Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR PENYAKIT

KANKER LAMBUNG

A. DEFINISI

Kanker lambung adalah penyakit kanker yang ada di perut, berasal dari sel epitel dinding
perut, dapat terjadi berbagai bagian perut (daerah antral pylorus paling banyak, diikuti oleh
daerah fundic lambung kardia, lambung sedikit lebih kecil), invasi ke dalam dan berbagai bagian
lambung.
Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan dilambung. Kanker lambung
sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa
peradangan adalah akibat dari kanker lambung, bukan sebagai penyebab kanker. ( Khaidir
Muhaj,2009 ).
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-
menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna
bagi tubuh (Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002).
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung, sebagian besar
adalalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah lelomiosarkoma (
kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang
dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun ( Osteen, 2003). Kanker
lambungpada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah kanker paru dan kanker
kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan peringkat keempat setelah kanker payudara,
kanker serviks, dan kenker kolorektal ( Christin, 1999).

B. ETIOLOGI

Penyebab kanker lambung adalah bakteri Helicobacter Pylori yang ditemukan oleh dua
warga Australia peraih hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 2005, yakni J. Robin Warren dan
Barry J. Marshall. Akan tetapi, penyebab keberadaan bakteri Helicobacter Pylori di dalam
lambung masih belum diketahui dengan pasti. Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Misalnya
pola makan yang tidak sehat, seperti kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Juga gaya hidup
tidak sehat, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan makan makanan yang dibakar
(barbeque). Infeksi H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum dan 80%
tukak lambung (Fuccio,2007). Bakteri ini menempel di permukaan dalam tukak lambung melalui
interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran
sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi
pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja dalam
menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara; di antaranya melalui
pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam
membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. pyLori
juga menginfeksi bagian badan lambug. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan
peradangan yang lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi ulkus di daerah badan lambung,
tetapi juga meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan di lendir lambung juga merupakan
faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan
limfoma MALT (Mucosa Associated Lymphoid Tissue). Infeksi H. pylori berperan penting
dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan perubahan
metaplastik pada dinding lambung (Santacroce,2008).
Selain itu juga terdapat factor genetic karena dapat terjadi jika ada anggota keluarga lain
yang juga mengalami kanker lambung. Frekuensi lebih besar timbul pada individu dengan
golongan darah A. Riwayat keluarga meningkatkan resiko individu tetapi minimal, hanya 4%
dari organ dgn karsinoma lambung mempunyai riwayat keluarga. Sekitar 10% pasien yang
mengalami kanker lambung memiliki hubunga genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya
dipahami, tetepi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung.
Adaya riwayat keluarga amenia pernisosa dan polip adenomatus juga dihunbungkan dengan
kondisi genetik pada kanker lambung ( Bresciani, 2003).
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs dalam
jangka waktu yang lama dan hal ini ( polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung.
Kondisi polip lambung berulang akan meningkatkan risiko kanker lambung ( Houghton, 2006).
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko kanker lambung,
namun tidak spesifik. Menurut hadil penelitian di Amerika Serikat, kondisi sosioekonomi yang
rendah dihubungkan dengan faktor-faktor asupan diet, kondisi lingkungan miskin dengan
sanitasi buruk. Berbagai kondisi tersebut memfasilitasi transmisi infeksi H. pylori yang menjadi
predisposisi penting peningkatan terjadinya kanker lambug (Yarbro, 2005).
Anemia Pernisiosa, Kondisi ini nerupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin ( vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik sekresi lambung.
Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan konstribusi penting
terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacroce, 2008).

C. PATOFISIOLOGI

Beberapa faktor dipercaya menjadi pemicu kanker yang mungkin yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini bahwa ulkus
lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker lambung
mungkin ada bersamaan dengan ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan
diagnostic awal.
Sekitar 95% kanker lambung adalah jenis adenokarsinoma, dan 5%- nya bisa berupa
limfoma, leimiosarkoma, karsinoid, atau sarkoma. Menurut Fuccio. 2009, adenokarsinoma
lambung terdiri atas dua tipe, yaitu tipe intestinal ( tipe struktur glandular) dan tipe difus ( tipe
infiltratif pada dinding lambung).
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskulatis propia dan
akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regiaonal. Lesi pada kanker lambung
memberikan berbagai macam keluhan yang timbul, gangguan dapat diradakan pada pasien
biasanya jika sudah pada fase orogesif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dispepsia,
anoreksis, penurunnan BB , nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta muntah. Kondisi ini
akan memberikan berbagai masalah keperawatan.
Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-
kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur lokal
seperti bag.bawah dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase
timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.
D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dikurvatura
kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi lambung.Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai
gejala pada pasien ulkus benigna.Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan,
anoreksia, dyspepsia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah
(Harnawati, 200, KMB).
Gejala klinis yang ditemui antara lain(Davey, 2005):
1. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan defisiensi Fe mungkin
merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang paling umum.
2. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit metastasis lanjut.
3. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran keluar lambung.
4. Disfagia
5. Nausea
6. Kelemahan
7. Hematemesis
8. Regurgitasi
9. Mudah kenyang
10. Asites perut membesar
11. Kram abdomen
12. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
13. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan tinja untuk keberadaan darah. Pada ca lambung sering didapatkan


perdarahan dalam tinja (occult blood) untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes benzidin.
 Pemeriksaan darah.
 Gastroskopi – prosedur ini merupakan prosedur yang paling sering dilakukan untuk
mendeteksi kanker lambung. Saat melakukan tes ini, dokter memasukkan endoskop
(sebuah selang kecil flexible yang memiliki kamera dan senter) melalui mulut pasien
masuk ke dalam perut, sehingga dokter dapat melihat apa saja yang terdapat di dalamnya.
 Biopsi – Prosedur ini dilakukan saat gastroskopi dilakukan. Pada saat biopsi, dokter
mengambil sebagian kecil jaringan dari perut/lambung yang terlihat abnormal, yang
kemudian jaringan tersebut akan dipelajari/diperiksa dengan mikroskop.
 Bedah laparoskopi. Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukkan alat
berkamera yang disebut laparoskop melalui irisan kecil yang dibuat oleh dokter pada
bagian perut paling bawah. Tentunya dalam prosedur ini pasien harus dibius terlebih
dahulu. Bedah laparoskopi bertujuan melihat keadaan lambung secara lebih rinci. Melalui
pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui apakah kanker lambung telah menyebar,
terutama ke bagian peritoneum atau lapisan rongga perut.
 Pemeriksaan sinar-X. Pada kasus kanker lambung, pengecekan sinar-X akan
dikombinasikan dengan cairan yang mengandung zat barium. Zat yang harus ditelan oleh
pasien ini akan membantu sinar-X menghasilkan gambar pada monitor. Selama 6 jam
sebelum melakukan prosedur pemeriksaan ini, pasien tidak diperbolehkan untuk
mengonsumsi makanan atau minuman, dan pemeriksaan biasanya.
 berlangsung selama 15 menit. Efek samping yang mungkin dirasakan pasien setelah
melakukan pemeriksaan ini adalah mual dan konstipasi.

Tes pencitraan lambung – Tes pencitraan seperti CT Scan dan scan ultrasound menghasilkan
gambar bagian dalam tubuh untuk melihat apakah telah terjadi penyebaran kanker ke bagian
lainnya.

 CT scan. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter mengetahui seberapa jauh


perkembangan kanker, apakah kanker hanya terdapat di dalam lambung atau sudah
menyebar ke organ-organ lainnya. Pemindaian yang menggunakan rangkaian sinar-X dan
bantuan komputer ini dapat menghasilkan gambar tubuh secara rinci.
 USG. Pemeriksaan dengan menggunakan gelombang ultrasound ini bertujuan melihat
apakah kanker lambung telah menyerang organ hati.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat
tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat
sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat dieksisi secara bedah, penyembuhan
tidak dapat dipengaruhi.
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan
pengelompokan stadium tumor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah tindakan endoskopi,
kemoterapi, radioterapi, dan intervensi bedah.
Pada polip lambung jinak, diangkat dengan menggunakan endoskopi. Bila karsinoma
ditemukan di lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk mencoba menyembuhkannya.
Sebagian besar atau semua lambung di angkat (gastrektomi) dan kelenjar getah bening di
dekatnya juga ikut diangkat. Bila karsinoma telah menyebar diluar lambung, tujuan pengobatan
yang dilakukan adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala. Didapatkan hasil kemoterapi dan
terapi penyinaran pada limfoma lebih baik pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat
toleransi yang lebih baik akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total.
Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi,
dapat diperoleh dengan reseksi tumor. Bila gasterktomi subtotal radikal dilakukan, puntung
lambung dianastomosiskan pada jejunum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi
total dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung
esofagus dan jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lian, seperti hepar, pembedahan
dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk
menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan,
pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit atau paliasi.
Radiasi digunakan untuk paliasi pada kanker lambung.

 BEDAH
Prosedur ini adalah satu-satunya cara yang efektif untuk mengatasi kanker lambung. Pada saat
pembedahan, dokter akan mengangkat sebagian dari seluruh lambung. Pada beberapa pasien
dengan kanker yang sudah tidak dapat ditolong lagi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi
komplikasi yang timbul akibat kanker, seperti terhambatnya saluran lambung atau pendarahan
akibat kanker.
 RADIOTERAPI
setelah pembedahan, radioterapi dapat saja diaplikasikan bersamaan dengan kemoterapi untuk
membunuh sisa-sisa kanker yang berukuran kecil, yang tidak terlihat maupun tidak dapat
diangkat saat dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan kanker lambung stadium lanjut,
radioterapi sangat berguna untuk menghilangkan penghalang dalam lambung. Radioterapi juga
dapat digunakan sebagai upaya untuk menghentikan pendarahan yang disebabkan kanker namun
tidak dapat diatasi melalui pembedahan.

 KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah penggunaaan obat-obatan yang dapat membantu membunuh sel kanker dan
menyusutkan ukuran tumor. Prosedur ini dapat diberikan setelah pembedahan, baik tersendiri
maupun sebagai kombinasi dengan radioterapi. Kemoterapi juga dapat diaplikasikan sebagai
upaya untuk mengurangi efek dari gejala yang timbul atau memperpanjang peluang hidup pasien
dengan kanker lambung stadium lanjut yang tidak dapat diatasi melalui pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KANKER LAMBUNG
A. PENGKAJIAN

Pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker lambung. Keluhan anoreksia terjadi
pada hampir semua pasien yang mengalami kanker lambung. Keluhan gastrilointestinal yang
lazim biasanya adalah nyeri epigastrium, berat badan menurun dengan cepat, melena,dan
anemia; pada kondisi ini biasanya sudah ada metastasis dalam kelenjar getah bening, regional,
paru, otak, tulang,dan ovarium.
Pada pengkajian riwayat penyakit, penting diketahui adanya penyakit yang pernah
diderita seperti ulkus peeptikum atau gastritis kronis yang disebabkan oleh infeksi. H.pylori.
pengkajian pengkajian perilaku/ kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko penyakit ini,
seperti konsumsi alkohol dan tembakau kronis, konsumsi makanan yang diasinkan ( seperti
daging bakar atau ikan asin). Perawat juga mengkaji terdapatnya penurunan berat badan selama
ada riwayat penyakit tersebut.
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan adanya kecemasan berat setelah pasen mendapat
informasi mengenai kondisi kanker lambung. Perawat juga mengkaji pengetahuan pasien tentang
program pengobatan kanker; meliputi radiasi, kemoterapi,dan pembedahan gastrektomi.
Pengkajian tersebut memberikan inofomasi untuk merencanakan tindakan yang sesuai dengan
kondisi pasien.
Walaupun pemeriksaan fisik tidak banyak membantu untuk menegakkan diagnosis, tetapi
pada pemeriksaan gastointestinal akan didapatka adanya anoreksia, penurunan berat
badan,pasien terlihat kurus.
Pengkajian diagnostik yang diperlukan untuk kanker lambung adalah pemeriksaan radiografi,
endoskopi biopsi, sitologi, dan laboratorium klinik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Actual/resiko ketidak efektifan jalan nafas b.d kemampuan batuk menurun, nyeri pasca
bedah
2. Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan tidak adekuat
3. Nyeri b.d iritasi mukosa esophagus, respon pembedahan
4. Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de entrée luka pascabedah
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, salah interpretasi mengenai informasi, dan rencana
pembedahan.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

 Aktual/risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk menuru, nyeri pasca
bedah.
Kriteria evaluasi :
1. Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan napas.
2. Suara napas normal, tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.
3. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
4. RR dalam batas optimal 12-20 x/menit.

NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. dalam waktu Kaji dan monitor jalan Deteksi awal untuk interpretasi
2x24 jam napas. intervensi selanjutnya. Salah satu
pembedahan cara untuk mengetahui apakan
gastrektomi, pasien bernapas atau tidak
kebersihan jalan adalah dengan menempatkan
napas pasien tetap telapak tangan di atas hidung dan
optimal. mulut pasien, untuk marasan
hembusan napas. Gerak toraks
dan diafragma tidak selalu
menandakan pasien bernapas.

Beri oksigen 3 liter/ Pemberian oksigen dilakukan


menit pada fase awal pascabedah.
Pemenuhan oksigen
dapat membantu meningkatksn
PaO2 di cairan otak, yang akan
memengaruhi pengaturan
pernapasan.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Instruksikan pasien untuk Pada pasien pascabedah dengan
napas dan melakukan batuk tingkat toleransi yang baik,
efektif. pernapasan diafrgma dapat
meningkatkan ekspansi paru.
Berbagai tindakan dilskuksn
untuk memperbesar ekspansi
dada dan pertukaran gas.
Sebagai contoh, minta pasien
untuk menguap atau melakukan
inspirasi maksimal.
Batuk juga didorong untuk
melonggarkan sumbatan mucus.
Bantu pasien mengatasi
ketakutannya bahwa
ekskresi dari batuk dapat
menyebabkan insisi bedah akan
terbuka.

Kesulitan bernapas dapat terjadi


akibat secret lender yang
Bersihkan secret pada jalan berlebihan. Mengganti posisi
napas dan pasien dari satu sisi ke sisi
lakukan suctioning apabilan lainnya memungkinkan cairan
kemampuan mengevakuasi yang terkumpul untuk keluar
tidak efektif. adri sisi mulut. Jika gigi pasien
menutup, mulut
dapat dibuka hati-hati secara
manual dengan spatel lidah
yang di bungkus kassa.
Mucus yang menyumbat atau
trakea dihisap dengan ujung
pengisap faringeal atau
kateter nasal yang
dimasukkan ke dalam
nasofaring atau orofaring.

Evaluasi dan monitor Apabila tingkat toleransi


kebersihan intervensi pasien tidak optimal, lakukan
pembersihan jalan napas. kolaborasi dengan tim medic
untuk segera dilakukan terapi
endoskopi atau pemasangan
tamponade balon. 

Aktual/ risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan tidak adekuat.
Kriteria evaluasi :
1. Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.
2. Terjadi penurunan gejala refluks esophagus, meliputi odinofagia berkurang, RR dalam batas
normal 12-20 x/menit.
3. Berat badan pada hari ketujuh pascabedah meningkat 0,5 kg.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2. setelah 3x24 jam Intervensi non bedah : 1. Agar makanan dapat
pada pasien non 1. Anjurkan pasien lewat dengan mudah ke
bedah dan makan dengan perlahan lambung.
setelah 7x24 jam dan mengunyah makanan 2. Beberapa pasien
pascabedah dengan seksama. mungkin mengatasi alergi
asupan nutrisi 2. Evaluasi adanya terhadap beberapa komponen
dapat optimal makanan dan makanan tertentu dann
dilakukan. kontraindikasi terhadap beberapa penyakit lain, seperti
makanan. diabetes mellitus, hipertensi,
3. Sajikan makanan Gout, dan lainnya
dengan cara yang menarik. memberikan manifestasi
4. Fasilitasi pasien terhadap persiapan komposisi
memperoleh diet biasa makanan yang akan diberikan.
yang disukai pasien ( 3. Membantu merangsang
sesuai indikasi). nafsu makan.
5. Pantau intake atau 4. Mempertimbangkan
output , anjurkan untuk keinginan individu dapat
timbang berat badan secara memperbaiki asupan nutrisi.
periodic ( sekali 5. Berguna mengatur
seminggu). keefektifan nutrisi dan
6. Lakukan dan dukungan cairan.
anjurkan perawatan mulut 6. Menurunkan rasa tidak
sebelum dan sesudah enak karena adanya sisa
makan serta sebelum dan makanan atau bau obat yang
sesudah intervensi/ dapat merangsang pusat
pemeriksaan peroral. muntah.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Intervensi pascabedah : 1. Parameter penting
1. Kaji kondisi dan adalah dengan melakukan
toleransi gastrointestinal auskultasi bising usus.
pascagastrektomi. Apabila didapatkan bising
2. Lakukan perawatan usus artinya fungsi
mulit. gastrointestinal sudah pulih
3. Masukkan 10-20 ml setelah anestesi umum.
cairan sodium klorida 2. Intervensi ini untuk
setiap sif melalui selang menurunkan risiko infeksi
nasogastrik. oral.
4. Berikan nurtisi cair 3. Pembersihan ini selain
melalui selang nasogastrik untuk enjaga kepatenan
atau atas instruksi medis. selang nasogastrik juga untuk
5. Kolaborasi dengan meningkatkan penyembuhan
ahli gizi mengenai jenis pada area pascagastrektomi.
nutrisi yang akan 4. Pemberian nutrisi cair
digunakan pasien. dilakukan untuk memenuhi
6. Hindari makan 3 jam asupan nutrisi melelui
sebelum tidur. gastrointestinal. Pemberian
nutrisi melalui nasogastrik
harus dikolaborasikan dengan
tim medis yang merawat
pasien.
5. Ahli gizi harus terlibat
dalam penentuan komposisi
dan jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan
kebutuhan individu.
6. Intervensi untuk
mencegah terjadinya refluks.
 Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esophagus, respons pembedahan.
Nyeri b.d. iritasi mukosa lambung, respons pembedahan
Kriteria evaluasi :
1. Secara subjektif mengatakan nyeri berkurang atau teradaptasi.
2. Skala nyeri 0-2 ( dari skala 0-4).
3. TTV dalam batas normal, wajah terlihat rileks.

NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


dalam waktu 7 x Jelaskan dan bantu pasien Pendekatan dengan
24 jam dengan tindakan pereda mengunakan relaksasi dan
pascabedah, nyeri nonfarmakologi dan terapi nonfarmakologi telah
nyeri berkurang noninvasive. menunjukkan keefektifan
atau teradaptasi. dalam mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri.
1. Kaji nyeri dengan 1. Pendekatan PQRST
pendekatan PQRST. dapat secara komprehensif
2. Istirahatkan pasien menggali kondisi nyeri
pada saat nyeri muncul. pasien. Apabila pasien
3. Anjurkan teknik mengalami skala nyeri 3 ( dari
relaksasi napas dalam pada skala 0-4) ini merupakan
saat nyeri muncul. peringatan yang perlu di
4. Anjurkan teknik waspadai karena merupakan
distraksi pada saat nyeri. manifestasi klinik dari
5. Rawat pasien diruang komplikasi pascabedah
intensif. esofagektomi.
6. Lakukan manajemen 2. Istirahat, secara
sentuhan. fisiologis akan menurunkan
kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk kebutuhan
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
metabolisme basal.
3. Meningkatkan asupan
oksigen sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder
dari iskemia intestinal.
4. Distraksi ( pengalihan
perhatian) dapat menurunkan
stimulasi internal.
5. Untuk mengontrol nyeri
pasien harus dirawat di ruang
intensif. Lingkungan tenang
akan menurunkan stimulus
nyeri eksternal. Pembatasan
pengunjung membantu
meningkatkan kondisi
oksigen ruangan yang akan
berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di
ruangan. Istirahat akan
menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.
6. Manajemen sentuhan
pada saat nyeri – berupa
sentuhan dukungan psikologis
–dapat membantu
menurunkan nyeri.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan akan membantu
pasien mengenai sebab- mengurangi nyeri dan dapat
sebab nyeri dan membantu mengembangkan
mengembangkan berapa kepatuhan pasien terhadap
lama nyeri akan rencana terapi.
berlangsung

Tindakan kolaborasi Analgetik diberikan untuk


Analgetik intravena membantu menghambat
stimulus nyeri ke pusat
persepsi nyeri di korteks
serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Arif muttaqin & Kumala Sari.2010.Gangguan gastrointestinal,Banjarmasin.Salemba Medika.


Askep Ca Lambung, http://fandyarya2.blogspot.co.id
LP dan Askep ca lambung, http://nurseenynopilestari.blogspot.co.id
Laporan pendahuluan ca lambung, http://daek-chin.blogspot.co.id
Asuhan keperawatan ca lambung, http://arifinjavisarqi.blogspot.co.id
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

CA LAMBUNG

Disusun Oleh :

DESTIA RAHMIATI

TINGKAT IIIA
PRODI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai