Anda di halaman 1dari 11

SELEKSI MUTAN GENERASI KE DUA (M2) KEDELAI KIPAS PUTIH TERHADAP PRODUKSI

DAN KUALITAS BIJI YANG TINGGI

Dalfiansyah1), Zuyasna2), Siti Hafsah2)


1)
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
2)
Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
Correspondent author: zuyasna@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan evaluasi mutan-mutan kedelai Kipas Putih generasi ke 2 (M2) terpilih untuk
mendapatkan galur berpotensi produksi dan kadar protein tinggi. Iradiasi sinar gamma dilakukan di
Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Pasar Jumat Jakarta. Sebagai kontrol digunakan varietas
Kipas Putih yang belum diradiasi. Penelitian dilakukan di Kebun Percoban Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala, Darussalam - Banda Aceh yang berlangsung dari bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola non faktorial. Penelitian ini
menggunakan 14 genotipe dan 1 genotipe kontrol varietas Kipas Putih tanpa radiasi, terdiri dari 2
ulangan sehingga terdapat 30 unit satuan percobaan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman,
jumlah cabang, jumlah polong, jumlah polong bernas, berat 100 butir biji, jumlah biji per tanaman, dan
berat biji per bedeng, untuk kualitas biji dilakukan analisis kadar protein, lemak, serat dan abu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap berat 100 biji tanaman,
namun tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, jumlah polong
bernas, dan jumlah biji sedangkan kadar protein tertinggi pada genotipe KP200-51 (G9) (39.01%), lemak
KP200-52 (G10) (15,16%), serat KP200-10 (G5) (12,54%) dan abu KP200-28 (G6) (6,83%).
Kata Kunci : Kedelai, Kipas Putih, Mutan, Radiasi Sinar Gamma, Produksi Tinggi.

PENDAHULUAN mengembangkan kedelai karena resiko


kegagalan yang tinggi dan kurang
Tanaman kedelai (Glycine max L. menguntungkan, (6) Petani belum
Merr) adalah salah satu tanaman pangan mengusahakan kedelai secara intensif
yang sudah lama dibudidayakan oleh dengan cara-cara budidaya yang maju (7)
masyarakat Indonesia. Kedelai mempunyai Tata niaga kedelai belum kondusif, impor
arti yang sangat penting karena selain kedelai lebih mudah dan lebih murah,
sebagai kebutuhan pangan juga dapat sehingga petani yang rata-rata petani kecil
merupakan sumber protein nabati yang kurang dapat bersaing (Suyamto dan
relatif murah jika dibandingkan dengan Widiarta, 2010).
sumber-sumber protein lainnya seperti Keadaan tersebut berakibat kepada
daging, susu, dan ikan (Mapegau, 2006). kedelai yang diproduksi di dalam negeri
Kedelai dikenal sebagai komoditas sendiri kurang diminati. Padahal sekitar
andalan nasional karena sumber 35% total kedelai di Indonesia
proteinnya, namun ketersediaannya di dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam
dalam negeri sendiri tidak pernah pembuatan tahu (Yuwono et al., 2003).
seimbang dengan tingkat konsumsinya Keadaan ini tentunya hanya akan memacu
(Sriyadi, 2011). Hal ini disebabkan oleh pada impor kedelai dari luar negeri karena
peningkatan produksi kedelai dihadapkan lebih efisien, ditambah lagi dengan
pada banyak permasalahan, diantaranya tingginya impor kedelai karena harganya
adalah: (1) produktivitas dan keuntungan yang lebih murah, impornya lebih mudah,
usaha tani kedelai rendah, (2) industri serta bea masuk impor/tarif nol persen
perbenihan kedelai belum berkembang, (3) (0%) (Zakiah, 2011).
rentan terhadap serangan OPT, (4) adanya Adanya impor kedelai akan
persaingan penggunaan lahan dengan menyebabkan berbagai kerugian bagi
komoditas lain, (5) Swasta kurang berminat Indonesia antara lain: a) hilangnya devisa

Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016 115


negara mencapai 3 triliun pertahun METODE PENELITIAN
(Atman, 2009), b) menurunnya luas areal
tanam kedelai (Zakiah, 2011), dan c) Tempat pelaksanaan penelitian
kedelai dalam negeri kalah bersaing dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas
(Supadi, 2009). Pertanian Universitas Syiah Kuala,
Salah satu upaya yang bisa sedangkan analisis kadar proksimat
diterapkan dalam meningkatkan produksi dilakukan di Pusat Penelitian Sumber Daya
kedelai di Indonesia adalah dengan Hayati dan Bioteknologi, Lembaga
ekstensifikasi lahan. Dalam upaya Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat,
ekstensifikasi tersebut juga diperlukan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
adanya ketersediaan varietas yang sesuai berlangsung selama lima bulan, dimulai
dengan agroekosistem penanaman (Husni sejak Januari hingga Mei 2015.
et al., 2006). Tidak hanya itu, ketersediaan Bahan yang digunakan adalah benih
varietas-varietas unggul juga berpotensi kedelai Kipas Putih hasil radiasi dan tanpa
dapat meningkatkan produksi yang tinggi radiasi, pupuk kandang, NPK (Groumore)
Asnijar et al., (2013). dengan dosis 2 g/m2 dan NPK (Tawon) pada
Ketersediaan varietas-varietas umur 37 HST (fase pembungaan) dengan
unggul yang berpotensi meningkatkan dosis 15 g/m2 dan untuk mengendalikan
produksi kedelai di Indonesia juga masih hama digunakan insektisida jenis Curacron
sedikit, maka dari itu untuk mendapatkan 500 EC (Profenofos) 3 ml/L, Decis 25 EC
varietas unggul tersebut salah satunya (Deltametrin) 1 ml/L dan Dursban 200 EC
melalui perakitan varietas baru. (Klorpirifos) 3 ml/L.
Perakitan varietas baru dilakukan Alat-alat yang digunakan dalam
untuk meperbaiki karakter yang tidak penelitian ini adalah cangkul, garu, pisau,
dikehendaki dari tetuanya, seperti kedelai gunting, meteran, tali rafia, papan nama,
varietas kipas putih asal Provinsi Aceh. kamera, gembor, spidol.
Varietas ini adalah salah satu varietas lokal
asli Aceh, dengan tipe pertumbuhan Rancangan Percobaan
Semideterminit, tinggi rata-rata 50-60 cm, Penelitian ini menggunakan
produksi rata-rata biji kering mencapai 1,69 Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola non
ton/ha, bobot 100 biji 12 g. Adapun faktorial dengan 15 genotipe kedelai
beberapa karakter yang harus diperbaiki sebagai perlakuan, masing-masing
yaitu produksi, ukuran biji, bobot biji, dan genotipe diulang sebanyak 2 kali, di
kandungan protein. antaranya adalah KP100-25 (G1), KP100-57
Perbaikan dan peningkatan kualitas (G2), KP100-67 (G3), KP200-3 (G4), KP200-
dan kuantitas biji juga dirasa perlu 10 (G5), KP200-28 (G6), KP200-31B (G7),
mengingat pentingnya kandungan gizi dari KP200-48 (G8), KP200-51 (G9), KP200-52
biji kedelai. Perbaikan kualitas biji kedelai (G10), KP300-5 (G11), KP300-9 (G12),
dapat diarahkan pada kualitas fisik dan KP300-40 (G13), KP300-47 (G14), dan KP0-
kimiawi, agar varietas unggul baru yang 37 (G15) tanpa radiasi(kontrol). Penelitian
dihasilkan sesuai dengan preferensi ini menggunakan 2 kali ulangan, sehingga
konsumen dan industri (Zanetta et al., di dalam penelitian terdapat 30 satuan
2012). percobaan. Kelima belas genotipe yang
Berdasarkan penjelasan diatas maka digunakan dalam penelitian ini adalah
perlu diupayakan usaha peningkatan genotipe M2 hasil penelitian KKP3N dalam
keragaman tanaman kedelai varietas kipas bentuk kerja sama Fakultas Pertanian
putih khususnya peningkatan karakter Unsyiah, BATAN dan BPTP Aceh pada bulan
produksi dan kualitas biji dengan teknik Maret-Desember 2013 (Zuyasna, et al.,
seleksi pada mutan generasi kedua (M2) 2013a dan 2013b). Dengan model
Kedelai Kipas Putih hasil Iradiasi Sinar matematika Yij = µ + βi + Gj + εij. Pelaksanaan
Gamma.

116 Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016


Penelitian mencangkup Persiapan Benih, Hasil uji F pada analisis ragam
Pengolahan Tanah, Penanaman dan menunjukkan bahwa mutan generasi
Pemeliharaan. Variabel yang diamati kedua (M2) tidak berpengaruh nyata
mencangkup Karakter Agronomi seperti terhadap tinggi tanaman. Tanaman yang
Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang, Jumlah paling tinggi dijumpai pada genotipe
Polong, Jumlah Polong Bernas, Jumlah Biji KP200-28 (G6) dengan nilai 59,63 cm,
Pertanaman, Berat 100 Biji, Berat Biji Per sedangkan genotipe yang memiliki tinggi
Bedeng sedangkan dari segi Kualitas Biji tanaman terendah dijumpai pada genotipe
dengan menganalisis protein, lemak, serat KP200-52 (G10) yaitu 32,88 cm.
dan abu Gambar 1 menunjukkan rata-rata
tinggi tanaman yang dicobakan setinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN 49,52 cm. Rata-rata tinggi tanaman mutan
generasi kedua (M2) yang dicobakan
Ada empat genotipe M2 dari 15 memiliki kecenderungan nilai lebih rendah
genotipe yang diuji dalam penelitian ini dibandingkan dengan genotipe G15
yang tidak tumbuh (mati) dan tumbuh (kontrol). Di duga adanya pengaruh dari
kerdil pada umur 10-20 HST, beberapa dari efek iradiasi itu sendiri yang masih
genotipe tersebut yaitu KP100-52 (G1), diturunkannya ke tanaman generasi M2
KP100-57 (G2), KP200-48 (G8), dan KP 300- yang dicobakan, sehingga genotipe yang
40 (G13). Menurut Mubarok et al. (2011), dicobakan memiliki rata-rata tinggi
beberapa perlakuan tertentu dapat tanaman lebih rendah dibandingkan
menurunkan daya tumbuh tanaman yang kontrol (G15). Pengaruh radiasi tersebut di
diradiasi dengan sinar gamma. duga menyebabkan genotipe M2 masih
terus mengalami mutasi khususnya
A. Pengaruh Genotipe Mutan (M2) perubahan terjadi pada metabolisme
Terhadap Produksi Kedelai tanaman sehingga mengganggu
1. Tinggi Tanaman pembelahan sel meristem atau
terganggunya sintesa protein tanaman
yang menghambat pertumbuhan tanaman.

70.00
59.63 57.50
60.00 55.75
50.38 50.63 50.63
Tinggi Tanaman

47.00 49.50
50.00 46.63 44.25
40.00 32.88
30.00
20.00
10.00
0.00
G3 G4 G5 G6 G7 G9 G10 G11 G12 G14 G15
Gambar 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Genotipe M2 Pada Umur 90 HST

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian metabolisme seperti terganggunya sintesa
Sutarto et al., (2004) bahwa pengaruh protein dapat menghambat aktivitas
radiasi sinar gamma dapat menyebabkan pembelahan dan perpanjangan sel-sel
persentase tinggi tanaman rendah akibat meristem dan pertumbuhan tanaman akan
dari terganggunya metabolisme tanaman. terganggu.
Sehingga dengan terganggunya

Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016 117


Genotipe M2 memiliki warisan tinggi. Darmayanti (1997 dalam Aisyah
radiasi dari tetuanya M1, sehingga radiasi 2009) menyatakan, iradiasi sinar gamma
akan tetap diwariskan, menurut Harten masih menyebabkan perbedaan nyata
(1998 dalam Mugiono et al., (2009) mutasi terhadap tinggi tanaman, panjang daun
dapat didefenisikan sebagai perubahan dan lebar daun.
mendadak materi genetik yang dapat
diwariskan pada beberapa generasi 2. Jumlah Cabang
berikutnya. Melina (2009) menambahkan, Hasil uji F pada analisis ragam
semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma terhadap jumlah cabang tanaman juga
yang diberikan maka persentase tinggi menunjukkan bahwa mutan seleksi kedua
tanaman akan semakin rendah. (M2) tidak berpengaruh nyata terhadap
Hasil Penelitian Sukartini (1992 jumlah cabang. Jumlah cabang terbanyak
dalam Melina 2009) mengemukakan dijumpai pada genotipe KP200-3 (G4)
bahwa menurunnya persentase tinggi sebanyak 6,50 sedangkan genotipe paling
tanaman dengan meningkatnya dosis sedikit cabangnya dijumpai pada KP200-52
iradiasi karena terhambatnya (G10) sebanyak 3,63. Rata-rata hasil
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel pengamatan jumlah cabang dapat dilihat
maristem pucuk akibat energi radiasi yang pada Gambar 2.

7.00 6.50
5.63 5.88 5.75
6.00
Jumlah Cabang

4.75 4.88 4.75 5.00


5.00 4.25
3.75 3.63
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
G3 G4 G5 G6 G7 G9 G10 G11 G12 G14 G15
Gambar 2. Rata-Rata Cabang Tanaman Genotipe M2 Pada Umur 90 HST

Rata-rata cabang tanaman yang di sebagai tahap pembentukan varietas baru,


ujikan sebanyak 4,98. Rata-rata nilai jumlah sehingga tiap genotipe menampilkan sifat
cabang tanaman M2 yang diujikan dan keunggulannya masing-masing, baik
cenderung memiliki nilai sedikit lebih baik dari segi negatif ataupun positif. Diduga,
dibandingkan dengan G15 (kontrol), diduga dengan meningkatnya jumlah cabang
bahwa tanaman M2 yang diuji terhadap produktif, maka jumlah polong per
jumlah cabang tidak terlalu mengalami tanaman akan meningkat.
perubahan dari mutasi atau tidak
diturunkannya lagi ke generasi M2 nya, 3. Jumlah Polong
kemungkinan lain akibat dari mutasi yang Hasil uji F pada analisis ragam juga
menyebabkan enzim yang merangsang menunjukkan bahwa mutan generasi
pertunasan menjadi tidak aktif atau kedua (M2) tidak berpengaruh nyata
terhambat sehingga pertumbuhan cabang terhadap jumlah polong. Jumlah polong
terhambat. Menurut Nilahayati dan Lollie terbanyak ditemukan pada genotipe
(2015), adanya perbedaan jumlah cabang KP200-51 (G9) sebanyak 146.00 buah
yang diuji disebabkan oleh adanya diikuti oleh KP200-3 (G4) sebanyak 135,50
perbedaan sifat atau keunggulan dari buah, sedangkan genotipe terendah
masing-masing genotipe akibat mutasi KP100-67 (G3) dengan nilai 67,13 buah.
118 Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016
Rata-rata jumlah polong tanaman (kontrol), genotipe yang memiliki nilai
sebanyak 103,36 sedangkan jumlah polong terendah terhadap jumlah polong dijumpai
terbanyak dijumpai pada genotipe KP200- pada KP100-67 (G3) dan KP200-52 (G10)
51 (G9) (146,00). Rata-rata nilai jumlah sedangkan genotipe control (G15) memiliki
polong tanaman cenderung lebih baik bila 72,13 jumlah polong.
dibandingkan dengan genotipe G15

160.00 146.00
135.50
140.00 125.00
115.25
120.00 107.38
Jumlah Polong

101.25 99.50 96.13


100.00
80.00 67.13 71.75 72.13

60.00
40.00
20.00
0.00
G3 G4 G5 G6 G7 G9 G10 G11 G12 G14 G15
Gambar 3. Rata-Rata Jumlah Polong Umur 90 HST

Perbedaan jumlah polong mutan terhadap jumlah polong bernas. Gambar 4


dengan varietas Kipas Putih (kontrol), menunjukkan jumlah polong bernas
kemungkinan disebabkan oleh mutasi yang terbanyak dijumpai pada genotipe KP200-
mempengaruhi jumlah dan lebar daun 28 (G6) dengan rata-rata 84,63. Sedangkan
yang bertambah sehingga menunjang genotipe yang memiliki jumlah polong
proses fotosintesis yang baik, proses paling rendah dijumpai pada genotipe
fotosintesis yang baik akan menghasilkan kontrol (G15) dengan rata-rata 13,00
asimiliat sehingga pembelahan sel-sel akan sedangkan rata-rata polong bernas
berjalan lancar dan pembentukan bunga keseluruhan sebesar 58,94 buah.
tanaman berlangsung cepat dan banyak Rata-rata nilai jumlah polong bernas
akibatnya polong tanaman yang dihasilkan M2 yang diujikan memiliki nilai yang lebih
akan bertambah. Menurut Tah (2006), baik dibandingkan dengan G15 (kontrol).
peningkatan jumlah polong akibat adanya Pada dasarnya, Asimilat hasil fotosintesis
irradiasi sinar gamma dengan dosis yang telah tersedia pada tanaman
tertentu dapat mencapai 15-23%. kemudian ditranslokasikan menuju polong
sehingga mampu menunjang proses
4. Jumlah Polong Bernas pembentukan polong pada tanaman
Hasil uji F pada analisis ragam juga kedelai dan mampu menurunkan
menunjukkan bahwa mutan generasi persentase polong hampa.
kedua (M2) tidak berpengaruh nyata

Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016 119


90.00 84.63
76.88 76.38
80.00
Jumlah Polong Bernas

65.88 67.63
70.00 62.38 63.00
60.00 55.13
50.00 41.38 42.13
40.00
30.00
20.00 13.00
10.00
0.00
G3 G4 G5 G6 G7 G9 G10 G11 G12 G14 G15
Gambar 4. Rata-Rata Jumlah Polong Bernas Umur 90 HST

5. Berat 100 Biji (g) KP200-51 (G9) dengan rata-rata 14,19 g


Hasil uji F pada analisis ragam dan KP300-47 (G14) dengan rata-rata 14,03
menunjukkan bahwa mutan generasi g. Sedangkan berat biji terendah dijumpai
kedua (M2) berpengaruh sangat nyata pada kontrol (G15) dengan rata-rata 11,80
terhadap berat 100 biji. Berat 100 biji g dan KP100-67 (G3) dengan rataan 11,97
terberat dijumpai pada genotipe KP300- g.
5(G11) dengan rata-rata 14,21 g, diikuti

Tabel 1. Rata-Rata Berat 100 Biji Tanaman Kedelai

Genotipe Rata-rata Berat 100 Biji

KP 100-67 (G3) 11.97 a


KP 200-3 (G4) 13.36 b
KP 200-10 (G5) 13.22 b
KP 200-28 (G6) 13.55 b
KP 200-31 B (G7) 13.98 bc
KP 200-51 (G9) 14.19 c
KP 200-52 (G10) 12.89 b
KP 300-5 (G11) 14.21 c
KP 300-9 (G12) 13.63 b
KP 300-47 (G14) 14.03 c
KP 0-37 (G15) 11.80 a
BNT 0,851
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada taraf peluang 5% (BNT0,05).

Tabel 1 menunjukkan pada Rata-rata berat 100 biji tertinggi


parameter berat 100 biji menunjukkan KP300-5 (G11) seberat 14,21 g tidak
perbedaan yang sangat nyata terhadap berbeda nyata dengan KP200-51(G9)
genotipe yang diujikan. Rata-rata nilai dengan berat 14,19 g dan KP300-47(G14)
berat 100 biji yang diujikan memiliki nilai seberat 14,03 g. Sedangkan rata-rata berat
lebih baik dibandingkan tanaman kontrol 100 biji terendah adalah genotipe kontrol
(G15). (G15) seberat 11,80 g yang tidak berbeda

120 Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016


nyata dengan KP100-67 (G3) yang memiliki kelemahan dimana sifat yang diperoleh
berat 11,97 g. tidak dapat diprediksi dan ketidakstabilan
Rata-rata berat 100 biji M2 yang sifat-sifat genetik yang muncul pada
diujikan memiliki nilai yang lebih baik generasi berikutnya.
dibandingkan dengan G15 (kontrol), hal ini
menunjukkan adanya perbaikan terhadap 6. Jumlah Biji
mutu biji yang mengalami mutasi. Hasil uji F pada analisis ragam juga
Genotipe yang memiliki nilai berat 100 biji menunjukkan bahwa mutan generasi
tertinggi tentunya memiliki ukuran biji yang kedua (M2) tidak berpengaruh nyata
besar sehingga dalam hitungan 100 butir terhadap jumlah biji. Gambar 5
berat bijinya memiliki rata-rata yang tinggi. menunjukkan bahwa jumlah biji
Peningkatan nilai berat 100 biji pertanaman terbanyak terdapat pada
tanaman terhadap tanaman kontrol diduga genotipe KP200-51 (G9) dengan rata-rata
karena masih adanya pengaruh radiasi 105,63 pertanaman. Sedangkan genotipe
yang dapat mempengaruhi karakter fisik jumlah biji terendah dijumpai pada
biji, merubah susunan genetik dan genotipe KP kontrol (G15) dengan rata-rata
meningkatkan keragaman tanaman. Sesuai 21,00. Rata-rata keseluruhan jumlah biji
dengan Sumaryati (1992 dalam Syukur tanaman sebanyak 65,49 cenderung lebih
2000) yang menyatakan bahwa pemuliaan baik dibandingkan dengan genotipe G15
dengan mutasi juga memiliki beberapa (kontrol).

120.00
105.63
98.50
100.00

80.00 72.75 71.38 72.75


Jumlah Biji

61.75 60.50 61.25


56.38
60.00
38.50
40.00
21.00
20.00

0.00
G3 G4 G5 G6 G7 G9 G10 G11 G12 G14 G15
Gambar 5. Rata-Rata Jumlah Biji Per Tanaman

7. Berat Biji per Bedeng terendah dijumpai pada genotipe kontrol


Hasil perhitungan terhadap jumlah dengan rata-rata 18,71 g.
biji per bedeng menunjukkan bahwa Pada ulangan 1 genotipe terbaik
mutan generasi kedua (M2) menghasilkan dijumpai pada genotipe KP300-5 (G11)
genotipe dengan berat biji yang lebih baik dengan berat 129.52 g diikuti genotipe
terhadap dibandingkan genotipe kontrol KP300-47 (G14) dengan berat 116.04 g dan
(G15) atau dapat dikatakan terjadi pada ulangan 2 bedeng terbaik dijumpai
perbaikan sifat terhadap berat biji pada genotipe KP300-9 (G12) dengan berat
tanaman. 157.47 g diikuti genotipe KP200-10 (G5)
Gambar 6 menunjukkan bahwa berat dengan berat 149.03 g. Sedangkan rata-
biji tertinggi dijumpai pada KP200-10 (G5) rata berat bedeng terbaik yaitu dijumpai
dengan rata-rata 117,34 g, diikuti oleh pada genotipe KP200-10 (G5) merupakan
genotipe KP300-9 (G12) dengan rata-rata genotipe terbaik dengan rata-rata berat biji
100, 51 g dan KP300-47 (G14) dengan rata- per bedeng 117,34 g diikuti genotipe
rata 100,19 g. Sedangkan berat biji
Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016 121
KP300-9 (G12) dengan berat 100.51 g dan KP300-47 (G14) sebanyak 100.19 g.

140.00
117.34
Berat Biji Per Bedeng

120.00
100.51 100.19
100.00 93.16
79.97 75.38
80.00 72.04
54.22
60.00 43.67
40.00 30.97
18.71
20.00
0.00
G3 G4 G5 G6 G7 G9 G10 G11 G12 G14 G15
Gambar 6. Rata-Rata Berat Biji Tanaman Kedelai Per Bedeng

Jika diamati mulai dari variabel adanya pengaruh dari radiasi sehingga biji
tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah tanaman mutan M3 yang diteliti memiliki
polong, polong bernas, berat 100 biji, nilai lebih baik dari tanaman yang tidak
jumlah biji dan berat biji perbedeng, dimutasi sebesar 0,07%. Genotipe KP200-
genotipe KP200-51 (G9) merupakan 52 (G10) merupakan genotipe yang
genotipe terbaik, memiliki rata-rata yang memiliki kadar lemak tertinggi dengan
terbaik secara keseluruhan, dan memiliki rata-rata 15,16% dan genotipe KP200-3
perbaikan nilai lebih baik dibandingkan (G4) merupakan genotipe yang memiliki
tetuanya. KP200-51 (G9) adalah genotipe kadar lemak terendah dengan rata-rata
yang berasal dari M1 kedelai hasil iradiasi 11,27%, sedangkan genotipe kontrol (G15)
sinar gamma dengan dosis 200 Gy. M2 dari memiliki nilai rata-rata 13,39%.Kandungan
genotipe ini terseleksi dengan nilai radiasi Kadar lemak biji tanaman genotipe KP200-
terbaik dan diduga masih diturunkan ke M3 52 (G10) meningkat sebesar 1,76%
dari genotipe ini. Menurut Kadir (2011), terhadap genotipe kontrol (G15). Beberapa
efek iradiasi sinar gamma terhadap genotipe seperti KP200-31B (G7) dan
keragaman yang ditimbulkan pada KP200-51 (G9) memiliki nilai kadar lemak
tanaman sangat tergantung dari dosis lebih baik dari pada tanaman kontrol (G15)
iradiasi. Semakin besar intensitas radiasi sedangkan genotipe lainnya memiliki nilai
yang diberikan maka semakin besar pula lebih rendah dari genotipe kontrol (G15)
peluang terjadinya mutasi, dan pada dosis (Tabel 2).
tertentu dapat memberikan dampak yang Genotipe KP200-51 (G9) merupakan
positif. genotipe yang memiliki kadar protein
tertinggi dengan rata-rata 39,01 dan
Pengaruh Mutan M2 Terhadap Kualitas genotipe KP200-52 (G10) merupakan
Biji Kedelai genotipe yang mempunyai nilai kadar
Pada Table 2 dapat di lihat bahwa protein terendah dengan rata-rata 36,15,
genotipe KP200-28 (G6) merupakan sedangkan genotipe kontrol (G15) memiliki
genotipe dengan kandungan kadar abu rata-rata nilai kadar protein 36,83%. Kadar
tanaman tertinggi dengan rata-rata 6,83, Protein Biji Tanaman Genotipe KP200-51
sedangkan genotipe G15 (kontrol) adalah (G9) mengalami peningkatan sebesar
genotipe yang memiliki kadar abu terendah 2,17% terhadap tanaman kontrol (G15).
dengan nilai rata-rata 5,52. Rata-rata nilai Beberapa genotipe tanaman seperti KP100-
kadar abu tanaman dari genotipe yang 67 (G3), KP200-31 B (G7), KP200-51 (G9),
diujikan memiliki nilai yang lebih baik KP200-52 (G10), KP300-5 (G11), KP300-9
dibandingkan tanaman kontrol, diduga (G12), KP300-47 (G14) memiliki nilai lebih

122 Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016


baik terhadap kontrol (G15) dan KP200-10 (G5), KP200-28 (G6) mengalami
beberapa genotipe seperti KP200-3 (G4), penurunan nilai kadar protein.

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Kadar Abu, Lemak, Protein dan Serat Genotipe M2
Genotipe Abu (%) Lemak (%) Protein (%) Serat (%)
KP100-67 (G3) 5.75 13.12 37.82 10.19
KP200-3 (G4) 5.71 11.27 36.78 10.99
KP200-10 (G5) 5.73 11.88 36.69 12.54
KP200-28 (G6) 6.83 12.00 36.50 11.32
KP200-31 B (G7) 5.72 13.57 38.17 9.91
KP200-51 (G9) 5.77 14.11 39.01 11.35
KP200-52 (G10) 5.94 15.16 36.15 10.92
KP300-5 (G11) 5.88 11.86 38.88 10.40
KP300-9 (G12) 5.99 12.49 38.40 12.05
KP300-47 (G14) 5.76 13.15 38.15 10.39
KP0-37 (G15) 5.52 13.39 36.84 8.61

Genotipe KP200-10 (G5) 2. Adanya perbaikan dari segi komponen


merupakan genotipe yang memiliki kadar agronomi dan kualitas biji tanaman
serat tertinggi dengan rata-rata 12,53 pada genotipe KP200-51 (G9)
sedangkan genotipe kontrol (G15) dibandingkan dengan varietas control
merupakan genotipe yang memiliki kadar Kipas Putih.
serat terendah dengan rata-rata 10,78. Saran
Kandungan kadar serat pada genotipe Hasil penelitian menunjukkan
KP200-10 (G5) mengalami peningkatan bahwa, genotipe KP200-51 (G9)
yang signifikan sebesar 3,92% jika merupakan genotipe yang cenderung lebih
dibandingkan dengan genotipe kontrol baik dibandingkan genotipe yang diuji
(G15). Rata-rata nilai kadar serat tanaman lainnya, maka dari itu perlu dilakukannya
dari semua genotipe yang diujikan memiliki penelitian lebih lanjut terhadap genotipe
nilai yang lebih baik dibandingkan tanaman tersebut.
kontrol, diduga adanya pengaruh dari
radiasi sehingga biji mutan M3 yang diteliti DAFTAR PUSTAKA
memiliki nilai lebih baik dari tanaman yang
tidak dimutasi sebesar 1,18%. Aisyah, S. I., H. Aswidinoor, A. Saefuddin, B.
MArwoto, dan S. Sastrosumarjo.
KESIMPULAN DAN SARAN 2009. Induksi mutasi pada stek
pucuk anyelir (Dianthus caryophyllus
Kesimpulan Linn.) melalui iradiasi sinar gamma. J.
1. Genotipe KP200-51 (G9) merupakan Agron. Indonesia.
genotipe yang cenderung lebih baik, Asnijar, Elly Kesumawati, dan Syammiah.
memiliki nilai yang konsisten dengan 2013. Pengaruh Varietas Dan
rata-rata tertinggi dari variabel yang Konsentrasi Pupuk Bayfolan
diteliti, tinggi tanaman 50,63, jumlah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
cabang 4,88, jumlah polong 146,00, Tanaman Cabai (Capsicum annum
polong bernas 62,38, berat 100 biji L.). Jurnal Agrista.
14.19, jumlah biji pertanaman 105.63 Atman. 2009. Strategi Peningkatan
dan berat biji perbedeng 79,97, Produksi Kedelai di Indonesia: Jurnal
dengan kadar abu 5,77%, lemak Ilmiah Tambua, Vol. VIII, No.1,
14,11%, protein sebesar 39,01% dan Januari-April 2009: 39-45.
serat 11,35%. Husni, Ali., M. Kosmiatin dan I. Mariska.
2006. Peningkatan Toleransi Kedelai

Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016 123


Sindoro terhadap Kekeringan Bawang Putih (Allium satifum L)
Melalui Seleksi In Vitro. Bul. Jurnal Varietas Lumbu Hijau Di Dataran
Agron. (34) (1) 25-31. Rendah. Ipuslitbmgteknologi Isotop
Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air Dan Radiasi, Batam.
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Suyamto dan I Nyoman Widiarta.2010.
Tanaman Kedelai (Glycine max L. Kebijakan Pengembangan Kedelai
Merr). Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional. Prosiding Simposium dan
Kultura,Vol. 41, No. 1. Pameran Teknologi Aplikasi Isotop
Melina, Ria. 2008. Pengaruh Mutasi Induksi dan Radiasi. Jakarta, 5-6 Agustus
Dengan Iradiasi Sinar Gamma 2008.
Terhadap Keragaan Dua Spesies Syukur, M. 2000. Efek Iradiasi Gamma pada
Philodendron (Philodendron Pembentukan Variasi Klon dari
bipinnatifidum Cv. Crocodile teeth Catharantus roseus L. Don. Risalah
Dan P. Xanadu). Skripsi, Program Pertemuan Ilmiah Penelitian dan
Studi Pemuliaan Tanaman Dan Pengembangan Teknologi Isotop dan
Teknologi Benih Fakultas Pertanian Radiasi. Biochemistry Biotechnology
Institut Pertanian Bogor. Lab. Andalas University Padang.
Mubarok, Syariful., Erni Suminar Dan Padang.
Murgayanti. 2011. Uji Efektivitas Tah, P.R. 2006. Studies on gamma ray
Sinar Gama Terhadap Karakter induced mutations in mungbean
Pertumbuhan Sedap Malam. J. [Vigna radiata (L.) Wilczek]. Asian
Agrivigor 11(1): 25-33, September- Journal of Plant Science 5(1): 61-70.
Desember 2011. Yuwono, Sudarminto Setyo,. Kartika Ken
Mugiono., Lilik Harsanti Dan Azri Kusuma Hayati Dan Siti Narsito Wulan. 2003.
Dewi. 2009. Perbaikan Padi Varietas Karakterisasi Fisik, Kimia Dan Fraksi
Cisantana Dengan Mutasi Induksi. Protein 7s Dan 11s Sepuluh Varietas
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Kedelai Produksi Indonesia. Jurnal
Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Tek. Pert. Vol 4(1): 84-90.
Nasional Jl. Lebak Bulus Raya. Zakiah.2011. Dampak Impor Terhadap
Nilahayati dan Lollie Agustina P. Putri. Produksi Kedelai Nasional. Jurnal
2015. Evaluasi Keragaman Karakter Agrisep. Vol. 12 (1):76-85.
Fenotipe Beberapa Varietas Kedelai Zanetta, Chindy Ulima., Budi Waluyo,
(Glycine max L.) Di Daerah Aceh Agung Karuniawan. 2012.
Utara. J. Floratek 10: 36-45 Karakteristik Fisik Dan Kandungan
Sriyadi. 2011. Respon Konsumen Tempe Kimia Galur-Galur Harapan Kedelai
Terhadap Kenaikan Harga Kedelai di Hitam Unpad Sebagai Bahan Baku
Kabupaten Bantul (Tempe Kecap. Dipresentasikan pada
Consumer’s Response Toward Price seminar nasional hasil penelitian
Increase Soybean In Bantul). tanaman kacang-kacangan dan
Prosiding Dalam Rangkaian Seminar umbi-umbian”inovasi komoditas
Internasional Dan Call For Papers kacang-kacangan dan umbi-umbian.
“Towards Excellent Small Business” Balitkabi Malang.
Yogyakarta, 27 April 2011. Zuyasna, Chairunnas, Efendi dan Arwin.
Supadi. 2009. Dampak Impor Kedelai 2013a. Seleksi Galur Mutan Kedelai
Berkelanjutan Terhadap Ketahanan Toleran Kekeringan Adaptif di Aceh
Pangan. Analisis Kebijakan Pertanian. dan Berpotensi Hasil Tinggi. Laporan
Volume 7 No. 1. Maret 2009:87-102. Penelitian KKP3N berdasarkan Surat
Sutarto, Ismiyanti., Nurrohma., Kumala Perintah Kerja Pelaksanaan
Dewi., Dan Arwin. 2004. Pengaruh Penelitian No.
Irradiasi Sinar Gamma 60 Co 791/LB.620/I.1/2/2013 Tanggal 25
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Februari 2013.
124 Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016
Zuyasna, Chairunnas, Efendi dan Arwin. Hasil Tinggi. Prosiding Seminar
2013b. Pemurnian Varietas Kipas Nasional Hortikultura, Agronomi
Putih dan Kipas Merah Dalam dan Pemuliaan Tanaman 3 in 1. 21-
Rangka Mendapatkan Galur Mutan 23 Agustus. Malang, Universitas
Tahan Kekeringan dan Berpotensi Brawijaya. 289-293.

Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016 125

Anda mungkin juga menyukai