Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

A. GAMBARAN KASUS
1. Definisi
Patah tulang didekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang disertai luksasi yang disebut fraktur dislokasi ( Buku ners ilmu bedah )
dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dan kesatuan sendi dislokasi ini
dapat hanya komponen tulang saja yang bergeser atau terlepas dari tempat yang
seharusnya.

2. Etiologi / penyebab
a. Cedera Olahrga
Olahraga yang menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki serta olahraga
yang beresiko jatuh ( senam volly ).
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat keceelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi
c. Terjatuh
Terjayuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
d. Patologis terjadinya “TEAL” ligament dan kapsul articuler yang merupakan
komponen vikal penghubung tulang.

3. Patofisiologi {lampirkan pathway}


Dislokasi biasanya disebebkan oleh jatuh Humerus terdorong kedepan,
merobek kapsul atau menyebabkan tepi gledoid teravulsi kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hanais. Mesti jarang prosesus akromum dapat mengungkit kaput
kebawah dan menimbulkan luksasio esekta {dengan tangan mengarah, lengan hampir
selalu jatuh membawa kaput keposisi dibawah karakoid} dislokasi terjadi saat
ligament memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya
yang normal didalam sendi karena terpeleset dari tempatnya maka mengalami macet,
selain itu juga mengalami nyeri, sebuah sendi yang mengalami dislokasi ligament.
Ligament menjadi kendor akibatnya sendi itu akan mudah mengalami dislokasi lagi.
4. Manifestasi kllinik
a. Tanda dan gejala
1) Nyeri hebat
2) Sendi bengkak dan memar
3) Bagian sendi yang terkena berwarna merah dan menghitam
4) Terasa sakit saat bergerak
5) Mati rasa disekitar area sendi
b. Pemeriksaan diagnostik/penungjang
1) Dengan cara pemeriksaan sinar-x ( pemeriksaan x-rays )pada bagian
anteroposterior akan memperlihatkan bayangan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat.
2) Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan
kerongga sendi
3) Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips, atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil
4) Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi mobilisasi harus 3 x sehari yang
berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5) Memberikan kenymanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
6) Operasi, reduksi rehabilitasi.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA DAN PENTING


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Gangguan mobilisasi fisik berdasarkan defformitas dan nyeri saat mobilisasi.
3. Gangguan body image b. d deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri teratasi
dengan kriteria hasil:
a) Klien tampak rileks.
Rencana tindakan / rasional
1) Kaji skla nyeri klien
Rasionalnya : mengetaui intensitas nyeri.
2) Berikan posisi rileks pada klien.
Rasionalnya : posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan fokus pikiran
pasien pada nyeri.
3) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasionalnya : teknik distraksi dna relaksasi dapt mengurangi nyerii
4) Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasionalnya : analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Gangguan mobilisasi fisik berdasarkan defformitas dan nyeri saat mobilisasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan
gangguan mobilitas fisik klien teratasi dengan kriteria hasil :
a) Klien melaporkan peningkatan intoleransi aktivitas ( termasuk aktivitas sehari-
hari )
b) Klien menunjukan tanda intoleransi fisiologis, misalnya tanda-tanda vital
dalam rentan normal.

Rencana tindakan / rasional

1) Kaji tingkat mobilisai klien


Rasionalnya : menunjukan tingkat mobilisasi klien dan menentukan intoleransi
aktivitas klien selanjutnya.
2) Berikan latihan ROM.
Rasinalnya : memberikan latihan ROM kepada klien untuk imonilisasi.
3) Anjurkankan penggunaan alat bnatu jika perlu.
Rasionalnya : alat bantu memperingaan monilisasi klien.
4) Monitor tonus otot.
Rasionalnya : agar mendapatkan data yang akurat.
3. Gangguan body image b. d deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
gangguan body image teratasi.
Rencana tindakan / rasional
a) Kaji konsep diri klien
Rasionlanya : dapat menegetahui klien
b) Kembangkan BHSP dengan klien.
Rasionalnya : menjalin hubungan saling percaya denagn klien.
c) Bnatu klien mngungkapkan masalahnya
Rasionalnya : menjadi tempat bertanya klien.
d) Bnatu klien mengatasi masalahnya.
Rasionalnya : menegtahui masalah klien dan cara mengatasinya.

Anda mungkin juga menyukai