Anda di halaman 1dari 17

Nama : Nur Safitri

NIM :20177500029

Prodi : d3 ilmu keperawatan FIK UMJ

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan keperawatan dengan klien gangguan kebutuhan nutrisi

A. Konsep dasar sistem pencernaan


1. Anatomi fisiologi sistem pencernaan
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan(faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Fisiologi
sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulaidari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yangberfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi danenergi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuangbagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan yaitu :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh
gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadardan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan
dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama
tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi
dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan
laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di
akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik.Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian
tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior
(terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat pentingyaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel
–sel lambung dari kerusakan oleh asam lambungdan asam
kloridamenciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan
lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halusyang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke ususkosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagianterpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale danberakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organretroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaputperitoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar padaderajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muarasaluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambungmelepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum),yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
umlah yangbisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akanmegirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkanmakanan.
b. Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus,
di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus
c. Usus Penyerapan (Illeum)Usus
penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4
m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
d. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolontransversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendirdan air, dan terjadilah
diare.7.Rektum dan AnusRektum adalah sebuah ruangan yang berawal
dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan
tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektumakan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di
ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh
otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus.
2. Faktor faktor yang mempengaruhi sistem pencernaan
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Jenis kegiatan
d. Stress
e. Infeksi/proses penyakit
f. Suhu tubuh
B. Konsep penyakit hyperglikemia
1. Definisi
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas
tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula
darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak
terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang
serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi
gagal ginjal), syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner &
Suddarth, 2002 ).
Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah
suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
2. Etiologi
Diabetes adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peningkatan kadar
gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin absolut
ataupun relatif. Namun dari beberapa kasus juga ditemukan beberapa penyebab
terjadinya diabetes antara lain :
a. Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus
B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini
menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa
dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan
menyebabkan DM.

b. Bahan Toksik atau Beracun


Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis
jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
c. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki
kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan
anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau
kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya,
sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskan kepada anak-anaknya. (Soegondo S, dkk. 2007)
Penyebab lainnya dikategorikan berdasarkan tipe Diabeter yaitu :
1) Diabetes Tipe I :
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2) Diabetes Tipe II :
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
 Obesitas
 Riwayat keluarga
3. Patofisiologi
Pada diabetes melitus tipe1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda,
yaitu :
a) Tipe 1A, diduga pengruh genetik dan lingkungan memegang peran utama
untuk terjadinya kerusakan pancreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai
hubungan yang sangat erat.
b) Tipe 1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok
penderita yang juga sering menunjukan manifestasi autoimun lainnya,
seperti Hasbimoto disease, pernisious anemia, dan myasthenia gravis.
keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia
sekitar 30-50 tahun. Pada diabetes tipe 1 cenderung terjadi ketoasidosis
diabetic.
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistesni insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkain reaksi dalam
metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer & Bare,
2002 ). Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2002 ).
4. Menifestasi klinik
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing
terutama malam hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat.
Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun,
luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4 kg.Kadang-
kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka
mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar
glukosa darahnya tinggi.
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) : positif secara
mencolok. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt • Gas darah arteri
pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) • Alkalosis respiratorik •
Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,
menunjukkan respon terhadap stress/infeksi. • Ureum/kreatinin : mungkin
meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. • Amilase darah : mungkin
meningkat > pankacatitis akut. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada
(pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan
insufisiensi insulin.
b. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

6. Penatalaksanaan
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes (Brunner and Suddarth, 2002) :
1) Diet
Prinsip penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:
Jumlah kalori sesuai kebutuhan

Cara menentukan kebutuhan kalori:

· Kurus : BBx 40-60 kal/ hari


· Normal : BBx 30 kal/ hari
· Gemuk : BBx 20 kal/ hari
· Obesitas : BBx 10-15 kal/ hari
- Jadwal makan (6 kali) makan pagi- selingan pagi- makan siang- selingan
sore- makan malam- menjelang tidur. Jenis makanan, karbohidrat 60- 70%
kebutuhan kalori, protein 10- 15%, lemak 20- 25%, dan unsure kelumit atau
vitamin sesuai kebutuhan.
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (jika diperlukan)
5) Pendidikan
Tujuannya untuk mendidik pengidap/ keluarganya mengenai pengetahuan dan
ketrampilan praktis diabetes mellitus sehingga ketaatan dan peran sertanya
meningkat, dan memiliki gaya hidup yang baik.

7. Komplikasi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan
yang terkontrol. Tanpa didukung oleh pengelolaan yang tepat, diabetes dapat
menyebabkan beberapa komplikasi (IDF, 2007). Komplikasi yang
disebabkandapat berupa:
a) Komplikasi Akut
1. Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala
adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala
neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma)
(PERKENI, 2006).
2. Ketoasidosis diabetik
Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi insulin, jumlah
insulin yangterbatas dalam tubuh menyebabkan glukosa tidak dapat
digunakan sebagaisumber energi, sehingga tubuh melakukan
penyeimbangan dengan;. memetabolisme lemak. Hasil dari
metabolisme ini adalah asam lemak bebasdan senyawa keton.
Akumulasi keton dalam tubuh inilah yang menyebabkanterjadinya
asidosis atau ketoasidosis (Gale, 2004).
b) Komplikasi Kronis (Menahun)
1. Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3. Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana
serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
4. Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya
tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki.
dan disfungsi ereksi.

3. Asuhan keperawatan
1. Fokus Pengkajian
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas
pasien mungkin berbau aseton, pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi,
penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan
sekarang Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma
Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma
Hipoglikemik, KAD/HONK) serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan
anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotic diuresis.
3) Resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan hiperglikemia
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kematian jaringan.
5) Resiko injury berhubungan dengan gangguan penglihatan.

Diagnosa keperawatan NIC NOC


Resiko Ketidakstabilan Kadar 1.Tingkat glukosa darah a)Managemen
Glukosa Darah berhubungan dengan Defenisi : keadaan Hiperglikemia Aktifitas ;
Asupan Makanan, Ketidakadekuatan dimana tingkat glukosa -Memantau peningkatan
Monitor Glukosa Darah, Kurangan di plasma dan urin dalam gula darah
Ketaatan Dalam Manajemen rentang normal -Memantau gejala
Diabetes Indikator : hiperglikemia, poliuria,
Definisi : resiko variasi dari glukosa -Glukosa darah dalam polidipsi, poliphagi, dan
darah atau tingkat gula dari rentang batas normal kelelahan.
normal Glukosa urin dalam batas -Memantau urin keton
normal -Memberikan insulin yang
-Urin keton sesuai
2.Manajemen Diabetes -Memantau status cairan
secara mandiri -Antisipasi situasi dalam
Definisi : melakukan persyaratan pemberian
manajemen Diabetes insulin
secara mandiri, -Membatasi gerakan ketika
pengobatan dan gula darah diatas 250
pencegahan tehadap mg/dl, terutama apabila
perjalanan penyakit terdapat urin keton
Indikator : -Mendorong
-Memantau glukosa pasien untuk memantau
darah dalam batas normal gula darah
-Mengobati gejala dari b)Manajemen hipoglikemia
hiperglikemia (2130)
-Mengobati gejala dari Aktivitas :
hipoglikemia -Mengenali pasien dengan
3.Kurangnya resiko hipoglikemia
pengetahuan tentang -Memantau gula darah
manajemen diabetes -Memantau gejala
4.Ketidakadekuatan hipoglikemia
dalam memantau gula seperti:tremor, berkeringat,
darah gugup, tacikardi, palpitasi,
5.Pengetahuan tentang mengigil, perubahan
diet perilaku, coma.
-Memberikan karbohidrat
sederhana yang sesuai
Memberikan glukosa yang
sesuai
-Melaporkan segera pada
dokter
-Memberikan glukosa
melalui IV
-Memperhatikan jalan
nafas
-Lindungi jangan sampai
cedera
-Meninjau peristiwa
terjadinya hipoglikemia
dan faktor penyebabnya
-Memberikan umpan balik
mengenai manajemen
hipoglikemia
-Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai gejala,
faktor resiko, pencegahan
hipoglikemia
-Menganjurkan pasien
memakan karbohidrat yang
simple setiap waktu
Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang 1.Status nutrisi 1. Manajemen Nutrisi
Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan Defenisi : sejauh mana Aktivitas :
dengan Ketidakmampuan Untuk tingkat nutrisi yang -Mengkaji adanya pasien
Mengabsorbsi Nutrisi tersedia untuk dapat alergi terhadap makanan
Definisi : intake nutrisi tidak memenuhi kebutuhan -Berkolaborasi dengan ahli
mencukupi untuk memenuhi proses metabolik. gizi untuk menentukan
kebutuhan proses metabolik. Indikator : jumlah kalori dan jenis gizi
Batasan Karakteristik : -Intake nutrisi adekuat yang dibutuhkan untuk
-Nafsu makan menurun -Intake makanan adekuat memenuhi kebutuhan gizi
-Berat badan menurun (20% atau -Intake cairan dalam pasien
lebih dibawah ideal) batas normal -Mengatur pola makan dan
-Kelemahan/ kerapuhan pembuluh -Energi cukup gaya hidup pasien
kapiler -Indeks masa tubuh -Mengajarkan pasien
-Penurunan berat badan dengan dalam batas normal bagaimana pola makan
intake makanan yang cukup sehari- hari yang sesuai
-Kurangnya informasi 2.Status nutrisi : asupan dengan kebutuhan
-Konjungtiva dan membran mukosa makanan dan cairan -Memantau dan mencatat
pucat Definisi : jumlah masukan kalori dan nutrisi
-Tonus otot buruk makanan dan cairan -Timbang berat badan
-Melaporkan intake makanan yang dalam tubuh selama pasien dengan interval
kurang dari kebutuhan makanan waktu 24 jam. yang sesuai
yang tersedia Indikator : -Memberikan informasi
-Intake makanan melalui yang tepat tentang
oral adekuat kebutuhan nutrisi dan
- Intake cairan melalui bagaimana cara
oral adekuat memenuhinya
-Intake cairan melalaui -Membantu pasien untuk
intravena dalam batas menerima program gizi
normal yang dibutuhkan

3.Status nutrisi : intake 2.Therapy nutrisi


nutrisi Aktivitas :
Definisi : intake nutrisi -Memantau makanan dan
yang dibutuhkan untuk minuman yang dimakan
memenuhi proses dan hitung intake kalori
metabolic sehari yang sesuai
Indikator : -Memantau ketepatan
-Intake kalori dalam anjuran diet untuk
batas normal memenuhi kebutuhan
Intake protein dalam nutrisi sehari- hariyang
batas normal sesuai
-Intake lemak dalam -Berkolaborasi dengan ahli
batas normal gizi untuk menentukan
-Intake karbohidrat jumlah kalori dan jenis gizi
dalam batas normal yang dibutuhkan untuk
-Intake serat dalam batas memenuhi kebutuhan gizi
normal pasien
-Intake mineral dalam -Memberikan makanan
batas normal sesuai dengan diet yang
dianjurkan
-Memantau hasil labor
Memberikan
-Mengajari kepada
keluarga dan pasien secara
tertulis contoh diet yang
dianjurkan

3.Monitor Gizi
Aktivitas :
-Memantau berat badan
pasien
-Memantau turgor kulit
-Memantau mual dan
muntah
-Memantau albumin, total
protein, Hb, hematokrit,
dan elektrolit
-Memantau tingkat energi,
lemah, letih, rasa tidak
enak
-Memantau apakah
konjungtiva pucat,
kemerahan, atau kering
-Memantau intake nutrisi
dan kalori
Kekurangan Volume Cairan a) Keseimbangan cairan 1Manajemen Cairan
berhubungan dengan Kehilangan Defenisi : keseimbangan Aktivitas :
Volume Cairan Secara Aktif cairan di intraselluler dan -Mempertahankan
Definisi : penurunan cairan ekstraselluler di dalam keakuratan catatan intake
Intravaskuler, Interstisial, dan atau tubuh dan output
Intrasel. Diagnosis ini mengacu pada Indikator : -Memonitor status hidrasi
dehidrasi yang merupakan - Tekanan darah dalam (kelembaban membran
kehilangan cairan saja tanpa batas normal mukosa, nadi, tekanan
perubahan dalam natrium. -Keseimbangan intake darah ortostatik ), jika
Batasan Karakteristik : dan output selama 24 jam diperlukan
-Perubahan status mental Turgor kulit baik - Memonitor vital sign
-Penurunan tekanan darah -Membran mukosa - Memonitor hasil labor
-Penurunan volume/ tekanan nadi lembab yang sesuai dengan retensi
-Penurunan turgor kulit/ lidah -Hematokrit dalam batas cairan (BUN, Ht,
-Pengisian vena menurun normal osmolalitas urin)
-Membran mukosa/ kulit kering -Memonitor masukan
-Peningkatan hematokrit meninggi b)Hidrasi makanan/ cairan dan hitung
-Peningkatan denyut nadi Definisi : kecukupan intake kalori harian
- Konsentrasi urine meningkat cairan di intraselluler dan - Berkolaborasi untuk
-Kehilangan berat badan seketika ekstraselluler di dalam pemberian cairan IV
-Kehausan tubuh 2)Monitor Cairan
-Kelemahan Indikator : Aktivitas :
-Turgor kulit baik - Menentukan faktor resiko
-Membran mukosa dari ketidakseimbangan
lembab cairan (polyuria, muntah,
-Intake cairan dalam hipertermi)
batas normal -Memonitor intake dan
Pengeluaran Urin dalam output
batas normal - Memonitor serum dan
jumlah elektrolit dalam
urin
- Memonitor serum
albumin dan jumlah protein
total
- Memonitor serum dan
osmolaritas urin
- Mempertahankan
keakuratan catatan intake
dan output-
- Memonitor warna, jumlah
dan berat jenis urin.

3)Terapi Intravena
Aktivitas :
- Periksa tipe, jumlah,
expire date, karakter dari
cairan dan kerusakan botol
-Tentukan dan persiapkan
pompa infuse IV
- Hubungkan botol dengan
selang yang tepat
-Atur cairan IV sesuai suhu
ruangan
-Kenali apakah pasien
sedang penjalani
pengobatan lain yang
bertentangan dengan
pengobatan ini
-Atur pemberian IV, sesuai
resep, dan pantau hasilnya
-Pantau jumlah tetes IV dan
tempat infus intravena
-Pantau terjadinya
kelebihan cairan dan reaksi
yang timbul
-Pantau kepatenan IV
sebelum pemberian
medikasi intravena
- Ganti kanula IV,
apparatus, dan infusate
setiap 48 jam, tergantung
pada protocol
-Perhatikan adanya
kemacetan aliran
-Periksa IV secara teratur
-Pantau tanda-tanda vital
-Batas kalium intravena
adalah 20 meq per jam atau
200 meq per 24 jam
- Catat intake dan output
- Pantau tanda dan gejala
yang berhubungan dengan
infusion phlebitis dan
infeksi lokal
Kerusakan Integritas Jaringan a.Integritas Jaringan : a.Managemen Tekanan
berhubungan dengan Perubahan kulit dan membran Aktifitas ;
Sirkulasi, Kurang Pengetahuan, mukosa -Memakaikan pasien
Faktor Mekanik (tekanan, benturan, Defenisi : keutuhan pakaian yang tidak
gesekan) struktur dan fungsi membatasi gerak
fisiologis normal dari -Menahan diri untuk
Definisi : kerusakan pada selaput kulit dan membrane melakukan tekanan pada
lendir, kornea, kulit dan jaringan mukosa bagian tubuh yang sakit
subkutan Indikator : -Meninggikan ektremitas
Batasan Karakteristik : -Temperature kulit dalam yang terluka
-Kerusakan jaringan (kornea, batas normal -Memutar posisi pasien
membrane mukosa, kulit, dan -Susunan dalam batas setiap dua jam sekali,
subkutan) normal berdasarkan jadwal khusus
-Kehilangan jaringan -Perfusi jaringan baik -Memantau area kulit yang
-Integritas kulit baik kemerahan atau rusak
-Memantau pergerakan dan
b.Penyembuhan luka : aktifitas pasien
tahapan kedua -Memantau status nutrisi
Definisi : tingkat pasien
regenerasi dari sel dan -Memantau sumber tekanan
jaringan setelah dan geseran
dilakukan penutupan
Indikator : b.Perawatan Luka (3660)
-Granulasi dalam Aktifitas :
keadaan baik -Mengganti balutan plester
-Bekas luka dalam dan debris
keadaan baik -Mencukur rambut
-Penurunan ukuran luka sekeliling daerah yang
terluka, jika perlu
-Mencatat karakteristik
luka termasuk warna, bau
dan ukuran
-Membersihkan dengan
larutan saline atau
nontoksik yang sesuai
-Memberikan pemeliharaan
kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan
-Mengurut sekitar luka
untuk merangsang sirkulasi
-Menggunakan unit TENS
(Transcutaneous Elektrikal
Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan
luka yang sesuai
-Menggunakan salep yang
cocok pada kulit/ lesi, yang
sesuai
-Membalut dengan perban
yang cocok
-Mempertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
-Memeriksa luka setiap
mengganti perban
-Membandingkan dan
mencatat secara teratur
perubahan-perubahan pada
luka
-Menjauhkan tekanan pada
luka
-Mengajarkan pasien dan
anggota keluarga prosedur
perawatan luka

c.posisi
Aktivitas :
-Menyediakan tempat tidur
yang terapeutik
-Memelihara kenyamanan
tempat tidur
-Menempatkan dalam
posisi yang terapeutik
-Posisi dalam
mempersiapkan kesajajaran
tubuh
-Kelumpuhan/menyokong
bagian tubuh
-Memperbaiki bagian tubuh
-Menghindari terjadinya
amputasi dalam posisi
fleksi
-Memposisikan untuk
mengurangi dyspnea (mis.
posisi semi melayang), jika
diperlukan
-Memfasilitasi pertukaran
udara yang bagus untuk
bernafas
-Menyarankan untuk
peningkatan rentang latihan
-Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
-Memasang footboard
untuk tidur
-Gunakan teknik log roll
untuk berputar
-Meningkatkan eliminasi
urin, jika diperlukan
-Menghindari tempat yang
akan melukai
-Menopang dengan
backrest, jika diperlukan
-Memperbaiki kaki 20
derajat diatas jantung, jika
diperlukan
-Menginstruksikan kepada
pasien bagaimana
menggunakan posisi yang
bagus dan gerak tubuh
yang bagus dalam
beraktifitas
-Mengontrol sistem
pelayanan untuk mengatur
persiapan
-Memelihara posisi akan
integritas dari sistem
-Memperbaiki kepala
waktu tidur, jika diperlukan
-Mengatur indikasi kondisi
kulit
-Membantu imobilisasi
setiap 2 jam, sesuai jadwal
-Gunakan alat bantu
layanan untuk mendukung
kaki (mis. Hand roll dan
trochanter roll)
-Menggunakan alat-alat
yang digunakan berulang
ditempat yang mudah
dijangkau
-Menempatkan posisi
tempat tidur yang nyaman
agar mudah dalam
perpindahan posisi
-Menempatkan lampu
ditempat yang mudah
dijangkau

Daftar pustaka

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC:Jakarta.
Sudoyo, Aru W.( 2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.
Wiley, NANDA International. (2012). Nursing Diagnostig : Defenition and Clasification
2012-2014. Jakarta :ECG

Anda mungkin juga menyukai