Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia,
pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena
pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.

Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan
oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar
Zulkarnain, 1999).
Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik,
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali.

B. Etiologi

Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa.


Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium
vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium
falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria
pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan
malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.
(Nelson, 1999)
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya
dengan membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit
yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari
skizon yang terdapat di dalam sel parenkim hati.

C. Manifestasi Klinik

1. Plasmodium vivax ( malaria tertiana )

a. Meriang

b. Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat


terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dapat
terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)

c. Keringat dingin

d. Kejang-kejang

e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan


sendi.

2. Plasmodium falcifarum ( malaria tropika )

a. Meriang

b. Panas dingin menggigil/ demam ( lebih dari 12 jam, dapat


terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dapat
terjadi selama 2 miggu setelah infeksi)

c. Keringat dingin
d. Kejang-kejang

e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
3. Plasmodium malariae ( malaria kuartana )

a. Meriang

b. Panas dingin menggigil/ demam ( gejala pertama tidak terjadi


antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut
kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari )

c. Keringat dingin

d. Kejang-kejang

e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi
4. Plasmodium ovale ( jarang ditemukan )

Dimana manifestasi klinisnya mirip malaria tertiana :

a. Meriang

b. Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi


dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi
selama 2 minggu setelah infeksi)

c. Keringat dingin

d. Kejang-kejang

e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan


sendi.
D. Patofisiologi

Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh


manusia dapat terjadi melalui dua cara yaitu :

1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang


mengandung parasit malaria

2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke


dalam darah manusia, misalnya melalui transfuse darah,
suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu
yang terinfeksi (congenital).

Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin


berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :

 Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit

 Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak


mengandung parasit
Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan
hemolisis intravaskuler

b. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag Pada proses


skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag
melepaskan berbagai mediator endotoksin.
c. Pelepasan TNF ( Tumor necrosing factor atau factor
nekrosis tumor )
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya
parasit malaria. TNF ini bertanggung jawab terhadap
demam, hipoglikemia, ARDS.

d. Sekuetrasi eritrosit

Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di


permukaannya. Knob ini mengandung antigen malaria
yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit
yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat
dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi
bendungan.

E. Data Penunjang

a. Laboratorium

Anemia pada malaria dapat terjadi akut maupun kronik, pada


keadan akut terjadi penurunan yang cepat dari Hb. Penyebab
anemia pada malaria adalah pengrusakan eritrosit oleh parasit,
penekanan eritropoesis dan mungkin sangat penting adalah
hemolisis oleh proses imunologis. Pada malaria akut juga terjadi
penghambatan eritropoesis pada sumsum tulang, tetapi bila
parasitemia menghilang, sumsum tulang menjadi hiperemik,
pigmentasi aktif dengan hyperplasia dari normoblast. Pada darah
tepi dapat dijumpai poikilositosis, anisositosis, polikromasia dan
bintik-bintik basofilik yang menyerupai anemia pernisioasa. Juga
dapat dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu proses
koagulasi.

Pada malaria tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat


menurun yang disebabkan peningkatan konsumsi fibrinogen
karena terjadinya koagulasi intravskuler. Terjadi ikterus ringan
dengan peningkatan bilirubin indirek yang lebih banyak dan tes
fungsi hati yang abnormal seperti meningkatnya transaminase,
tes flokulasi sefalin positif, kadar glukosa dan fosfatase alkali
menurun. Plasma protein menurun terutama albumin, walupun
globulin meningkat. Perubahan ini tidak hanya disebabkan oleh
demam semata melainkan juga karena meningkatkan fungsi hati.
Hipokolesterolemia juga dapat terjadi pada malaria. Glukosa
penting untuk respirasi dari plasmodia dan peningkatan glukosa
darah dijumpai pada malaria tropika dan tertiana, mungkin
berhubungan dengan kelenjar suprarenalis. Kalium dalam plasma
meningkat pada waktu demam, mungkin karena destruksi dari
sel-sel darah merah. LED meningkat pada malaria namun kembali
normal setelah diberi pengobatan.

b. Diagnosis

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari


penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic
malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat
pengobatan kuratip maupun preventip.
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan


adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi
tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat
dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat
dilakukan melalui :

a. Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk


menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah
dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam
membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi
parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit
(diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran
kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa
200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali
tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada
tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200
leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah
jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per
mikro-liter darah.

b. Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi


jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit
ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung
parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah
eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah
merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan
infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan
prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan
pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky.
Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa
laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah
dengan hasil yang cukup baik.

2. Tes Antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich


Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak
memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak
memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah
beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis
dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium
(pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan
dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-
200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil
positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini
sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).

3. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan
memakai tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini
berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria
atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody
baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes
serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi
baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes
serologi antara lain indirect haemagglutination test,
immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-
immunoassay.

4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


--->pemeriksaan infeksi
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi
amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas
maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.
Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk
pemeriksaan rutin.

F. Komplikasi

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan


sering disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak
tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita
yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan.
Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS
dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.

Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai


malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi
P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :

1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain


atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat
penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar GCS
(Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan
keadaan klinis soporous.

2. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.

3. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau


miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.

4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang
dewasa atau 12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan
rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.

5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress


syndrome).

6. Hipoglikemi : gula darah <>

7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> C:8).10


8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan
disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi
intravaskuler

9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam

10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut


(bukan karena obat anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-
PD)

11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat


pada pembuluh kapiler pada jaringan otak.

G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan malaria dapat dilakukan dengan memberikan obat antimalari.
Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :

a. kuinin (kina)

b. mepakrin

c. klorokuin, amodiakuin

d. proguanil, klorproguanil

e. Primakuin

f. Pirimetamin

g. sulfon dan sulfonamide

h. kuinolin methanol
i. antibiotic
Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit
malaria terhadap obat antimalaria, maka obat antimalaria dapat
juga dibagi dalam 5 golongan yaitu :

a. Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit


stadium praeritrositik dalam hati sehingga mencegah parasit
masuk dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai obat profilaksis
kausal. Obatnya adalah proguanil, pirimetamin.

b. Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus


eksoeritrositik P. vivax dan P. ovale dan digunakan untuk
pengobatan radikal sebagai obat anti relaps, obatnya adala
primakuin.

c. Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik,


yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinik.
Obat ini digunakan untuk pengobatan supresif bagi keempat
spesies Plasmodium dan juga dapat membunuh stadium
gametosit P. vivax, P. malariae dan P. ovale, tetapi tidak efektif
untuk gametosit P. falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin
atau amodiakuin; atau proguanil dan pirimetamin yang
mempunyai efek terbatas.

d. Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual


termasuk gametosit P. falcifarum. Obatnya adalah primakuin
sebagai gametositosida untuk keempat spesies dan kuinin,
klorokuin atau amodiakuin sebagai gametositosida untuk P.
vivax, P. malariae dan P. ovale.

e. Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat


gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit
dalam nyamuk Anopheles. Obat – obat yang termasuk
golongan ini adalah primakuin dan proguanil.

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dasar data pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer
kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis )
karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi),
hipovolemia,penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan


Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.

e. Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau


koma.

f. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan


alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur
invasif, luka traumatik.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari
tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini
(Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan


sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,


dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

d. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat
kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

e. Kecemasan orang tua berhubungan dengan informasi in adekuat

C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa
diatas adalah :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan asupan makanan yang tidak sdekuat; anorexia;
mual/muntah .

Tindakan/ Intervensi :

Mandiri
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi
dan catat masukan makanan klien

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan


konsumsi makanan.

2. Anjurkan pada ibu klien untuk memberikan makanan sedikit tapi


sering

Rasional : Porsi yang kecil tapi sering, membantu dalam


memenuhi nutrisi yang adekuat.

3. beri HE ttg pentingnya nutrisi yang adekuat bagi tubuh.

Rasional : Untuk membantu pasien memahami pentingnya nutrisi


bg tubuh

4. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.


Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas
nitervensi nutrisi

5. Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.


Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa
berpartisipasi/ control

6. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang
berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia)
pada organ
Kolaborasi

7. Rujuk ke ahli gizi

Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi


kebutuhan nutrisi

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat),
prosedur invasif.
Tindakan/ Intervensi :

1. Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.


Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada
hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang
merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi
jaringan.

2. Amati adanya menggigil dan diaforosis.

Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu


pada infeksi umum.

3. Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk


memperbaiki selama masa terapi

Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik


atau pertumbuhan dari organisme.

4. Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.


Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara
untuk infeksi umum

5. Dapatkan spisemen darah.

Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria

c. Hipertermia berhubungan reaksi inflamasi

Tindakan/ intervensi :

1. kaji vital sign

Rasinal :Untuk mengklasifikasikan intervensi selanjutnya

2. Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.


Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut.
Pola demam menunjukkan diagnosis.

3. Pantau suhu lingkungan.

Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk


mempertahankan suhu mendekati normal.

4. Anjurkan pada klien untuk kompres hangat pada daerah dahi dan
ketiak

Rasional : Menimbulkan evek vasodelatasi vaskularisasi sehingga


mempercepat proses evaporasi dan menurunkan panas.

5. anjurkan pada ibu klien untuk memakaikan pakaian tipis yang


mudah menyerap keringat
rasional : Memberikan rasa nyanman pada klien

6. Berikan antipiretik.

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi


sentralnya pada hipotalamus.

d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan informasi in


adekuat

Tindakan/ intervensi:

1. kaji tingkat kecemasan orang tua.

Rasional : Menentukan intervensi dini

2. dorong dan anjurkan pada ibu klien untuk mengungkapkan


perasaannya

Rasional : Memberikan rasa nyaman setelah mengungkapkan


masalah.

3. berukan support mental pada ibu klien

Rasional : Support mental dapat membuat ibu lebih rileks

4. berikan HE pada ibu klien ttg penyakit anaknya

Rasional : Meningkatkan pengetahuan kepada klien untuk


mengurangi kecemasan klien.
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.

Tindakan/ intervensi:

1. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat


membuat pilihan.

2. Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat,


efek samping dan ketaatan terhadap program.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja


sama dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya
komplikasi.

3. Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat


dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan
umum.

4. Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.


Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan
meningkatkan penyembuhan.
5. Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan
mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.

6. Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.


Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya
infeksi.

7. Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.


Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.

BAB IV

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Diagnosa medik : malaria

Ruangan : poli anak

Tgl masuk : 23 – 01 – 07

Tgl pengkajian : 23 – 01 – 07

II . BIODATA

1. Identitas klien

 Nama : An .R
 Umur : 4 tahun

 Jenis kel amin : laki – laki

 Agama : islam

 Pendidikan : -

 Alamat : Jln Jend. Nasution

2. Identitas orang tua

 Ayah

Nama : Tn . D

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : PNS

Suku / bangsa : Tolaki/ indonesia

Hubungan dengan klien : Ayah kandung

Alamat : Jln Jend. Nasution

 Ibu
Nama : Ny M

Usia : 37 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Suku / bangsa : Tolaki / Indonesia

Hubungan dengan klien : Ibu kandung

Alamat : Jend. Nasution

 Identitas saudara kandung

No Identitas saudara Usia Hubungan Status kes


kandung
1 An . Oni 18 tahun Kakak kandung Sehat

2 An . agus 15 tahun Kakak kandung Sehat

3 An . Rani 12 tahun Kakak kandung Sehat

II . Riwayat kesehatan.

A. Keluhan utama : panas


Waktu timbulnya penya, : kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari
setelah itu timbul Lagi.sering timbul pada waktu siang dan malam.

Awal munulnya : ibu klien mengatakan panas dan kemudian 2 hari yang
lalu

muntah

keadaan waktu dikaji : klien tampak lemas mual – mual suhu tubuh 39 C

B . Riwayat kesehatan keluarga :

Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan dalamkeluarga.

Riwayat Imunisasi.

Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi di posyandu


tempat tinggal klien.

Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio
,campak dengan waktu pemberian tepat sesuai usia namun ibu klien
tidak ingat setiap jenis imunisasi.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

 Pertumbuhan fisik anak.

Berat badan : 12 kg
Panjang badan lahir : -

Usia mulai timbul gigi 8 bulan jumlah gigi 20 buah.

 Perkembangan anak..

Dari hasil anamnese dengan ibu klien mulai berguling dada usia 5
bulan duduk pada usia 8 bulan merangkak pada usia 9 setengah
bulan berdiri pada usia 12 bulan, mulai berjalan pada usia 13
bulan , dan mulai berbicara pada usia 15 bulan.

Riwayat nutrisi.

 Pemberian ASI.

Anak pertama kali diberi ASI sejak 3 hari dan cara pemberiannya
anak dibaringkan.lamanya pemberian tidak menentu.asi di berikan
sampai seusia 2 tahun.ibu juga memberikan susu formula pada
kepada klien.pemberian susu dalam sehari _+ 4 gelas (1800 cc ).

 Pemberian makanan tambahan.

Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 4 bulan


preminasun nestle beras merah. Lama pemberian berupa promina
sun nestle beras merah usia 5 bulan.

Riwayat psikososial

Berdasarkan anamnese dengan ibu klien di dapat : klien tinggal


bersama orang tua letak rumah klien ditengah kota dan jauh dari
sekolah.
Aktivitas sehari – hari.

1. pola nutrisi.

 Selera makan : selera makan klien baik.

 Menu makan ; nasi + ikan + sayur . klien makan 3X dalam


sehari.

 Cara makan klien : klien makan sendiri.

Perubahan ; klien selama sakit,ibu klien mengatakan selera


makan anaknya berkurang. Porsi makannya selalu tidak
dihabiskan.

2. pola cairan

 .jenis minuman yang dikomsumsi : susu

 Frekwensi minum +_3 gelas (1900 cc )

Perubahan selama sakit tidak ada perubahan.

3. pola eliminasi.

 BAB

Frekwensi 1 kali sehari.

Konsistensi lunak

 BAK
Frekwensi 4 – 5 kali sehari

Perubahan selama sakit klien mengatakan kadang dalam 1 hari tidak


BAB. BAK klien selama sakit tidak ada perubahan.

4. pola istrahat tidur.

 Tidur siang dari jam 13.00 -15.00 (2 jam)

 Tidur malam dari jam 20.00-06.00 (10 jam)

Perubahan selama klien sakit:ibu klien klien mengatakan waktu


tidur sering terjaga dan gelisah.

5. pola personal hyegiene.

 Mandi 2-3 kali sehari.

 Cuci rambut dangan memakai sahmpo 2 kali dalam seminggu.

 Menggunting kuku bila panjang

Perubahan selama klien sakit : ibu klien mengatakan selama sakit


klien jarang dimandikan hanya menglap badannya dengan handuk
basah.

Pemeriksaan fisik.

1. keadaan umum

 Klien tampak gelisah , pakaian klien rapi dan bersih


2 tanda tanda vital

 Suhu tubuh :39 C

 Denyut nadi : 120 dpm

 Pernapasan : -

3 kepala

 Bentuk kepala oval.

 Kulit kepala bersih

4 rambut

 Hitam lurus , tummbuhnya merata.

5 hidung dan telinga

 Bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris.tidak ada cairan


dan tidak ada infeksi pada lubang telinga.

6 mata

 Sclera tidak ikterus , konjungtiva tidak anemis.bala mata


simetris

7 mulut dan gigi


 Bentuk datar, atas`dan bawah simetris, bibir anak kering, tidak
ada karies, jumlah gigi 20 buah, tidak ada peradamgan pada
tonsil.

8 leher

 Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

9 thoraks

 Bentuk simetris kiri dan kanan pergerakan simetris.

10 abdomen

 Tidak ada kelainan (benjolan)

11. ekstermitas

 Koordinasi gerak baik.

IX. Data penunjang.

Pemeriksaan laboratorium : anemia.

PENGUMPULAN DATA

 Ibu klien mengatakan cemas.

 Suhu tubuh 39 C

 Denyut nadi 120 dpm


 Berat badan 15 kg

 Ibu klien mengatakan panas

 Klien tampak lemas

 Anoreksia

 Mengigil

 BB menurun

 Anak tampak gelisah dan lemah

 Mual

 Pada pemeriksaan DDR positif

 Ibu klien mengatakan selera makannya menurun

 Panas saat dipalpasi

 Orang tua klien sering bertanya.

KLASIFIKASI DATA

DS :

 Ibu klien mengatakan anaknya panas

 Ibu klien mengatakan cemas


 Ibu klien mengatakan anaknya mual muntah

 Ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan.

Do :

 Anoreksia

 Mengigil

 Anak tampak gelisah dan lemah

 Pada pemeriksaan DDR positif

 Denyut nadi 120 dpm

 Suhu tubuh 39 C

 Berat badan 15 kg

 Panas saat palpasi

ANALISA DATA

NO SYIMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


1 Ds : tubuh t’infeksi Hipertermi

Ibu klien reaksi inflamasi


mengatakan
P produksi leukosit
anaknya panas.

Memfagosit MO
Do :
Suhu tubuh 39 C Leukosit mati

Denyut nadi 120 MO mlpskn pirogen, interleukin II


dpm
Ke hipotalamus
Mengigil
Meningkatkan thermostat set paint
Anak tampak
Hipertermi
gelisah

Panas saat palpasi


2 Ds : Parasit Plasmodium Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Ibu klien Masuk mll darah host
tubuh
mengatakan
oleh gigitan anopheles
anaknya mual

menybr sal. Pncrnaan


Do :

pe sekresi enzim2 sal.cerna


Berat badan 13 kg.

Pe asam lambung
Berat badan
menurun Perasaan mual dan muntah

Anoreksia (anoreksia)

Intake nutrisi menurun/kurang

Nutrisi (-) dari kebutuhan tubuh


3 Ds : Hospitalisasi Kecemasan
orang tua
Ibu klien Informasi in adekuat
mengatakan
Koping keluarga tdk efektif
cemas

Kecemasan orang tua


Do ;

Orang tua klien


nampak cemas.

Orang tua klien


sering bertanya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi yang berhubungan dengan proses inflamasi ditandai


dengan :

Ds :

Ibu klien mengatakan anaknya panas.

Do :

 Suhu tubuh 39 C

 Denyut nadi 120 dpm

 Mengigil

 Anak tampak gelisah

 Panas saat palpasi


2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake
yang inadekuat ditandai dengan :

Ds :

Ibu klien mengatakan anaknya mual

Do :

 Berat badan 13 kg.

 Berat badan menurun

 Anoreksia

3.Kecemasan orang tua yang berhubungan dengan informasi in adekuat

ditandai dengan :

Ds :

Ibu klien mengatakan cemas

Do ;

Orang tua klien nampak cemas.

Orang tua klien sering bertanya

RENCANA ASUHAN KEPEREWATAN

Nama : An . R diagnosa : malaria


Umur : 4 tahun alamat : Jln. Nasution

N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL


O
TUJUAN INTERVENSI
1 2 3 4 5
1 Hipertermi Klien akan 1. kaji vital sign  Untuk
yang menunjukan mengklasifikasik
2. Pantau suhu
berhubungan suhu tubuh an intervensi
pasien (derajat
dengan proses dalam batas selanjutnya
dan pola),
inflamasi normal
perhatikan  Hipertermi
ditandai dengan dengan
menggigil. menunjukan
: criteria :
proses penyakit
3. anjurkan pada
Ds : -Suhu tubuh infeksius akut.
klien untuk
36 -37 C Pola demam
Ibu klien kompres hangat
menunjukkan
mengatakan -Klien tidak pada daerah dahi
diagnosis.
anaknya panas. gelisah dan ketiak
 Menimbulkan evek
Do : 4. anjurkan pada ibu
vasodelatasi
klien untuk
-Suhu tubuh 39 vaskularisasi
memakaikan
C sehingga
pakaian tipis yang
mempercepat
-Denyut nadi mudah menyerap
proses evaporasi
120 dpm keringat
dan menurunkan

Mengigil 5. anjurkan pada panas.


klien untuk
-Anak tampak  Memberikan rasa
memberikan
gelisah anaknya banyak nyanman pada
minum klien
-Panas saat
palpasi 6. kolaborasi dengan  Untuk perubahan
tim medis untuk cairan dan
pemberian anti mempercepat
biotic dan anti penurunan panas
piuretik.
 Pemberian obat
mempercepat
penyembuhan
penyakit.
2 Nutrisi kurang Klien akan 1. Kaji riwayat nutrisi,  mengawasi
dari menunjukan termasuk makanan masukan kalori
kebutuhantubu tanda-tanda yang disukai. atau kualitas
h yang kebutuhan Observasi dan kekeurangan
berhubungan nutrisi yang catat masukan konsumsi
dengan intake adekuat makanan klien makanan
yang inadekuat dengan
2. Anjurkan pada  Porsi yang kecil
ditandai dengan criteria :
ibu klien untuk tapi sering,
:
-selera memberikan membantu dalam
Ds : makan klien makanan sedikit memenuhi nutrisi
meningkat tapi sering yang adekuat.
-Ibu klien
mengatakan -BB dalam 3. beri HE ttg  Untuk membantu
anaknya mual batas normal pentingnya nutrisi pasien
yang adekuat bagi memahami
Do : tubuh. pentingnya
nutrisi bg tubuh
-Berat badan 13 4. Pertahankan
kg. jadwal  Mengawasi
penimbangan penurunan berat
-Berat badan
berat badan badan atau
menurun
secara teratur. efektifitas
-Anoreksia nitervensi nutrisi
5. Observasi dan
catat kejadian  Gejala GI dapat
mual/ muntah, dan menunjukan efek
gejala lain yang anemia (hipoksia)
berhubungan pada organ

6. Diskusikan yang  Dapat


disukai klien dan meningkatkan
masukan dalam masukan,
diet murni. meningkatkan
rasa
7. kolaborasi rujuk
berpartisipasi/
atau konsultasi
control
dengan ahli gizi.

 Perlu bantuan
dalam
perencanaan diet
yang memenuhi
kebutuhan nutrisi
3 Kecemasanoran Kecemasan 5.kaji tingkat  Menentukan
g tua yang orang tua kecemasan intervensi dini
berhubungan hilang atau orang tua.
 Memberikan rasa
dengan berkurang
6.dorong dan nyaman setelah
ketidaktahuan dengan
anjurkan pada mengungkapka
tentang criteria :
ibu klien n masalah.
masalah
Ibu klien untuk
ditandai dengan  Support mental
mengerti mengungkapk
: dapat membuat
terhadap an
ibu lebih rileks
Ds : penjelasan perasaannya
yang  Meningkatkan
Ibu klien 7.berukan support
diberikan. pengetahuan
mengatakan mental pada
kepada klien
cemas Ekspresiwaja ibu klien
untuk
h klien
Do ; 8.berikan HE mengurangi
nampak
pada ibu klien kecemasan
-Orang tua tenang.
ttg penyakit klien.
klien nampak
anaknya.
cemas.

-Orang tua
klien sering
bertanya

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N TGL D JA IMPLEMENTASI PARA JA EVALUASI


0 X M F M
1 2 3 4 5 6 7 8
1 24/01/0 1 08.0 1. mengkaji vital S : ibu klien
7 0 sign mengatakan
mengerti / paham
2. memantau suhu
dengan apa yang
pasien (derajat
dijelaskan
dan pola),
/dianjurkan
perhatikan
menggigil. 0 : ibu klien
tampak tenang dan
3. menganjurkan
rileks.
pada klien untuk
kompres hangat A :tujuan tercapai.
pada daerah
P : pertahankan
dahi dan ketiak
dan lanjutkan
4. menganjurkan intervensi.
pada ibu klien
untuk
memakaikan
pakaian tipis
yang mudah
menyerap
keringat

5. menganjurkan
pada klien untuk
memberikan
anaknya banyak
minum

6. mengkolaborasi
kan dengan tim
medis untuk
pemberian anti
biotic dan anti
piuretik
2 24/01/0 08.4 1. mengkaji S : ibu klien
7 5 riwayat nutrisi, menyatakan
termasuk mengerti/paham
makanan yang dengan apa yang
disukai. dijelaskan/dianjurk
Observasi dan an.
catat masukan
O : ibu klien
makanan klien
nampak tenang
2. menganjurkan
A : tujuan tercapai.
pada ibu klien
untuk P : pertahankan
memberikan dan lanjutkan
makanan sedikit intervensi.
tapi sering

3. memberi HE ttg
pentingnya
nutrisi yang
adekuat bagi
tubuh.

4. mempertahanka
n jadwal
penimbangan
berat badan
secara teratur.

5. mengobservasi
dan catat
kejadian mual/
muntah, dan
gejala lain yang
berhubungan

6. mendiskusikan
yang disukai
klien dan
masukan dalam
diet murni.

7. mengkolaborasi
rujuk atau
konsultasi
dengan ahli gizi.
3 24/01/0 10.3 1. mengkaji S : ibu klien
7 0 tingkat mengatakan
kecemasan
orang tua. sedikit lega

2. mendorong 0 : ibu klien


dan anjurkan nampak tenang
pada ibu klien dan rileks
untuk
A : tujuan tercapai.
mengungkapk
an P : intervensi
perasaannya dihentikan.

3. memberikan
support
mental pada
ibu klien

4. memberikan
HE pada ibu
klien ttg
penyakit
anaknya

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu :


a. Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa
demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan
berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada
beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal

b. Manifestasi Klinik yaitu Meriang ,Panas dingin ,Keringat dingin


,Kejang-kejangPerasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit
pada tulang dan sendi.

c. Diagnose keperawatan yaitu Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh Resiko tinggi terhadap infeksi
,Hipertermia,Kurang pengetahuan, Kecemasan orang tua

d. Diagnosa dalam kasus yaitu Hipertermia, Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh, dan Kecemasan orang tua

B. Saran

Dari kesimpulan diatas maka kelompok kami dapat mengambil


kesimpulan bahwaPenyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-
kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk
berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan
manusia dan menularkan parasit malaria. Oleh karena itu,
marilah kiat memodifikasi lingkungan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai