Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot polos
organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan pada
ginjal misalnya batu pada ginjal
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan
batu slauran kemih yang paling sering terjadi.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa masalah pokok yang menjadi pusat pembahasan
bagi penulis adalah sebagai berikut:
1. Apa konsep kolik ginjal?
2. Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatan gawat darurat.
2. Untuk menjelaskan konsep kolik ginjal.
3. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat pada kolik ginjal.
4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa/i keperawatan mengenai kolik ginjal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

1. Pengertian Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

2. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria

a. Ginjal (Renal)

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang


peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih
panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut
nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler
peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta
tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul
dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula.
Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung
membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut
podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah
antara pedikel itu sangat teratur.Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal,
bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal
karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal
kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan
tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus
distal.

2
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis
renalis).
1) Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus.
2) Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila
renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal.

3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut
kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid.

Fungsi ginjal:
1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin)
dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau
basa.

b. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

3
b. Lapisan tengah otot polos

c. Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika
urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,
vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).


Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya
terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis.
Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan
miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih
uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut
maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi
urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi
spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung

4
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian
distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju
duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

d. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.

e. Urine (Air Kemih)

1) Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta
faktor lainnya.
2) Komposisi air kemih
 Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
 Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
 Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
 Pigmen (bilirubin, urobilin)
 Toksin
 Hormon

Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus
setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap
harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

B. KONSEP MEDIS KOLIK RENAL

1. Pengertian

Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot
polos organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan
pada ginjal misalnya batu pada ginjal

5
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
2. Etiologi

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:

1) Faktor intrinsik, meliputi:


Herediter ; Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
Umur ; Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Jenis kelamin ; Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2) Faktor ekstrinsik, meliputi:
Geografi ; Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
Iklim dan temperatur.
Asupan air ; Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
Diet ; Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
Pekerjaan ; Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:


a. Teori Nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu
sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran
kemih.
b. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
c. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal
yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau
beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Penyebab lainnya:
- Penyakit ginjal

6
- Batu ginjal
- Peradangan pada ginjal
- Penggunaan narkoba

3. Pathofisiologi

Batu-batu bisa menyebabkab sakit perut yang akut, ginjal dan punggung. Pasien merasa resah
karena sakit. Terdapat kebimbangan dan pembakaran sensasi selama hajat dan kadang-kadang pasien
ada darah dalam air seni. Sakit ini juga dikenal sebagai renal colic.
Sakit perut dari organ ginjal (renal colic) biasanya hadir karena sakit perut tiba-tiba mulai
akut, berselang perut mulas, sakit lambung (di samping tubuh, antara tulang rusuk dan hip terakhir)
yang dapat menyebar ke arah bawah perut atau selangkangan paha. Hal ini sering dikaitkan dengan
mual dan muntah-muntah. Ini insiden yang menahun sekitar 16 per 10.000 orang dan masa insiden 2-
5%. Renal colic, bersama dengan haematuria, merupakan gejala klasik dari urolithiasis, yang harus
dipertimbangkan sebagai diagnosa diferensial. Namun ada ketentuan lainnya yang memiliki gejala
yang bisa meniru ginjal karena sakit perut urolithiasis. Salah satu contohnya adalah perdarahan di
dalam ginjal yang dapat menghasilkan gumpalan, sementara yang tersangkut di saluran kencing.
Lainnya adalah kehamilan ectopic, tetapi ini biasanya akan dapat dijelaskan oleh ultrasound
imaging. Pasien dengan abdominal aortic gondok nadi dapat juga memiliki gejala yang mirip renal
colic karena urolithiasis. Pasien dengan gangguan usus akut juga hadir dengan menyerupai renal colic,
tetapi tidak seperti dengan urolithiasis itu tidak berkaitan dengan haematuria. Selain itu, seseorang
yang memakai narkoba berpretensi untuk mengidap renal colic. Secara keseluruhan, bagaimanapun,
misdiagnosis sebenarnya sangat jarang.
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun
asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.
Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

7
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,
magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.

4. Manifestasi/Gejala Klinis

Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri
bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah
hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu
turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini
bersifat interminten dan disebabkan oleh spasme (kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang
ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai
dengan mual dan muntah, serta akan mengarah kepada kelamahan. (Mary, 2008. Hal 60)

5. Komplikasi

a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh
urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal
dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus
pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan
penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler
sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal jika kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal

716).

8
6. Pemeriksaan Penunjang

Uji diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X , ultrasonografi,
pemibdaian CT,. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum juga diperiksa. Untuk
mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih.
Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat
dalam urine. (Mary, 2008. Hal 61).

7. Penatalaksanaan

Tips Diet Renal Colic Makan makanan kaya vitamin A. Hindari makanan kaya oxalate seperti
kacang-kacangan, lobak, arbei, seledri, cokelat, anggur, cabe hijau, bayam, strawberries, summer
squash, dan teh. Makan apel dan semangka. Kurangi jumlah makanan kaya kalsium-susu, keju,
mentega, susu dan makanan lainnya.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
 Obstruksi jalan kemih
 Infeksi
 Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
 Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
 Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok
dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat.
Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau
kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada
ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan
sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin
haluaran urin yang besar.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal
dan mengurangi nyeri.

9
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau
nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah
dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
e. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan
menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
g. Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi
pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada
ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu
berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu
kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

C. KONSEP KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang di tegakkan di peroleh berdasarkan pengkajian primer dan sekunder.

1. Pengkajian Primer
 Pengkajian A, B, C, D
1) Airway
 Jalan napas bersih
 Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
 Tidak ada jejas badan daerah dada

10
2) Breathing
 Peningkatan frekunsi napas
 Napas dangkal
 Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi
 Menggunakan otot-otot pernapasan
 Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
4) Disability
 Kesadaran : Compomentis.

 Analisa Data
Data Penyebab Masalah

 Peningkatan frekunsi napas Kelainan pada ginjal Gangguan pola napas


 Napas dangkal ↓
 Distress pernapasan : Adanya gangguan keseimbangan
pernapasan cuping hidung, asam – basa
takipneu, retraksi ↓
 Menggunakan otot-otot Menyebabkan darah menjadi asam
pernapasan (asidosis)
 Kesulitan bernapas : ↓
sianosis Kompensasi tubuh dengan cara
napas yang dalam dan cepat untuk
mengeluarkan asam di dalam darah

Sesak

Gangguan pola napas

Diagnosa dan Perencanaan


Diagnosa : Pola napas tak efektif

11
Intervensi
Batasan Karakteristik
Diagnosa Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Pola nafas tidak efektif Setelah melakukan a. observasi
tindakan keperawatan 1. monitor frekuensi. Irama, kedalaman
diharapkan inspirasi dan upaya napas
dan ekspirasi kembali 2. monitor pola napas
normal dengan kriteria 3. monitor posisi selang endotrakeal (ETT)
hasil: 4. monitor kemampuan batuk efektif
1. tekanan ekspirasi b. terapi
dalam keadaan normal 1. cegah ETT terlipat
2. tekanan inspirasi 2. atur interval pemantauan respirasi sesuai
dalam keadaan normal kondisi pasien
3, lakukan perawatan stoma trakeostomi
c. edukasi
1. jelaskan pasien dan/atau keluarga pasien
tujuan dan prosedur pemasangan jalan
napas buatan
2. ajarkan klien untuk melakukan batuk
efektif
d. kolaborasi
1. kolaborasi melakukan intubasi

2. Pengkajian Sekunder
 Pengumpulan Data
1) Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

Tanda ; Klien nampak lemah

2) Makanan dan Cairan


Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah

Tanda ; Klien nampak mual dan muntah

3) Nyeri dan Kenyamanan

12
Gejala : Klien mengatakan nyeri pada perut

Tanda ; Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah abdomen

 Pengelompokan Data
Data Subyektif
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
 Klien mengatakan merasa mual dan muntah
 Klien mengatakan nyeri pada perut
Data Obyektif
 Klien nampak lemah
 Klien Nampak mual dan muntah
 Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah abdomen

 Analisa Data
Data Penyebab Masalah

 Klien mengatakan tidak mampu Intake nutrisi tidak adequat Intoleransi aktivitas
melakukan aktivitas ↓
 Klien nampak lemah Energi dalam tubuh berkurang

Kompenbsasi tubuh menggunakan
energi cadangan dalam tubuh

Kelemahan otot
 Klien mengatakan nyeri pada Factor penyebab Nyeri
perut ↓
 Nampak ekspresi wajah Penakanan pada saraf saraf di
meringis, nyeri tekan pada ginjal
daerah abdomen ↓
Merangsang pengeluaran zat
pirogen bradikinin, serotonin dan
progtaglandin

Impuls di sampai ke SSP bagian
korteks serebri

Thalamus

Nyeri dipersepsikan

13
Diagnosa dan perencanaan
 Nyeri berhubungan dengan retensi urin
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Intervensi

Batasan Karakteristik
Diagnosa Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Nyeri berhubungan Setelah melakukaan a. observasi
dengan retensi urine tindakan keperawatan 1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
berkurang dan bahkan 2. identifikasi respon nyeri non verbal
menghilang, dengan 3. identifikasi faktor yang memperberat
kriteria hasil : dan memperingan nyeri
1. tidak mengeluh 4.identifikasinpengetahuan dan keyakinan
nyeri nyeri.
2. Tidak meringis 5. identifikasi pengaruh budaya terhadap
3. Tidak bersikap respon nyeri.
protektif b. terapeutik
4. Melaporkan 1. berikan teknik non farmakologis untuk
nyeri terkontrol mengurangi nyeri (misalnya
5. Tanda-tanda akupresure, terapi pijat, kompres
vital dalam hangat/dingin)
keadaan normal 2. kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
3. fasilitas istirahat dan tidur.
c. kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgetik.
Intoleransi aktivitas Setelah melakukan a. observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. identifikasi defisit tingkat aktivitas
kelemahan diharapkan respon 2. identifikasi kemampuan berpartisipasi
aktivitas meningkat dalam aktivitas tertentu
dengan kriteria hasil: 3. identifikasi sumber daya untuk aktivitas
1. kemudahan dalam yang dinginkan
melakukan aktivitas 4. monitor respon emosional, fisik, sosial,
sehari-hari dan spiritual terhadap aktivitas.
2. kekuatan tubuh b. terapeutik
bagian atas dan bawah 1. fasilitas memilih aktivitas dan tetapkan

14
meningkat tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
3. kecepatan berjalan dengan kemampuan fisik, psikologis, dan
meningkat sosial
2. koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
dengan usia
3. fasilitas makna aktivitas yang dipilih
4. fasilitas aktivitas fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri)
sesuai kebutuhan.
c. edukasi
1. jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
2. ajarkan melakukan aktivitas yang dipilih.
3. anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika perlu
d. kolaborasi
1. kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot polos
organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan pada
ginjal misalnya batu pada ginjal.
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan
batu slauran kemih yang paling sering terjadi.

B. SARAN
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal sehingga
dapat menjadi pedoman baginya untuk terjun di dunia kesehatan.
2. Pentingnya penggunaan asuhan keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal menuntut perawat
agar mampu melakukan praktik keperawatan gawat darurat dan menyelesaikan masalah keperawatan
klien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

R. Syamsu Hidayat dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku kedokteran EGC Edisi 2, Hlm 489.

Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III
(Revisi). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

17

Anda mungkin juga menyukai