Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PROJECT INOVASI

PENGARUH TINDAKAN PHYSICAL RESTRAIN PADA PASIEN


PENURUNAN KESADARAN DI RUANG HCU-ICU MELATI 1
RSUD Dr. MOEWARDI

DISUSUN OLEH :
1. ADI SUTION (SN182002)
2. CHARISMA HESA R. (SN182022)
3. ELEONORA C. N. KAHU (SN182031)
4. FARIDA ALFIYANTI (SN182039)
5. IKFANDA PUTRA R. (SN182048)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penurunan kesadaran merupakan masalah kedaruratan yang dapat
menunjukkan gangguan yang berat pada fungsi serebral. Banyak penyebab dari
penurunan kesadaran antara lain infeksi (meningitis bakteri) atau inflamasi
(sepsis), struktural (traumatik, neoplasma, infark cerebri, abses, hidrosefalus),
metabolik (hipoglikemia), nutrisi (defisiensi thiamin) dan toksik (keracunan
alkohol) (Goysal, 2016).
Pengkajian tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa digunakan pada
kondisi emergensi atau kritis sebagian besar menggunakan Glasgow Coma
Scale (GCS). Pada pasien-pasien yang penilaian GCS menurun sering
ditemukan adanya gangguan hemodinamik dan pasien tidak kooperatif
terhadap program pengobatan atau gelisah sehingga beresiko melepas alat-alat
medis dan memperburuk kondisi fisiologis tubuh (Laksana, 2011).
Menurut Goysal (2016) penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien
penurunan kesadaran yaitu mengelola pernapasan dengan posisi yang baik
supaya jalan napas paten, mempertahankan tekanan darah tetap stabil, menjaga
keamanan pasien dari resiko jatuh salah satu caranya dengan pemasangan
restrain fisik. Retrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik
atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Restrain secara umum
mengacu pada satu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau
membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang
bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu (Mustaqin &
Luky, 2018).
Restrain fisik mengacu pada pembatasan pergerakan pasien. Di unit
perawatan intensif (ICU), restrain fisik adalah metode yang kontroversial
digunakan untuk mengontrol perilaku pasien dengan delirium dan agitasi,
mencegah pasien mengeluarkan perangkat medis melekat pada tubuh mereka
(Kandeel, 2013).
Penderita dengan gangguan kesadaran tanpa adanya cedera atau trauma
leher, dimana jalan napasnya tidak adekuat diperlukan manajemen airway yang
tepat. Maka dari itu perlu dilakukan airway positioning untuk mempertahankan
dan memelihara kepatenan jalan napas. Pada makalah ini akan membuat
project inovasi mengenai restrain yang tepat untuk penderita tanpa trauma leher
pada pasien penurunan kesadaran di Ruang HCU-ICU Melati 1 RSUD Dr.
Moewardi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh dari physical restrain pada pasien penurunan
kesadaran di Ruang HCU-ICU Melati 1 RSUD Dr. Moewardi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh penggunaan physical restrain pada pasien
penurunan kesadaran
b. Untuk menciptakan strategi baru pembuatan physical restrain untuk
pasien dengan penurunan kesadaran
BAB II
ISI

A. KONSEP INOVASI
1. Pengertian physical restrain
Restrain fisik adalah membatasi gerak yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan kondisi atau mencegah komplikasi dengan
membatasi gerakan pasien atau akses ke tubuhnya. Restrain dibutuhkan
untuk mencegah terjadinya cedera, pencegahan pencabutan alat yang tidak
disengaja, dan pengendalian gelisah.
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Restrain dilakukan pada
kondisi khusus, merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien
sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol dengan strategi perilaku maupun
modifikasi lingkungan.
2. Indikasi physical restrain
Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (physical restrain) dapat
siterapkan dalam keadaan :
a. Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa
menjadi kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah
umur, pasien agresif atau aktif dan pasien yang memiliki retardasi
mental.
b. Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan
dapat terancam tanpa pengendalian fisik (restraint).
c. Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika pasien dalam pengaruh obat
sedasi.
d. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
e. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
f. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
g. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri.
h. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien
untuk istirahat, makan dan minum
3. Kontraindikasi physical restrain
Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh
diterapkan dalam keadaan yaitu:
a. Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua pasien untuk
melaksaanakan prosedur kegiatan.
b. Pasien pasien kooperatif.
c. Pasien-pasien memiliki komplikasi kondisi fisik
4. Prinsip tindakan physical restrain
Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera
fisik dan memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat
menyebabkan klien merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia,
untuk mencegah perasaan tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor
pencetus apakah sesuai dengan indikasi terapi, dan terapi ini hanya untuk
intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang lain gagal mengatasi
perilaku agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam proses restrain
sangat besar, sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang cukup
dan harus terlatih untuk mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat
perencanaan pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan
lingkungan restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya.
5. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan physical restrain
Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa
order dokter. Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain,
perawat melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan baik
secara verbal maupun tertulis.
Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di
dokumentasikan untuk memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan
pemasangannya, bahwa alat tersebut dipasang dengan benar dan bahwa alat
tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau integritas kulit
6. Komplikasi tindakan physical restrain
Komplikasi yang dapat terjadi akibat restraint, sebagai berikut:
a. Gangguan sirkulasi
b. Gangguan integritas kulit
c. Penurunan neuosensori
d. Luka tekan dan kontraktur
e. Pengurangan massa tulang dan otot
f. Fraktur
g. Gangguan nutrisi dan hidrasi
h. Aspirasi dan kesulitan bernafas
i. Inkontinensia

B. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Alat dan Bahan
Kain dan alat jahit
2. Cara pembuatan
a. Persiapkan alat dan bahan
b. Potong kain sesuai ukuran (tinggi 60 cm x lebar 50 cm)
c. Jahit kain yang sudah dipotong kemudian beri tali pengikat ke bed pasien
(Beri tali dengan jarak setiap 10 cm)
3. Prosedur Pelaksanaan
a. Ucapkan salam
b. Lakukan cuci tangan
c. Pastikan identitas pasien
d. Berikan posisi pasien senyaman mungkin
e. Perkenalkan diri, jelaskan tugas dan peran anda.
f. Lakukan assessment tentang restrain
g. Jelaskan tentang restrain yang akan dilakukan (alas an dipasang restrain,
berapa lama danakan berakhir)
h. Pasang baju restrain kepasien dengan cepat dan tepat
i. Setelah restrain terpasang, talikan tali pengikat ke bed/keselubung kanan
dan kiri dari pasien.

C. HASIL
D. PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Goysal. (2016). Kesadaran menurun. Diakses 27 November 2018,


https://med.unhas.ac.id/kedokte ran/wpcontent/uploads/2016/09/Bahan-
Ajar-Kesadaran Menurun.Pdf.

Kandeel, NA., Attia, AK. (2013). Physical Restraints in Adult Intensive Care
Units In Egypt. Nurs Health Sci;15(1): 79-85

Laksana, E. (2011). Pengelolaan Hemodinamik. Jakarta: Salemba Medika

Mustaqin & Luky D. (2018). Restrain yang efektif untuk mencegah cidera. Jurnal
Keperawatan. 10. (1):19-27.

Anda mungkin juga menyukai