Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah kumpulan gejala akibat

penekanan pada nervus medianus, ketika melalui terowongan carpal (Carpal

Tunnel) di pergelangan tangan. Manifestasi dari sindroma ini adalah nyeri &

kesemutan (Aroori,2007). Pada lingkungan kerja diketahui bahwa ada enam

faktor utama pekerjaan yang dapat menyebabkan CTS yaitu gerakan pergelangan

atau jari tangan yang berulang, kontraksi yang kuat pada tendon, gerakan

pergelangan tangan yang menekuk ke bawah (fleksi) atau menekuk ke atas

(extensi) yang ekstrim,gerakan tangan saat bekerja (gerakan menjepit), tekanan

mekanik pada saraf medianus, getaran dan sarung tangan yang tidak sesuai

(Silvestren,1987). Meskipun beberapa pekerjaan telah dikaitkan dengan

peningkatan insiden dan prevalensi CTS, faktor intrinsik seperti obesitas juga

menjadi salah satu resiko CTS. Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu rasio berat

terhadap tinggi telah digunakan dalam penelitian sebagai faktor risiko

potensial untuk MSDs tertentu salah satunya CTS ( Geigle,2011 ). Ada empat

sebagai faktor kontrol dari perkembangan CTS yaitu jenis kelamin, usia, IMT

dan penyakit penyerta (Amstrong,2008). Gejala klasik CTS termasuk nyeri

nokturnal terkait dengan kesemutan dan mati rasa dalam distribusi dari nervus

medianus (Aroori,2007). Kebanyakan kasus CTS adalah ringan dan hilang

sendiri, misalkan ketika wanita hamil melahirkan, CTS dapat menimbulkan

kecacatan pada pekerja karena selain menyebabkan rasa nyeri,dapat pula

membatasi fungsi-fungsi pergelangan tangan dan tangan sehingga

1
2

berpengaruh terhadap pekerjaan sehari-hari ( Tana, 2003 ). Pada kasus berat

jika tidak diobati maka otot-otot ibu jari dapat mengalami atrofi dan

kemampuan untuk merasa pada jari mungkin hilang secara menetap (Tana,

2003) . CTS merupakan hasil dari kombinasi kondisi kesehatan dan aktivitas

fisik dan sering mengenai wanita 5% sedangkan pada pria 0.6% (Gorsché,

2001).

Beberapa penelitian terdahulu pada lingkungan kerja serta yang

menghubungkan antara IMT dengan CTS. Faktor-faktor penyebab terjadinya

CTS di lingkungan kerja misalkan pekerjaan yang sering menggunakan

pergelangan tangan yang dianggap sebagai salah satu faktor resiko terjadi CTS

( Kao, 2003). Pekerjaan yang sering dihubungkan dengan tingginya insidens

CTS adalah proses memasak makanan, pekerja pabrik, pemuatan barang dan

pekerja bangunan (Katz, 2002). Pekerja dengan IMT minimal ≥ 25 lebih

mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan pekerjaan yang

mempunyai berat badan ramping ( Atroshi,1999) karena antara CTS dan

meningkatnya IMT bisa disebabkan oleh peningkatan jaringan lemak dalam

terowongan karpal ( Werner, 1996 ), meningkatkan tekanan hidrostatik

sepanjang terowongan karpal pada orang obesitas (Werner,1997) Setiap

peningkatan nilai IMT 8% resiko CTS meningkat (Nordstrom,1997). CTS

terjadi karena kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal transversal,

telah berhubungan dengan naiknya berat badan dan IMT ( Kouyoumdjian,

2000). IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk

proteksi fungsi nervus medianus ( Werner,2004 ) Faktor jumlah gerakan


3

repetitif tinggi dan IMT minimal ≥ 25 berhubungan dengan terjadinya CTS

pada pekerja wanita di pabrik pengolahan makanan ( Merijanti 2005,2009 )

Namun pada penelitian Nathan (2005) mengungkapkan faktor

pekerjaan tidak meningkatkan kejadian CTS pada perempuan bahkan dengan

kelebihan berat badan . Dari berapa penelitian terdahulu yang telah

dilakukan , maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang : Hubungan antara

IMT yang meningkat dengan kejadian CTS pada pekerja pabrik Industri

rokok.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) yang

meningkat dengan kejadian CTS pada pekerja pabrik Industri rokok?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara IMT yang meningkat dengan

kejadian CTS.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk membuktikan adanya hubungan antara IMT yang meningkat

dengan kejadian CTS pada pekerja pabrik Industri rokok.

2. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, ,lama

bekerja dan IMT dengan kejadian CTS.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian

2. Sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk lebih memperhatikan

kesehatan pekerja.
4

3. Menambah pengetahuan tentang penyakit CTS serta pencegahan terjadinya

CTS pada pekerja di industri rokok.

1.5 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya mengukur IMT sebagai skrening obesitas dengan

merujuk ketentuan kriteria IMT untuk Asia WPRO ( 2000 )

2. Diagnosa CTS hanya dilakukan melalui pemerikasaan Tes Tinel dan

Phalen serta wawancara untuk mengetahui terjadinya CTS bukan di

diagnosa oleh seorang dokter dan tidak melakukan pemeriksaan EMG.

3. Peneliti tidak melakukan penelitian terhadap faktor predisposisi CTS

secara rinci, hanya dalam bentuk kuestioner serta wawancara

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Lingkup Keilmuan :

1. Ilmu penyakit dalam

2. Ilmu penyakit syaraf

1.6.2 Lingkup Sasaran

Para pekerja di salah satu Industri rokok di kota Malang.

Anda mungkin juga menyukai