KANKER LAMBUNG
A. DEFINISI
Kanker lambung adalah penyakit kanker yang ada di perut, berasal dari sel epitel dinding
perut, dapat terjadi berbagai bagian perut (daerah antral pylorus paling banyak, diikuti oleh
daerah fundic lambung kardia, lambung sedikit lebih kecil), invasi ke dalam dan berbagai bagian
lambung.
Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan dilambung. Kanker lambung
sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa
peradangan adalah akibat dari kanker lambung, bukan sebagai penyebab kanker. ( Khaidir
Muhaj,2009 ).
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-
menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna
bagi tubuh (Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002).
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung, sebagian besar
adalalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah lelomiosarkoma (
kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang
dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun ( Osteen, 2003). Kanker
lambungpada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah kanker paru dan kanker
kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan peringkat keempat setelah kanker payudara,
kanker serviks, dan kenker kolorektal ( Christin, 1999).
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker lambung adalah bakteri Helicobacter Pylori yang ditemukan oleh dua
warga Australia peraih hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 2005, yakni J. Robin Warren dan
Barry J. Marshall. Akan tetapi, penyebab keberadaan bakteri Helicobacter Pylori di dalam
lambung masih belum diketahui dengan pasti. Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Misalnya
pola makan yang tidak sehat, seperti kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Juga gaya hidup
tidak sehat, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan makan makanan yang dibakar
(barbeque). Infeksi H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum dan 80%
tukak lambung (Fuccio,2007). Bakteri ini menempel di permukaan dalam tukak lambung melalui
interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran
sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi
pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja dalam
menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara; di antaranya melalui
pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam
membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. pyLori
juga menginfeksi bagian badan lambug. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan
peradangan yang lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi ulkus di daerah badan lambung,
tetapi juga meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan di lendir lambung juga merupakan
faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan
limfoma MALT (Mucosa Associated Lymphoid Tissue). Infeksi H. pylori berperan penting
dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan perubahan
metaplastik pada dinding lambung (Santacroce,2008).
Selain itu juga terdapat factor genetic karena dapat terjadi jika ada anggota keluarga lain
yang juga mengalami kanker lambung. Frekuensi lebih besar timbul pada individu dengan
golongan darah A. Riwayat keluarga meningkatkan resiko individu tetapi minimal, hanya 4%
dari organ dgn karsinoma lambung mempunyai riwayat keluarga. Sekitar 10% pasien yang
mengalami kanker lambung memiliki hubunga genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya
dipahami, tetepi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung.
Adaya riwayat keluarga amenia pernisosa dan polip adenomatus juga dihunbungkan dengan
kondisi genetik pada kanker lambung ( Bresciani, 2003).
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs dalam
jangka waktu yang lama dan hal ini ( polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung.
Kondisi polip lambung berulang akan meningkatkan risiko kanker lambung ( Houghton, 2006).
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko kanker lambung,
namun tidak spesifik. Menurut hadil penelitian di Amerika Serikat, kondisi sosioekonomi yang
rendah dihubungkan dengan faktor-faktor asupan diet, kondisi lingkungan miskin dengan
sanitasi buruk. Berbagai kondisi tersebut memfasilitasi transmisi infeksi H. pylori yang menjadi
predisposisi penting peningkatan terjadinya kanker lambug (Yarbro, 2005).
Anemia Pernisiosa, Kondisi ini nerupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin ( vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik sekresi lambung.
Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan konstribusi penting
terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacroce, 2008).
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa faktor dipercaya menjadi pemicu kanker yang mungkin yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini bahwa ulkus
lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker lambung
mungkin ada bersamaan dengan ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan
diagnostic awal.
Sekitar 95% kanker lambung adalah jenis adenokarsinoma, dan 5%- nya bisa berupa
limfoma, leimiosarkoma, karsinoid, atau sarkoma. Menurut Fuccio. 2009, adenokarsinoma
lambung terdiri atas dua tipe, yaitu tipe intestinal ( tipe struktur glandular) dan tipe difus ( tipe
infiltratif pada dinding lambung).
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskulatis propia dan
akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regiaonal. Lesi pada kanker lambung
memberikan berbagai macam keluhan yang timbul, gangguan dapat diradakan pada pasien
biasanya jika sudah pada fase orogesif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dispepsia,
anoreksis, penurunnan BB , nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta muntah. Kondisi ini
akan memberikan berbagai masalah keperawatan.
Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-
kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur lokal
seperti bag.bawah dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase
timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dikurvatura
kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi lambung.Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai
gejala pada pasien ulkus benigna.Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan,
anoreksia, dyspepsia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah
(Harnawati, 200, KMB).
Gejala klinis yang ditemui antara lain(Davey, 2005):
1. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan defisiensi Fe mungkin
merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang paling umum.
2. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit metastasis lanjut.
3. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran keluar lambung.
4. Disfagia
5. Nausea
6. Kelemahan
7. Hematemesis
8. Regurgitasi
9. Mudah kenyang
10. Asites perut membesar
11. Kram abdomen
12. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
13. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes pencitraan lambung – Tes pencitraan seperti CT Scan dan scan ultrasound menghasilkan
gambar bagian dalam tubuh untuk melihat apakah telah terjadi penyebaran kanker ke bagian
lainnya.
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat
tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat
sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat dieksisi secara bedah, penyembuhan
tidak dapat dipengaruhi.
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan
pengelompokan stadium tumor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah tindakan endoskopi,
kemoterapi, radioterapi, dan intervensi bedah.
Pada polip lambung jinak, diangkat dengan menggunakan endoskopi. Bila karsinoma
ditemukan di lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk mencoba menyembuhkannya.
Sebagian besar atau semua lambung di angkat (gastrektomi) dan kelenjar getah bening di
dekatnya juga ikut diangkat. Bila karsinoma telah menyebar diluar lambung, tujuan pengobatan
yang dilakukan adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala. Didapatkan hasil kemoterapi dan
terapi penyinaran pada limfoma lebih baik pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat
toleransi yang lebih baik akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total.
Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi,
dapat diperoleh dengan reseksi tumor. Bila gasterktomi subtotal radikal dilakukan, puntung
lambung dianastomosiskan pada jejunum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi
total dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung
esofagus dan jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lian, seperti hepar, pembedahan
dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk
menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan,
pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit atau paliasi.
Radiasi digunakan untuk paliasi pada kanker lambung.
BEDAH
Prosedur ini adalah satu-satunya cara yang efektif untuk mengatasi kanker lambung. Pada saat
pembedahan, dokter akan mengangkat sebagian dari seluruh lambung. Pada beberapa pasien
dengan kanker yang sudah tidak dapat ditolong lagi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi
komplikasi yang timbul akibat kanker, seperti terhambatnya saluran lambung atau pendarahan
akibat kanker.
RADIOTERAPI
setelah pembedahan, radioterapi dapat saja diaplikasikan bersamaan dengan kemoterapi untuk
membunuh sisa-sisa kanker yang berukuran kecil, yang tidak terlihat maupun tidak dapat
diangkat saat dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan kanker lambung stadium lanjut,
radioterapi sangat berguna untuk menghilangkan penghalang dalam lambung. Radioterapi juga
dapat digunakan sebagai upaya untuk menghentikan pendarahan yang disebabkan kanker namun
tidak dapat diatasi melalui pembedahan.
KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah penggunaaan obat-obatan yang dapat membantu membunuh sel kanker dan
menyusutkan ukuran tumor. Prosedur ini dapat diberikan setelah pembedahan, baik tersendiri
maupun sebagai kombinasi dengan radioterapi. Kemoterapi juga dapat diaplikasikan sebagai
upaya untuk mengurangi efek dari gejala yang timbul atau memperpanjang peluang hidup pasien
dengan kanker lambung stadium lanjut yang tidak dapat diatasi melalui pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KANKER LAMBUNG
A. PENGKAJIAN
Pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker lambung. Keluhan anoreksia terjadi
pada hampir semua pasien yang mengalami kanker lambung. Keluhan gastrilointestinal yang
lazim biasanya adalah nyeri epigastrium, berat badan menurun dengan cepat, melena,dan
anemia; pada kondisi ini biasanya sudah ada metastasis dalam kelenjar getah bening, regional,
paru, otak, tulang,dan ovarium.
Pada pengkajian riwayat penyakit, penting diketahui adanya penyakit yang pernah
diderita seperti ulkus peeptikum atau gastritis kronis yang disebabkan oleh infeksi. H.pylori.
pengkajian pengkajian perilaku/ kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko penyakit ini,
seperti konsumsi alkohol dan tembakau kronis, konsumsi makanan yang diasinkan ( seperti
daging bakar atau ikan asin). Perawat juga mengkaji terdapatnya penurunan berat badan selama
ada riwayat penyakit tersebut.
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan adanya kecemasan berat setelah pasen mendapat
informasi mengenai kondisi kanker lambung. Perawat juga mengkaji pengetahuan pasien tentang
program pengobatan kanker; meliputi radiasi, kemoterapi,dan pembedahan gastrektomi.
Pengkajian tersebut memberikan inofomasi untuk merencanakan tindakan yang sesuai dengan
kondisi pasien.
Walaupun pemeriksaan fisik tidak banyak membantu untuk menegakkan diagnosis, tetapi
pada pemeriksaan gastointestinal akan didapatka adanya anoreksia, penurunan berat
badan,pasien terlihat kurus.
Pengkajian diagnostik yang diperlukan untuk kanker lambung adalah pemeriksaan radiografi,
endoskopi biopsi, sitologi, dan laboratorium klinik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Actual/resiko ketidak efektifan jalan nafas b.d kemampuan batuk menurun, nyeri pasca
bedah
2. Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan tidak adekuat
3. Nyeri b.d iritasi mukosa esophagus, respon pembedahan
4. Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de entrée luka pascabedah
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, salah interpretasi mengenai informasi, dan rencana
pembedahan.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Aktual/risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk menuru, nyeri pasca
bedah.
Kriteria evaluasi :
1. Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan napas.
2. Suara napas normal, tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.
3. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
4. RR dalam batas optimal 12-20 x/menit.
CA LAMBUNG
Disusun Oleh :
DESTIA RAHMIATI
TINGKAT IIIA
PRODI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2018/2019