Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Infeksi Nosokomia

Inefksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit tau dalam
system pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber
pelayanan kesehatan,baik melalui pasien,petugas
kesehatan,pengungjung,maupun sumber lainnya. Infeksi nosocomial
merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi yang berkembang di
lingkungan rumah sakit.
Artinya, seseorang dikatakan terkena infeksi Nosokomial apabila
penularannya di dapat ketika berada di rumah sakit. Termasuk juga infeksi
yang terjadi di rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien
pulang kerumah, dan infeksi yang terjadi pada pekerja di rumah sakit.
Selain itu infeksi nosocomial termasuk salah satu penyebab terbesar
kematian pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.

1. Gejala Infeksi Nosokomial


Gejala yang dialami oleh pengidap harus timbul setelah perawatan
di rumah sakit dan tidak sesuai dengan keluhan awal saat masuk rumah
sakit. Beberapa gejala umum pada infeksi nosocomial, yaitu:
 Batuk dengan dahak kental
 Demam atau menggigil
 Jantung berdebar cepat
 Tubuh terasa lemas
 Nyeri punggung bawah atau perut bawah
Sesak nafas
2. Penyebab infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri yang ada di rumah
sakit. Bakteri tersebut bisa di dapat dari orang lain yang ada di rumah
sakit, bakteri yang menjadi floranormal (bakteri yang secara normal
ada di dala tubuh dan para keadaan normal tidak . menyebabkan
gangguan) orang itu sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi
lingkungan dan alat-alat di rumah sakit. Selain bakteri,jamur,virus,atau
parasite juga dapat menjadi penyebab infeksi Nosokomial.
Bakteri yang resisten adalah ketika antibiotik berubah menjadi
kuranf efektif untuk membunuh bakteri tersebut. Hal ini disebabkan
oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan anjuran dokter.
Penggunaan antibiotik akan mengakibatkan bakteri yang ada di dalam
tubuh manusia berubah karakter dan menjadi tahan terhadap antibiotik.
Rumah sakit merupakan tempat berbagai jenis pasien,sehingga bakteri
yang resisten tersebut dapat menyebar dilingkungan rumah sakit dan
akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti seseorang.

3. Rantai proses infeksi nosocomial


Rangkaian proses masuknya kuman kedalan tubuh manusia yang
dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan
beberapa unsur, diantaranya:
a. Reservoir, merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan,
maupun tanah.
b. Jalan masuk, merupakan jalan masuknya mikroorganisme
ketempat penampungan dari berbagai kuman, seperti saluran
pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain.
c. Inang (host), merupakan tempat berkembangnya suatu
mikroorganisme yang dapat di dukung oleh ketahanan kuman.
d. Jalan keluar, merupakan tempat keluar mikroorganisme dari
reservoir, seperti system pernapasan, system pencernaan, alat
kelamin dan lain-lain.
e. Jalur penyebaran,merupakan jalur yang dapat menyebarkan
berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air,
makanan, udara, dan lain-lain.

4. Sumber Infeksi Nosokomial


Beberapa sumber penyebab terjadinya Nosokomial adalah:
1. Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan
infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau
benda dan alat kesehatan lainnya.
2. Petugas kesehatan. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi
melalui kontak langsung, yang dapat menularkan berbagai kuman
ketempat lain.
3. Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat
dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang
di dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
4. Sumber lain. Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan
rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi
kebersihan rumah sakit, atau alat yang ada di rumah sakit, yang
dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan
sebaliknya.

B. Sterilisasi dan Desinfeksi

1. Sterilisasi dan desinfeksi


Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua
bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses
fisik maupun kimiawi. Strelisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat
pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain
sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2, O2)
dan radiasi ionisasi.

Hal hal yang perlu di perhatikan pada sterilisasi, di antaranya:

 Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih dan masih
berfungsi
 Peralatan yang akan di sterilisasi harus di bungkus dan di beri label
yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal
pelaksanaan sterilisasi
 Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril
 Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu
mensteril selesai
 Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
 Saat mendinginkan alat tidak boleh membuka pembungkusnya, bila
terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.

2. Desinfeksi
Proses pengembangan semua mikroorganisme pathogen pada objek
yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospore bakteri. Desinfeksi
juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman
pathogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat
pada alat perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan
menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles,
merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi dan
mengondisikan alat dalam kedaan siap pakai.
Kemampuan Desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum
pembersihan objek, kandungan zat organic, tipe dan tingkat kontaminasi
mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kealamian objek, suhu dan
derajat keasaman (pH).

C. Pencegahan Infeksi
Di masa lalu focus utama penanganan masalah infeksi dalam
pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi, meskipun infeksi serius
pascabedah masih merupakan masalah di beberapa Negara, terutama
dengan munculnya penyakit Acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat ini, perhatian
utama ditujukan untuk mengurangi risiko perpindahan penyakit, tidak
hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan
dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas
membersihkan dan merawat ruang bedah.

1. Tindakan pencegahan infeksi


Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yanhg
dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya
adalah mengurangi atau menghilangkanjumlah mikroorganisme, baik
pada permukan benda hidup maupun benda mati agar alat alat
kesehatan dapat dengan aman digunakan.
2. Antiseptik, yang upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan
jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersihan medis sebelum pencucian di lakukan. Contohnya adalah
meja pemeriksaan, alat alat kesehatan, dan sarung tangan yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di saat prosedur
bedah/tindakan dilakukan.
4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh,
atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
5. Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, jamur, parasite, dan virus) termasuk bakteri endospore dari
benda mati.
6. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak
semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati.
Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau
menggunakan larutan kimia.tindakan ini dapat di menghilangkan
semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospore.

2. Pedoman Pencegahan Infeksi


Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang
atau dari peralatan ke orang dapat di lakukan dengan melettakan
penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas
kesehatan). Penghalang ini dapat berupa fisik, mekanik, ataupun, kimia,
meliputi:
 Pencucian tangan
 Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat
melakukan tindakan, maupun saat memegang benda yang
terkontaminasi (alat kesehatan/alat tenun bekas pakai)
 Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit
 Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas,
desinfeksi tingkat tiggi atau sterilisasi)
 Pembuangan sampah
D. Pengkajian keperawatan
Merupakan tindakan mengkaji ada atau tidaknya factor yang memengaruhi
atau menyebabkan infeksi, seperti penurunan daya tahan tubuh, status
nutrisi,usia, stress, dan lai-lain. Pengkajian selanjutnya adalah memeriksa ada
atau tidaknya tnda klinik infeksi (seperti pembekakan, kemerahan, panasa,
nyeri pada daerah lokalisasi) dan tanda sistemik (seperti demam, malaise,
anoreksia, sakit kepala, muntah, atau diare).

1. Diagnosis keperawatan
Hal yang perlu di perhatikan adlah risiko yang terjadinya infeksi yang
berhubungan dengan proses penyebaran kuman.

2. Perencanaan keperawatan
Tujuan :
 Mencegah terjadi infeksi atau penyebaran kuman.

Rencana Tindakan :

 Melakukan tindakan untuk menghambat penyebaran kuman,


seperti mencuci tangan, memakai masker, memakai sarung tangan,
sterilisasi, dan desinfeksi.

E. Pelaksanaan (Tindakan) keperawatan


1. Cara mencuci tangan
Mencuci kedua tangan merupakan proseduir awal yang dilakukan perawat
dalam memberikan tindaakan keperawatn yang bertujuan membersihkan
tangan dari segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi silang melaluin
tangan, dan mempersiapkan bedah atau tindakan pembedahan
a. Teknik Mencuci Biasa
Alat dan Bahan :
1. Air bersih
2. Handuk
3. Sabun
4. Sikat lunak

Prosedur kerja :
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan, seperti
cincin atau jam tangan.
2. Basahi jari tangan, lengan, hingga sikudengan air, kemudian
sabuni dan sikat bila perlu
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan
handuk atau lap kering.
b. Teknik Mencuci dengan disinfektan
Alat dan Bahan :
1. Air bersih
2. Larutan desifektan lisol/savlon
3. Handuk/ lap kering

Prosedur kerja

1. Lepaskan segala benda yang melekat pada daerahtanga, seperti


cincinatau jam tangan
2. Basahi jari tangan, lengan, hinga siku dengan air, kemudian
gosokkan larutan disenfejtan (lisol atau savlon) dan sikat bila
perlu.
3. Bilas dengan air bersih
c. Teknik Mencuci steril
Alat dan bahan :
1. Air mengalir
2. Sikat steril dalam tempat
3. Alkohol 70%
4. Sabun

Prosedur kerja :
1. Lepaskan segala benda yang melekat pada daerah tangan, tangan,
seperti cincin atau jam tangan
2. Basahi jari tangn, lengan hingga siku dan air kemudian tuang
sabun (2-5 ml) ke tangan serta lengan sampai 5 cm diatas siku,
kemudian sikat ujung jari, tangan, lengan, dan kuku sebanyak
kurang lebih 15 kali gosokkan, sedamgkan telapak tangan 10 kali
gosokkan hingga siku.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir
4. Setelah selesai tangan tetap diarahkan ke atas
5. Gunakan sarung tangan steril.
2. Cara menggunakan sarung tangan
Alat dan bahan :
1. Sarung tangan
2. Bedak/Talk
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Bila sarumg tangan belum di bedaki, ambil sebungkus bedak, dan
tuangkan sedikit
3. Pegang tepi sarung tangan dan masukkan jari-jari tangan, pastikan
ibu jari dan jari-jari lain tepat pada psisinya.
4. Ulangi pada tangan kiri
5. Setelah terpasang, cakupkan kedua tangan.
3. Cara Menggunakan Masker
Tindakan pengamanan dengan menutup hidung dan mulut
menggunakan masker bertujuan mencegah atau mengurangi tansmisi
droplet mikroorganisme saat merawat pasien.
Alat dan bahan:
 Masker

Prosedur kerja:

1. Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker


2. Pegang kedua tali masker
3. Ikatan pertama, bagian atas berada pada kepala, sedangkan ikatan
kedua berada pada bagian belakang leher.
4. Cara Desinfeksi
a. Cara desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja:
1. Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan,kemudian
siram atau membasahi dengan alcohol 70%.
2. Cucilah luka dengan H2O2, betadine, atau larutan lainnya.
3. Cucilah kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan
yodium tinktur 3%, kemudian dengan alcohol.
4. Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan
sejenisnya.
b. Cara desinfeksi dengan mengoleskan
Prosedur kerja:
1. Oleskan luka dengan merkurokom atau bekas luka jahitan
menggunakan alcohol atau betadine.
c. Cara desinfeksi dengan merendam
Prosedur kerja:
1. Rendamlah tangan larutan lisol 0,5%
2. Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama
2jam.
3. Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih
24jam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inefksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit tau dalam
system pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber
pelayanan kesehatan,baik melalui pasien,petugas
kesehatan,pengungjung,maupun sumber lainnya. Infeksi nosocomial
merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi yang berkembang di
lingkungan rumah sakit.
 Gejala Infeksi Nosokomial
Gejala yang dialami oleh pengidap harus timbul setelah perawatan di
rumah sakit dan tidak sesuai dengan keluhan awal saat masuk rumah sakit.
Beberapa gejala umum pada infeksi nosocomial, yaitu:
1. Batuk dengan dahak kental
2. Demam atau menggigil
3. Jantung berdebar cepat
4. Tubuh terasa lemas
5. Nyeri punggung bawah atau perut bawah sesak nafas
B. Saran
Sebagai pendidik pemberian pengetahuan secara mendalam tentang infeksi
nosokomial dapat didalami dengan roleplay yang bisa diberikan. Dengan
ini mahasiswa dapat mengetahui pentingnya pencegahan terhadap infeksi
nosokomial ini.

Anda mungkin juga menyukai