Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Health promotion is the proses of enabling people to control and improve their health(WHO).
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,
kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green). Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes). Proses pemberdayaan
dilakukan dengan pembelajaran yaitu upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan dalam bidang kesehatan. Proses pemberdayaan dilakukan : dari, oleh dan untuk
masyarakat, melalui kelompok potensial, bahkan semua komponen masyarakat. Proses
pemberdayaan dilakukan sesuai dengan sosial budaya setempat, artinya sesuai dengan keadaan,
permasalahan dan potensi setempat.
Penyuluhan
A. Pengertian
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka tahu,
mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010).
Pengertian penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Public Health
Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya, dengan kata lain,
dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Penyuluhan kesehatan juga suatu proses, dimana proses tersebut mempunyai masukan (input)
dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya
tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga
metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau
alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil optimal, maka faktor-faktor tersebut harus
bekerjasama secara harmonis.
Hal ini berarti, bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara
tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan
disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan
sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan
sebagainya.
B. Tujuan
1. Menurut Effendy (1998 cit Anonima, 2008) tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku
hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian
2. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan
masyarakat dalam bidang kesehatan
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang
diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin
mudah seseorang menerima informasi didapatnya.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima
informasi baru.
3. Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak
boleh diabaikan.
4. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah
mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi
masyarakat yang dituju.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media penyuluhan dibagi menjadi 3
yakni :
1. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet,
flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah,
poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya
rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir
efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
2. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan
penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah
televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD.
Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih
besar.
Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat
canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi
umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat
dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan
kesehatan antara lain adalah :
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah
topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan,
dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang
telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu
tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik
yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah
dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya
Advokasi Kesehatan
A. PENGERTIAN
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh karena kurang
atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak nasional maupun
lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain
rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak
adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat
lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau
pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh
keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum
tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan,
bantuan, atau dukungan terhadap program kesehatan.
Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya persuasi
yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut
mengenai sesuatu hal.
Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan tersebut dapat
disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh
komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan
tepat.
B. PROSES DAN ARAH ADVOKASI
WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok, yakni: 1. advocacy (advokasi), 2. Social Support ( dukungan
sosial) dan 3. Empowerment (pemberdayaan masyarakat).
Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program kesehatan didalam
masyarakat, maka langkah yang di ambil adalah:
1. Melakukan pendekatan / lobi dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini
menerima dan "commited". Dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau
keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang
disebut advokasi. Dalam kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah
ini disebut sasaran tersier.
Advokasi di artikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu,
orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu organisasi atau institusi
kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai
jenjang administrasi pemerintahan ( tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan
kelurahan)
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan aplikasi dari
komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy
makers) atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua tingkat dan tatanan sosial.
2. Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran. Pesan
yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.
4. Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah karena belum
lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.
5. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak bertele-tele.
6. Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para pejabat, maka
harus meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima
8. Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para
pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang
bersangkutan.
9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari
etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat yang
bersangkutan.
10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam
tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.
Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau pejabat pembuat
kebijakan (WHO, 1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah memberikan dorongan
dan dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang berkaitan dengan program-
program kesehatan.
Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni:
political commitment, policy support, social aceptance dan sistem support.
Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan disektor manapun
terhadap permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh
kekuasaaan politik yang sedang berjal.
Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi disemua tingkat dan disemua
sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan
politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan kongkret dari para
pembuat keputusan tersebut.
Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni
masyarakat, terutama tokoh masyarakat.
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit pelayanan atau program kesehatan
dalam suatu institusi atau sektor pembangunan adalah mengindikasikan adanya dukungan sistem
D. METODE DAN TEHNIK ADVOKASI
Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor kesehatan adalah
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan
di segala tingkat.
Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada bermacam-macam,
antara lain:
Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan dan
membahas masalah dan program kesehatan yang dilaksanakan
2. Serminar / Presentasi
Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral. Petugas
kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi
yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang
akhirnya dharafkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan
dilaksanakan tersebut.
3. Media
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes terhadap
permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk advokasi.
Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan atau
para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan dukungan baik
kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang ditawakan.
a. Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan orang
atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible. Seseorang itu
Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
2) Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki seseorang
berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan.
3) Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
b. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program tersebut dapat
dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut, mempunyai
kemampuan yang baik atau cukup.
c. Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus segera dilaksanakan
dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah
H. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya dukungan
dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau diusulkan. Oleh
sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen
advokasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi
yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.
3. Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya dukungan
dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
(hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat
menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini:
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Keputusan menteri
Pemberdayaan Masyarakat
Pendahuluan
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam
bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk:
· Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau
sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi
pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok
dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi
masyarakat setempat.
3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan
melakukan tindakan pencegahan.
4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam
kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
4) Menjalin kemitraan.
5) Desentralisasi.
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat
2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
1) Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau
pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.
2) Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya
merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
3) Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan
masyarakat.
4) Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi
untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.
Pertanyaan yang harus diajukan dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat di dalam promosi
kesehatan adalah:
Pertama, siapakah masyarakat yang menjadi konteks program ; Pengenalan karakter masyarakat
ini penting dan dilatar belakangi oleh bukti-bukti bahwa masyarakat bersifat heterogen dan
memiliki energi, waktu, motivasi, dan kepentingan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam
sebuah kasus promosi kesehatan, terdapat lokasi-lokasi tertentu yang tidak memiliki ketua RT,
misalnya di perumahan yang penghuninya baru pulang setelah jam 8 malam. Dapat diperkirakan
bahwa rencana program penyuluhan secara oral kepada mereka akan sulit dilaksanakan. Dengan
demikian, pendekatan lain bisa dilakukan misalnya melalui situs jika mereka mudah mengakses
internet, atau menggunakan fasilitas mobile messaging.
Pertanyaan kedua berkaitan dengan faktor-faktor apa saja yang sekiranya dapat mempengaruhi
pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian Laverack, faktor-faktor tersebut antara lain
partisipasi, kepemimpinan, analisis masalah, struktur organisasi, mobilisasi sumber
daya, link (tautan) terhadap yang lain, manajemen program, dan peran dari pihak luar.
Pertanyaan ketiga adalah apakah pemberdayaan masyarakat ini merupakan proses atau
merupakan outcome. Dalam hal ini, banyak literatur yang menyebutkan bahwa jawabannya
adalah bisa kedua-duanya. Hampir semua bersepakat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah
proses yang dinamis dan melibatkan berbagai hal, seperti pemberdayaan personal,
pengembangan kelompok kecil yang bersama-sama, organisasi masyarakat, kemitraan, serta aksi
sosial politik. Sebagaioutcome, pemberdayaan merupakan perubahan pada individu maupun
komunitas yang bersifat saling mempengaruhi.
1) Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
3) Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah
masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah
anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya
fasilitas umum di masyarakat.
III. Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang bertujuan
untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan status
kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas
kesehatan berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, kemauan
dan kemampuannya untuk memlihara dan meningkatkan status kesehatannnya.
Referensi
1. https://tinutami.wordpress.com/.../perencanaan-penyuluhan-dalam-promosi-kesehatan
2. https://edoc.site/konsep-advokasi-dalam-promosi-kesehatan-pdf-free.html
3. Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemberantasan malaria di kabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas
Gadjah Mada.