Anda di halaman 1dari 16

Laporan Tugas Mandiri

Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ibu Hamil, Bayi,
Todler, Pra-sekolah, Usia Sekolah, Remaja, Dewasa, dan Lansia

Oleh :

Nevinda Anggita Ayuwangi

185070200111035

PSIK REG 1 2018

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah keperawatan jiwa.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 14 November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Kesehatan fisik maupun kesehatan mental sama sama penting diperhatikan.


Kesehatan mental harus diperhatikan sejak fase dini hingga fase lanjut tiada
berhenti. Tiadanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan
mental dimasyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara
keseluruhan. kesehatan mental menurut who yaitu sehat jiwa secara bio-psiko-
sosial hingga seseorang mampu menyadari kesanggupannya, menangani stres
dalam kehidupan sehari-hari, bekerja dengan produktif, serta dapat berkontribusi
untuk sekitarnya. Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal danfaktor eksternal, yang termasuk faktor internal antara lain
kepribadian kondidsi fisik,perkembangan dan kematangan kondisi psikologi,
keberagaman, sikap, menghadapiproblem hidup. Adapun yang termasuk faktor
eksternal antara lain: keadaan ekonomi,budaya, dan kondisi lingkungan, baik
lingkungan keluarga, masyarakat, maupaun lingkungan pendidikan.
Mengingat pentingnya persoalan kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu
khusus yang mempelajari persoalan perilaku manusia, berbagai bidang ilmu
yangmemberi porsi tersendiri bagi studi kesehatan mental diantaranya dunia
kedokteran,pendidikan, psikologi, studi agama dan kesejahteraan sosial dan salah
satunya keperawatan jiwa . Dalam keperawatan jiwa, kesehatan mental
merupakan kondisi yang harus dicapai bagi setiap klien. Yaitu dengan cara
preventif, promotif dan rehabilitatif. Keperawatn jiwa dengan diagnosa mandiri-
nya yaitu melakukan asuhan keperawatn yang sesuai untuk mencapai derajat
kesehatan mental yang optimal. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
membahas mengenai kesehatan mental dan asuhan keperawatan dari ibu hamil
hingga lansia.
1.2 Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu agar mengetahui Konsep Kesehatan
Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada :

1. Ibu Hamil Bayi


2. Todler
3. Pra-sekolah
4. Usia Sekolah
5. Remaja
6. Dewasa
7. Lansia

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah pembaca mengetahui


mengenai Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ibu
Hamil, Bayi, Todler, Pra-sekolah, Usia Sekolah, Remaja, Dewasa, dan Lansia
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau diaplikasikan dalam
berbagai penilitian lanjutan maupun pengaplikasiannya dalam keperawatan jiwa.
BAB II

ISI

2.1 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ibu Hamil

 Konsep kesehatan mental


Kehamilan adalah suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik biologis,
psikologis maupun adaptasi pada wanita.1,2 kehamilan dan nifas kadangkadang
dapat menimbulkan psikosis.Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan
telah melaporkan bahwa 1 dari 8 orang akan mengalami gangguan depresi dan
jumlah tersebut hampir 2 kali lipat pada wanita. Pada trimester I kehamilan
ditandai dengan reaksi tubuh berupa mual diwaktu pagi, ketegangan payudara,
perubahan fisik, seksual, diet, pergerakan, peningkatan ukuran perut dan
payudara. Pada keadaan emosi terjadi secara berfluktuasi, periode ini faktor
resiko terjadinya gangguan psikologis misalnya reaksi terhadap kehamilannya,
pengalaman kehamilan sebelumnya yang tidak menyenangkan, kehamilan yang
motivasinya tidak jelas, kurangnya dukungan keluarga dan perubahan gaya
hidup, semuanya tampak pada minggu I dan II pada kehamilan dan berakhir
pada minggu X dan XII. Pada trimester II, dilanjutkan dengan perubahan
emosional hanya sedikit, dan berpusat pada kesan tubuh, seksual dan janin yang
sementara dikandungnya. Pada trimester III, reaksi emosi meningkat kembali
pada saat yang sama terjadi perasaan fisik yang kurang nyaman secara akut.
Perhatian juga berubah pada hal finasial, persiapan ruang bayi, perlengkapan
bayi sampai pada pengasuh serta kapasitas sebagai orang tua. Dengan demikian
resiko dan penyebab yang terkait, seperti tersebut diatas dapat sebagai pencetus
terjadinya reaksi-reaksi psikologis mulai tingkat gangguan emosional yang
ringan ketingkat gangguan jiwa yang serius.
 Asuhan Keperawatan
Pengkajian: riwayat obstetric, riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit &
operasi, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik .
Diagnosa Keperawatan: gangguan citra tubuh berdasarkan perubahan
penampilan, ketakutan berdasarkan ketidakbisaan, gangguan, pola tidur
berdasarkan faktor psikologis, ansietas berdasarkan ancaman terhadap konsep
diri atau status peran sekunder akibat kehamilan.

2.2 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Bayi

 Konsep Kesehatan Mental

Masa Bayi, berlangsung antara 0-1 tahun, kepercayaan dasar yang paling awal
terbentuk selama tahap sensorik-oral yang ditunjukkan oleh bayi lewat
kapasitasnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman
dan membuang kotoran dengan santai. Setiap hari jam-jam jaganya meningkat,
bayi itu menjadi semakin biasa dengan kebiasaannya dan pengalaman-
pengalaman inderawi yang dibarengi dengan perasaan yang menyenangkan dan
orang -orang yang bertanggung jawab menimbulkan kenyamanan ini menjadi
akrab dan dikenal oleh bayi. Berkat kepercayaan dan keakrabannya dengan
orang yang menjalankan fungsi keibuan ini, maka bayi tersebut mampu
menerima bahwa orang tersebut mungkin tidak ada untuk sementara waktu.
Prestasi sosial pertama yang dicapai bayi tersebut mungkin karena ia
mengembangkan suatu kepastian dan kepercayaan dalam dirinya bahwa orang
bersifat keibuan itu akan kembali. Kebiasaan-kebiasaan, konsistensi, dan
kontinuitas sehari -hari dalam lingkungan bayi merupakan dasar paling awal
bagi berkembangnya suatu identitas psikososial. Perkembangan pada masa ini,
sangat tergantung pada kualitas pemeliharaan ibu. Apabila kualitas
pemeliharaan atau pengetahuan tentang perawatan anak ibu cukup maka akan
dapat menumbuhkan kepribadian yang penuh kepercayaan, baik terhadap dunia
luar maupun terhadap diri sendiri. Sebaliknya, jika tidak terpenuh anak akan
memungkinkan jadi penakut, ragu-ragu dan khawatir terhadap dunia luar,
terutama kepada manusia yang lain.

 Asuhan Keperawaatn Jiwa


Pengkajian:
a) Data Demografi: Usia, alamat, pekerjaan dan pendidikan orangtua
b) Riwayat antenatal, kelahiran, dan post natal serta penyakit yang pernah
diderita.
c) Fisik: Status Gizi, Berat badan, Pola makan, Pemeriksaan fisik cepalo
caudal
d) Status Mental: Konsep diri, Koping mekanisme, Proses berpikir,
Orientasi,IQ
e) Hubungan Interpersonal: Hubungan anak dengan kelompoknya,
Apakah mempunyai teman akrab, Posisi anak dalam struktur kelompok
f) Riwayat Personal dan keluarga: Kesehatan fisik anak, Pola asuh
Diagnosa Keperawatan: Gangguan hubungan interpersonal, Harga diri
rendah, Gangguan eliminasi; enuresis, enkoporesis, Gangguan komunikasi
verbal, Ketidakmampuan mengambil keputusan, Resiko terjadi kekerasan
pada diri dan orang lain, Ketidakmampuan merawat diri, Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan .
Perencanaan Keperawatan: .
Tujuan: Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai,
Mengurangi ketegangan dan kebutuhan untuk berperilaku defensif, Membantu
anak menjalin hubungan positip dengan orang lain, Membantu
mengembangkan identitas diri anak, Memberi kesempatan tahap
perkembangan yang belum terselesaikan, Membantu anak berkomunikasi
secara efektif, Mencegah anak menyakiti diri dan orang lain, Membantu anak
memelihara kesehatan fisiknya, Meningkatkan uji cobarealitas yang tepat.
Intervensi:
1. Terapi Bermain: Media mengekspresikan konflik yang belum
terselesaikan. Fungsi Bermain: Menguasai dan mengasimilasi kembali
pengalaman yang lalu, Berkomunikasi tentang kebutuhan yang tidak
disadari, Berkomunikasi dengan orang lain, Menggali dan mencoba
belajar berhubungan dengan diri sendiri dan orang luar.
2. Terapi Keluarga: Semua anggota keluarga dilibatkan dan Peningkatan
kesadaran keluarga bahwa berperan utama dalam ‘penyembuhan’.
3. Terapi Kelompok: Memberi aktivitas dalam kelompok & latihan
berbicara dalam kelompok , bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas,
mengendalikan dorongan internal, meningkatkan harga diri, memfasilitasi
kematangan dan ketrampilan .
4. Psikofarmaka: Mengurangi dan mengontrol gejala perilaku hiperaktif,
impulsive, depresi dan ansietas .
5. Terapi Individu: Terapi bermain psikoanalisa, Psikoterapi, Terapi bermain
pengalaman
6. Terapi Lingkungan: Lingkungan yang aman, Kegiatan teratur dan
terprogram, Lingkungan terapeutik (Reward dan Punished)
Pendidikan Pada Orangtua: Pengetahuan orangtua tentang tumbuh
kembang sesuai dengan usia, Meningkatkan ketrampilan komunikasi
tentang pengertian dan empati antara orangtua dan anak,
Psikodinamika keluarga, Konsep kesehatan jiwa, Penggunaan obat.
Evaluasi: Keefektifan intervensi dalam mengelola perilaku, Kemampuan
berhubungan dengan teman sebaya, dewasa dan orangtua secara wajar,
Kemampuan mandiri dalam perawatan diri, Kemampuan mengikuti program
sebagai rekreasi dan proses belajar, Respon terhadap peraturan dan rutinitas,
Status mental secara menyeluruh, Koordinasi dan rencana pemulangan.

2.3 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Todler

 Konsep Kesehatan Mental

Masa Kanak- Kanak Permulaan, berlangsung pada usia 2-3 tahun yang
menentukan tumbuhnya kemauan baik dan kemauan keras, anak mempelajari
apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban-kewajiban dan hak-
haknya disertai apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya,
inilah tahap saat berkembangnya kebebasan pengungkapan diri dan sifat penuh
kasih sayang, rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri
anak rasa memiliki kemauan baik dan bangga yang bersifat menetap, jika orang
tua dapat menolak anak untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya, tetapi
tidak patut dilakukan. Sebaliknya, orang tua dapat mendorong atau memaksa
anak melakukan yang patut, sesuai batas kemampuannya. Hal ini akan
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Apabila orang tua melindungi anak
berlebihan atau tidak peka terhadap rasa malu anak di hadapan orang lain dapat
menumbuhkan pribadi pemalu dan ragu-ragu yang bersifat menetap.

 Asuhan Keperawatan Jiwa


Diagnosa keperawatan: Kesiapan peningkatan perkembangan
Toddler
Intervensi:
a. Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
b. Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri
c. Memberikan pujian pada keberhasilan anak
d. Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif pilihan
e. Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan
fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang dll)
f. Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
g. Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman
(menakut-nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)
h. Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka
i. Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet
j. Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 1-3 tahun

2.4 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pra-sekolah

 Konsep Kesehatan Mental

Masa Bermain, berlangsung pada usia 4 tahun sampai usia sekolah. Tahap ini
menumbuhkan inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan dan
tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih
seimbang secara fisik maupun kejiwaan, jika orang tua mampu mendorong atau
memperkuat kreativitas inisiatif dari anak. Akan tetapi jika orang tua tidak
memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan tugas- tugasnya atau terlalu
banyak menggunakan hukuman verbal atas inisiatif anak, maka anak akan
tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah. Masa bermain ini bercirikan
ritualisasi dramatik, anak secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan bermain,
memakai pakaian, meniru kepribadian-kepribadian orang dewasa, dan berpura-
pura menjadi apa saja mulai dari ekor kucing sampai seorang astronot. Jika pada
masa bermain ini terjadi keterasingan batin yang dapat timbul pada tahap
kanak-kanak ini ialah suatu perasaan bersalah

 Asuhan Keperawatan Jiwa


Diagnosa keperawatan: Kesiapan peningkatan perkembangan Pre
school
Intervensi:
a. Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
b. Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus
c. Mengembangkan ketrampilan bahasa
d. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
e. Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin
f. Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin
g. Mengembangkan kecerdasan
h. Mengembangkan nilai moral
i. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan

2.5 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Usia Sekolah

 Konsep Kesehatan Mental

Masa Usia Sekolah, berlangsung antara usia 6-11 tahun, pada masa ini
berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri dan kemampuan
berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Ia
mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan
kerajinan, perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-
angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif dan alat-alat serta
perkakas-perkakas yang dipakai untuk berkerja. Apabila lingkungan orang tua
dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang akan menumbuhkan pribadi
yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan tetapi lingkungan yang tidak
menunjang menumbuhkan pribadi-pribadi anak yang penuh ketidakyakinan atas
kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).

 Asuhan Keperawatan Jiwa

2.6 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Remaja

 Konsep Kesehatan Mental


Masa Adolesen, berlangsung pada usia 12/13-18 tahun. Selama masa ini
individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan
bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang
berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau
sifat memperbaharui, mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya
sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang
dikejarnya di masa depan kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya
sendiri. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah
ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang
( masa untuk membuat rencana-rencana karier ). Freud menamakannya fase
genital. Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego yang mantap pada
kutup positif dan identitas ego yang kacau pada kutub negatif.
 Asuhan Keperawatan Jiwa
2.7 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Dewasa

 Konsep Kesehatan Mental

Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa ini,
mereka mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman hidupnya.
Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan kesediaan
meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi atau
kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi.
Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan serta
akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau
tertutup ( menutup diri ). Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45
tahun. Generativitas yang ditandai jika individu mulai menunjukkan
perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide,
dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi
mendatang adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas
lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami
kemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh
pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak menunjukkan
fungsi-fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota
masyarakat.

 Asuhan Keperawatan Jiwa

2.8 Konsep Kesehatan Jiwa dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Lansia

 Konsep Kesehatan Mental

Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam proses
epigenetis perkembangan disebut Integritas. Integritas paling tepat dilukiskan
sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda
dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan
diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup.
Sedangkan keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-perubahan siklus
kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi
kefanaan hidup dihadapkan kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa
kehidupan ini tak berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan
keinginan untuk mati. Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian
yang bulat utuh yang ditandai sikap bijaksana, rasa puas terhadap masa
hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Sebaliknya, kepribadian yang
pecah selalu menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan
menerima kegagalan dan merasa selalu dibayangi kematian

 Asuhan Keperawatan Jiwa

BAB III

PENUTUP

Kesehatan mental sangat berbeda pada setiap tahap fase usia. Perbedaan itu
dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis yang setiap saat berkembang. Konsep
kesehatan mental pada perkembangan manusia yang dimulai dari ibu
hamil, bayi, toddler, prasekolah, usia sekolah, remaja, dewasa, dan lansia. Disetiap
perkembangannya akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan saling
mempengaruhi di setiap tahap perkembangan ke tahap perkembangan selanjutnya.
Kesehatan mental sangat penting karena akan mempengaruhi segala aspek kehidupan
dan tidak boleh diremehkan. Pemberian asuhan keperawatan jiwa yang benar dan
sesuai karakteristik masing masing tahap akan meningkatkan sehat mental sehingga
pasien mampu meningkatkan kualitas hidup dan memenuhi kriteria sehat mental.
Daftar Pustaka

Yusuf, A, Fitryasari ,RPK, & Nihayati, HE, 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Salemba Medika, Jakarta.

Azizah LM, Zainuri, I, & Akbar, A,2016, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa:
teori dan aplikasi praktik klinik, Indomedia Pustaka,Yogyakarta.

Dewi, Sari K, 2012, Buku Ajar Kesehatan Mental, Lembaga Pengembangan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro, Semarang.

Zaini, M., 2019, Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis
dan Komunitas, Deepublish, Yogyakarta.

Wayan, C., Ayu, G., Sumirta, N., 2017, Psikologi Landasan Keilmuan Praktik
Keperawatan Jiwa, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Muhitd, Abdul, 2015, Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi, Penerbit
Andi, Yogyakarta

Nurhalimah, 2016, Modul Bahan Ajar Cetak: Keperawatan Jiwa, KEMENKES RI

Yosep, iyus, 2011, Kepetawatan jiwa (edisi revisi) Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai