Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
D DENGAN HIPERTENSI
DI PANTI WERDHA CIPAYUNG – JAKARTA TIMUR
DISUSUN OLEH :
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah-SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Kardiovaskular.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang : Patofisiologi
gangguan sistem kardiovaskular pada hipertensi, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembu
atan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi umumnya lebih dikenal dengan nama tekanan darah tinggi. Hipertensi
bukanlah suatu penyakit melainkan faktor resiko yang dapat mengarah pada terjadinnya
komplikasi kardiovaskuler. Menurut Larasanty, 2013 hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana seseorang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg, menggunakan obat-obat antihipertensi atau telah dinyatakan
sedikitnya 2 kali oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya bahwa orang
tersebut memiliki tekanan darah tinggi Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila
mengalami kondisi dimana tekanan darah meningkat dari yang seharusnya yaitu sistolik
120 mmHg dan diastolik 80 mmHg, sehingga untuk mencapai manfaat klinis dilakukan
penurunan tekanan darah dengan terapi yang tepat.
Menurut Larasanty, 2013 lebih dari seperempat populasi dewasa penduduk dunia
yang jumlahnya mendekati 1 juta jiwa diperkirakan menderita hipertensi pada tahun 2000
dan pada tahun 2025 diperkirakan jumlahnya akan meningkat sebesar 29% menjadi 1,56
juta jiwa Angka kejadian hipertensi cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun di Indonesia. Menurut survei riset kesehatan dasar (RisKesDas) tahun 2007-2008,
kejadian pravelensi hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total penduduk
dewasa
Menurut Tapan, 2004 Keadaan hipertensi sering dialami tanpa disadari. Penderita
hipertensi sebagian besar tidak merasakan bahwa dirinya mengidap hipertensi, hingga
keadaan tersebut sudah menimbulkan komplikasi. Pasien datang dengan keluhan gagal
ginjal atau terkena serangan jantung maupun stroke. Serangan tersebut diakibatkan oleh
hipertensi yang tidak pernah disadari maupun diketahui. Satu-satunya cara untuk
mengetahui apakah seseorang mengidap hipertensi atau tidak yaitu mengukurnya
menggunakan alat pengukur tekanan darah.
Menurut Katzung, 2001 Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian sejak
dini yang menjadi perhatian penting diseluruh dunia. Setiap tahunnya hipertensi
membunuh hampir 8 juta orang diseluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang per tahun
diwilayah Asia Tenggara. Secara global, hampir 1 milyar orang memiliki tekanan darah
tinggi. Saat ini sebagian dari populasi orang dewasa di Asia Tenggara telah menderita
hipertensi. Permasalahan hipertensi akan terus berkembang dan diperkirakan 1,56 milyar
orang dewasa akan terkena hipertensi pada tahun 2025.
Menurut Anindya, 2009 Di Indonesia sendiri telah dilakukan survei faktor resiko
penakit kardiovaskular yang dilakukan oleh WHO yang bertempat di Jakarta. Hingga
tahun 2000, secara umum ditemukan paseien hipertensi berkisar 15-20%. Karena itu
penanganan hipertensi perlu diberi perhatian lebih untuk mencegah mordibitas dan
mortalitas yang terakit dengan peningkatan tekanan darah.
Menurut Kabo, 2010 Dengan peningkatan tekanan darah merupakan salah satu
pemicu penyakit jantung dan pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah semakin
tinggi kejadian kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung dan
gagal ginjal. Pasien hipertensi baru akan menyadari kondisinya jika sudah terjadi
komplikasi pada jantung, penyumbatan pembuluh darah hingga pecahnya pembuluh
darah diotak yang berakibat kematian. Selain itu, menurut Mutmaina, 2007 selain
menyebabkan tergangunya sistem kardiovaskular, hipertensi juga dapat menyebabkan
komplikasi penyakit diabetes. Komplikasi penyakit diabetes sejak 2001 hingga 2004
mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 ditemukan 38% penderita hipertensi yang
beresiko mengalami komplikasi diabetes sedangkan pada tahun 2004 angkanya mencapai
69%.
Menurut Black dan Hawks, 2005Umur adalah faktor resiko yang mempengaruhi
kejadian hipertensi. Resiko hipertensi ini muncul sejak seseorang berumur 20 tahun pada
laki-laki ataupun perempuan dan akan terus meningkat seiring bertambahnya. Menurut
Aprianty, 2010 dalam skripsinya yang berjudul evaluasi pola pengobatan dan ketaatan
dengan home visit pada pasien hipertensi di poli lansia di Puskesmas Gandokusuman 1
Yogyakarta Periode Februari–Maret 2010, melakukan penelitian dengan
menkarakteristikan pasien hipertensi berdasarkan umur, jenis kelamin, penyakit penyerta,
serta profil penggunaan obat antihipertensi dan non hipertensi. Hasil penelitiannya yaitu
jumlah pasien hipertensi berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan dengan
presentase 28%, berdasarkan usia yaitu 60-69 tahun (53%) dan pasien tanpa penyakit
penyerta (41,18%). Sedangkan pada profil penggunaan obat antihipertensi oleh pasien,
terdapat 3 golongan antihipertensi yang digunakan. Golongan antihipertensi yang paling
banyak digunakan yaitu golongan diuretik jenis HCT dan ACE Inhibitor jenis Captopril,
masing-masing sebanyak 64,70% yang digunakan oleh 11 pasien. Untuk pemberian obat
hipertensi yang terbanyak adalah kombinasi 2 jenis antihipertensi (29,41%) yaitu ACE
Inhibitor dan CCB. Pada profil penggunaan obat non hipertensi oleh pasien, terdapat 18
jenis golongan dengan pemberian terbanyak adalah vitamin (99,96%) kemudian diikuti
oleh analgesik-antipiretik (non narkotik) (88,23%).
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi Patofisiologi
gangguan sistem kardiovaskuler pada hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini untuk mengidentifikasi :
a. Pathway Hipertensi
b. Patofisiologi Hipertensi
c. Diagnosa yang mungkin muncul pada Hipertensi
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang
Patofisiologi gangguan sistem kardiovaskular pada hipertensi serta diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada Hipertensi, khususnya bagi mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan komplikasi kardiovaskular pada
hipertensi.
BAB II
ISI
2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1. Normal <120 <80
2. Prahipertensi 120-139 80-89
3. Stadium 1 140-159 90-99
4. Stadium 2 >160 >100
Sumber: Brunner & Suddarth (2017)
3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1) Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
memepengaruhi yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na+ Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia.
2) Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu: ppenggunaan esterogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi pada usia lanjut
dibedakan atas:
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisosialisasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala yang terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing,
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, kesadaran menurun
(Brunner & Suddarth, 2017).
5. Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah oleh
penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan
riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga
lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.
Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi
yang lebih tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari 60
tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang
dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah
diastolic karena merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan
kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung,
dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira
usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara usia 55 sampai
74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam tidaklah jelas,
akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih rendah,
sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan
tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus
karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena
kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi,
interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan
respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak
disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan
hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan
sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu.
Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang berlebihan,
yang mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan
natrium juga menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.
Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. pada dosis tertentu nikotin
dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya
tekanan darah secara langsung.
6. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya
& Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner.
Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya,
jantung tidak lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan
diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau
oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati
resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan
kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran
darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi
(Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa
penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi
gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi
gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri
(2013), mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan
berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak
5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum
berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium Kaplan, (2006) dalam Wijaya &
Putri (2013), Pertahankan asupan diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari)
dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat,
papaya, jeruk, apel kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan
tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama
urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari,
seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013),
merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok
karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak menyebabkan
hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang
dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy
dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir,
ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain
maka risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga
daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis
penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung,
dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan
seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama
adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping
penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat
8. Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi disebabkan umur, jenis kelamin, gaya hidup, obesitas. Pada obesitas,
dan gaya hidup adalah faktor yang dapat dirubah sedangkan jenis kelamin dan umur
faktor yang tidak dapat dirubah. Pada obesitas dan gaya hidup yang terus berlangsung
secara tidak baik maka akan tejadi penimbunan lemak, kolesterol, produk buangan sel
dan kalsium, disertai proliferasi miosit yang menimbulkan penebalan dan pengerasan
dinding arteri, sehingga mengakibatkan kekakuan dan kerapuhan arteri hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan pembuluh vaskuler untuk melebar
(Brunner & Suddart 2010)
Menurut Brunner & Suddart, 2010 Akibat dari pembuluh darah sistemik
mengakibatkan mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah bila pembuluh
darah menyempit maka aliran arteri terganggu dan dapat menyebabkan suplai o2 otak
menurun dan mikroinfrak jaringan menyebabkan gangguan perfusi jaringan . Akibat
perubahan pembuluh darah ini paling nyata terjadi pada otak dan ginjal. Obsrtuksi atau
ruptural pembuluh darah otak merupakan penyebab sekitar sepertiga kematian akibat
hipertensi.
Faktor resiko : Umur, jenis kelamin, gaya hidup, obesitas, kelelahan, kelemahan
Arteriosklerosis
Hipertensi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada hipertensi di pathway menurut Brunner &
Suddart, 2012 :
1.1. PENGKAJIAN
Nama Perawat : Nurul Arizna Sitorus
A. DATA BIOGRAFI
Nama : David Idris Siahaan
Jenis Kelamin : Laki -laki
Tempat & Tgl Lahir : Medan, 15-11-1951
Gol Darah : O / A / B / AB
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Status Perkawinan : Duda
TB / BB : 167 / 59
Penampilan : Bersih, Rapi
Ciri-Ciri Tubuh : Badan berisi, kulit sawo matang, rambut
hitam dan setengah putih
Alamat : Jl.Cipayung
Telp : Tidak ada
Orang Yang Dekat Dihubungi : Tidak ada
Hubungan Dengan Usila : Tidak ada
Alamat : Tidak ada
Telp : Tidak ada
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Perempuan
Laki – laki
Klien
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan Saat Ini : Tidak Bekerja
Alamat Pekerjaan : tidak ada
Berapa Jarak Dari Rumah : Tidak ada
Alat Transportasi : Tidak ada
Pekerjaan Sebelumnya : Kurir
Berapa Jarak Dari Rumah : Tidak ada Km
Alat Transportasi : Angkot
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah :-
Rumah Sakit :-
Jaraknya :-
Klinik :-
Pelayanan Kesehatan Di Rumah :-
Makanan Yang Dihantarklan :-
Yang Dilakukan Keluarga :-
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : Berdoa
Yang Lainya : Tidak ada
H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Selama Setahun Yang Lalu: Klien selalu pusing, klien
memiliki riwayat Hipertensi,
riwayat Stroke Hemoragik.
Status Kesehatan Umum Selama 4 Tahun Yang Lalu: Klien pernah mengalami
stroke ringan
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan:
Obat-obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
Persepsi Klien
Konsep Diri : Tn. D mengatakan suka dengan semua bagian tubuhnya
Emosi : Tn. D selalu marah ketika di tinggal sendirian
Adaptasi : Tn. D mengatakan senang keramaian dan maka dari itu
Tn. D kalau setiap sore selalu keluar dan berbincang
dengan temannya.
Mekanisme Pertahanan Diri : Klien mengatakan sangat senang di panti karena
klien mempunyai teman yang banyak dan
memiliki kekeluargaan yang tidak pernah
dimiliki sebelumnya.
J. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Metis
Skala koma glasgow : E: 4 M: 6 V: 5
Tanda-tanda vital : TD: 140/80 mmHg N: 85/mnt
RR: 19/mnt S: 36c
Pengkajian fisisk
1. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat
kemerahan.
2. Mata, telinga, hidung : mata simetris, konjungtiva anemis, hidung
simetris, tidak menggunakan pernapasan cuping
hidung.
3. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan
tidak ada nyeri tekan.
4. Dada & punggung : Bentuk dada simetris
5. Sistem pencernaan : Tidak ada masalah
6. Ekstremitas atas & bawah: Atas: ROM ka/ki: 5/5 CRT: < 3 detik Akral:
Hangat Bawah: ROM ka/ki: 4/4 CRT: < 3 datik Akral: Hangat
7. Sistem imun : Tidak ada kelainan
8. Sistem genetalia : Tidak ada kelainan
9. Sistem reproduksi : Tidak ada kelainan
10. Sistem persyarafan : Tidak ada kelainan
11. Sistem pengecapan : Tidak ada kelainan
12. Sistem penciuman : Tidak ada kelainan
13. Tactil respon : Tidak ada kelainan
K. SISTEN KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ): Kerusakan Intelektual
utuh
2. Mental-mental state exam (MMSE): Tidak ada ganguan konitif
3. Investaris depresi beck:
4. Indeks KATZ: A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
5. Indeks Barthel (IB) : 51
6. APGAR keluarga: Terlampir
L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium: Tidak ada
2. Radiologi: Tidak ada
3. EKG: Tidak ada
4. USG: Tidak ada
5. CT-Scan: Tidak ada
6. Obat-Obatan: amlodipine, candesartan, vitamin B12
SHORT PORTBALE MENTAL STATUS QUESTIONNSIRE (SPMSQ)
+ -
Keterangan:
ORIENTASI
REGISTRASI
BAHASA
Skor Total 30 30
Interprestasi nilai:
Score Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan say tidak dapat keluar darinya.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua. (suami/istri).
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
Penilaian
8 – 15 Depresi sedang.
16 + Depresi berat.
INDEKS KATZ
Score Kriteria
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasi
sebagai C,D,E atau F.
INDEKS BARTHEL (IB)
0 = tidak mampu
2 = mandiri
2 = kontinensia teratur
7. Penggunaan Toilet
1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = mandiri
0 = tidak mampu 3
3 = mandiri
0 = tidak mampu 1
2 = mandiri
Interprestasi hasil:
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial
Penilaian:
Selalu : skore 2
1. Nyeri Akut Pada Tn. D Setelah dilakukan 1. Identidfikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi, durasi,
Dengan Hipertensi keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
diharapkan nutrisi dapat kualitas, intensitas nyeri.
diatasi dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri. 2. Untuk mengetahui skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non 3. Untuk mengetahui mimik wajah
1. Kesejahtaeraan fisik
verbal. klien
2. Perawatan sesuai
4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengetahui yang
kebutuhan
memperberat dan memperingan memperberat dan memperingan
3. Rileks
nyeri. nyeri
4. Kebisingan
5. Monitor keberhasilan terapi 5. Tindakan ini memungkinan klien
5. Keluhan sulit tidur
komplementer yang sudah untuk mendapatkan rasa kontrol
diberikan. terhadap nyeri
6. Fasilitas istirahat tidur 6. Untuk mengetahui durasi selama
7. Kolaborasi pemberian analgetik istirahat klien
7. Memberikan penurunan nyeri/tidak
nyaman
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
fisik Pada Tn. D keperawatan selama 3x24 jam
Observasi
Dengan Hipertensi diharapkan mobilitas fisik
klie dapat teratasi dengan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk mengetahui kondisi fisik klien
3. Edukasi Proses Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui pengetahuan
penyakit Pada Tn. D keperawatan selama 3x24 jam kemampuan meneriman mengenai penyakit
Dengan Hipertensi diharapkan mobilitas fisik informasi 2. Untuk mengetahi penyebab dan
klien dapat teratasi dengan 2. Jelaskan penyabab dan faktor faktor resiko penyakit
kriteria hasil: resiko penyakit 3. Untuk mengetahui tanda & gejala
3. Jelaskaan tanda & gejala yang yang ditimbulkan oleh penyakit
1. Menunujukkan perilaku
ditimbulkan oleh penyakit 4. Untuk mengetahi akibat lanjut jika
adaptif
4. Jelaskan kemungkinan tidak diatasi penyakitnya
2. Menunjukkan pemahaman
terjadinya komplikasi 5. Untuk mengetahui dan mengontrol
perilaku kesehatan
5. Ajarkan cara meredakan atau TD secara teratur, lakukan
3. Kemampuan menjalankan
mengatasi gejala yang pengobatan jika muncul tanda dan
perilaku sehat
dirasakan. gejala yang mengarah pada
4. Menunjukkan minat
hipertensi.
mengkatkan perilaku sehat
CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU
NAMA : Ny D
1,2,3,4,5,6,7,8,
4. Menjelaskan rokok
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Anggraini (2010), penyebab hipertensi tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
hipertensi ini disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain
faktor genetik, umur, jenis kelamin dan etnis, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stress, obesitas dan nutrisi.
Hal ini sama dengan penyebab hipertensi yang dialami oleh Tn. D Berdasarkan pengkajian
yang penulis lakukan pada keluarga Tn. D penyebab hipertensi yang dialami oleh Tn. D
dikarenakan suka mengkonsumsi makan makanan asin, selain itu pada Tn. D stressor
disebabkan ditinggalkan di Panti werdha Tn. D selalu memikirkan anaknya dan
keluaerganya. Penyebab hipertensi yang dialami oleh Tn. D termasuk dalam faktor yang
dapat dimodifikasi.
Tanda dan gejala yang dirasakan seseorang yang mengalami hipertensi menurut Knight
(2010) yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi. Hasil dari
pengkajian pada Tn. D didapatkan keluhan ataupun tanda gejala yang dirasakan sesuai
dengan teori. Tn. D mengatakan kalau kepalanya sering pusing, tengkuk lehernya terkadang
nyeri.Klasifikasi hipertensi menurut Saefulloh (2010) dibagi menjadi 4 kategori yaitu
ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Pada tekanan darah Tn. D yaitu 140/80 mmhg
termasuk dalam kategori hipertensi sedang.
Penulis melakukan pengkajian pada keluarga Tn. D selama 3 hari, hal ini dikarenakan
penulis menyesuaikan waktu dengan keluarga untuk bertemu dan melakukan pemeriksaan
fisik pada setiap anggota keluarga. Dalam melakukan pengkajian ditemukan beberapa
faktor yang mempengaruhi saat mengumpulkan data. Faktor pendukung dalam pengkajian
yaitu adanya kerjasama dari pihak puskesmas sehingga memudahkan dalam melakukan
pengkajian dan juga sikap keluarga yang kooperatif, terbuka, dan percaya dengan penulis
dalam menceritakan masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Faktor Penghambat
yaitu keterbatasan waktu dalam melakukan pengkajian dan juga pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga Tn. D.
Solusinya diperlukannya pengetahuan dan keterampilan dari penulis yang cukup selaku
perawat kesehatan masyarakat dalam hal pengumpulan data sehingga data yang diinginkan
dapat diperoleh, membuat jadwal bertemu ataupun kontrak sesuai dengan kesepakatan
keluarga, dan dapat juga diatasi dengan cara melakukan pengkajian dengan melalui
wawancara dengan menggunakan istilah – istilah kata yang dimengerti oleh keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Tn. D penulis menemukan 3 masalah kesehatan yaitu nyeri kronis pada keluarga
Tn. M khususnya Tn. D dengan hipertensi, Gangguan mobilitas fisik, Edukasi Proses
penyakit.
Pada kasus Tn. D untuk masalah kesehatan hipertensi diagnosa yang muncul sama yaitu
nyeriakut, masalah ini timbul karena sebagian besar hipertensi sistolik yang dijumpai pada
lasia disebabkan karena kekauan aorta dan pembuluh darah arteri membesar yang tanda dan
gejalanya timbul tekanan darah 140/80 mmhg dan masuk kedalam hipertensi sedang.
Faktor pendukung yaitu klien yang kooperatif dalam menyampaikan informasi kesehatan
yang dilakukan sehingga data fokus dapat dijadikan sebagai data dalam penegakan diagnosa
C. Intervensi Keperawatan
Pada kasus ini, saya menegakkan prioritas utama nyeri akut pada penyakit hipertensi yang diderita.
Menurut Penelitian Setyawan, D., & Kusuma, M. A. B. (2014) nyeri pada penyakit hipertensi dapat
kompres hangat. Pemberian kompres hangat pada leher mempengaruhi penurunan intensitas nyeri
juga mendemonstrasikan ulang dari hal – hal yang telah diajarkan oleh penulis setelah melaksanakan
penyuluhan kesehatan. Secara teori perencanaan pada perawat adalah promotif dan preventif dan hal
itu direncanakan dalam perencanaan yang ada dalam kasus dengan melakukan penyuluhan
kesehatan pada pasien. Faktor pendukung yaitu perawat tidak menemukan hambatan dalam
merencanakan asuhan keperawatan sehingga perencaan diharapkan dapat terlaksana dengan baik.
Faktor pendukung pada saat perencanaan adalah Klien sangat kooperatif dan mau bertanya
ketika Klien tidak paham saat dijelaskan, dan perawat bersama dengan keluarga menyusun
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan keempat dari proses keperawatan, pada tahap ini adalah
menggambarkan tindak lanjut dari rencana keperawatan yang akan diberikan. Pada
pelaksanaan asuhan keperawatan perawat mengacu kepada rencana keperawatan yang telah
direncanakan.
Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan nyeri kronis pada keluarga Tn. D
khususnya pada Tn. D dengan hipertensi dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 04
Menurut Nugroho (2010), aktivitas fisik seperti senam pada usia lanjut yang dilakukan
secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam
dapat meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta mengurangi resiko
penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga akan melatih otot jantung dalam
tindakan keperawatan. Adapun faktor – faktor tersebut adalah : Faktor Pendukung adanya
antusias dan perhatian keluarga dalam hal ini mendengarkan penyuluha kesehatan, adanya
rasa ingin tahu klien terhadap cara – cara pencegahan penyakit hipertensi, seeta adanya
keinginan keluarga untuk mengikiti anjuran perawat dalam hal mengatasi masalah
tekanan darah. Solusinya yaitu penyuluhan kesehatan secara jelas dan dapat dimengerti,
sehingga keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan yang ditemui pada keluarga Tn. D
dan juga penulis membuat catatan tersendiri untuk mendokumentasikan hasil pemeriksaan
darah sebelum dan sesudah melakukan cara perawatan dengan obat tradisional dan senam
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini perawat menilai tingkat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tentang penyakit Hipertensi. Evaluasi hasil ini akan memberikan arah apakah
rencana tindakan dihentikan, dimodifikasi atau dilanjutkan. Evaluasi hasil ini dicatat dan
dapat dilihat pada catatan perkembangan yang meliputi aspek SOAP. Tujuan keperawatan
dalam waktu 2 kali pertemuan masalah nyeri kronis pada keluarga Tn. D khususnya pada
Evaluasi pada Tn. D, yaitu keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda
lingkungan yang baik untuk penderita hipertensi. Respon psikomotor keluarga mampu
mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional menggunakan daun salam dan daun
selsedri serta melakukan kompres hangat. Respon afektif pada kasus tidak dapat dievaluasi
pada Tn. D.
Pada tahap pelaksanaan evaluasi perawat menilai proses pelaksanaan asuhan keperawatan
seluruhnya terselesaikan dengan hasil evaluasi yang diharapkan. Faktor Pendukung Adanya
antusias dari keluarga untuk mendengarkan penyuluhan dan dari petugas kesehatan
sehingga keluarga dapat mengikuti anjuran penulis dalam hal ini mengatasi masalah
kesehatan hipertensi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ditemukan di Pantri Werdha Cipayung tersebut terdapat43 orang lansia
dimana diantaranya menderita penyakit yaitu penyakit Hipertensi sebagai penyakit yang
tertinggi sebanyak 17 orang( 39%), terdapat salah satu pasien di Panti Werdha Mulia tersebut
yang menderita hipertensi dengan tekanan darah 140/80 mmHg sehingga menyebabkan Nyeri
akut di bagian kaki kiri dan saat terlalu lelah beraktifitas pasien merasa pusing dan
nyeridibagian kaki kiri. Hal - hal yang telah didapatkan dari Proses Asuhan Keperawatan yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada Tn. D penyebab hipertensi yang
dialami oleh Tn. D dikarenakan suka mengkonsumsi makan makanan asin, selain itu pada
Tn. D stressor meningkat disebabkan kesendirian di Panti Werdha Cipayung dan Tn. D
selalu memikirkan anak dan keluarganya. Penyebab hipertensi yang dialami oleh
termasuk dalam faktor yang dapat dimodifikasi.
2. Pada kasus keluarga Tn. D penulis menemukan 3 masalah kesehatan yaitu nyeri kronis
pada keluarga Tn. D khususnya Tn. D dengan hipertensi & Edukasi Proses penyakit Pada
Tn. D Dengan Hipertensi.
3. Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan nyeri akut pada Tn. D khususnya
pada Tn. D dengan hipertensi dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 04 dan 06
November 2019 di Panti Werdha Cipayung Tn. D.
4. Tujuan keperawatan dalam waktu 2 kali pertemuan masalah nyeri akut pada khususnya
pada Tn. D dengan hipertensi teratasi secara verbal, afektif dan psikomotor.
B. Saran
Secara teori perencanaan pada perawat adalah promotif dan preventif dan hal itu direncanakan
dalam perencanaan yang ada dalam kasus dengan melakukan penyuluhan kesehatan pada
keluarga. Petugas kesehatan dalam hal ini pihak Puskesmas yang bertanggung jawab di Panti
Werdha Cipayung diharapkan dapat melakukan follow up berdasarkan data yang telah
diperoleh penulis dan melakukan intervensi salah satunya dengan melakukan pendidikan
kesehatan pada masyarakat pada umumnya khususnya agar masyarakat dapat meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan perawatan kesehatan secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for Positive outcomes
(Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Brunner dan Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes Kota
Semarang.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2., Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Diagnosa Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Riskesdas, 2018, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2018,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Widiyani, R., (2013). “Penderita Hipertensi Terus Meningkat”.
http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus.Menin
gkat . Tanggal akses 21 Nopember 2014.
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika
World Health Organization. A global brief on hypertension: silent killer, global public
health crisis. 2015.