Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH RATIO SLURRY AIR-KAPUR PADA STABILISASI

TANAH LEMPUNG EKSPANSIF UNTUK METODE DSM

PUBLIKASI ILMIAH
TEKNIK SIPIL

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

LEMBAR JUDUL

Lina Rahman Ubaidillah


NIM. 125060100111037

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
PENGARUH RATIO SLURRY AIR-KAPUR PADA STABILISASI
TANAH LEMPUNG EKSPANSIF UNTUK METODE DSM
Lina Rahman Ubaidillah1), Yulvi Zaika2), Harimurti)

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya


Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145 – Telp (0341) 580120
E-mail: linnarahmansy@gmail.com1)
ABSTRAK
Tanah lempung ekspansif adalah tanah kohesif tinggi dan memiliki masalah terhadap daya dukung
tanah, karena mempunyai sensitifitas tinggi jika terjadi perubahan kadar air. Sifat yang dimiliki oleh tanah
lempung ekspansif tidak baik dalam perencanaan pembangunan diatas tanah tersebut. Pengaruh
perubahan kadar air serta potensi kembang susut yang besar mempengaruhi volume tanah kemudian
kondisi plastisitas tanah yang tinggi dapat membahayakan jika suatu struktur dibangun diatas tanah
lempung ekspansif
Perbaikan tanah dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Salah satu metode perbaikan tanah
adalah stabilisasi tanah lempung ekspansif dengan menggunakan bahan aditif, salah satunya kapur. Slurry
air-kapur berpengaruh terhadap perubahan kuat tekan dan pengembangan tanah yang telah diperbaiki
untuk menjadi acuan dalam uji menggunakan metode Deep Soil Mix (DSM)
Hasil pengujian kuat tekan bebas benda uji tanah asli kuat tekan 0,504 kg/cm2. Pengujian tanah
dengan perbaikan 8% kapur kuat tekan sebesar 3,027 kg/cm2 pada kadar slurry (air-kapur) 10%. Semakin
besar kadar slurry(air-kapur) kuat tekan akan bertambah namun terjadi penurunan ketika kadar
slurry(air-kapur) berlebihan, dapat membuat tanah tersebut lembek sehingga menurunkan kuat tekan
tanah. Hasil uji kuat geser didapatkan Cu maksimum pada tanah slurry (air-kapur) pada perbaikan
dengan 8% kapur serta penambahan 10% slurry (air-kapur) sebesar 1,604kg/cm2.
Pada pengembangan diuji dengan kadar slurry (air-kapur) pengembangan yang semakin rendah
berbanding lurus dengan slurry (air-kapur) yang bertambah. Hal ini karena kondisi tanah yang sudah
mengalami penjenuhan mengakibatkan pengembangan semakin turun, tetapi masih pada batas yang di
izinkan oleh Bina Marga. Pengujian kuat tekan bebas setelah pengembangan didapatkan kuat tekan yang
sama dengan pengujian sebelum pengembangan. Pada perbaikan 8% kapur dengan slurry (air-kapur)10%
qu dan Cu tanah mencapai pada hasil maksimum pada daya dukung tanah.

Kata Kunci : Lempung Ekspansif, Stabilisasi Tanah, Kapur, Unconfined, Swelling, tegangan dan regangan

ABSTRACT
Expansive clay is high cohesive soil and have a problem to bearing capacity, because it has high
sensitivity if there is water content changed. Properties of expansive clay can changes water content and
give effect to the potential volume of soil in which the conditions high soil plasticity can be dangerous for
structure was built
Ground improvement can increase the effectiveness and efficiency. One method of soil improvement is
expansive clay stabilization by using an additive, of lime. The slurry water-lime affect can change the
strength nd swell potential a reference in the Deep Soil Mix (DSM)
The results unconfined test undisturbed expansive clay soil compressive strength is 0.504 kg/cm2. Soil
with improved 8% limes, compressive strength of 3.027 kg/cm2 with slurry (water-lime) 10%. The amount of
slurry (water-lime) compressive strength will increase, but decreased when amount of slurry (water-lime)too
much, it can make the compressive strength lower. Shear strength test results obtained maximum Cu in soil
slurry (water-lime) at 8% improvement with lime and additional 10% slurry (lime-water) is 1,604 kg/cm2.
Swelling potential with amount of slurry (water-lime) swell potential increasingly lower, proportional
when the slurry (water-lime) increased. This is because the soil conditions are already experiencing
saturation which is made the swell potential getting down, but still the limit authorized by Bina Marga. The
unconfined test after swell potential increase a compressive strength. On the improvement of 8% lime slurry
(water-lime) 10% Cu and qu reached maximum bearing capacity.

Keywords : Expansive Clay Soil, Soil Stabilization, Lime, Unconfined, Swelling, Stress and Strain, Deep Soil
Mix

1
I. PENDAHULUAN
Tanah adalah bagian terpenting yang
berperan dalam suatu bangunan. Kokoh
atau tidaknya suatu struktur yang berupa
jalan raya maupun gedung sangatlah
bergantung pada daya dukung tanah
tersebut. Untuk itu, sebelum mendirikan
suatu struktur diatasnya, maka hal
pertama yang harus dilakukan adalah Gambar 1. Plastisitas untuk Klasifikasi USCS
mengetahui karakter tanah tempat dimana
bangunan akan didirikan. Salah satu jenis
karakter tanah yang mempunyai
permasalahan yaitu tanah yang memiliki
sensitifitas terhadap perubahan kadar air,
yang mempengaruhi volume dan potensi
kembang susut yang besar atau bisa
disebut juga tanah lempung ekspansif.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut perlu diadakannya perbaikan Gambar 2. Plastisitas untuk Klasifikasi AASHTO
salah satunya dengan menggunakan
metode Deep Soil Mix (DSM). Perbaikan Klasifikasi tanah lempung
menggunakan 8% kapur dari berat menurut indeks plastisitas, berpengaruh
kering. Pada penelitian secara khusus terhadap tingkat pengembangan
fokus pada kadar slurry (air-kapur). menurut para ahli ditampilkan pada
Peran kapur sebagai stabilisator pada tabel 1, tabel 2.
tanah lempung ekspansif sehingga perlu
Tabel 1. Korelasi indeks plastisitas, indeks susut
dicari pengaruh rasio kadar slurry (air- dengan tingkat pengembangan
kapur) terhadap kekuatan dan sifat
Tingkat
kembang susut tanah lempung ekspansif. PI (%) SI (%)
Selain itu juga untuk mengetahui kadar Pengembangan
slurry (air-kapur) yang tepat untuk < 15 < 15 Rendah
meningkatkan kekuatan tanah dan 10–35 13 - 15 Sedang
menurunkan sifat kembang susut tanah
tersebut. 20–55 30 - 40 Tinggi
>35 > 40 Sangat Tinggi
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah lempung atau clay merupakan Tabel 2. Korelasi tingkat keaktifan dengan
jenis tanah berkohesif tinggi. Menurut potensi pengembangan
mineral pembentuk tanah lempung dibagi Tingkat Potensi
menjadi dua yaitu tanah lempung Keaktifan Pengembangan
ekspansif dan non-ekspansif. <0,75 Tidak Aktif
a. Klasifikasi Tanah
0,75 – 1,25 Normal
Metode klasifikasi tanah yang umum
digunakan sesuai dengan standar > 1,25 Aktif
internasional ada dua, yaitu USCS dan
AASHTO Skempton (1953), parameter yang
disebut aktifitas seperti pada rumus
berikut
PI
AC 
CF  10 (1)

2
dilakukan pada beberapa contoh sampel
Dimana, tanah dengan kadar air yang berbeda dan
Ac = adalah tingkat keaktifan banyaknya pukulan dihitung untuk setiap
PI = adalah indeks plastisitas (%) sampel. Dihasilkan grafik kadar air
CF = adalah persentase fraksi lempung terhadap banyaknya jumlah pukulan
berdiameter kurang dari 0,002 sehingga kadar air pada pukulan tertentu
mm (%) dapat terbaca.
10 = adalah konstanta Batas susut (shrinkage limit)
merupakan batas dimana tanah dalam
keadaan jenuh yang sudah kering atau
tidak terdapat kadar air namun tidak
menyebabkan penyusutan volume tanah.
Selisih batas cair dengan batas plastis
disebut dengan indeks plastisitas. Indeks
plastisitas mempunyai pengaruh dalam
penentuan jenis tanah, jika memiliki PI
yang tinggi maka kemungkinan tanah
Gambar 3. Klasifikasi potensi mengembang
(Seed et al., 1962) memiliki banyak kandungan butiran
lempung. Sebaliknya jika rendah maka
Pada penelitian ini, perbaikan tanah termasuk jenis tanah lanau yang
menggunakan stabilisasi zat additive mengakibatkan tanah kering.
yaitu lime. Kandungan lime atau kapur c. Kuat Tekan Bebas
seperti pada tabel berikut Uji kekuatan tanah dengan tekanan
satu arah dimana besarnya beban aksial
Tabel 3. Ukuran butiran maksimum kelas A,B,C persatuan luas pada saat benda dilakukan
pengujian mengalami keruntuhan atau
KELAS
BAHAN biasa disebut dengan (qu)
NO A B C
1 Butiran kapur
yang tertahan di
atas saringan 2% 3% 4%
Nomor 30 (0,60
mm)
2 Butiran kapur
yang tertahan di
atas saringan 12% 14% 18%
Nomor 200
(0,075) mm) Gambar 4. Pengujian kuat tekan bebas

b. Atterberg Limit Pada lempung jenuh, tekanan air pori


Batas plastis (plastic limit) benda uji pada awal pengujian negatif.
merupakan kadar air pada batas bawah Pada saat keruntuhan σ3=0, maka
daerah plastis yang biasa disebut kadar
air minimum dimana tanah diberi σ1=Δ3+Δσf=Δσf=qu (2)
perlakuan dari bentuk bola-bola 𝑞𝑢
kemudian digulung sampai diameter 3 Su=Cu= 2 (3)
mm hingga tanah tersebut retak atau Su dan Cu adalah kuat geser
pecah. undrained dari tanah tersebut.
Batas cair (liquid limit) merupakan Perbandingan antara kekuatan tanah
kadar air tanah batas antara keadaan cari asli (undisturbed) dengan setelah tekan
dan keadaan plastis. Menentukannya (remolded) menentukan sensivity tanah
melalui alat Cassagrande. Percobaan

3
tersebut. Seperti dalam rumus sebagai Pengujian berat jenis, grain size dan
berikut: index properties adalah untuk
mengklasifikasikan jenis tanah yang
𝑞𝑢 (𝑢𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑟𝑢𝑏𝑒𝑑 ) berjenis lempung ekspansif
Sensivity (ST) = (4)
𝑞𝑢 (𝑟𝑒𝑚𝑜𝑙𝑑𝑒𝑑 ) Tujuan dari pengujian pemadatan
adalah untuk mendapatkan nilai kadar
d. Kembang Susut (Swelling) optimum (OMC) dan berat isi kering
Tanah lempung ekspansif mengalami maksimum (γd) yang akan digunakan
perubahan volume yang ekstrim ketika pada pembuatan sampel benda yang akan
terjadi perubahan kadar air. diuji
Bertambahnya volume tanah secara
perlahan akibat tekanan air pori berlebih 3.3 Persiapan Benda Uji
negatif disebut juga swelling. Pada penelitian kali ini digunakan
Menentukan nilai swell melalui sampel yang dibentuk didalam mold yang
pengujian ini dikarenakan akibat adanya sebelumnya sudah di lakukan
beban vertikal. Air yang masuk ke pori- pencampuran dengan menggunakan
pori tanah dapat menyebabkan perubahan kapur sebesar 8% dari berat kering tanah
pada isi pori tanah sehingga tekanan yang kemudia dicampurkan dengan kapur
vertikal bekerja pada tanah tersebut. yang sudah diberi slurry. Kemudian
tanah tersebut dieramkan selama 3 hari
III. METODE PENELITIAN didalam mold agar homogen dan reaksi
3.1 Tahap Penelitian pozzolanic berlangsung secara maksimal.
Tanah yang sudah mengalami perbaikan
di eramkan di lakukan uji kuat tekan
bebas untuk menemukan kuat tekan tanah
yang sudah diperbaiki. Kemudian
pembuatan sampel benda uji dengan
tanah yang juga diberi perlakuan sama
dengan sebelumnya untuk mencari
pengembangannya

3.4 Uji Kuat Tekan Bebas


(Unconfined)
Pengujian kuat tekan bebas adalah
uji kekuatan tanah dengan tekanan satu
arah. Kuat tekan bebas adalah besarnya
beban aksial persatuan luas pada saat
benda uji mengalami keruntuhan atau
pada saat regangan aksial telah mencapai
15%
Gambar 1. Bagan alir penelitian

3.2 Pengujian Pendahuluan


Pengujian pendahuluan yang
dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan berat jenis
2. Pemeriksaan grain size
3. Pemeriksaan index properties
4. Pengujian pemadatan

4
5.DSM + 10% Kapur

Gambar 2. Alat Uji Kuat Bebas Gambar 3. Alat Uji Pengembangan


Langkah-langkah pengujian kuat Langkah-langkah pengujian adalah
tekan adalah sebagai berikut: sebagai berikut:
1. Menyiapkan model benda uji. 1. Menyiapkan model benda uji.
2. Meletakkan sampel tanah pada alat 2. Meletakkan sampel tanah pada
unconfined mold kedalam bak perendaman
3. Melakukan uji kuat tekan dengan 3. Mencatat pengembangan pada
beban satu arah setiap waktu yang telah
4. Pembebanan dilakukan bertahap ditentukan
dengan interval pembacaan setiap Mencatat tegangan dan regangan
penurunan arloji. yang terjadi (Tabel 2).
5. Mencatat tegangan dan regangan
yang terjadi (Tabel 1).

Tabel 2. Pembacaan Uji Pengembangan

3.5 Rancangan Penelitian


Tabel 1. Pembacaan Uji Kuat Tekan Pada proses uji kuat tekan bebas
diawali dengan persiapan benda uji
3.5 Uji Pengembangan ( Swelling ) sampel tanah undisturbed atau tanah
Uji kuat tekan bebas adalah uji yang tidak terganggu untuk mengetahui
yang dilakukan menggunakan silinder kekuatan tanah asli pada tanah tersebut.
berbahan logam, dimana bertambahnya Kemudian dilakukan pengujian sampai
volume tanah secara perlahan akibat keruntuhan. Selanjutnya adalah pengujian
tekanan air berlebih negatif. Waktu yang tanah yang sudah diberi OMC tanpa
dibutuhkan air untuk masuk kedalam perbaikan kapur untuk mengetahui
tanah yang akan diamati. Sehingga perubahan kuat tekan ketika tanah
memerlukan waktu beberapa hari tersebut diberi kapur dan slurry(air-
kapur), benda uji berikutnya yaitu tanah
perbaikan dengan masing-masing variasi
rasio kadar slurry(air-kapur). Untuk
pengujian kuat tekan bebas dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada saat
sebelum tanah mengembang dan
mengembang

5
dilakukan dapat dilihat pada gambar 3
No Tanah + 8% Sampel Tegangan Regangan berikut ini:
Kapur (%) (kg/cm²)
1 Slurry air kapur 1
10%
GRAIN SIZE ANALYSIS
2
100

3
80
2 Slurry air kapur 1
13%

Percent finer (%)


60

2
40
3
20
3 Slurry air kapur 1
15% 0
2 10 1 0.1 0.01 0.001

Pasir
3 Kerikil Silt Clay
Medium Halus
Particles diameter (mm)
4 Slurry air kapur 1
17%
2 Gambar 1. Analisis saringan dan Hidrometer
3

5 Slurry air kapur 1 b. Specific Gravity


20%
2 Berat spesifik atau yang biasa
3 disebut dengan specific gravity yaitu
6 Slurry air kapur
25%
1
perbandingan berat butir tanah dan berat
2
air suling dengan isi yang sama pada
3
suhu telah ditentukan. Berat jenis
Tabel 3. Rancangan Penelitian Variasi Kadar Slurry pada Kuat diketahui sebesar 2,685.
Tekan Bebas Sebelum Pengembangan dan Setelah
Pengembangan c. Atterberg Limit
Pengujian terdiri dari uji batas
No Tanah + 8% Kapur Sampel Pengembangan
(%)
cair (Liquid limit), uji batas plastis
1 Slurry air kapur
10%
(Plastic limit)dan uji batas susut
2 Slurry air kapur
13%
(Shrinkage limit) atau yang biasa disebut
3 Slurry air kapur
15%
bata Atterberg. Batas cair dan batas
4 Slurry air kapur plastis digunakan untuk mengetahui
17%
5 Slurry air kapur indeks plastisitas tanah. Indeks plastisitas
20%
6 Slurry air kapur digunakan untuk menentukan jenis tanah
25%
Tabel 4. Rancangan Penelitian Variasi Kadar Slurry pada Uji yang akan dilakukan pengujian. Berikut
Pengembangan adalah hasil dari pengujian batas-batas
atterberg.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PL (%) SL (%) PI (%)
4.1 Hasil Pengujian Pendahuluan LL (%)
Pengujian pendahuluan untuk 81,5 35,59 6,77 45,91
mengetahui karakteristik tanah yang akan
diuji. Pengujian ini seperti mencari berat Tabel 1. Hasil pemeriksaan batas-batas
atterberg
jenis, index properties, serta uji grain size
a. Klasifikasi Tanah
Dari hasil tersebut tanah digolongkan
Untuk klasifikasi jenis tanah yang
beradasarkan klasifikasi tanah sistem
akan diuji ada dua cara yaitu analisis
Unified atau USCS.
saringan (grain size) dan analisis
Dari data yang didapatkan pada
hydrometer. Analisis saringan bertujuan
pengujian batas Attreberg diketahui nilai
untuk mencari butiran kasar dan halus
batas cair (liquid limit) 81,5% batas
yang tertahan pada saringan no. 200 dan
plastis (plastic limit) 35,59%, batas susut
analisis hydrometer digunakan
(Shrinkage limit) 6,77%, sehingga dapat
menentukan distribusi ukuran butiran
di tentukan Indeks Plastisitas tanah
tanah yang lolos saringan no. 200 atau
lempung ekspansif sebesar 45,91%.
tertahan pada pan. Hasil analisis yang
Berdasarkan klasifikasi tanah USCS dan
spesific gravity (Gs), tanah golongan

6
tanah bersimbol CH yaitu tanah lempung e. Pemadatan Tanah
anorganik berplastisitas tinggi Pengujian pemadatan standar
d. Kriteria Lempung Ekspansif digunakan untuk mengetahui (OMC) atau
Dari hasil pengujian batas Atterberg nilai kadar air optimum pada tanah yang
parameter tanah lempung ekspansif mempunyai berat isi kering maksimum
diantaranya adalah berdasarkan (d maks) menggunakan metode ASTM
presentase indeks plastisitas pada tabel D-698 Metode B. Pengujian pemadatan
berikut menggunakan spesifikasi alat sebagai
Metode Klasifikasi berikut
Hubungan PI dengan Tingkat - Diameter cetakan (mold) 152 mm
Chen, 1967
(6”)
1
Pengembangan
Tingkat - Bahan lolos saringan no.4 (4,75
PI (%)
Pengembangan mm)
0 - 15 Rendah - Berat alat pemukul (proctor) 2,5 kg
dengan tinggi jatuh 30,48 cm (12”)
10 - 35 Sedang
Grafik hasil pengujian pemadatan
20 - 55 Tinggi
standar pada tanah asli dapat dilihat pada
> 35 Sangat Tinggi gambar berikut ini:
2,2
Nilai sampel Berat Isi Kering (gr/cc) 2,0
45.91% 1,8
uji : 1,6
1,4 Pemadatan
Kesimpulan Potensi mengembang 1,2 ZAV
1,0
Poly. (Pemadatan)
0,8
: sangat tinggi 0,6 Linear (ZAV)
0,4
Activity 10 15 20 25 30 35
2 Kadar Air (%)
Method (A)
Skempton A = PI/(C Tidak Gambar 3. Hasil pemadatan tanah asli
A < 0.75
1953 - 10) Aktif
Dari hasil uji pemadatan standar
0.75 < A < Norma
didapatkan nilai kadar air optimum
1.25 l
(OMC) sebesar 21,9% dan berat isi
A > 1.25 Aktif
kering maksimum (d maks) sebesar
Nilai sampel PI =
C = 44% 0,819 gr/cm3. Data tersebut akan
uji : 45.91%
digunakan untuk pembuatan benda uji
Kesimpulan A = 1.35, tanah tersebut
dalam box.
: termasuk aktif.
Tabel 2. Identifikasi tanah lempung ekspansif
f. Pemadatan Tanah Stabilisasi 8%
Kapur
Hasil pemadatan tanah distabilisasi
dengan 8% kapur yang didapatkan dari
penelitan sebelumnya. Dari penelitian
tanah dengan perbaikan 8% kapur
didapatkan berat isi kering maksimum
tanah d (d maks) sebesar 1,125 gr/cm3
dengan kadar air optimum (OMC) adalah
20%.

Gambar 2. Klasifikasi Potensi Mengembang

7
2,2
2,0
Dari gambar diatas dapat dilihat
Berat Isi Kering (gr/cc) 1,8 bahwa tegangan maksimum rata-rata
1,6 Pemadatan
1,4 ZAV
untuk tanah remolded dengan cara
1,2
1,0
Poly. (Pemadatan)
Linear (ZAV)
dipadatkan dengan kadar air optimum
0,8 (OMC) yaitu sebesar 1,285 kg/cm2 lebih
10 15 20 25 30 35
Kadar Air (%) besar daripada tegangan maksimum tanah
Gambar 4. Grafik hasil pemadatan tanah stabilisasi 8% kapur undisturbed yang hanya memiliki qu
rata-rata sebesar 0,504 kg/cm2
g. Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah
Sebelum Pengembangan 3,5

Benda yang diuji adalah tanah asli 3,0

undisturbed, tanah remolded, tanah 2,5

Tegangan (kg/cm 2 )
remolded yang sudah dipadatkan dengan 2,0

1,5
OMC tanpa perbaikan, serta pemberian 1,0

variasi kadar slurry (air-kapur) 0,5

0,0
0,6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Regangan (%)

0,5
omc omc + 10% omc + 13% omc + 15%
0,4
Tegangan (kg/cm2 )

omc + 17% omc + 20% omc + 25% undisturbed 1

0,3

0,2
Gambar 5. Hubungan perbandingan tegangan-regangan tanah
0,1 (undistrubed,remolded tanpa perbaikan, remolded dengan
perbaikan yang diberi variasi)
0,0
0 2 4 6 8 10 12
Regangan (%)
undisturbed 1 undisturbed 2 Benda uji yang diperbaiki dengan
remolded 1

Gambar 4. Hubungan perbandingan tegangan-regangan tanah


remolded 2
kapur 8% serta di variasikan slurry air-
undisturbed-remolded kapur sangat berpengaruh pada tegangan
maksimum pada tanah tersebut. slurry
Tanah kondisi undisturbed memiliki air-kapur yang tepat, akan membuat
tegangan maksimum rata rata sebesar tegangan tersebut menjadi lebih tinggi
0,504 kg/cm2 sedangkan tanah kondisi daripada tanpa diberi slurry air-kapur.
remolded memiliki tegangan maksimum Namun bila kadar slurry air-kapur yang
rata-rata sebesar 0,354 kg/cm2, hal ini diberi tinggi, maka bisa menurunkan
sesuai bahwa tegangan saat runtuh (qu) tegangan tanah tersebut, tanah akan
untuk tanah undisturbed lebih besar lembek dan mengembang.
daripada remolded. Dari hasil penelitian 3,5

tersebut menghasilkan sensivity sebesar 3,0


2,5
1,424 dimana termasuk tanah normal. 2,0 omc
qu(kg/cm2 )

1,5
1,0
1,6 0,5
1,4 0,0

1,2 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%


Tegangan (kg/cm2)

Slurry Air-Kapur (%)


1,0
0,8 Gambar 6. Pengaruh variasi slurry air-kapur terhadap qu
0,6
0,4
Pengaruh slurry air-kapur terhadap
0,2
0,0 nilai qu ditunjukkan pada gambar 6,
0 2 4 6
Regangan (%)
8 10 12 untuk tanah dengan perbaikan tanpa
disturbed 1 disturbed 2 disturbed 3
tambahan slurry dihasilkan qu dengan
undisturbed 1 undisturbed 2
Gambar 4. Hubungan perbandingan tegangan-regangan tanah
nilai terendah diantara semua benda uji
undistrubed-remolded yang dipadatkan dengan menggunakan yaitu 2,117 kg/cm2. Sedangkan untuk
kadar air optimum (OMC) dan kapur 8%
tanah perbaikan dengan tambahan slurry

8
air-kapur yang dipadatkan dengan kadar perbaikan, serta pemberian variasi slurry
air optimum (OMC) memiliki nilai qu air-kapur untuk tanah perbaikan
terbesar 3,207 kg/cm2 dengan nilai ini seluruhnya. Namun, benda uji dilakukakn
didapatkan peningkatan nilai qu akibat pengujian setelah sebelumnya dilakukan
pemadatan dengan kadar air optimum swelling atau uji pengembangan. Untuk
(OMC) sebesar 51 % dari tanah mengetahui tegangan-regangan pada
perbaikan tanpa tambahan slurry seperti tanah setelah mengalami pengembangan.
pada tabel Hasil yang diperoleh dari uji tekan bebas
untuk tanah asli (undisturbed) dan tanah
remolded setelah pengembangan adalah
seperti diperlihatkan pada gambar berikut
0,5

Tabel 3. Peningkatan nilai qu dari tanah asli akibat perubahan 0,4

slurry air-kapur untuk tanah perbaikan dan tanpa perbaikan


0,3

Tegangan (kg/cm2 )
0,2

1,8 0,1

1,5
0,0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1,2 Regangan (%)
omc
Cu(kg/cm2 )

0,9
omc omc + 10% omc + 13% omc + 15%

0,6

0,3 omc + 17% omc + 20% omc + 25%

0,0
Gambar 7. Hubungan perbandingan tegangan-regangan
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
setelah pengembangan(remolded dengan perbaikan yang
Slurry Air-Kapur (%) diberi kadar slurry air-kapur)
Gambar 7. Pengaruh variasi slurry air-kapur terhadap Cu

Tegangan tanah pada slurry air-


Pada gambar 7 terlihat bahwa nilai kapur yang divariasikan semakin lama
cu pada tanah perbaikan tanpa semakin kecil setelah mengalami
penambahan slurry air-kapur memilki pengembangan.Tanah yang terlalu
nilai paling kecil yaitu 1,059 kg/cm2, banyak slurry air-kapur menyebabkan
sedangkan dengan menggunakan sifat tanah yang sebelumnya getas, dan
penambahan slurry air-kapur memiliki kaku menjadikannya lebih lembek
Cu sebesar 1,604 kg/cm2 dan mengalami sehingga mempengaruhi tegangan pada
peningkatan hingga 51% dari tanah tanah
perbaikan yang tanpa penambahan slurry
0,5

0,4
omc
0,3
qu(kg/cm2 )

0,2

0,1

0,0
Tabel 4. Peningkatan nilai Cu dari tanah asli akibat 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
perubahan slurry air-kapur untuk tanah perbaikan dan tanpa
Slurry Air-Kapur (%)
perbaikan
Gambar 7. Pengaruh variasi slurry air-kapur terhadap qu
setelah pengembangan
h. Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah
Setelah Pengembangan qu perbaikan tanpa slurry air-kapur
Benda yang diuji dalam pemeriksaan tambahan, dihasilkan qu dengan nilai
unconfined adalah tanah asli tertinggi diantara semua benda uji yaitu
(undistrubed), tanah remolded, tanah 0,36 kg/cm2. Sedangkan untuk tanah
remolded yang sudah dipadatkan dengan perbaikan dengan menggunakan
kadar air optimum (OMC) tanpa tambahan slurry air-kapur memiliki nilai

9
qu sebesar 0,3 kg/cm2 dengan nilai ini
didapatkan penurunan nilai qu akibat 0,20

pengembangan sebesar 17% dari tanah 0,18

perbaikan tanpa penambahan slurry air- 0,16

kapur seperti pada tabel 0,14

Swelling (%)
0,12

0,10

0,08
y = 0,180e -5,50x
0,06

0,04

0,02

0,00
0% 3% 5% 8% 10% 13% 15% 18% 20% 23% 25% 28%

Tabel 5. Peningkatan nilai qu dari tanah asli akibat perubahan Penambahan Kadar Air(%)
slurry air-kapur untuk tanah perbaikan dan tanpa perbaikan
Gambar 9. Pengaruh variasi slurry air-kapur terhadap swelling
setelah pengembangan

Pada hasil uji pengembangan


0,2 didapatkan bahwa semakin besar slurry
omc
air-kapur yang diberikan pada benda uji,
0,15
maka pengembangannya akan semakin
kecil. Hal ini disebabkan karena pada
Cu(kg/cm2 )

0,1

0,05
tanah tersebut sudah dalam keadaan
jenuh pada penambahan slurry air-kapur
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% sehingga pada saat pengujian
Slurry Air-Kapur (%) kemampuan tanah mengembang sudah
Gambar 8. Pengaruh variasi slurry air-kapur terhadap Cu maksimal. Pengembangan terbesar yaitu
setelah pengembangan
pada tanah tanpa penambahan slurry air-
Nilai Cu pada tanah perbaikan kapur sebesar 1,33%. Hasil dari
dengan penambahan slurry air-kapur pengembangan kurang 0,2% sesuai
25% memilki nilai paling kecil yaitu dengan standar yang diijinkan flexible
0,066 kg/cm2, untuk tanah perbaikan pavement sebesar kurang dari 0,8%.
tanpa slurry air-kapur memiliki nilai Cu seperti yang terdapat pada tabel dibawah
sebesar 0,18 kg/cm2 , tanah perbaikan ini:
dengan slurry air-kapur bisa menurunkan
tingkat tegangan 17% dikarenakan telah
terjadi pengembangan sebelumnya seperti
pada tabel berikut:
Tabel 7. Hasil uji pengembangan untuk sampel dengan variasi
kadar slurry air-kapur

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Tanah yang distabilisasi dengan
Tabel 6. Peningkatan nilai Cu dari tanah asli akibat perubahan penambahan 8% kapur serta variasi
slurry air-kapur untuk tanah perbaikan dan tanpa perbaikan kadar slurry air-kapur berpengaruh
setelah pengembangan
terhadap sifat pada tanah tersebut .
i. Pengujian Pengembangan Kadar slurry air-kapur mampu
Uji pengembangan (swelling) ini meningkatkan nilai qu, tegangan dan
dilakukan dengan kadar air optimum Cu. Hasil variasi kadar slurry air-
(OMC) dengan perbedaan pada variasi kapur kekuatan maksimal yang bisa
slurry air-kapur seperti yang telah di diperoleh pada penambahan sebesar
tentukan sebelumnya 10%.

10
2. Kadar slurry air-kapur berpengaruh Jakarta : Departemen Pekerjaan
terhadap pengembangan (swelling), Umum
semakin besar kadar slurry air-kapur Departemen Pekerjaan Umum. 2005
yang diberikan semakin kecil Pedoman Penanganan Tanah
pengembangan(swelling) tersebut Ekspansif untuk Konstruksi Jalan.
namun tetap dibawah pengembangan Jakarta : Departemen Pekerjaan
yang diizinkan kurang dari 0,8% Umum
Sutikno, Budi Damianto. 2009.
5.2 Saran Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan
1. Perlu diadakan penelitian lanjutan Penambahan Kapur (Lime) :
dengan bahan limbah yang lebih Aplikasi pada Pekerjaan Timbunan.
bervariasi untuk mengurangi Jurnal Volume 2 Nomor 11. Depok:
pencemaran dan masalah lingkungan Politeknik Negeri.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan Hardiyatmo, Hary Christady. 2010.
dengan menggunakan benda uji dari Mekanika Tanah I. Yogyakarta:
jenis tanah yang berbeda selain tanah Gadjah Mada University Press
lempung eskpansif Munawir, As’ad 2014. Buku Ajar
3. Perlu diadakan perulangan dari Perbaikan Tanah. Hand Out: Teknik
setiap perlakuan agar hasil yang Sipil Fakultas Teknik Universitas
didapat lebih maksimal Brawijaya
4. Perlu adanya peralatan praktikum Ariyani, Ninik. 2009. Pengaruh
yang lebih memadai agar hasil dari Penambahan Kapur Pada Tanah
penelitian lebih baik dan akurat Lempung Ekspansif Dari Dusun
Bodrorejo Klaten. Yogyakarta:
Teknik Sipil Fakultas Teknik
DAFTAR PUSTAKA
UKRIM
Warsiti. 2009. Meningkatkan CBR dan
Bruce, Marry Ellen C. 2013. “Deep
Memperkecil Swelling Tanah Sub
Mixing for Embankment and
Grade dengan Metode Stabilisasi
Fondation Support” dalam Federal
Tanah dan Kapur. Jurnal Volume 14
Highway Administration Design
Nomor 1. Semarang: Politeknik
Manual. Washington, DC: Federal
Negeri.
Highway Administration.
Hardiyati, S. 2003. Studi Potensi
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah
Mengembang Kekuatan Tanah
(Prinsip-prinsip Rekayasa
Lempung Ekspansif Dengan dan
Geoteknis). Jakarta: Erlangga.
Tanpa Kapur Akibat Sikluas
Hardiyatmo, Hary Christady. 1999.
Berulang Basah-Kering. Tesis.
Mekanika Tanah 1. Jakarta: PT.
Semarang: Universitas Diponegoro
Gramedia Pustaka Umum.
Maulidya,Adelina. 2016. Pengaruh
Santosa, Budi et al. 1998 Dasar
Kadar Air dan Presentase Stabilisasi
Mekanika Tanah. Jakarta:
Dengan 10% Kapur Terhadap
Gunadarma
Kekuatan Tanah Ekspansif. Skripsi
Chen, F. H. 1975. Foundationon
Program Studi Sarjana pada Jurusan
ExpansiveSoil. Amterdam: Esevier
Teknik Sipil Fakultas Teknik
Scientific
Universitas Brawijaya
SK SNI S-01-1994-03. 1996. Spesifikasi
Madhayannapu, R.S. dan Puppala, A. J.
Kapur Untuk Stabilisasi Tanah.
2014. Design and Construction
Departemen PU.
Guidelines for Deep Soil Mixing to
Departemen Pekerjaan Umum. 1994.
Stabilize Expansive Soils. Journals
Peraturan SK SNI S-01-1994-03.
of Geotechnical and

11
Geoenvironmental Engineering. 140.
American Society of Civil Engineers
Seed, H. B., Wood Ward, R. J. Dan
Lundgren, R. 1962. Prediction of
Swelling Potential for Compacted
Clay. Journal of The Soil Mechanics
and Foundations Divisions. 88
(SM4):107-131. American Soiciety
of Civil Engineers
Filz, Hodges, Weatherby, Marr (2005).
Standardized Definitions and Laboratory
Procedures for Soil-Cement Specimens
Applicable to the Wet Method of Deep
Mixing

12

Anda mungkin juga menyukai