Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot polos
organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan pada
ginjal misalnya batu pada ginjal
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan
batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa masalah pokok yang menjadi pusat pembahasan
bagi penulis adalah sebagai berikut:
1. Apa konsep kolik ginjal?
2. Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatan gawat darurat.
2. Untuk menjelaskan konsep kolik ginjal.
3. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat pada kolik ginjal.
4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa/i keperawatan mengenai kolik ginjal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
a. Ginjal (Renal)
2
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis
renalis).
1) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus.
2) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila
renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal.
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut
kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid.
Fungsi ginjal:
1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin)
dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau
basa.
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
3
b. Lapisan tengah otot polos
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika
urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,
vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian
distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju
duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
1) Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta
faktor lainnya.
2) Komposisi air kemih
Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
Pigmen (bilirubin, urobilin)
Toksin
Hormon
Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus
setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap
harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
1. Pengertian
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot
polos organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan
pada ginjal misalnya batu pada ginjal
5
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
2. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
6
- Batu ginjal
- Peradangan pada ginjal
- Penggunaan narkoba
3. Pathofisiologi
Batu-batu bisa menyebabkab sakit perut yang akut, ginjal dan punggung. Pasien merasa resah
karena sakit. Terdapat kebimbangan dan pembakaran sensasi selama hajat dan kadang-kadang pasien
ada darah dalam air seni. Sakit ini juga dikenal sebagai renal colic.
Sakit perut dari organ ginjal (renal colic) biasanya hadir karena sakit perut tiba-tiba mulai
akut, berselang perut mulas, sakit lambung (di samping tubuh, antara tulang rusuk dan hip terakhir)
yang dapat menyebar ke arah bawah perut atau selangkangan paha. Hal ini sering dikaitkan dengan
mual dan muntah-muntah. Ini insiden yang menahun sekitar 16 per 10.000 orang dan masa insiden 2-
5%. Renal colic, bersama dengan haematuria, merupakan gejala klasik dari urolithiasis, yang harus
dipertimbangkan sebagai diagnosa diferensial. Namun ada ketentuan lainnya yang memiliki gejala
yang bisa meniru ginjal karena sakit perut urolithiasis. Salah satu contohnya adalah perdarahan di
dalam ginjal yang dapat menghasilkan gumpalan, sementara yang tersangkut di saluran kencing.
Lainnya adalah kehamilan ectopic, tetapi ini biasanya akan dapat dijelaskan oleh ultrasound
imaging. Pasien dengan abdominal aortic gondok nadi dapat juga memiliki gejala yang mirip renal
colic karena urolithiasis. Pasien dengan gangguan usus akut juga hadir dengan menyerupai renal colic,
tetapi tidak seperti dengan urolithiasis itu tidak berkaitan dengan haematuria. Selain itu, seseorang
yang memakai narkoba berpretensi untuk mengidap renal colic. Secara keseluruhan, bagaimanapun,
misdiagnosis sebenarnya sangat jarang.
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun
asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.
Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
7
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,
magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
4. Manifestasi/Gejala Klinis
Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri
bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah
hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu
turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini
bersifat interminten dan disebabkan oleh spasme (kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang
ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai
dengan mual dan muntah, serta akan mengarah kepada kelamahan. (Mary, 2008. Hal 60)
5. Komplikasi
a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh
urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal
dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus
pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan
penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler
sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal jika kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal
716).
8
6. Pemeriksaan Penunjang
Uji diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X , ultrasonografi,
pemibdaian CT,. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum juga diperiksa. Untuk
mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih.
Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat
dalam urine. (Mary, 2008. Hal 61).
7. Penatalaksanaan
Tips Diet Renal Colic Makan makanan kaya vitamin A. Hindari makanan kaya oxalate seperti
kacang-kacangan, lobak, arbei, seledri, cokelat, anggur, cabe hijau, bayam, strawberries, summer
squash, dan teh. Makan apel dan semangka. Kurangi jumlah makanan kaya kalsium-susu, keju,
mentega, susu dan makanan lainnya.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
Obstruksi jalan kemih
Infeksi
Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok
dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat.
Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau
kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada
ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan
sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin
haluaran urin yang besar.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal
dan mengurangi nyeri.
9
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau
nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah
dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
e. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan
menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
g. Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi
pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada
ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu
berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu
kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
C. KONSEP KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang di tegakkan di peroleh berdasarkan pengkajian primer dan sekunder.
1. Pengkajian Primer
Pengkajian A, B, C, D
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
10
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi
Menggunakan otot-otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
4) Disability
Kesadaran : Compomentis.
Analisa Data
Data Penyebab Masalah
11
Intervensi
Batasan Karakteristik
Diagnosa Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Pola nafas tidak efektif Setelah melakukan a. observasi
tindakan keperawatan 1. monitor frekuensi. Irama, kedalaman
diharapkan inspirasi dan upaya napas
dan ekspirasi kembali 2. monitor pola napas
normal dengan kriteria 3. monitor posisi selang endotrakeal (ETT)
hasil: 4. monitor kemampuan batuk efektif
1. tekanan ekspirasi b. terapi
dalam keadaan normal 1. cegah ETT terlipat
2. tekanan inspirasi 2. atur interval pemantauan respirasi sesuai
dalam keadaan normal kondisi pasien
3, lakukan perawatan stoma trakeostomi
c. edukasi
1. jelaskan pasien dan/atau keluarga pasien
tujuan dan prosedur pemasangan jalan
napas buatan
2. ajarkan klien untuk melakukan batuk
efektif
d. kolaborasi
1. kolaborasi melakukan intubasi
2. Pengkajian Sekunder
Pengumpulan Data
1) Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
12
Gejala : Klien mengatakan nyeri pada perut
Tanda ; Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah abdomen
Pengelompokan Data
Data Subyektif
Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Klien mengatakan nyeri pada perut
Data Obyektif
Klien nampak lemah
Klien Nampak mual dan muntah
Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah abdomen
Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Klien mengatakan tidak mampu Intake nutrisi tidak adequat Intoleransi aktivitas
melakukan aktivitas ↓
Klien nampak lemah Energi dalam tubuh berkurang
↓
Kompenbsasi tubuh menggunakan
energi cadangan dalam tubuh
↓
Kelemahan otot
Klien mengatakan nyeri pada Factor penyebab Nyeri
perut ↓
Nampak ekspresi wajah Penakanan pada saraf saraf di
meringis, nyeri tekan pada ginjal
daerah abdomen ↓
Merangsang pengeluaran zat
pirogen bradikinin, serotonin dan
progtaglandin
↓
Impuls di sampai ke SSP bagian
korteks serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri dipersepsikan
13
Diagnosa dan perencanaan
Nyeri berhubungan dengan retensi urin
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi
Batasan Karakteristik
Diagnosa Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Nyeri berhubungan Setelah melakukaan a. observasi
dengan retensi urine tindakan keperawatan 1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
berkurang dan bahkan 2. identifikasi respon nyeri non verbal
menghilang, dengan 3. identifikasi faktor yang memperberat
kriteria hasil : dan memperingan nyeri
1. tidak mengeluh 4.identifikasinpengetahuan dan keyakinan
nyeri nyeri.
2. Tidak meringis 5. identifikasi pengaruh budaya terhadap
3. Tidak bersikap respon nyeri.
protektif b. terapeutik
4. Melaporkan 1. berikan teknik non farmakologis untuk
nyeri terkontrol mengurangi nyeri (misalnya
5. Tanda-tanda akupresure, terapi pijat, kompres
vital dalam hangat/dingin)
keadaan normal 2. kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
3. fasilitas istirahat dan tidur.
c. kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgetik.
Intoleransi aktivitas Setelah melakukan a. observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. identifikasi defisit tingkat aktivitas
kelemahan diharapkan respon 2. identifikasi kemampuan berpartisipasi
aktivitas meningkat dalam aktivitas tertentu
dengan kriteria hasil: 3. identifikasi sumber daya untuk aktivitas
1. kemudahan dalam yang dinginkan
melakukan aktivitas 4. monitor respon emosional, fisik, sosial,
sehari-hari dan spiritual terhadap aktivitas.
2. kekuatan tubuh b. terapeutik
bagian atas dan bawah 1. fasilitas memilih aktivitas dan tetapkan
14
meningkat tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
3. kecepatan berjalan dengan kemampuan fisik, psikologis, dan
meningkat sosial
2. koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
dengan usia
3. fasilitas makna aktivitas yang dipilih
4. fasilitas aktivitas fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri)
sesuai kebutuhan.
c. edukasi
1. jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
2. ajarkan melakukan aktivitas yang dipilih.
3. anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika perlu
d. kolaborasi
1. kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot polos
organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan pada
ginjal misalnya batu pada ginjal.
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan
batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
B. SARAN
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal sehingga
dapat menjadi pedoman baginya untuk terjun di dunia kesehatan.
2. Pentingnya penggunaan asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal menuntut perawat
agar mampu melakukan praktik keperawatan gawat darurat dan menyelesaikan masalah keperawatan
klien.
16
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
R. Syamsu Hidayat dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku kedokteran EGC Edisi 2, Hlm 489.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III
(Revisi). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
17