menggerakan pendelum bergeser ke kanan. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia menjadi pro A. Latar Belakang Liberalisme. Deviasi ini dikoreksi dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pendahuluan Pancasila sebagai dasar Dengan keluarnya Dekrit Presiden ini dan ideologi negara merupakan berartilah haluan politk negara dirubah. kesepakatan politik para foundingfathers Pendelum yang posisinya di samping ketika negara Indonesia didirikan. Namun kanan digeser dan digerakan ke kiri. dalam perjalanan panjang kehidupan Kebijakan ini sangat menguntungkan dan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering dimanfaatkan oleh kekuatan politik di mengalami berbagai deviasi dalam Indonesia yang berhaluan kiri aktualisasi nilainilainya. Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa Hal ini tampakpada kebijaksanaan penambahan, pengurangan, dan pemerintah yang anti terhadap Barat penyimpangan dari makna yang (kapitalisme) dan pro ke Kiri dengan seharusnya. Walaupun seiring dengan dibuatnya poros Jakarta-Peking dan itusering pula terjadi upaya pelurusan Jakarta- Pyong Yang. Puncaknya adalah kembali. Pancasila sering digolongkan ke peristiwa pemberontakan Gerakan 30 dalam ideologi tengah di antara dua September 1965. Peristiwa ini menjadi ideologi besar dunia yang paling pemicu tumbangnya pemerintahan Orde berpengaruh, sehingga sering disifatkan Lama (Ir.Soekarno) dan berkuasanya bukan ini dan bukan itu. Pancasila bukan pemerintahan Orde Baru (Jenderal berpaham komunisme dan bukan Suharto). Pemerintah Orde Baru berusaha berpaham kapitalisme. Pancasila tidak mengoreksi segala penyimpangan yang berpaham individualisme dan tidak dilakukan oleh regim sebelumnya dalam berpaham kolektivisme. Bahkan bukan pengamalan Pancasila dan UUD 1945. berpaham teokrasi dan bukan perpaham Pemerintah Orde Baru merubah haluan sekuler. Posisi Pancasila inilah yang politik yang tadinya mengarah ke posisi merepotkan aktualisasi nilai-nilainya ke Kiri dan anti Barat menariknya keposisi dalam kehidupan praksis berbangsa dan Kanan. Namun regim Orde Barupun bernegara. Dinamika aktualisasi nilai akhirnya dianggap penyimpang dari garis Pancasila bagaikan pendelum (bandul jam) politik Pancasila dan UUD 1945, Ia yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri dianggap cenderung ke praktik secara seimbang tanpa pernahberhenti Liberalisme-kapitalistik dalam menggelola tepat di tengah.Pada saat berdirinya negara negara. Pada tahun 1998 muncullah Republik Indonesia, kita sepakat gerakan reformasi yang dahsyat dan mendasarkan diri pada ideologiPancasila berhasil mengakhiri 32 tahun kekuasaan dan UUD 1945 dalam mengatur dan Orde Baru. Setelah tumbangnya regim menjalankan kehidupan negara. Namun Orde Baru telah muncul regim sejak November 1945 sampai sebelum Pemerintahan Reformasi sampai saat ini. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pemerintah Pemerintahan-pemerintahan regim Indonesia mengubah haluan politiknya Reformasiini semestinya mampu dengan mempraktikan sistem demokrasi memberikan koreksi terhadap penyimpangan dalam yang melanggar norma-norma hukum mengamalkanPancasila dan UUD 1945 maupun norma moral. Pancasila sebagai dalam praktik bermasyarakat dan ideologi artinya Pancasila merupakan bernegara yang dilakukan oleh Orde Baru. dasar hukum di dalam penyelenggaraan Selanjutnya era globalisasi menuntut kehidupan bernegara. Pancasila merupakan adanya berbagai perubahan. Demikian dasar hukum dalam penyelenggaraan juga bangsa Indonesia pada saat ini terjadi NKRI. Sebagai dasar hukum, pancasila perubahan besar-besaran yang disebabkan dijadikan norma-norma yang mengatur oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam kehidupan bersama rakyat Indonesia dalam negeri. Perubahan-perubahan yang semua bidang kehidupan, baik kehidupan dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, berbangsa dan bernegara yang berlangsung pendidikan dan kegiatan-kegiatan cepat serta untuk menghadapi bermasyarakat lainnya. Pancasila sebagai perkembangan Ilmu Pengetahuan Weltanschauung berarti nilai-nilai Teknologi, dan Seni. Untuk menghadapi pancasila merupakan etika kehidupan hal terserbut semua pihak dituntut untuk bersama bangsa Indonesia. Nilai-nilai mengantisipasinya, agar dapat menjadi tersebut atau praksis kehidupan di dalam warganegara yang Indonesia yang baik masyarakat bangsa Indonesia diatur oleh (good citizen). Kesepakatan bangsa nilai-nilai pencasila. Dengan kata lain Indonesia untuk menjadikan Pancasila setiap anggota masyarakat Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa (way of mewujudkan di dalam kehidupan sehati- life) saat ini semakin kabur era globalisasi harinya nilai-nlai pancasila seperti di dalam segala tatanan kehidupan yang dalam kegiatan berketuhanan yang maha mengarah kepada liberalisme esa yang meminta toleransi serta menyebabkan nilai-nilai Pancasila yang menghargai sesama yang berbeda merupakan nilai dasar dalam kehidupan keyakinan agamanya. Dia mempunyai rasa berbangsa dan bernegara semakin di nasionalisme yang kuat untuk tinggalkan oleh karena itu peran Pancasila menunjukkan bahwa dia adalah orang dalam kehidupan di Indonesia sangat Indonesia yang menjunjung tinggi dibutuhkan untuk saat ini karena kedaulatan bangsa Indonesia dalam kehidupan di Indonesia saat ini sudah pergaulan dengan bangsa-bangsa yang semakin memprihatinkan. Implementasi lain. Selanjutnya dia mempunyai rasa fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup, kemanusiaan yang tinggi dalam juga akan menentukan keberhasilan fungsi menghargai akan nilai-nilai yang Pancasila sebagai dasar Negara. Jika setiap dimilikinya tetangganya sesamanya dan warga negara telah melaksanakan umat manusia di seluruh dunia. Demikian Pancasila sebagai pandangan hidup pula dia mempunyai sikap yang (mempunyai karakter/moral Pancasila), demokratis yang tidak memutlakkan ketika yang bersangkutan diberi amanah pendapatnya sendiri tetapi mencari jalan menjadi penyelenggara Negara tentu akan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama menjadi penyelenggara Negara yang baik, dan akhirnya dia adalah seorang yang paling tidak akan berusaha untuk mempunyai rasa keadilan sosial yang menghindari tindakan-tindakan menghargai akan nilai-nilai hidup manusia yang setara. Nilai-nilai yang ada dalam adat-istiadat masyarakat sejak zaman Kutai BAB II sampai Majapahit semakin mengkristal pada era sejarah perjuangan bangsa yang PEMBAHASAN ditandai dengan perumusan Pancasila 1. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam sebagai dasar negara oleh para pendiri Pancasila Sebagai suatu dasar filsafat (founding fathers). Sejalan dengan latar Negara maka sila-sila Pancasila belakang tersebut diatas dalam era yang merupakan suatu sistem nilai, oleh globalisasi dimana tatanan kehidupan yang karena itu sila-sila Pancasila itu pada semakin liberal, arus informasi yang hakikatnya merupakan suatu kesatuan demikian deras menyebabkan semakin (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 31). memudarnya fungsi dan peranan Pancasila Pancasila memiliki serangkaian nilai, baik sebagai pandangan hidup bangsa, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, maupun sebagai norma dasar dalam persatuan, kerakyatan, dan keadilan. kehidupan berbangsa dan bernegara di Nilai-nilai dasar Pancasila seperti Indonesia. ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, B. Rumusan Masalah kerakyatan, dan keadilan yang bersifat Rumusan masalah dari penulisan universal, objektif, artinya nilai-nilai Artikel ini: tersebut dapat dipakai dan diakui oleh 1. bagaimana mengaktualisasi nilai-nilai negara-negara lain. Pancasila bersifat Pancasila serta mengimplementasikan subjektif, artinya bahwa nilai-nilai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan Pancasila itu melekat pada pembawa berbangsa dan bernegara ? dan pendukung nilai Pancasila itu 2. Bagaimana Implementasi nilai-nilai sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan Pancasila khususnya dalam aspek negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila politik, ekonomi, dan sosial budaya? juga merupakan suatu pandangan hidup 3. Apa saja tantangan Pancasila dalam bangsa Indonesia. Pancasila juga perwujutan nilai-nilai pancasila dalam merupakan nilai-nilai yang sesuai kehidupan sehari-hari? dengan hati nurani bangsa. C. Tujuan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Tujuan dari penulisan Artikel ini untuk Alfred North Whitehead (1864 – 1947), memahami: tokoh utama filsafat proses, 1. Nilai-nilai Pancasila serta implementasi berpandangan bahwa semua realitas Dalam kehidupan berbangsa dan dalam alam mengalami proses atau bernegara perubahan, yaitu kemajuan, kreatif dan 2. Implementasi nilai-nilai pancasila baru.Realitas itu dinamik dan suatu dalam aspek politik, ekonomi, dan proses yang terus menerus “menjadi”, sosial budaya walaupun unsur permanensi realitas dan 3. Tantangan Pancasila dalam perwujutan identitas diri dalam perubahan tidak nilai-nilai pancasila dalam kehidupan boleh diabaikan. Sifat alamiah itu dapat sehari-hari pula dikenakan pada ideologi Pancasila sebagai suatu realitas (pengada). Moerdiono (1995/1996) menunjukkan adanya 3 tataran nilai dalam ideologi Pancasila. Tiga tataran nilai itu adalah: menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai Lembaga negara yang berwenang yang bersifat amat abstrak dan tetap, menyusun nilai instrumental ini adalah yang terlepas dari pengaruh perubahan MPR, Presiden, dan DPR. Ketiga, nilai waktu. Nilai dasar merupakan prinsip, praksis, yaitu nilai yang terkandung yang bersifat amat abstrak, bersifat dalam kenyataan sehari-hari, berupa amat umum, tidak terikat oleh waktu cara bagaimana rakyat melaksanakan dan tempat, dengan kandungan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila. kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari Nilai praksis terdapat pada demikian segi kandungan nilainya, maka nilai banyak wujud penerapan nilai-nilai dasar berkenaan dengan eksistensi Pancasila, baik secara tertulis maupun sesuatu, yang mencakup cita-cita, tidak tertulis, baik oleh cabang tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh oleh organisasi kekuatan social politik, para pendiri negara. Nilai dasar oleh organisasi kemasyarakatan, oleh Pancasila tumbuh baik dari sejarah badan-badan ekonomi, oleh pimpinan perjuangan bangsa Indonesia melawan kemasyarakatan, bahkan oleh penjajahan yang telah menyengsarakan warganegara secara perseorangan. Dari rakyat, maupun dari cita-cita yang segi kandungan nilainya, nilai praksis ditanamkan dalam agama dan tradisi merupakan gelanggang pertarungan tentang suatu masyarakat yang adil dan antara idealisme dan realitas. Jika makmur berdasarkan kebersamaan, ditinjau dari segi pelaksanaan nilai yang persatuan dan kesatuan seluruh warga dianut, maka sesungguhnya pada nilai masyarakat. Kedua, nilai instrumental, praksislah ditentukan tegak atau yaitu suatu nilai yang bersifat tidaknya nilai dasar dan nilai kontekstual. Nilai instrumental instrumental itu. Ringkasnya bukan merupakan penjabaran dari nilai dasar pada rumusan abstrak, dan bukan juga tersebut, yang merupakan arahan pada kebijaksanaan, strategi, rencana, kinerjanya untuk kurun waktu tertentu program atau proyek itu sendiri terletak dan untuk kondisi tertentu. Nilai batu ujian terakhir dari nilai yang instrumental ini dapat dan bahkan harus dianut, tetapi pada kualitas disesuaikan dengan tuntutan zaman. pelaksanaannya di lapangan. Bagi suatu Namun nilai instrumental haruslah ideologi, yang paling penting adalah mengacu pada nilai dasar yang bukti pengamalannya atau dijabarkannya. Penjabaran itu bisa aktualisasinya dalam kehidupan dilakukan secara kreatif dan dinamik bermasyarakat, berbangsa, dan dalam bentuk-bentuk baru untuk bernegara. Suatu ideologi dapat mewujudkan semangat yang sama, mempunyai rumusan yang amat ideal dalam batas-batas yang dimungkinkan dengan ulasan yang amat logis serta oleh nilai dasar itu.Dari kandungan konsisten pada tahap nilai dasar dan nilainya, maka nilai instrumental nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika merupakan kebijaksanaan, strategi, pada nilai praksisnya rumusan tersebut organisasi, sistem, rencana, program, tidak dapat diaktualisasikan, maka bahkan juga proyek-proyek yang ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya. Bahkan Moerdiono yang terkandung dalam Pancasila (1995/1996: 15) menegaskan, bahwa merupakan nilai-nilai yang dicita- bahwa tantangan terbesar bagi suatu citakan dan ingin diwujudkan. Masalah ideologi adalah menjaga konsistensi aktualisasi nilai-nilai dasar ideologi antara nilai dasar, nilai instrumental, Pancasila ke dalam kehidupan praksi dan nilai praksisnya. Sudah barang kemasyarakatan dan kenegaraan tentu jika konsistensi ketiga nilai itu bukanlah masalah yang sederhana. dapat ditegakkan, maka terhadap Soedjati Djiwandono (1995: 2-3) ideologi itu tidak akan ada masalah. mensinyalir, bahwa masih terdapat Masalah baru timbul jika terdapat beberapa kekeliruan yang inkonsisitensi dalam tiga tataran nilai mendasar dalam cara orang memahami tersebut. Untuk menjaga konsistensi dan menghayati Negara Pancasila dalam mengaktualisasikan nilai dalam berbagai seginya. Kiranya tidak Pancasila ke dalam praktik hidup tepat membuat “sakral” dan taboo berbangsa dan bernegara, maka perlu berbagai konsep dan pengertian, Pancasila formal yang abstrak-umum- seakan-akan sudah jelas betul dan pasti universal itu ditransformasikan menjadi benar, tuntas dan sempurna, sehingga rumusan Pancasila yang umum kolektif, tidak boleh dipersoalkan lagi. Sikap dan bahkan menjadi Pancasila yang seperti itu membuat berbagai konsep khusus individual (Suwarno, 1993: dan pengertian menjadi statik, kaku dan 108). Artinya, Pancasila menjadi sifat- tidak berkembang, dan mengandung sifat dari subjek kelompok dan resiko ketinggalan zaman, meskipun individual, sehingga menjiwai semua mungkin benar bahwa beberapa prinsip tingkah laku dalam lingkungan dasar memang mempunyai nilai yang praksisnya dalam bidang kenegaraan, tetap dan abadi. Belum politik, dan pribadi. Driyarkara teraktualisasinya nilai dasar Pancasila menjelaskan proses pelaksanaan secara konsisten dalam tataran praksis ideologi Pancasila, dengan gambaran perlu terus menerus diadakan gerak transformasi Pancasila formal perubahan, baik dalam arti konseptual sebagai kategori tematis (berupa maupun operasional. Banyak hal harus konsep, teori) menjadi kategori ditinjau kembali dan dikaji ulang. imperatif (berupa normanorma) dan Beberapa mungkin perlu dirubah, kategori operatif (berupa praktik hidup). beberapa lagi mungkin perlu Proses tranformasi berjalan tanpa dikembangkan lebih lanjut dan masalah apabila tidak terjadi deviasi dijelaskan atau diperjelas, dan beberapa atau penyimpangan, yang berupa lagi mungkin perlu ditinggalkan. pengurangan, penambahan, dan Aktualisasi nilai Pancasila dituntut penggantian (dalam Suwarno, 1993: selalu mengalami pembaharuan. 110-111). Operasionalisasi Pancasila Hakikat pembaharuan adalah perbaikan dalam kehidupan bermasyarakat, dari dalam dan melalui sistem yang ada. berbangsa dan bernegara haruslah Atau dengan kata lain, pembaharuan diupayakan secara kreatif dan dinamik, mengandaikan adanya dinamika sebab Pancasila sebagai ideologi internal dalam diri Pancasila. bersifat futuralistik. Artinya, nilai-nilai Mengunakan pendekatan teori Aristoteles, bahwa di dalam diri memahami transformasi Pancasila Pancasila sebagai pengada (realitas) dalam kehidupan bermasyarakat, orang mengandung potensi, yaitu dasar harus menganalisis pasal-pasal kemungkinan (dynamic). Potensi dalam penuangan sila ke-1, ke-2, dan ke-5 pengertian ini adalah kemampuan real yang berkaitan dengan hidup subjek (dalam hal ini Pancasila) untuk keagamaan, kemanusiaan dan sosial dapat berubah. Subjek sendiri yang ekonomis (Suwarno, 1993: 126). berubah dari dalam. Mirip dengan teori Pembaharuan dan perubahan bukanlah A.N.Whitehead, setiap satuan aktual melulu bersumber dari satu sisi saja, (sebagai aktus, termasuk Pancasila) yaitu akibat yang timbul dari dalam, terkandung daya kemungkinan untuk melainkan bisa terjadi karena pengaruh berubah. Bukan kemungkinan murni dari luar. Terjadinya proses perubahan logis atau kemungkinan objektif, seperti (dinamika) dalam aktualisasi nilai batu yang dapat dipindahkan atau Pancasila tidaklah semata-mata pohon yang dapat dipotong. Bagi disebabkan kemampuan dari dalam Whitehead, setiap satuan aktual sebagai (potensi) dari Pancasila itu sendiri, realitas merupakan sumber daya untuk melainkan suatu peristiwa yang terkait proses kemenjadi-an yang selanjutnya. atau berrelasi dengan realitas yang lain. Jika dikaitkan dengan aktualisasi nilai Dinamika aktualisasi Pancasila Pancasila, maka pada dasarnya setiap bersumber pada aktivitas di dalam ketentuan hukum dan perundang- menyerap atau menerima dan undangan pada segala tingkatan, menyingkirkan atau menolak nilai-nilai sebagai aktualisasi nilai Pancasila atau unsur-unsur dari luar (asing). (transformasi kategori tematis menjadi Contoh paling jelas dari terjadinya kategori imperatif), harus terbuka perubahan transformatif dalam terhadap peninjauan dan penilaian atau aktualisasi nilai Pancasila dalam pengkajian tentang keterkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa nilai dasar Pancasila. Untuk melihat dan bernegara, adalah empat kali transformasi Pancasila menjadi norma amandemen UUD 1945 yang telah hidup sehari-hari dalam bernegara dilakukan MPR pada tahun 1999, 2000, orang harus menganalisis pasal-pasal 2001, dan tahun 2002. Dewasa ini, penuangan sila ke-4 yang berkaitan akibat kemajuan ilmu dan teknologi, dengan negara, yang meliputi; wilayah, khususnya teknologi komunikasi, warganegara, dan pemerintahan yang terjadilah perubahan pola hidup berdaulat. Selanjutnya, untuk masyarakat yang begitu cepat. Tidak memahami transformasi Pancasila satupun bangsa dan negara mampu dalam kehidupan berbangsa, orang mengisolir diri dan menutup rapat dari harus menganalisis pasalpasal pengaruh budaya asing. Demikian juga penuangan sila ke-3 yang berkaitan terhadap masalah ideologi. Dalam dengan bangsa Indonesia, yang kaitan ini, M.Habib Mustopo (1992: 12) meliputi; faktor-faktor integratif dan menyatakan, bahwa pergeseran dan upaya untuk menciptakan persatuan perubahan nilai-nilai akan Indonesia. Sedangkan untuk menimbulkan kebimbangan, terutama didukung oleh kenyataan masuknya arus budaya asing dengan berbagai budaya politik adalah sesuatu yang aspeknya. Kemajuan di bidang ilmu dan harus terus menerus dikonstruksikan, teknologi komunikasi & transportasi karena bukan kenyataan yang mandeg ikut mendorong hubungan antar bangsa (Sastrapratedja, 1996: 11). Kalau semakin erat dan luas. Kondisi ini di ideologi-ideologi besar di dunia satu pihak akan menyadarkan bahwa sekarang ini diperhatikan dengan kehidupan yang mengikat kepentingan seksama, maka terlihat mereka bergeser nasional tidak luput dari pengaruhnya secara dinamik. Para penyangga dan dapat menyinggung kepentingan ideologi itu telah melakukan revisi, bangsa lain. Ada semacam kearifan pembaharuan, dan pemantapan- yang harus dipahami, bahwa dalam pemantapan dalam mengaktualisasikan kehidupan dewasa ini, teknologi ideologinya. Perkembangan zaman sebagai bagian budaya manusia telah menuntut bahwa ideologi harus jauh mempengaruhi tata kehidupan memiliki nafas baru, semangat baru manusia secara menyeluruh. Dalam dengan corak nilai, ajaran dan konsep keadaan semacam ini, tidak mustahil kunci mengenai kehidupan yang tumbuh suatu pandangan kosmopolitan memiliki perspektif baru. Ideologi yang tidak selalu sejalan dengan Pancasilapun dituntut demikian. tumbuhnya faham Pancasila harus mampu menghadapi kebangsaan.Beberapa informasi dalam pengaruh budaya asing, khususnya ilmu berbagai ragam bentuk dan isinya tidak dan teknologi modern dan latar dapat selalu diawasi atau dicegah begitu belakang filsafatnya yang berasal dari saja.Mengingkari dan tidak mau tahu luar. Prof. Notonagoro telah “tawaran” atau pengaruh nilai-nilai menemukan cara untuk memanfaatkan asing merupakan kesesatan berpikir, pengaruh dari luar tersebut, yaitu secara yang seolaholah menganggap bahwa eklektif mengambil ilmu pengetahuan ada eksistens yang bisa berdiri sendiri. dan ajaran kefilsafatan dari luar Kesalahan berpiklir demikian oleh tersebut, tetapi dengan melepaskan diri Whitehead disebut sebagai the fallacy dari sistem filsafat yang bersangkutan of misplace concretness (Damardjati dan selanjutnya diinkorporasikan dalam Supadjar, 1990: 68). Jika pengaruh itu struktur filsafat Pancasila. Dengan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang demikian, terhadap pengaruh baru dari hidup dalam masyarakat, atau tidak luar, maka Pancasila bersifat terbuka mendukung bagi terciptanya kondisi dengan syarat dilepaskan dari sistem yang sesuai dengan Pancasila,maka filsafatnya, kemudian dijadikan unsur perlu dikembangkan sikap yang kritis yang serangkai dan memperkaya terutama terhadap gagasangagasan, ide- struktur filsafat Pancasila (Sri ide yang datang dari luar. Dalam Soeprapto, 1995: 34). Sepaham dengan konteks budaya, masalah pertemuan Notonagoro, Dibyasuharda (1990: 229) kebudayaan bukan masalah memfilter mengkualifikasikan Pancasila sebagai atau menyaring budaya asing, tetapi struktur atau sistem yang terbuka mengolah dan mengkreasi dalam dinamik, yang dapat menggarap apa interaksi dinamik sehingga tercipta yang datang dari luar, dalam arti luas, sesuatu yang baru. Jati diri bangsa, menjadi miliknya tanpa mengubah identitasnya, malah mempunyai daya ke akulturasi sebagai gejala wajar. Dengan luar, mempengaruhi dan mengkreasi. begitu ideology Pancasila akan Dinamika Pancasila dimungkinkan menunjukkan sifatnya yang dinamik, apabila ada daya refleksi yang yaitu memiliki kesediaan untuk mendalam dan keterbukaan yang mengadakan pembaharuan yang matang untuk menyerap, menghargai, berguna bagi perkembangan pribadi dan memilih nilai-nilai hidup yang tepat manusia dan masyarakat. Untuk dan baik untuk menjadi pandangan menghadapi tantangan masa depan hidup bangsa bagi kelestarian hidupnya perlu didorong pengembangan nilai- di masa mendatang. Sedangkan nilai Pancasila secara kreatif dan penerapan atau penolakan terhadap dinamik. Kreativitas dalam konteks ini nilai-nilai budaya luar tersebut berdasar dapat diartikan sebagai kemampuan pada relevansinya. Dalam konteks untuk menyeleksi nilai-nilai baru dan hubungan internasional dan mencari alternatif bagi pemecahan pengembangan ideologi, bukan hanya masalah-masalah politik, sosial, Pancasila yang menyerap atau budaya, ekonomi, dan pertahanan dipengaruhi oleh nilai-nilai asing, keamanan. Ideologi Pancasila tidak namun nilai-nilai Pancasila bisa apriori menolak bahanbahan baru dan ditawarkan dan berpengaruh, serta kebudayaan asing, melainkan mampu menyokong kepada kebudayaan atau menyerap nilainilai yang ideologi lain. Bahkan Soerjanto dipertimbangkan dapat memperkaya Poespowardojo (1989: 14) menjelaskan, dan memperkembangkan kebudayaan bahwa dinamika yang ada pada sendiri, serta mempertinggi derajat aktualisasi Pancasila memungkinkan kemanusiaan bangsa Indonesia. bahwa Pancasila juga tampil sebagai Menurut Hardono Hadi (1994: 57), alternatif untuk melandasi tata bangsa Indonesia, sebagai pengemban kehidupan internasional, baik untuk ideeologi Pancasila, tidak defensif dan memberikan orientasi kepada negara- tertutup sehingga sesuatu yang berbau negara berkembang pada khususnya, asing harus ditangkal dan dihindari maupun mewarnai pola komunikasi karena dianggap bersifat negatif. antar negara pada umumnya. Ideologi Sebaliknya tidak diharapkan bahwa Pancasila bukanlah pseudo religi. Oleh bangsa Indonesia menjadi begitu amorf, karena itu, Pancasila perlu dijabarkan sehingga segala sesuatu yang menimpa secara rasional dan kritis agar membuka dirinya diterima secara buta tanpa iklim hidup yang bebas dan rasional pedoman untuk menentukan mana yang pula. Konsekuensinya, bahwa Pancasila pantas dan mana yang tidak pantas harus bersifat terbuka. Artinya, peka untuk diintegrasikan dalam terhadap perubahan yang terjadi dalam pengembangan dirinya. Bangsa kehidupan manusia dan tidak menutup Indonesia mau tidak mau harus terlibat diri terhadap nilai dan pemikiran dari dalam dialog dengan bangsa-bangsa luar yang memang diakui menunjukkan lain, namun tidak tenggelam dan hilang arti dan makna yang positif bagi di dalamnya. Proses akulturasi tidak pembinaan budaya bangsa, sehingga dapat dihindari. Bangsa Indonesia juga dengan demikian menganggap proses dituntut berperan aktif dalam pergaulan dunia.Bangsa Indonesia harus mampu terwujudnya citacita di masa depan. ikut bermain dalam interaksi mondial Setiap zaman menampakkan corak dalam menentukan arah kehidupan kepribadiannya sendiri, namun manusia seluruhnya. Untuk bisa kepribadian yang terbentuk pada zaman menjalankan peran itu, bangsa yang berbeda haruslah mempunyai Indonesia sendiri harus mempunyai kesinambungan dari masa lampau kesatuan nilai yang menjadi keunikan sampai masa mendatang sehingga bangsa, sehingga mampu memberikan tergambarkan aspek historitasnya sumbangan yang cukup berarti dalam (Hardono Hadi, 1994: 76). percaturan internasional. Identitas diri Kesinambungan tidak berarti hanya bukan sesuatu yang tertutup tetapi penggulangan atau pelestarian secara sesuatu yang terus dibentuk dalam persis apa yang dihasilkan di masa interaksi dengan kelompok masyarakat lampau untuk diterapkan pada masa bangsa, negara, manusia, system kini dan masa mendatang. Unsur yang masyarakat dunia (Sastrapratedja, 1996: sama dan permanen maupun unsur yang 3). Semuanya itu mengharuskan adanya kreatif dan baru, semuanya harus dirajut strategi kebudayaan yang mampu dalam satu kesatuan yang integral. meneruskan dan mengembangkan nilai- Teori hilemorfisme dari Aristoteles bisa nilai luhur Pancasila dalam segala aspek mendukung pandangan tersebut. kehidupan bangsa. Abdulkadir Besar Aristoteles menegaskan, bahwa (1994: 35) menawarkan pelaksanaan meskipun materi (hyle) menjadi nyata “strategi dialogi antar budaya” dalam bila dibentuk (morfe), namun materi menghadapi gejala penyeragaman atau tidaklah pasif. Artinya ada gerak. Setiap globalisasi dewasa ini.. Artinya, relitas yang sudah berbentuk (berdasar membiarkan budaya asing yang materi) dapat juga menjadi materi bagi mengglobal berdampingan dengan bentuk yang lain, sehingga setiap budaya asli. Melalui interaksi yang realitas mengalami perubahan. terus menerus, masing-masing budaya Perubahan yang ada bukan kebaharuan akan mendapatkan pelajaran yang sama sekali namun perubahan yang berharga. Hasil akhir yang diharapkan kesinambungan. Artinya, aktualitas dari interaksi itu adalah terpeliharanya yang ada sekarang berdasar pada cukup diferensiasi, sekaligus realitas yang telah ada pada masa tercegahnya penyeragaman universal. lampau dan terbuka bagi adanya Ideologi Pancasila sebagai jati diri perubahan di masa depan. bangsa Indonesia tidak mandeg, 1. Implementasi Pancasila dalam Bidang melainkan harus diperbaharui secara Politik Pembangunan dan terus menerus, sehingga mampu pengembangan bidang politik harus memberikan pedoman, inspirasi, dan mendasar-kan pada dasar ontologis dukungan pada setiap anggota bangsa manusia. Hal ini di dasarkan pada Indonesia dalam memperkembangkan kenyataan objektif bahwa manusia dirinya sebagai bangsa Indonesia. adalah sebagai subjek Negara, oleh Sedangkan pembaharuan yang sehat karena itu kehidupan politik harus selalu bertitik tolak pada masa lampau benar-benar merealisasikan tujuan dan sekaligus diarahkan bagi demi harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik Negara terjadi berbagai gejolak yang sangat terutama dalam proses reformasi memprihatinkan antara lain amuk dewasa ini harus mendasarkan pada massa yang cenderung anarkis, moralitas sebagaimana tertuang dalam bentrok antara kelompok sila-sila pancasila dam esensinya, masyarakat satu dengan yang sehingga praktek-praktek politik yang lainnya yang muaranya adalah menghalalkan segala cara harus segera masalah politik. Oleh karena itu diakhiri. dalam pengembangan social budaya 2. Implementasi Pancasila dalam pada masa reformasi dewasa ini kita Bidang Ekonomi Di dalam dunia harus mengangkat nilai-nilai yang ilmu ekonomi terdapat istilah yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai kuat yang menang, sehingga dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila lazimnya pengembangan ekonomi itu sendiri. Dalam prinsip etika mengarah pada persaingan bebas pancasila pada hakikatnya bersifat dan jarang mementingkan moralitas humanistic, artinya nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai pancasila mendasarkan pada nilai dengan Pancasila yang lebih tertuju yang bersumber pada harkat dan kepada ekonomi kerakyatan, yaitu martabat manusia sebagai makhluk ekonomi yang humanistic yang yang berbudaya. mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto, 1999). Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. 3. Implementasi Pancasila dalam Bidang Sosial dan Budaya Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini