Anda di halaman 1dari 10

BAB I liberal.

Dengan kebijakan ini berarti


menggerakan pendelum bergeser ke kanan.
PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia menjadi pro
A. Latar Belakang Liberalisme. Deviasi ini dikoreksi dengan
keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Pendahuluan Pancasila sebagai dasar Dengan keluarnya Dekrit Presiden ini
dan ideologi negara merupakan berartilah haluan politk negara dirubah.
kesepakatan politik para foundingfathers Pendelum yang posisinya di samping
ketika negara Indonesia didirikan. Namun kanan digeser dan digerakan ke kiri.
dalam perjalanan panjang kehidupan Kebijakan ini sangat menguntungkan dan
berbangsa dan bernegara, Pancasila sering dimanfaatkan oleh kekuatan politik di
mengalami berbagai deviasi dalam Indonesia yang berhaluan kiri
aktualisasi nilainilainya. Deviasi
pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa Hal ini tampakpada kebijaksanaan
penambahan, pengurangan, dan pemerintah yang anti terhadap Barat
penyimpangan dari makna yang (kapitalisme) dan pro ke Kiri dengan
seharusnya. Walaupun seiring dengan dibuatnya poros Jakarta-Peking dan
itusering pula terjadi upaya pelurusan Jakarta- Pyong Yang. Puncaknya adalah
kembali. Pancasila sering digolongkan ke peristiwa pemberontakan Gerakan 30
dalam ideologi tengah di antara dua September 1965. Peristiwa ini menjadi
ideologi besar dunia yang paling pemicu tumbangnya pemerintahan Orde
berpengaruh, sehingga sering disifatkan Lama (Ir.Soekarno) dan berkuasanya
bukan ini dan bukan itu. Pancasila bukan pemerintahan Orde Baru (Jenderal
berpaham komunisme dan bukan Suharto). Pemerintah Orde Baru berusaha
berpaham kapitalisme. Pancasila tidak mengoreksi segala penyimpangan yang
berpaham individualisme dan tidak dilakukan oleh regim sebelumnya dalam
berpaham kolektivisme. Bahkan bukan pengamalan Pancasila dan UUD 1945.
berpaham teokrasi dan bukan perpaham Pemerintah Orde Baru merubah haluan
sekuler. Posisi Pancasila inilah yang politik yang tadinya mengarah ke posisi
merepotkan aktualisasi nilai-nilainya ke Kiri dan anti Barat menariknya keposisi
dalam kehidupan praksis berbangsa dan Kanan. Namun regim Orde Barupun
bernegara. Dinamika aktualisasi nilai akhirnya dianggap penyimpang dari garis
Pancasila bagaikan pendelum (bandul jam) politik Pancasila dan UUD 1945, Ia
yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri dianggap cenderung ke praktik
secara seimbang tanpa pernahberhenti Liberalisme-kapitalistik dalam menggelola
tepat di tengah.Pada saat berdirinya negara negara. Pada tahun 1998 muncullah
Republik Indonesia, kita sepakat gerakan reformasi yang dahsyat dan
mendasarkan diri pada ideologiPancasila berhasil mengakhiri 32 tahun kekuasaan
dan UUD 1945 dalam mengatur dan Orde Baru. Setelah tumbangnya regim
menjalankan kehidupan negara. Namun Orde Baru telah muncul regim
sejak November 1945 sampai sebelum Pemerintahan Reformasi sampai saat ini.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pemerintah Pemerintahan-pemerintahan regim
Indonesia mengubah haluan politiknya Reformasiini semestinya mampu
dengan mempraktikan sistem demokrasi memberikan koreksi terhadap
penyimpangan dalam yang melanggar norma-norma hukum
mengamalkanPancasila dan UUD 1945 maupun norma moral. Pancasila sebagai
dalam praktik bermasyarakat dan ideologi artinya Pancasila merupakan
bernegara yang dilakukan oleh Orde Baru. dasar hukum di dalam penyelenggaraan
Selanjutnya era globalisasi menuntut kehidupan bernegara. Pancasila merupakan
adanya berbagai perubahan. Demikian dasar hukum dalam penyelenggaraan
juga bangsa Indonesia pada saat ini terjadi NKRI. Sebagai dasar hukum, pancasila
perubahan besar-besaran yang disebabkan dijadikan norma-norma yang mengatur
oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam kehidupan bersama rakyat Indonesia dalam
negeri. Perubahan-perubahan yang semua bidang kehidupan, baik kehidupan
dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
berbangsa dan bernegara yang berlangsung pendidikan dan kegiatan-kegiatan
cepat serta untuk menghadapi bermasyarakat lainnya. Pancasila sebagai
perkembangan Ilmu Pengetahuan Weltanschauung berarti nilai-nilai
Teknologi, dan Seni. Untuk menghadapi pancasila merupakan etika kehidupan
hal terserbut semua pihak dituntut untuk bersama bangsa Indonesia. Nilai-nilai
mengantisipasinya, agar dapat menjadi tersebut atau praksis kehidupan di dalam
warganegara yang Indonesia yang baik masyarakat bangsa Indonesia diatur oleh
(good citizen). Kesepakatan bangsa nilai-nilai pencasila. Dengan kata lain
Indonesia untuk menjadikan Pancasila setiap anggota masyarakat Indonesia
sebagai pandangan hidup bangsa (way of mewujudkan di dalam kehidupan sehati-
life) saat ini semakin kabur era globalisasi harinya nilai-nlai pancasila seperti di
dalam segala tatanan kehidupan yang dalam kegiatan berketuhanan yang maha
mengarah kepada liberalisme esa yang meminta toleransi serta
menyebabkan nilai-nilai Pancasila yang menghargai sesama yang berbeda
merupakan nilai dasar dalam kehidupan keyakinan agamanya. Dia mempunyai rasa
berbangsa dan bernegara semakin di nasionalisme yang kuat untuk
tinggalkan oleh karena itu peran Pancasila menunjukkan bahwa dia adalah orang
dalam kehidupan di Indonesia sangat Indonesia yang menjunjung tinggi
dibutuhkan untuk saat ini karena kedaulatan bangsa Indonesia dalam
kehidupan di Indonesia saat ini sudah pergaulan dengan bangsa-bangsa yang
semakin memprihatinkan. Implementasi lain. Selanjutnya dia mempunyai rasa
fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup, kemanusiaan yang tinggi dalam
juga akan menentukan keberhasilan fungsi menghargai akan nilai-nilai yang
Pancasila sebagai dasar Negara. Jika setiap dimilikinya tetangganya sesamanya dan
warga negara telah melaksanakan umat manusia di seluruh dunia. Demikian
Pancasila sebagai pandangan hidup pula dia mempunyai sikap yang
(mempunyai karakter/moral Pancasila), demokratis yang tidak memutlakkan
ketika yang bersangkutan diberi amanah pendapatnya sendiri tetapi mencari jalan
menjadi penyelenggara Negara tentu akan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama
menjadi penyelenggara Negara yang baik, dan akhirnya dia adalah seorang yang
paling tidak akan berusaha untuk mempunyai rasa keadilan sosial yang
menghindari tindakan-tindakan menghargai akan nilai-nilai hidup manusia
yang setara. Nilai-nilai yang ada dalam
adat-istiadat masyarakat sejak zaman Kutai BAB II
sampai Majapahit semakin mengkristal
pada era sejarah perjuangan bangsa yang PEMBAHASAN
ditandai dengan perumusan Pancasila 1. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam
sebagai dasar negara oleh para pendiri Pancasila Sebagai suatu dasar filsafat
(founding fathers). Sejalan dengan latar Negara maka sila-sila Pancasila
belakang tersebut diatas dalam era yang merupakan suatu sistem nilai, oleh
globalisasi dimana tatanan kehidupan yang karena itu sila-sila Pancasila itu pada
semakin liberal, arus informasi yang hakikatnya merupakan suatu kesatuan
demikian deras menyebabkan semakin (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 31).
memudarnya fungsi dan peranan Pancasila Pancasila memiliki serangkaian nilai,
baik sebagai pandangan hidup bangsa, yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
maupun sebagai norma dasar dalam persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
kehidupan berbangsa dan bernegara di Nilai-nilai dasar Pancasila seperti
Indonesia. ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
B. Rumusan Masalah kerakyatan, dan keadilan yang bersifat
Rumusan masalah dari penulisan universal, objektif, artinya nilai-nilai
Artikel ini: tersebut dapat dipakai dan diakui oleh
1. bagaimana mengaktualisasi nilai-nilai negara-negara lain. Pancasila bersifat
Pancasila serta mengimplementasikan subjektif, artinya bahwa nilai-nilai
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan Pancasila itu melekat pada pembawa
berbangsa dan bernegara ? dan pendukung nilai Pancasila itu
2. Bagaimana Implementasi nilai-nilai sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan
Pancasila khususnya dalam aspek negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
politik, ekonomi, dan sosial budaya? juga merupakan suatu pandangan hidup
3. Apa saja tantangan Pancasila dalam bangsa Indonesia. Pancasila juga
perwujutan nilai-nilai pancasila dalam merupakan nilai-nilai yang sesuai
kehidupan sehari-hari? dengan hati nurani bangsa.
C. Tujuan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila
Tujuan dari penulisan Artikel ini untuk Alfred North Whitehead (1864 – 1947),
memahami: tokoh utama filsafat proses,
1. Nilai-nilai Pancasila serta implementasi berpandangan bahwa semua realitas
Dalam kehidupan berbangsa dan dalam alam mengalami proses atau
bernegara perubahan, yaitu kemajuan, kreatif dan
2. Implementasi nilai-nilai pancasila baru.Realitas itu dinamik dan suatu
dalam aspek politik, ekonomi, dan proses yang terus menerus “menjadi”,
sosial budaya walaupun unsur permanensi realitas dan
3. Tantangan Pancasila dalam perwujutan identitas diri dalam perubahan tidak
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan boleh diabaikan. Sifat alamiah itu dapat
sehari-hari pula dikenakan pada ideologi Pancasila
sebagai suatu realitas (pengada).
Moerdiono (1995/1996) menunjukkan
adanya 3 tataran nilai dalam ideologi
Pancasila. Tiga tataran nilai itu adalah: menindaklanjuti nilai dasar tersebut.
Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai Lembaga negara yang berwenang
yang bersifat amat abstrak dan tetap, menyusun nilai instrumental ini adalah
yang terlepas dari pengaruh perubahan MPR, Presiden, dan DPR. Ketiga, nilai
waktu. Nilai dasar merupakan prinsip, praksis, yaitu nilai yang terkandung
yang bersifat amat abstrak, bersifat dalam kenyataan sehari-hari, berupa
amat umum, tidak terikat oleh waktu cara bagaimana rakyat melaksanakan
dan tempat, dengan kandungan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila.
kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari Nilai praksis terdapat pada demikian
segi kandungan nilainya, maka nilai banyak wujud penerapan nilai-nilai
dasar berkenaan dengan eksistensi Pancasila, baik secara tertulis maupun
sesuatu, yang mencakup cita-cita, tidak tertulis, baik oleh cabang
tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. eksekutif, legislatif, maupun yudikatif,
Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh oleh organisasi kekuatan social politik,
para pendiri negara. Nilai dasar oleh organisasi kemasyarakatan, oleh
Pancasila tumbuh baik dari sejarah badan-badan ekonomi, oleh pimpinan
perjuangan bangsa Indonesia melawan kemasyarakatan, bahkan oleh
penjajahan yang telah menyengsarakan warganegara secara perseorangan. Dari
rakyat, maupun dari cita-cita yang segi kandungan nilainya, nilai praksis
ditanamkan dalam agama dan tradisi merupakan gelanggang pertarungan
tentang suatu masyarakat yang adil dan antara idealisme dan realitas. Jika
makmur berdasarkan kebersamaan, ditinjau dari segi pelaksanaan nilai yang
persatuan dan kesatuan seluruh warga dianut, maka sesungguhnya pada nilai
masyarakat. Kedua, nilai instrumental, praksislah ditentukan tegak atau
yaitu suatu nilai yang bersifat tidaknya nilai dasar dan nilai
kontekstual. Nilai instrumental instrumental itu. Ringkasnya bukan
merupakan penjabaran dari nilai dasar pada rumusan abstrak, dan bukan juga
tersebut, yang merupakan arahan pada kebijaksanaan, strategi, rencana,
kinerjanya untuk kurun waktu tertentu program atau proyek itu sendiri terletak
dan untuk kondisi tertentu. Nilai batu ujian terakhir dari nilai yang
instrumental ini dapat dan bahkan harus dianut, tetapi pada kualitas
disesuaikan dengan tuntutan zaman. pelaksanaannya di lapangan. Bagi suatu
Namun nilai instrumental haruslah ideologi, yang paling penting adalah
mengacu pada nilai dasar yang bukti pengamalannya atau
dijabarkannya. Penjabaran itu bisa aktualisasinya dalam kehidupan
dilakukan secara kreatif dan dinamik bermasyarakat, berbangsa, dan
dalam bentuk-bentuk baru untuk bernegara. Suatu ideologi dapat
mewujudkan semangat yang sama, mempunyai rumusan yang amat ideal
dalam batas-batas yang dimungkinkan dengan ulasan yang amat logis serta
oleh nilai dasar itu.Dari kandungan konsisten pada tahap nilai dasar dan
nilainya, maka nilai instrumental nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika
merupakan kebijaksanaan, strategi, pada nilai praksisnya rumusan tersebut
organisasi, sistem, rencana, program, tidak dapat diaktualisasikan, maka
bahkan juga proyek-proyek yang ideologi tersebut akan kehilangan
kredibilitasnya. Bahkan Moerdiono yang terkandung dalam Pancasila
(1995/1996: 15) menegaskan, bahwa merupakan nilai-nilai yang dicita-
bahwa tantangan terbesar bagi suatu citakan dan ingin diwujudkan. Masalah
ideologi adalah menjaga konsistensi aktualisasi nilai-nilai dasar ideologi
antara nilai dasar, nilai instrumental, Pancasila ke dalam kehidupan praksi
dan nilai praksisnya. Sudah barang kemasyarakatan dan kenegaraan
tentu jika konsistensi ketiga nilai itu bukanlah masalah yang sederhana.
dapat ditegakkan, maka terhadap Soedjati Djiwandono (1995: 2-3)
ideologi itu tidak akan ada masalah. mensinyalir, bahwa masih terdapat
Masalah baru timbul jika terdapat beberapa kekeliruan yang
inkonsisitensi dalam tiga tataran nilai mendasar dalam cara orang memahami
tersebut. Untuk menjaga konsistensi dan menghayati Negara Pancasila
dalam mengaktualisasikan nilai dalam berbagai seginya. Kiranya tidak
Pancasila ke dalam praktik hidup tepat membuat “sakral” dan taboo
berbangsa dan bernegara, maka perlu berbagai konsep dan pengertian,
Pancasila formal yang abstrak-umum- seakan-akan sudah jelas betul dan pasti
universal itu ditransformasikan menjadi benar, tuntas dan sempurna, sehingga
rumusan Pancasila yang umum kolektif, tidak boleh dipersoalkan lagi. Sikap
dan bahkan menjadi Pancasila yang seperti itu membuat berbagai konsep
khusus individual (Suwarno, 1993: dan pengertian menjadi statik, kaku dan
108). Artinya, Pancasila menjadi sifat- tidak berkembang, dan mengandung
sifat dari subjek kelompok dan resiko ketinggalan zaman, meskipun
individual, sehingga menjiwai semua mungkin benar bahwa beberapa prinsip
tingkah laku dalam lingkungan dasar memang mempunyai nilai yang
praksisnya dalam bidang kenegaraan, tetap dan abadi. Belum
politik, dan pribadi. Driyarkara teraktualisasinya nilai dasar Pancasila
menjelaskan proses pelaksanaan secara konsisten dalam tataran praksis
ideologi Pancasila, dengan gambaran perlu terus menerus diadakan
gerak transformasi Pancasila formal perubahan, baik dalam arti konseptual
sebagai kategori tematis (berupa maupun operasional. Banyak hal harus
konsep, teori) menjadi kategori ditinjau kembali dan dikaji ulang.
imperatif (berupa normanorma) dan Beberapa mungkin perlu dirubah,
kategori operatif (berupa praktik hidup). beberapa lagi mungkin perlu
Proses tranformasi berjalan tanpa dikembangkan lebih lanjut dan
masalah apabila tidak terjadi deviasi dijelaskan atau diperjelas, dan beberapa
atau penyimpangan, yang berupa lagi mungkin perlu ditinggalkan.
pengurangan, penambahan, dan Aktualisasi nilai Pancasila dituntut
penggantian (dalam Suwarno, 1993: selalu mengalami pembaharuan.
110-111). Operasionalisasi Pancasila Hakikat pembaharuan adalah perbaikan
dalam kehidupan bermasyarakat, dari dalam dan melalui sistem yang ada.
berbangsa dan bernegara haruslah Atau dengan kata lain, pembaharuan
diupayakan secara kreatif dan dinamik, mengandaikan adanya dinamika
sebab Pancasila sebagai ideologi internal dalam diri Pancasila.
bersifat futuralistik. Artinya, nilai-nilai Mengunakan pendekatan teori
Aristoteles, bahwa di dalam diri memahami transformasi Pancasila
Pancasila sebagai pengada (realitas) dalam kehidupan bermasyarakat, orang
mengandung potensi, yaitu dasar harus menganalisis pasal-pasal
kemungkinan (dynamic). Potensi dalam penuangan sila ke-1, ke-2, dan ke-5
pengertian ini adalah kemampuan real yang berkaitan dengan hidup
subjek (dalam hal ini Pancasila) untuk keagamaan, kemanusiaan dan sosial
dapat berubah. Subjek sendiri yang ekonomis (Suwarno, 1993: 126).
berubah dari dalam. Mirip dengan teori Pembaharuan dan perubahan bukanlah
A.N.Whitehead, setiap satuan aktual melulu bersumber dari satu sisi saja,
(sebagai aktus, termasuk Pancasila) yaitu akibat yang timbul dari dalam,
terkandung daya kemungkinan untuk melainkan bisa terjadi karena pengaruh
berubah. Bukan kemungkinan murni dari luar. Terjadinya proses perubahan
logis atau kemungkinan objektif, seperti (dinamika) dalam aktualisasi nilai
batu yang dapat dipindahkan atau Pancasila tidaklah semata-mata
pohon yang dapat dipotong. Bagi disebabkan kemampuan dari dalam
Whitehead, setiap satuan aktual sebagai (potensi) dari Pancasila itu sendiri,
realitas merupakan sumber daya untuk melainkan suatu peristiwa yang terkait
proses kemenjadi-an yang selanjutnya. atau berrelasi dengan realitas yang lain.
Jika dikaitkan dengan aktualisasi nilai Dinamika aktualisasi Pancasila
Pancasila, maka pada dasarnya setiap bersumber pada aktivitas di dalam
ketentuan hukum dan perundang- menyerap atau menerima dan
undangan pada segala tingkatan, menyingkirkan atau menolak nilai-nilai
sebagai aktualisasi nilai Pancasila atau unsur-unsur dari luar (asing).
(transformasi kategori tematis menjadi Contoh paling jelas dari terjadinya
kategori imperatif), harus terbuka perubahan transformatif dalam
terhadap peninjauan dan penilaian atau aktualisasi nilai Pancasila dalam
pengkajian tentang keterkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
nilai dasar Pancasila. Untuk melihat dan bernegara, adalah empat kali
transformasi Pancasila menjadi norma amandemen UUD 1945 yang telah
hidup sehari-hari dalam bernegara dilakukan MPR pada tahun 1999, 2000,
orang harus menganalisis pasal-pasal 2001, dan tahun 2002. Dewasa ini,
penuangan sila ke-4 yang berkaitan akibat kemajuan ilmu dan teknologi,
dengan negara, yang meliputi; wilayah, khususnya teknologi komunikasi,
warganegara, dan pemerintahan yang terjadilah perubahan pola hidup
berdaulat. Selanjutnya, untuk masyarakat yang begitu cepat. Tidak
memahami transformasi Pancasila satupun bangsa dan negara mampu
dalam kehidupan berbangsa, orang mengisolir diri dan menutup rapat dari
harus menganalisis pasalpasal pengaruh budaya asing. Demikian juga
penuangan sila ke-3 yang berkaitan terhadap masalah ideologi. Dalam
dengan bangsa Indonesia, yang kaitan ini, M.Habib Mustopo (1992: 12)
meliputi; faktor-faktor integratif dan menyatakan, bahwa pergeseran dan
upaya untuk menciptakan persatuan perubahan nilai-nilai akan
Indonesia. Sedangkan untuk menimbulkan kebimbangan, terutama
didukung oleh kenyataan masuknya
arus budaya asing dengan berbagai budaya politik adalah sesuatu yang
aspeknya. Kemajuan di bidang ilmu dan harus terus menerus dikonstruksikan,
teknologi komunikasi & transportasi karena bukan kenyataan yang mandeg
ikut mendorong hubungan antar bangsa (Sastrapratedja, 1996: 11). Kalau
semakin erat dan luas. Kondisi ini di ideologi-ideologi besar di dunia
satu pihak akan menyadarkan bahwa sekarang ini diperhatikan dengan
kehidupan yang mengikat kepentingan seksama, maka terlihat mereka bergeser
nasional tidak luput dari pengaruhnya secara dinamik. Para penyangga
dan dapat menyinggung kepentingan ideologi itu telah melakukan revisi,
bangsa lain. Ada semacam kearifan pembaharuan, dan pemantapan-
yang harus dipahami, bahwa dalam pemantapan dalam mengaktualisasikan
kehidupan dewasa ini, teknologi ideologinya. Perkembangan zaman
sebagai bagian budaya manusia telah menuntut bahwa ideologi harus
jauh mempengaruhi tata kehidupan memiliki nafas baru, semangat baru
manusia secara menyeluruh. Dalam dengan corak nilai, ajaran dan konsep
keadaan semacam ini, tidak mustahil kunci mengenai kehidupan yang
tumbuh suatu pandangan kosmopolitan memiliki perspektif baru. Ideologi
yang tidak selalu sejalan dengan Pancasilapun dituntut demikian.
tumbuhnya faham Pancasila harus mampu menghadapi
kebangsaan.Beberapa informasi dalam pengaruh budaya asing, khususnya ilmu
berbagai ragam bentuk dan isinya tidak dan teknologi modern dan latar
dapat selalu diawasi atau dicegah begitu belakang filsafatnya yang berasal dari
saja.Mengingkari dan tidak mau tahu luar. Prof. Notonagoro telah
“tawaran” atau pengaruh nilai-nilai menemukan cara untuk memanfaatkan
asing merupakan kesesatan berpikir, pengaruh dari luar tersebut, yaitu secara
yang seolaholah menganggap bahwa eklektif mengambil ilmu pengetahuan
ada eksistens yang bisa berdiri sendiri. dan ajaran kefilsafatan dari luar
Kesalahan berpiklir demikian oleh tersebut, tetapi dengan melepaskan diri
Whitehead disebut sebagai the fallacy dari sistem filsafat yang bersangkutan
of misplace concretness (Damardjati dan selanjutnya diinkorporasikan dalam
Supadjar, 1990: 68). Jika pengaruh itu struktur filsafat Pancasila. Dengan
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang demikian, terhadap pengaruh baru dari
hidup dalam masyarakat, atau tidak luar, maka Pancasila bersifat terbuka
mendukung bagi terciptanya kondisi dengan syarat dilepaskan dari sistem
yang sesuai dengan Pancasila,maka filsafatnya, kemudian dijadikan unsur
perlu dikembangkan sikap yang kritis yang serangkai dan memperkaya
terutama terhadap gagasangagasan, ide- struktur filsafat Pancasila (Sri
ide yang datang dari luar. Dalam Soeprapto, 1995: 34). Sepaham dengan
konteks budaya, masalah pertemuan Notonagoro, Dibyasuharda (1990: 229)
kebudayaan bukan masalah memfilter mengkualifikasikan Pancasila sebagai
atau menyaring budaya asing, tetapi struktur atau sistem yang terbuka
mengolah dan mengkreasi dalam dinamik, yang dapat menggarap apa
interaksi dinamik sehingga tercipta yang datang dari luar, dalam arti luas,
sesuatu yang baru. Jati diri bangsa, menjadi miliknya tanpa mengubah
identitasnya, malah mempunyai daya ke akulturasi sebagai gejala wajar. Dengan
luar, mempengaruhi dan mengkreasi. begitu ideology Pancasila akan
Dinamika Pancasila dimungkinkan menunjukkan sifatnya yang dinamik,
apabila ada daya refleksi yang yaitu memiliki kesediaan untuk
mendalam dan keterbukaan yang mengadakan pembaharuan yang
matang untuk menyerap, menghargai, berguna bagi perkembangan pribadi
dan memilih nilai-nilai hidup yang tepat manusia dan masyarakat. Untuk
dan baik untuk menjadi pandangan menghadapi tantangan masa depan
hidup bangsa bagi kelestarian hidupnya perlu didorong pengembangan nilai-
di masa mendatang. Sedangkan nilai Pancasila secara kreatif dan
penerapan atau penolakan terhadap dinamik. Kreativitas dalam konteks ini
nilai-nilai budaya luar tersebut berdasar dapat diartikan sebagai kemampuan
pada relevansinya. Dalam konteks untuk menyeleksi nilai-nilai baru dan
hubungan internasional dan mencari alternatif bagi pemecahan
pengembangan ideologi, bukan hanya masalah-masalah politik, sosial,
Pancasila yang menyerap atau budaya, ekonomi, dan pertahanan
dipengaruhi oleh nilai-nilai asing, keamanan. Ideologi Pancasila tidak
namun nilai-nilai Pancasila bisa apriori menolak bahanbahan baru dan
ditawarkan dan berpengaruh, serta kebudayaan asing, melainkan mampu
menyokong kepada kebudayaan atau menyerap nilainilai yang
ideologi lain. Bahkan Soerjanto dipertimbangkan dapat memperkaya
Poespowardojo (1989: 14) menjelaskan, dan memperkembangkan kebudayaan
bahwa dinamika yang ada pada sendiri, serta mempertinggi derajat
aktualisasi Pancasila memungkinkan kemanusiaan bangsa Indonesia.
bahwa Pancasila juga tampil sebagai Menurut Hardono Hadi (1994: 57),
alternatif untuk melandasi tata bangsa Indonesia, sebagai pengemban
kehidupan internasional, baik untuk ideeologi Pancasila, tidak defensif dan
memberikan orientasi kepada negara- tertutup sehingga sesuatu yang berbau
negara berkembang pada khususnya, asing harus ditangkal dan dihindari
maupun mewarnai pola komunikasi karena dianggap bersifat negatif.
antar negara pada umumnya. Ideologi Sebaliknya tidak diharapkan bahwa
Pancasila bukanlah pseudo religi. Oleh bangsa Indonesia menjadi begitu amorf,
karena itu, Pancasila perlu dijabarkan sehingga segala sesuatu yang menimpa
secara rasional dan kritis agar membuka dirinya diterima secara buta tanpa
iklim hidup yang bebas dan rasional pedoman untuk menentukan mana yang
pula. Konsekuensinya, bahwa Pancasila pantas dan mana yang tidak pantas
harus bersifat terbuka. Artinya, peka untuk diintegrasikan dalam
terhadap perubahan yang terjadi dalam pengembangan dirinya. Bangsa
kehidupan manusia dan tidak menutup Indonesia mau tidak mau harus terlibat
diri terhadap nilai dan pemikiran dari dalam dialog dengan bangsa-bangsa
luar yang memang diakui menunjukkan lain, namun tidak tenggelam dan hilang
arti dan makna yang positif bagi di dalamnya. Proses akulturasi tidak
pembinaan budaya bangsa, sehingga dapat dihindari. Bangsa Indonesia juga
dengan demikian menganggap proses dituntut berperan aktif dalam pergaulan
dunia.Bangsa Indonesia harus mampu terwujudnya citacita di masa depan.
ikut bermain dalam interaksi mondial Setiap zaman menampakkan corak
dalam menentukan arah kehidupan kepribadiannya sendiri, namun
manusia seluruhnya. Untuk bisa kepribadian yang terbentuk pada zaman
menjalankan peran itu, bangsa yang berbeda haruslah mempunyai
Indonesia sendiri harus mempunyai kesinambungan dari masa lampau
kesatuan nilai yang menjadi keunikan sampai masa mendatang sehingga
bangsa, sehingga mampu memberikan tergambarkan aspek historitasnya
sumbangan yang cukup berarti dalam (Hardono Hadi, 1994: 76).
percaturan internasional. Identitas diri Kesinambungan tidak berarti hanya
bukan sesuatu yang tertutup tetapi penggulangan atau pelestarian secara
sesuatu yang terus dibentuk dalam persis apa yang dihasilkan di masa
interaksi dengan kelompok masyarakat lampau untuk diterapkan pada masa
bangsa, negara, manusia, system kini dan masa mendatang. Unsur yang
masyarakat dunia (Sastrapratedja, 1996: sama dan permanen maupun unsur yang
3). Semuanya itu mengharuskan adanya kreatif dan baru, semuanya harus dirajut
strategi kebudayaan yang mampu dalam satu kesatuan yang integral.
meneruskan dan mengembangkan nilai- Teori hilemorfisme dari Aristoteles bisa
nilai luhur Pancasila dalam segala aspek mendukung pandangan tersebut.
kehidupan bangsa. Abdulkadir Besar Aristoteles menegaskan, bahwa
(1994: 35) menawarkan pelaksanaan meskipun materi (hyle) menjadi nyata
“strategi dialogi antar budaya” dalam bila dibentuk (morfe), namun materi
menghadapi gejala penyeragaman atau tidaklah pasif. Artinya ada gerak. Setiap
globalisasi dewasa ini.. Artinya, relitas yang sudah berbentuk (berdasar
membiarkan budaya asing yang materi) dapat juga menjadi materi bagi
mengglobal berdampingan dengan bentuk yang lain, sehingga setiap
budaya asli. Melalui interaksi yang realitas mengalami perubahan.
terus menerus, masing-masing budaya Perubahan yang ada bukan kebaharuan
akan mendapatkan pelajaran yang sama sekali namun perubahan yang
berharga. Hasil akhir yang diharapkan kesinambungan. Artinya, aktualitas
dari interaksi itu adalah terpeliharanya yang ada sekarang berdasar pada
cukup diferensiasi, sekaligus realitas yang telah ada pada masa
tercegahnya penyeragaman universal. lampau dan terbuka bagi adanya
Ideologi Pancasila sebagai jati diri perubahan di masa depan.
bangsa Indonesia tidak mandeg, 1. Implementasi Pancasila dalam Bidang
melainkan harus diperbaharui secara Politik Pembangunan dan
terus menerus, sehingga mampu pengembangan bidang politik harus
memberikan pedoman, inspirasi, dan mendasar-kan pada dasar ontologis
dukungan pada setiap anggota bangsa manusia. Hal ini di dasarkan pada
Indonesia dalam memperkembangkan kenyataan objektif bahwa manusia
dirinya sebagai bangsa Indonesia. adalah sebagai subjek Negara, oleh
Sedangkan pembaharuan yang sehat karena itu kehidupan politik harus
selalu bertitik tolak pada masa lampau benar-benar merealisasikan tujuan
dan sekaligus diarahkan bagi demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terjadi berbagai gejolak yang sangat
terutama dalam proses reformasi memprihatinkan antara lain amuk
dewasa ini harus mendasarkan pada massa yang cenderung anarkis,
moralitas sebagaimana tertuang dalam bentrok antara kelompok
sila-sila pancasila dam esensinya, masyarakat satu dengan yang
sehingga praktek-praktek politik yang lainnya yang muaranya adalah
menghalalkan segala cara harus segera masalah politik. Oleh karena itu
diakhiri. dalam pengembangan social budaya
2. Implementasi Pancasila dalam pada masa reformasi dewasa ini kita
Bidang Ekonomi Di dalam dunia harus mengangkat nilai-nilai yang
ilmu ekonomi terdapat istilah yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai
kuat yang menang, sehingga dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila
lazimnya pengembangan ekonomi itu sendiri. Dalam prinsip etika
mengarah pada persaingan bebas pancasila pada hakikatnya bersifat
dan jarang mementingkan moralitas humanistic, artinya nilai-nilai
kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai pancasila mendasarkan pada nilai
dengan Pancasila yang lebih tertuju yang bersumber pada harkat dan
kepada ekonomi kerakyatan, yaitu martabat manusia sebagai makhluk
ekonomi yang humanistic yang yang berbudaya.
mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas
(Mubyarto, 1999). Pengembangan
ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan
seluruh masyarakat. Maka sistem
ekonomi Indonesia mendasarkan
atas kekeluargaan seluruh bangsa.
3. Implementasi Pancasila dalam
Bidang Sosial dan Budaya Dalam
pembangunan dan pengembangan
aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang
sesuai dengan nilai-nilai budaya
yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut. Terutama dalam rangka
bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa
ini. Sebagai anti-klimaks proses
reformasi dewasa ini sering kita
saksikan adanya stagnasi nilai social
budaya dalam masyarakat sehingga
tidak mengherankan jikalau di
berbagai wilayah Indonesia saat ini

Anda mungkin juga menyukai