalam memahami kondisi
tertentu yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran.
5. Discovery learning banyak memberikan kesempatan langsung bagi peserta
didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
demikian akan banyak menumbuhkan motivasi belajar, Karena disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri.
12
2.1.5.3. Langkah Persiapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Langkah-labgkah Discovery Learning : a) Menentukan tujuan
pembelajaran; b) Melakukan identifikasi karakteristif siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya); c) Memilih mareri pelajaran; d) Menentukan
topik-topik yang harus dipelajarai siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi); e) Meengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa; f) Mengatur topik-
topik pelajaran dari yang sederhana kekompleks, dari yang konkret ke yang abstrak,
atau dari tahap enaktif, ikonok sampai ke simbolik; g) Melakukan penilaian proses
dan hasil belajar siswa (Kemendikbud,2013).
13
(Menarik berlaku untuk semua kejadian atau masalah
Kesimpulan/generalisasi) yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
(Kemendikbud, 2013)
14
perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentang
sesuatu dari ingatan jangka pendek ke jangka panjang (Buzan, 2011).
15
SUBTEM
A
TEM
A
SUBTEM
A SUBTEM
A
16
Sementara kekurangan penggunaan metode pencatatan menggunakan peta
pikiran (dalam Sape, 2012) antara lain adalah sebagai berikut: (1) hanya sisswa
yang aktif terlibat karena pada mind map merupakan catatan masing-masing siswa
dan pembuatan atau penulisannya tidak dipatokkan bagaimana bentuknya oleh guru
sehingga ada sebahagian siswa yang membuat main map dengan tidak serius dan
mereka akan membuatny pada saat akan dikumpulkan saja, sehingga materi yang
di main mappingkan tidak optimal; (2) tidak sepenuhnya murid yang belajar, sama
seperti point yang pertama kerena pembuatan mind mapping tidak dikontrol
sehingga ada sebahagian siswa yang enggan untuk belajar dan membuat main map
ini; (3) guru akan kewalahan memeriksa main map siswa karena jumlah siswa
dalam kelas cukup banyak, maka aka nada banyak main map dari satu materi yang
diajarkan.
17
Sintaksis strategi pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut
(Arends, 2007) :
1. Mengklarifikasikan tujuan dan establishing set, guru mengemukakan tujuan
pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar.
2. Mempresentasikan advance organizer, guru mempresentasikan dan
memastikan advance organizer memberikan kerangka kerja untuk materi
belajar, dan berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah dimiliki
siswa.
3. Mempresentasikan/ menjelaskan materi belajar, guru menjalskan dengan
memberikan perhatian khusus pada urutan logisnya dan maknanya bagi
siswa.
4. Memantau dan memeriksa pemahaman dan kemampuan berfikir siswa,
seperti guru memberikan pertanyaan dan memperkuat membangkitkan
respons siswa terhadap penjelasan.
Kerena pada strategi ini semua terfokuskan kepada guru maka konvensional
dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran jika guru dapat mengontrol untuk
menjelaskan bagian-bagian terpenting saja dari suatu materi pelajaran. Guru pun
dapat mengontrol kelas secara keseluruhan. Semua tergantung kepada guru mata
pelajaran tersebut baik kelabihan maupun kekurangan yang dapat diminimalisir
oleh guru mata pelajaran.
18
3. Hukum Pembiasan Cahaya Snellius
Seorang ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snellius melakukan
eksperimen untuk mencari tahu hubungan antara sudut datang dengan sudut bias.
Hasil eksperimen ini menghasilkan hukum Snellius yang berbunyi :
1. Sinar datang, sinar bias serta garis normal, terletak pada satu bidang datar
yang sama (segaris).
2. Apabila sinar (cahaya) datang dari medium kurang rapat menuju medium
yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal, sementara sinar
(cahaya) yang datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat
dibiaskan menjauhi garis normal.
Hasil pembagian dari sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan
bilangan tetap dan disebut indeks bias.
Jika sinar datang dari medium berindeks bias n1 dengan sudut datan i
menuju medium berindeks bias n2 dengan sudut bias r, berlaku persamaan :
n1 sin i = n2 sin r
4. Indeks Bias
Indeks bias ada dua macam, yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif.
1) Indeks Bias Mutlak
Indeks bias mutlak suatu medium didefinisikan sebagai perbandingan cepat
rambat cahaya di ruang hampa (c) terhadap cepat rambat cahaya di medium tersebut
(v). Secara sistematis dirumuskan :
Dimana :
n : indeks bias suatu medium
c : laju cahaya pada ruang hampa ( 3 . 108 m/s)
v : laju cahaya dalam zat
19
n21=n2/n1 atau n12=n1/n2
Dimana :
n21 : indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n2 : indeks bias relatif medium 2
n1 : indeks bias relatif medium 1
Sudut dispersi:
F = du - dm
F = (nu - nm)b
dm = sudut deviasi merah
du = sudut deviasi ungu
nu = indeks bias untuk warna ungu
nm = indeks bias untuk warna merah
20
Catatan : Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah
digunakan susunan Prisma Akhromatik. Ftot = F kerona - Fflinta = 0
21
Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut deviasi yang berbeda. Selisih antara sudut
deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi. Besar sudut dispersi
dapat dituliskan sebagai berikut:
Φ = δu - δm = (nu – nm) β
Keterangan:
Φ = sudut dispersi
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi, jika
gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 berbeda fase ½, atau lintasannya sebesar setengah
panjang gelombang. Perhatikan Gambar difraksi celah tunggal.
22
Gambar 2.4. difraksi celah tunggal
Jika celah tunggal itu dibagi menjadi empat bagian, pola interferensi
minimumnya menjadi
d sin θ =
mλ
m = 1, 2, 3, . . .
..........................................
23
Dengan (2m – 1) adalah bilangan ganjil, m = 1, 2, 3, …
Pola difraksi maksimum pada layar akan tampak berupa garis-garis terang atau
yang disebut dengan interferensi maksimum yang dihasilkan oleh dua celah. Jika
beda lintasan yang dilewati cahaya datang dari dua celah yang berdekatan, maka
interferensi maksimum terjadi ketika beda lintasan tersebut bernilai 0, λ, 2λ, 3λ, …,.
Pola difraksi maksimum pada kisi menjadi seperti berikut.
d sinθ = mλ ......................................................
dengan m = orde dari difraksi dan d = jarak antar celah atau tetapan kisi.
d sinθ = (m+ ½ )λ
Jika pada difraksi digunakan cahaya putih atau cahaya polikromatik, pada layar
akan tampak spectrum warna, dengan terang pusat berupa warna putih.
24
Gambar 2.5. Difraksi cahaya putih
25
Gambar 2.7. Percobaan dua celah oleh Young
........................................
Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan S1S2
= d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya ΔS = S2B.
26
Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan . Untuk θ kecil, berarti
p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya dari
sumber S2 dan S1 akan memenuhi persamaan berikut ini.
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik
A sefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan
kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang.
ΔS = mλ
27
Gambar 2.9. Interferensi pada selaput tipis
Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar
pantul ke-1 dan sinar pantul ke-2 adalah
Sesuai dengan hukum Snellius, n sin r = sin I, selisih jarak tempuh kedua sinar
menjadi:
ΔS = 2nd cos r
..........................................
Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan memenuhi
persamaan berikut.
d = tebal lapisan
28
r = sudut bias
29
2.2. Kerangka Konseptual
Pelajaran fisika diajarkan disekolah dengan tujuan untuk mempesiapkan
siswa agar dapat menerapkan konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari
dengan melatih melakukan pengamatan, percobaan, berdiskusi dan mengambil
kesimpulan dari kegiatan-kegiatan tersebut. Dengan kegiatan tersebut siswa dapat
menemukan, membuktikan, merealisasikan dan mengaplikasikan suatu konsep
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika yang
ditekankan tidak hanya hasil, tetapi proses untuk mendapatkan hasil itu juga
diutamakan.
Salah satu kelemahan proses belajar yang dilaksanakan para guru adalah
kurangnya usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa. selama ini model
pembelajaran yang biasa diterapkan adalah menitikberatkan guru sebagai sumber
informasi dalam jumlah yang besar. Sehingga diperlukan suatu model pembejaran
agar siswa memiliki kemampuan berfikir dan mampu memecahkan masalah
sendiri, menjadi pelajar yang mandiri serta berkinerja dalam kehidupan nyata.
Salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
adalah model pembelajaran discovery learning. Model pembelajaran discovery
learning atau pembelajaran penemuan adalah model pengajaran dimana guru
memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan
menemukan sendiri siswa dapat mengerti secara mendalam. Dalam pembelajaran
ini guru hanya memberikan pentunjuk dan pengarahan kepada siswa.
Penggunaan Mind Mapping dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa dalam pelajaran fisika. Dalam
kegiatan pembelajaran Discovery Learning hasil belajar siswa dapat dilihat dengan
memberikan tes akhir pada akhir pembelajaran. Selain memberikan tes kepada
siswa, pemahaman siswa juga dapat dilihat dengan menggunakan Mind Mapping.
Pembuatan Mind Mapping dirancang untuk melihat seberapa banyak ilmu yang
diserap siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
30
Hasil Mind Mapping yang dibuat oleh masing-masing siswa setelah
pembelajaran akan dicocokan dengan hasil postest yang akan diujikan oleh siswa
sebagai perbandingan hasil belajar siswa.
2.3. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya
melalui penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran Discovery
Learning dengan menggunakan Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa
pada materi pokok gelombang cahaya di kelas XI SMK Negeri 1 Percut Sei
Tuan T.P. 2019/2020.
Ha : ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran Discovery
Learning dengan menggunakan Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa
pada materi pokok gelombang cahaya di kelas XI SMK Negeri 1 Percut Sei
Tuan T.P. 2019/2020.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
32
3.3.2. Variabel Terikat
Variabel terikat, faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variable bebas yaitu faktor yang muncul atau tidak
muncul atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti, didalam hal
ini yang menjadi variable terikat adalah hasil belajar siswa pada materi Gelombang
Cahaya.
Kelas Ekssperimen T1 X T2
Kelas Kontrol T1 Y T2
33
Keterangan :
T1 = Pemberian tes awal (Pretest) dari subjek kelas eksperimen
T1 = Pemberian tes awal (Pretest) dari subjek kelas kontrol
X = Pembelajaran dengan model Discovery Learning menggunakan Mind
Mapping
Y = Pembelajaran dengan model konvensional (pembelajaran langsung)
T2 = Pemberian tes akhir (Postest) dari subjek kelas eksperimen
T2 = Pemberian tes akhir (Postest) dari subjek kelas control.
34
C. 480 nm
D. 560 nm
E. 600 nm
3. Seberkas sinar monokromatis dengan panjang gelombnag 5000 A datang
tegak lurus pada kisi. Jika spektrum orde kedua membentuk sudut 300,
jumlah garis per cm kisi adalah...
A. 2000 goresan
B. 4000 goresan
C. 5000 goresan
D. 20.000 goresan
E. 50.000 goresan
Dari hasil nilai dibagi dalam 2 kategori menurut acuan nilai KKM yang
ditetapkan oleh SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan yaitu 75. Kategori skor dapat dilihat
dalam Tabel 3.3. dibawah ini:
35
DAFTAR PUSTAKA
Abdisa., Garuma & Getinet., Tesfay., (2012), The effect of guided discovery on
students’ Physics achievement. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 6, No. 4,
December 2012
Dimyati & Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Herdin., (2017), 7 Rahasia Mind Map Membuat Anak Genius, Jakarta: Gramedia
Joyce, B., Weil,M, dan Calhoun, E., (2009), Model Of Teaching, Model-Model
Pengajaran Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
36