NIM :20177500029
LAPORAN PENDAHULUAN
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) : positif secara
mencolok. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt • Gas darah arteri
pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) • Alkalosis respiratorik •
Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,
menunjukkan respon terhadap stress/infeksi. • Ureum/kreatinin : mungkin
meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. • Amilase darah : mungkin
meningkat > pankacatitis akut. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada
(pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan
insufisiensi insulin.
b. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
6. Penatalaksanaan
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes (Brunner and Suddarth, 2002) :
1) Diet
Prinsip penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:
Jumlah kalori sesuai kebutuhan
7. Komplikasi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan
yang terkontrol. Tanpa didukung oleh pengelolaan yang tepat, diabetes dapat
menyebabkan beberapa komplikasi (IDF, 2007). Komplikasi yang
disebabkandapat berupa:
a) Komplikasi Akut
1. Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala
adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala
neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma)
(PERKENI, 2006).
2. Ketoasidosis diabetik
Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi insulin, jumlah
insulin yangterbatas dalam tubuh menyebabkan glukosa tidak dapat
digunakan sebagaisumber energi, sehingga tubuh melakukan
penyeimbangan dengan;. memetabolisme lemak. Hasil dari
metabolisme ini adalah asam lemak bebasdan senyawa keton.
Akumulasi keton dalam tubuh inilah yang menyebabkanterjadinya
asidosis atau ketoasidosis (Gale, 2004).
b) Komplikasi Kronis (Menahun)
1. Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3. Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana
serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
4. Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya
tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki.
dan disfungsi ereksi.
3. Asuhan keperawatan
1. Fokus Pengkajian
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas
pasien mungkin berbau aseton, pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi,
penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan
sekarang Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma
Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma
Hipoglikemik, KAD/HONK) serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan
anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotic diuresis.
3) Resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan hiperglikemia
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kematian jaringan.
5) Resiko injury berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3.Monitor Gizi
Aktivitas :
-Memantau berat badan
pasien
-Memantau turgor kulit
-Memantau mual dan
muntah
-Memantau albumin, total
protein, Hb, hematokrit,
dan elektrolit
-Memantau tingkat energi,
lemah, letih, rasa tidak
enak
-Memantau apakah
konjungtiva pucat,
kemerahan, atau kering
-Memantau intake nutrisi
dan kalori
Kekurangan Volume Cairan a) Keseimbangan cairan 1Manajemen Cairan
berhubungan dengan Kehilangan Defenisi : keseimbangan Aktivitas :
Volume Cairan Secara Aktif cairan di intraselluler dan -Mempertahankan
Definisi : penurunan cairan ekstraselluler di dalam keakuratan catatan intake
Intravaskuler, Interstisial, dan atau tubuh dan output
Intrasel. Diagnosis ini mengacu pada Indikator : -Memonitor status hidrasi
dehidrasi yang merupakan - Tekanan darah dalam (kelembaban membran
kehilangan cairan saja tanpa batas normal mukosa, nadi, tekanan
perubahan dalam natrium. -Keseimbangan intake darah ortostatik ), jika
Batasan Karakteristik : dan output selama 24 jam diperlukan
-Perubahan status mental Turgor kulit baik - Memonitor vital sign
-Penurunan tekanan darah -Membran mukosa - Memonitor hasil labor
-Penurunan volume/ tekanan nadi lembab yang sesuai dengan retensi
-Penurunan turgor kulit/ lidah -Hematokrit dalam batas cairan (BUN, Ht,
-Pengisian vena menurun normal osmolalitas urin)
-Membran mukosa/ kulit kering -Memonitor masukan
-Peningkatan hematokrit meninggi b)Hidrasi makanan/ cairan dan hitung
-Peningkatan denyut nadi Definisi : kecukupan intake kalori harian
- Konsentrasi urine meningkat cairan di intraselluler dan - Berkolaborasi untuk
-Kehilangan berat badan seketika ekstraselluler di dalam pemberian cairan IV
-Kehausan tubuh 2)Monitor Cairan
-Kelemahan Indikator : Aktivitas :
-Turgor kulit baik - Menentukan faktor resiko
-Membran mukosa dari ketidakseimbangan
lembab cairan (polyuria, muntah,
-Intake cairan dalam hipertermi)
batas normal -Memonitor intake dan
Pengeluaran Urin dalam output
batas normal - Memonitor serum dan
jumlah elektrolit dalam
urin
- Memonitor serum
albumin dan jumlah protein
total
- Memonitor serum dan
osmolaritas urin
- Mempertahankan
keakuratan catatan intake
dan output-
- Memonitor warna, jumlah
dan berat jenis urin.
3)Terapi Intravena
Aktivitas :
- Periksa tipe, jumlah,
expire date, karakter dari
cairan dan kerusakan botol
-Tentukan dan persiapkan
pompa infuse IV
- Hubungkan botol dengan
selang yang tepat
-Atur cairan IV sesuai suhu
ruangan
-Kenali apakah pasien
sedang penjalani
pengobatan lain yang
bertentangan dengan
pengobatan ini
-Atur pemberian IV, sesuai
resep, dan pantau hasilnya
-Pantau jumlah tetes IV dan
tempat infus intravena
-Pantau terjadinya
kelebihan cairan dan reaksi
yang timbul
-Pantau kepatenan IV
sebelum pemberian
medikasi intravena
- Ganti kanula IV,
apparatus, dan infusate
setiap 48 jam, tergantung
pada protocol
-Perhatikan adanya
kemacetan aliran
-Periksa IV secara teratur
-Pantau tanda-tanda vital
-Batas kalium intravena
adalah 20 meq per jam atau
200 meq per 24 jam
- Catat intake dan output
- Pantau tanda dan gejala
yang berhubungan dengan
infusion phlebitis dan
infeksi lokal
Kerusakan Integritas Jaringan a.Integritas Jaringan : a.Managemen Tekanan
berhubungan dengan Perubahan kulit dan membran Aktifitas ;
Sirkulasi, Kurang Pengetahuan, mukosa -Memakaikan pasien
Faktor Mekanik (tekanan, benturan, Defenisi : keutuhan pakaian yang tidak
gesekan) struktur dan fungsi membatasi gerak
fisiologis normal dari -Menahan diri untuk
Definisi : kerusakan pada selaput kulit dan membrane melakukan tekanan pada
lendir, kornea, kulit dan jaringan mukosa bagian tubuh yang sakit
subkutan Indikator : -Meninggikan ektremitas
Batasan Karakteristik : -Temperature kulit dalam yang terluka
-Kerusakan jaringan (kornea, batas normal -Memutar posisi pasien
membrane mukosa, kulit, dan -Susunan dalam batas setiap dua jam sekali,
subkutan) normal berdasarkan jadwal khusus
-Kehilangan jaringan -Perfusi jaringan baik -Memantau area kulit yang
-Integritas kulit baik kemerahan atau rusak
-Memantau pergerakan dan
b.Penyembuhan luka : aktifitas pasien
tahapan kedua -Memantau status nutrisi
Definisi : tingkat pasien
regenerasi dari sel dan -Memantau sumber tekanan
jaringan setelah dan geseran
dilakukan penutupan
Indikator : b.Perawatan Luka (3660)
-Granulasi dalam Aktifitas :
keadaan baik -Mengganti balutan plester
-Bekas luka dalam dan debris
keadaan baik -Mencukur rambut
-Penurunan ukuran luka sekeliling daerah yang
terluka, jika perlu
-Mencatat karakteristik
luka termasuk warna, bau
dan ukuran
-Membersihkan dengan
larutan saline atau
nontoksik yang sesuai
-Memberikan pemeliharaan
kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan
-Mengurut sekitar luka
untuk merangsang sirkulasi
-Menggunakan unit TENS
(Transcutaneous Elektrikal
Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan
luka yang sesuai
-Menggunakan salep yang
cocok pada kulit/ lesi, yang
sesuai
-Membalut dengan perban
yang cocok
-Mempertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
-Memeriksa luka setiap
mengganti perban
-Membandingkan dan
mencatat secara teratur
perubahan-perubahan pada
luka
-Menjauhkan tekanan pada
luka
-Mengajarkan pasien dan
anggota keluarga prosedur
perawatan luka
c.posisi
Aktivitas :
-Menyediakan tempat tidur
yang terapeutik
-Memelihara kenyamanan
tempat tidur
-Menempatkan dalam
posisi yang terapeutik
-Posisi dalam
mempersiapkan kesajajaran
tubuh
-Kelumpuhan/menyokong
bagian tubuh
-Memperbaiki bagian tubuh
-Menghindari terjadinya
amputasi dalam posisi
fleksi
-Memposisikan untuk
mengurangi dyspnea (mis.
posisi semi melayang), jika
diperlukan
-Memfasilitasi pertukaran
udara yang bagus untuk
bernafas
-Menyarankan untuk
peningkatan rentang latihan
-Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
-Memasang footboard
untuk tidur
-Gunakan teknik log roll
untuk berputar
-Meningkatkan eliminasi
urin, jika diperlukan
-Menghindari tempat yang
akan melukai
-Menopang dengan
backrest, jika diperlukan
-Memperbaiki kaki 20
derajat diatas jantung, jika
diperlukan
-Menginstruksikan kepada
pasien bagaimana
menggunakan posisi yang
bagus dan gerak tubuh
yang bagus dalam
beraktifitas
-Mengontrol sistem
pelayanan untuk mengatur
persiapan
-Memelihara posisi akan
integritas dari sistem
-Memperbaiki kepala
waktu tidur, jika diperlukan
-Mengatur indikasi kondisi
kulit
-Membantu imobilisasi
setiap 2 jam, sesuai jadwal
-Gunakan alat bantu
layanan untuk mendukung
kaki (mis. Hand roll dan
trochanter roll)
-Menggunakan alat-alat
yang digunakan berulang
ditempat yang mudah
dijangkau
-Menempatkan posisi
tempat tidur yang nyaman
agar mudah dalam
perpindahan posisi
-Menempatkan lampu
ditempat yang mudah
dijangkau
Daftar pustaka
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC:Jakarta.
Sudoyo, Aru W.( 2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.
Wiley, NANDA International. (2012). Nursing Diagnostig : Defenition and Clasification
2012-2014. Jakarta :ECG