Anda di halaman 1dari 15
PERHIMPUNAN FIFOPATOLOGI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASTONAL DAN KONGRES XNUT PERHIMPUNAN FITOPATOLOGI TADONESIA TBakash, Il - 13 November 2018 ? Penyelengear Se) peruimpunan TroraToLoct INDONESIA BZ ronsaniar oacran oe aKa a DAFTAR ISI Halaman Kata Pengamtar..cornnrnnnnnn . . sevens i ‘Sambutan Ketua PF. Sambutan Ketua Panitia v Dat DSA ccc stnnswctn fesse Snr narneesnesTetestsuneerorsneciventeshde oben Fase ii Makalah Pembicara Kunci Beberapa Trend Perkembangan Riset Bidang Pengendalian Patogen Penyakit Tanaman Tarkus SUgANAA .ossoseneeornnen fisiostisidecreseianilamieanettounemantat 1 Seed Potato Certification And The Identification And The Ongoing Maintenance Of Pest Free Areas IN.Ss Crump rte ccreaterca sitters ce pecs getarnne a nfrsctesars 14 Makalah Topik Cendawan Pengendalian Penyakit Moler Pada Bawang Merah dengan Trichoderma spp dan Bahan Amelioran Salamiah, Zuraida Titin Mariana dan Sulastri Efiana Sijabat.. 0c 16 Pemanfaatan Trichoderma Sp Untuk Mengendalikan Penyakit Kudis Ubijalar Eko Agus Martanto, Adelin Tanati, Samen Baan, Dewi M. M. Saleh, dan Melinda...... 35 Pengendalian Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai dengan Ekstrak Putri Malu (Mimosa pudica) Hard Yuda dan Wiwiek Sri Wahyuni, temeeritititarass, 47 Skrining Ketahanan Beberapa Genotipe Jagung Hibrida Terhadap Penyakit Bulai (Peronosclerospora spp) Suriani, Ayyub Arrahman dan Muh. Azrai (Balai Penelitian Tanaman Serealia)........ 56 Seleksi Rizobakteria yang Berpotensi sebagai Agens Antagonis Jamur Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense (E.F. Smith) Synd. & Hans (Foc) dan Kemampuan Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Selviana Anggraini, Eri Sulyanti, Trizelia, dan Jumsu Trisno (UNAND) 67 Uji Kombinasi Formulasi Bakteri Antagonis Bacillus subtilis dan 5 Jenis Ekstrak Nabati In Vitro untuk Pengendalian Penyakit Hawar Pelepah Rhizoctonia solani pada Jagung ‘Nurasiah Djaenuddin and Suriani... 83 Metabolit Cendawan Endofit sebagai Alternatif Pengendalian Efektif Cendawan Patogen Terbawa Benih Padi Arifda AS Waruwu, Bonny PW Soekamo dan Abdul MUNIf oo... 92 Pemanfaatan Metabolit Bakteri Endofit Untuk Menekan Cendawan Patogen Terbawa Benih Kedelai Novi Malinda, Bonny PW Soekarno dan Titiek S Yuliani 402 Potensi Fungi Asal Tanah Pascatambang Batubara Sebagai Patogen Dan Antagonis Pada Tanaman Jagung Tunjung Pamekas, Sukisno, Yenny Sariasih, Retno Sahpitri, dan Eko Yulianto. Penggunaan Kion Tahan dan Pemangkasan untuk Menekan Penyakit Layu Pembuluh Kayu di Perkebunan Kakao Herry Wirianata Pengaruh Faktor Fisk Tanaman Terhadap Intensitas Serangan Bipolaris Maydis Terhadap 10 Varietas Jagung Ayyub Arrahman, Suriani dan Amran Muis Berbagai Metoda Aplikasi Pupuk Hayati Azotobacter Chroococcum Untuk Menekan. Penyakit Dumping Off Dan Hawar Daun Pada Kacang Panjang Marthin Kalay, Abraham Talahaturuson, Reginawanti__Hindersah, Yansen Lakmulawar. Pengaruh Ph Terhadap Antagonisme Pseudomonad Fluoresen Dengan Penyebab Penyakit Busuk Hati Dan Akar Nanas In Vitro Desy Susanti, Christanti Sumardiyono dan Suryanti. aneeeesrty Peran Mikoriza Indigenus Pada Pengimbasan Ketahanan Struktural Dan Kimiawi Tanaman Cabai Merah Terhadap Penyakit Antraknosa Di Lahan Gambut Rahmawati Budi Mulyani, Ika Rochdjatun Sastrahidayat, A. Latief Abadi ‘Syamsuddin Djauhari dan Anton Muhibuddin Uji Potensi Cendawan Endofit Asal Tanaman Pala dan Potensinya sebagai Agen re endawan Patogen Gejala Penyakit dan Identifikasi Patogen pada Tanaman Gandum Uji Coba Tanam di Dataran Tinggi Curup Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu Yenny Sariasih, Catur Herizon, Rustikawati, Irfan Sulfansyah Daerah sebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi epidemi penyakit blas pada padi sawah di Sumatera Barat Enie Tauruslina A Nini Suhastri Makalah Topik Bakteri Pendalaman wawasan in vitro dalam penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen biokontrol pengendali Rhizoctonia solani Catur Patminingsih, Sri Wahyuni Budiarti, Puji Astutik, Achmadi Priyatmojo, Rudy Lukman . Bakteri Endofit sebagai Agen Pengendali Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Eucalyptus peliita Heru Indrayadi, Budi Tjahjono dan Maizar. Makalah Topik Virus Perlakuan yang tepat untuk Meningkatkan Kualitas Benih Tanaman Sayuran Hoerussalam, Eliza Suryati Roesii, dan Rudy Lukman 115 130 139 147 158 169 178 189 197 219 234 248 Evaluasi Ketahanan Beberapa Galur Harapan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) terhadap Penyakit Virus Kuning Keriting Neni Gunaeni, Bagus Kukuh Udiarto, Yenny KushendrianiRinda Kirana Identifikasi Molekuler Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Keriting Kuning Pada Cabai Rawit Di Pulau Lombok Mery Windaringsin, Susamto Somowiyarjo, YB. Sumardiyono, Sri Sulandari. 261 278 Uji Potensi Cendawan Endofit Asal Tanaman Pala dan Potensinya sebagai Agen Hayati Cendawan Patogen Potencial Testof Endophytic Fungi From Nutmeg Plants (Myristica Fragrans) And Their Potencial Asbiological Control Fungus Pathogen. Rina Sriwati”, Bonny P.W. Sukarno” Lukman Hakim”, Sara Anjani” Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah *"Jurusan Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor IPB, Bogor ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk potensi cendawan endofit asal tanaman pala sebagai agen hayati untuk pengendalian cendawan patogen. Penelitian menggunakan metode deskriptif, metode ini digunakan pada tahap isolasi cendawan endofit dan tahap uji patogenesitas, sedangkan pada tahap uj ganda menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Peubah yang diamati meliputi persentase penghambatan koloni cendawan patogen (CP1). Cendawan patogen (CP1) adalah cendawan pathogen hasil isolasi dari tanaman pala yang bergejala mati ranting. Hasil pencitian diperolch 3 isolat cendawan endofit dari akar tanaman pala paling sehat diantara yang schat dan akar tanaman schat diantara yang sakit, Tiga isolat cendawan endofit tersebut mampu menghambat pertumbuhan cendawan patogen (CP1) dengan persentase penghambatan yang berbeda-beda. Isolat cendawan endofit S-S 1 AB mampu menghambat pertumbuhan cendawan patogen (CP1) dengan persentase daya hambat tertinggi dibandingkan 2 isolat lainnya yaitu sebesar 90,56 % (75,60 %) pada umur 3 HSI. Tingginya daya hambat yang dihasilkan isolat cendawan endofit S-S 1 AB sangat efektif untuk digunakan sebagai agens hayati terhadap cendawan patogen (CPI). Kata Kunci: Cendawan endofit, Tanaman pala, Agen hayati, Patogen ABSTRACT The potencial of Endophytic fungi associated with Nutmeg plants (Mpristica fragrans) have been analyzed as a biological control agent fungus pathogen. Research analyzed using descriptive ‘method, this method was used at the stage of isolation of endophytic fungi and pathogenicity test phase, while in the dual test phase was using completely randomized design (CRD), each treatment ‘was repeated 6 times. The parameters observed were percentage inhibition of pathogenic fungi colonies (CPI). Pathogens (CP1) is a fungal pathogen isolated from symptomatic plant nutmeg dead twigs. The results were obtained 3 endophytic fungi isolated from the roots of the most nutmeg plants healthy between healty, the healthy plant between unhealthy’ plant roots or among the sick. Three isolates of endophytic fungi are capable of inhibiting the growth of fungal pathogens (CP1) with a percentage of inhibition different. Endophytic fungal isolates SS 1 AB able to inhibit the growth of pathogenic fungi (CP1) with the highest percentage of inhibition compared to two other isolates in the amount of 90.56% (75.60%) at the age of 3 HSI. We conclude that isolates of endophytic fungi SS 1 AB was very effective for using as biological control agents against fungal pathogens (CP!) PENDAHULUAN Indonesia merupakan penghasil 70-75% kebutuhan pala di dunia oleh sebab itu pala ‘merupakan salah satu komoditas exspor penting. Setiap bagian tanaman pala yaitu daging buah, biji dan fulli dapat digunakan untuk industri makanan, minuman maupun kosmetik, Kepulauan 178 Maluku, Ach, Sulawesi Utara, Jawa Barat, dan Sumatera Barat merupakan sentra pertanaman pala di Indonesia. Salah satu wilayah pertanaman pala Ach terletak di Acch Selatan. Produksi pala di Acch Selatan mencapai 7.450-10.000 ton/tahun pada tahun 2005. Namun tanaman pala yang produktif hanya mampu menghasilkan produksi sekitar 4.650 ton/tahun pada tahun 2012. Sekitar 1.182 heKtar telah mati dan 744 hektar lainnya sudah mulai rusak yang ditandai daun yang layu dan ‘mengering, Salah satu faktor yang menyebabkan produksi tanaman pala tersebut semakin menurun adalah serangan hama dan penyakit (Bisnis Aceh, 2012). Berdasarkan laporan Harni ef, al. (2011) penyakit penting pada tanaman pala di Acch Selatan adalah penyakit mati ranting dan penyakit Jamur Akar Putih (JAP). Penyakit JAP di Acch Selatan disebabkan oleh cendawan patogen Rigidoporus microporus. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh patogen iniadalah daun menguning dan layu mulai dari pucuk bagian atas, berlanjut dari satu cabang Kecabang lain kemudian daun gugur seluruhnya dantanaman mati meranggas. Serangan penyakit ini dapat menurunkan hasil sampai 70%. Namun demikian berdasarkan hasil survei di lapangan, ditemukan gejala penyakit berupa bereak-bereak kuning pada daun pala yang diikuti dengan kematian daun pada sebagian atau seluruh ranting. Gejala tersebut berbeda dengan gejala yang biasa timbul akibat serangan JAP. Penyebab mati ranting tersebut hingga saat ini masih terus ditelti, Hasil penelitian sementara oleh peneliti IPB melaporkan adanya gejala mati ranting disebabkan olch cendawan dengan kode isolat CP] (Soekarno, Komunikasi Pribadi 2015) Berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan penyakit mati ranting dan JAP pada tanaman pala, etapi cara pengendatian yang tclah dilakukan masih dirasakan belum efektif: Hal ini menyebabkan perlu dikembangkan alternatif cara pengendalian penyakit mati ranting dan JAP yang efektif, berkelanjutan, murah dan ramah lingkungan. Salch satu cara pengendatian yang dikembangkan adalah aplikasi agens hayati dengan pemanfaatan cendawan endofit, Cendawan endofit adalah cendawan yang membentuk koloni di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan gejala penyakit pada tanaman inangnya (Siriwach, 2013). Bailey er. al. (2009) {juga menemukan 4 spesies Trichoderma yaitu T. ovalisporum DIS 70A, 1. hamatum 219B DIS, 7: koningiopsis DIS 172ai dan T: harzianum DIS 219F yang diisolasi dari jaringan meristem apikal dan xilem tanaman kakao. Mulaw ef, al. (2013) telah mengisolasi cendawan endofit Trichoderma dari akar tanaman kopi yang schat di Aftika Timur yang temyata mampu menghambat patogen Fusarium spp. Penyebab penyakit layu vaskular (Tracheomycosis) dan patogen Iain seperti Alternaria alternata, Botrytis cinerea dan Sclerotinia sclerotiorum. Hasil penelitian Photita et. .(2004) menunjukkan cendawan endofit dari tanaman pisang liar di Thailand yaitu Cladosporium ‘musae, Colletotrichumgloeosporioides, Cordana musae, Guignardia cocoicola, Periconiella musae dan Pestaloriopsis sp. tidak menimbulkan gejala penyakit ketika dilakukan uji patogenisitas pada daun pisang. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PFI XXIII. | 179 Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penel untuk diketahui potensi cendawan endofit pada tanaman pala sebagai agens hayati untuk mengendalikan cendawan patogen penyakit mati ranting, BAHAN DAN METODE, Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Akar tanaman pala schat berasal dari 2 desa, yaitu Desa Ie Dingen dan Desa Alue Baroe, Kecamatan Meukek, Aech Selatan, sedangkan cendawan patogen CPI (diperoleh dari Laboratorium Mikologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor) dan merupakan cendawan patogen yang diisolasi dari akar tanaman pala di Acch Selatan yang menunjukkan gejala yang sakit, Media Potato Dextrose Agar (PDA), alkohol, aquades, spirtus.plastie wrap, larutan Natrium Hipoklorit (NaCIO), kain kasa, antibiotik dan benih padi varietas Ciherang. Awoclave, petridish, tabung reaksi, erlenmeyer, lampu. Bunsen, inkubator, pinset, pisau silet, timbangan analitik, kamera, beaker glass, laminar air flow. scapel, cork borer dan gelas ukur digunakan sebagai alat penelitian Penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1). survei dan pengambilan sampel, 2). isolasi cendawan endofit dan 3) Uji im vitro. Isolasi cendawan endofit dan uji patogenesitas dengan metoda deskriptif, sedangkan pada uji in vitro menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial yang diulang 6 kali ‘Sampel Cendawan Endofit Akar Tanaman Pala Pengambilan sampel cendawan endofit diambil secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja (tanpa acak) dan sampel yang diambil memiliki pertimbangan atau kriteria tertentu. Pengambilan sampel dilakukan di Desa le Dingen dan Desa Alue Baroe, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan. Untuk pengambilan sampel ditentukan 2 kategori tanaman sampel yaitu 1, Akar tanaman paling sehat di antara yang sehat 2. Akar tanaman sehat di antara yang sakit. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi label, dan disimpan di tempat yang, tidak terkena cahaya matahari langsung Selanjutnya dibawa ke Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala untuk diisolasi Isolasi Cendawan Endofit Akar Tanaman Pala Media PDA yang telah steril dituang ke dalam petridish dan dibiarkan hingga mengeras (Deli, 2010). Cendawan endofit diisolasi dari akar tanaman pala paling schat diantara tanaman pala yang menunjukan gejala mati ranting dan serangan JAP (sakit) dan akar tanaman pala paling sehat i antara yang sehat. Sampel akar dipotong dengan pemotong steril (pinch cutter) menjadi potongan kecil berukuran 0,5 em, Sterilisasi mengikuti metode Silvaer. al. (2012) dan Amin et. al, (2012) yang dimodifikasi, dicuci bersih dengan air mengalir, potongan akar direndam dalam air 180 | Prosicing Seminar Nasional dan Kongres PF! XXII! ‘mengalir selama 1,5 jam, kemudian sampel_ akar dikeringanginkan di atas tisu steril, Potongan akar direndam dalam NaOCl! 2% selama 3 menit, potongan akar ditiriskan dan direndam dalam alkohol 70% selama 2 menit, terakhir potongan akar dibilas dengan akuades steril selama 1 menit dengan 3 kkali,Potongan akar tersebut diinkubasi pada media PDA mengikuti metode Tondok (2012) yang dimodifikasi. Potogan akar tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama 4 hari. Setelah 3 hari cendawan-cendawan yang muncul diisolasi dan dimurnikan di dalam media PDA baru. Koloni cendawan yang menunjukkan morfologi berbeda dipindahkan pada media PDA baru untuk ‘mendapatkan cendawan yang telah murni dengan jenis berbeda. Uji Patogenesitas Cendawan Endofit dengan Benih Padi Benih padi disteril dengan Natrium Hipoklorit selama 5 menit, dibitas dengan akuades steril 3 kali, diberi perlakuan panaspada suhu 50 °C selama 20 menit.Benih dikeringanginkan dan ditanam dalam cawan petri yang telah ditumbuhi oleh cendawan endofit dengan 15 butirtiap petri (Gambar 1) (Nur'asiah, 2011; Budiprakoso, 2010; Matic et al, 2014). Benih diinkubasi selama 2 minggu pada suhu ruangan.Kontrol menggunakan benih yang ditumbuhkan pada media PDA saja.Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase perkecambahan benih normal dan persentase benih yang nekrotik. Isolat cendawan menimbulkan nekrotik pada benih dan kecambah benih padi tergolong sebagai cendawan patogen dan sebaliknya. Benih padi Gambar 1. Ilustrasi Uji Patogenesitas Cendawan Endofit dengan Benih Padi Pesentase Perkecambahan benih normal dinyatakan dalam persen sebagai berikut wb yb 1 009 wok boy @ ee Sedangkan Persentase benih yang nekrotik dinyatakan dalam persen sebagai berikut % kecambah normal = ju vk % benih nekroti mt x 100% Ujiin vitro Pengujian dilakukan dengan Uji Ganda (Dual Culture) pada cawan petri yang berisi media tumbuh PDA. Isolat cendawan endofit yang berumur 7 hari dengan diameter 5 mm diletakan pada ‘media tumbuh PDA berhadapan dengan isolat cendawan patogen penyenbab mati ranting tanaman Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PFI XXIII | 181 pala yang berumur 7 hari dengan diameter 5 mm. Jarak isolat cendawan endofit dengan isolat cendawan patogen adalah 3 em dan masing-masing isolat cendawan berjarak 3 cm dari pinggir cawan petri (Gambar 2), Selanjutnya isolat cendawan PDA dalam cawan petri diinkubasi dalam inkubator selama 3 hari 1 © Gambar 2, Ilustrasi Uji Ganda Cendawan Endofit dengan Patogen E = Cendawan Endofit, P = Patogen Pengamatan dilakukan sejak hari pertama sampai hari ke tiga dengen mengukur jeri jari koloni cendawan patogen vang berhadapan dengan koloni cendawan endofit dan jari-jari koloni cendawan patogen yang yang tidak berhadapan dengan isolat cendawan endofit. Persentase penghambatan patogen dihitung dengan rumus yang diedaptasi_menurut (Fokemma, 1973 dalam Deli, 2012) sebagai berikut ppatior2 ord x 100% Keterangan pp = aya hambat isolat cendawan endofit +1 = Jari-jari koloni cendawan patogen yang tumbuh ke arah yang tidakberhadapan dengan koloni cendawan endofit, 72 = Jari-jari koloni cendawan patogen yang tumbuh ke arah yang berhadapan dengan koloni cendawan endofit. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Patogenesitas Cendawan Endofit Asal Akar Pala Sehat terhadap Benih Padi Berdasarkan hasil uji patogenesitas cendawan endofit asal akar tanaman pala pada benih padi ditemukan 9 isolat cendawan patogen yang menimbulkan benih padi bergejala nekrotik membusuk dan mengering 182 | Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PFI XXill Tabel 1. Rekapitulasi Persentase Nekrotik dan Kecambah Normal pada Benih Padi dalam Pengujian Patogenesitas Isolat Cendawan Endofit No scot Peres | Parton Kecentaha | pean INekrotik (%) Normal (%) T SSTAB 0 353 inon patogen 2 PS-STAB 30,64 O32 patogen 3 PS-S2AB she ws patogen | a PS-S3AB 0 90,66 ‘hon patogen 3 SSTAGI 29,3 38,2 alogen 6 PS-S AGI 33,96 26,62 patogen 7. SSTAG2 31,96 2 patogen 8 S-S2AG2 BS 396 patogen 9. SSSAG2 3332 266 patogen 10, PS-S TAG2 ae 29,32 patogen 11 PS-S2AG2 0 78,6 non patogen 12, PS-S 3 AG2 2798 23.98 patogen Keterangan : S-S= Sehat diantara yang sakit, PS-S= paling sehat diantara yang sehat, AB= Alu Hasil uji patogenesitas dari 9 cendawan endofit telah menyebabkan benih padi bemekrotik dan memiliki persentase kecambah normal yang rendah. Isolat cendawan endofit tersebut adalah PS-S 1 AB, PS-S 2 AB, S-S 1 AGI, PS-S AGI, S-S 1 AG2, S-S 2 AG2, S-S 3 AG2, PS-S 1 AG2 dan PS-S 3 AG2, Berdasarkan hasil pengujian di atas juga ditemukantiga isolat cendawan endofit nonpatogen yaitu PS-S 3 AB, S-S 1 AB dan PS-S 2 AG2. Tiga isolat cendawan endofit tersebut tidak menyebabkan benih padi bergejala nekrotik dan memiliki persentase kecambah normal yang tinggi yaitu berturut-turut 90,66 %, 85,3 %, dan 74,66 %. Wilia et. ai(2012) menyatakan bahwa cendawan endofit adalah bukan cendawan patogen dan kehidupannya bergantung pada inang, sehingga tanaman yang diinfeksinya tidak sakit. Cendawan endofit juga menginfeksi dan menyelesaikan hampir seluruh hidupnya di dalam jaringan tanaman sehat dan berasosiasi dengan tanaman sehat tanpa menimbulkan gejala penyakit, Berdasarkan uraian di atas, ketiga isolat ini dapat digunakan untuk uji selanjutnya yaitu uji ganda. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PFI Xxill_ | 183, 3a 3b Gambar 2. Uji patogenesitas isolat cendawan endofit. 6a, Isolat S-$ 1 AB, 6b. Isolat PS-$ 3 AB dan 6¢ isolat PS-S 2 AG? Ditemukan satu isolat cendawan endofit nonpatogen yaitu PS-S 3 AB (Gambar 3a) yang memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan isolat lainnya (Gambar 3b dan 3c), Isolat cendawan endofit ini diduga menghasilkan hormon tumbuh yang merangsang pertumbuhan akar seperti hhormon auksin dan giberelin, Hal ini berkaitan dengan penelitian Dai et. al. (2008); Hamayun et al, (2010); dan Khan et. al, (2012)cendawan endofit diduga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tergantung pada kemampuannya memproduksi beberapa zat metabolit pemacu tumbuh . dan sitokinin, Wagas et. al(2012) juga menyatakan bahwa cendawan endofit menghasilkan giberelin(GAs) dan asamindoleacetic(IAA) yang dapat ‘mengurangicekaman abiotiksepertisalinitasdan kekeringan, jamurendofit_tersebut adalah PhomaglomerataLWL2danPenicilliumsp. LWL3. UjiIn Vitro Patogen CPI (diperoleh dari Laboratorium Mikologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor) ‘merupakan cendawan patogen yang diisolasi dari akar tanaman pala di Aceh Selatan yang yang tinggi, yaitu seperti giberetin, aul ‘menunjukkan gejala yang sakit, Hasil analis ragam daya hambat cendawan endofit terpilih (nonpatogen) tethadap pertumbuhan cendawan patogen CP1 (Gambar 4) menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan nyata antara setiap isolat yang diuji dengan cendawan patogen CP! pada 1 dan 2 HSI. Gambar 7juga menunjukkan pada 3 HSI terjadi perbedsan penghambatan patogen CPI yang sangat nyata tethadap isolat cendawan endofit S-S 1 AB, sedangkan pada isolat PS-S 2 AG2 dan PS-S 3 AB tidak berbeda nyata terhadap penghambatan patogen CPI 184 | Prosiging Seminar Nasional dan Kongres PFI XXII | Persentase Penghambatan (%) mPSS2AG2 mSS1AB | = PSS3AB i Hari Setelah Inokulasi (HSI) Gambar 3. Daya Hambat Cendawan Endofit Terpilih terhadap Pertumbuhan Cendawan Patogen Tanaman Pala pada Media Tumbuh PDA (%).S-S= Sehat diantara yang sakit, PS- S= paling schat diantara yang schat, AB= Alu Baroe, AG= Ie Dingen. Isolat $-S 1 AB menunjukkkan nilai penghambatan tertinggi. Isolat $-$ 1 AB yang diuji ‘mampu berperan lebih baik sebagai agens pengendali hayatidibandingkan dengan dua isolat Jainnya, Penghambatan yang dilakukan oleh isolat S-S 1 AB menunjukkan mekanisme kompetisi dimana pertumbuhan cendawan endofit isolat ini lebih cepat dibandingkan dengan cendawan patogen CPI. Pengamatan dihentikan pada hari ke empat karena pada hari ke empat cendawan endofit isolat S-S 1 AB telah menutupi koloni cendawan patogen CP1 dan media yang ada, Penghambatan pertumbuhan patogen CP1 juga diduga Karena cendawan endofit mampu memproduksi senyawa-senyawa antifungal yang ditandai adanya zona penghambatan. Herre et, al (2007) menyatakan bahwa cendawan endofit memproduksi senyawa antifungal yang mampu menghambat pertumbuhan patogen yang ditandai dengan adanya zona hambatan pada uji ganda yang terbentuk. Yu et. al (2010) juga menyatakan cendawan endofit memproduksi beberapa senyawa antifungal seperti dari golongan alkaloid, peptide, steroid, terpenoid, fenol, quinin dan Mavonoid yang aktif dalam melawan patogen. Gambar 4. Uji Ganda isolat cendawan endofit. 8a. Isolat PS-S 2 AG2, 8b, Isolat $-S 1 AB dan 8¢ isolat PS-S 3. AB Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PFI XXIII. | 185 ‘Menurut Dutta er. al(2014) cendawan endofit memiliki beberapa strategi mekanisme untuk melindungi tanaman inang dari patogen yaitu menginduksi ketahanan sistemik, kompetisi ruang dan makanan, hiperparasitisme dan predation. Gaoet. ai. (2010) juga menyatakan bahwa cendawan cendofit memiliki kemampuan kompetisi baik ruang maupun makanan daripada cendawan patogen. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa cendawan endofit bersifat ‘menguntungkan tanaman, Sampai saat ini, belum ditemukan cendawan endofit pada tanaman pala yang mampu mengendalikan patogen secara in vivo. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang potensi cendawan endofit tanaman pala sebagai agens hayati dalam ‘mengendalikan cendawan patogen pada tanaman pala. KESIMPULAN DAN SARAN Tiga isolat yang berpotensi sebagai agens havati yaitu $-S 1 AB, PS-S 2 AG2 dan PS-S 3 AB, Isolat cendawan endofit S-S 1 AB palingberpotensi sebagai agens hayati dengan rata-rata persentase daya penghambatan terhadap cendawan patogen CP! mencapai 90,56 % pada 3 HSI DAFTAR PUSTAKA Amin, N., Asman& T. Abdullah . 2012. Isolasi dan identifikasi CE dari klon tanaman kakao tahan VSD M.0S dan Klon rentan VSD M.01.Seminar Nasional Agroforestri IT; 2012 Mei 29-30; Yogyakarta, http:/repository.unnhas.ac.id Bailey, B. A., M..D. Strem& D. Wood. 2009, Trichoderma species form endophytic associations within Theobroma cacao trichomes. Jurnal Micological Reseach. 113: 1365-1376. Bisnis Acch. 2012. Produksi pala Aceh Selatan merosot tajam. hitp://www.bisnisaceh com (diakses 7 Maret 2014) Budiprakoso, B. 2010, Pemanfaatan cendawan endofit sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap wereng cokelat Nilaparvata lugens (Stal). (Hemiptera: Delphacidae) Skripsi Bogor: IPB, Choi, LY., G-T.Joung, J. Ryu, J.S. Choi & Y.G. Choi. 2003. Physiological characteristics of green mold (Trichoderma spp.) isolated from oyster mushroom (Pleurotus spp.). Mycobiology 3103): 139-144, Dai, C., B. Yud& X. Li. 2008 Screening of endhophytic fungi that promote the growth of Euphorbia pekinensis, J. Bioteknol. 7 (19):3505-3510. Deli, Y. 2012, Eksplorasi dan uji potensi agens antagonis dari rizosfer tanaman pisang yang schat pada areal yang terinfeksi penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. cubense), Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Banda Acch. 186 | Prosiding Seminar Nasional den Kongres PFI XXill Dutta, D., K.C. Puzari, R. Gogoi& P. Dutta. 2014. Endophytes: Exploitation as a tool in plant protection. Brazilian Archives of Biology and Technology. Vol. 57 (5): 621-629. Gao, PK. C.C. Dai & XZ. Liu. 2010. Mechanisms of fungal endophytes in plant protection against pathogens. African Journal of Microbiology Research . Vol. 4(13): 1346-1351 Hamayun, M., S.A. Khan, A.L. Khan, D.S. Tang, J. Hussain, B. Ahmad, Y. Anwar. 1.J. Lee. 2010. Growth promotion of cucumber by pure cultures of gibberellins-producting Phoma sp. GAH7. J Microbiol Biotechnol. 26:889-894. Harni, R, LM. Trisawa & A. Wahyudi, 2011. Observasi dan Identifikasi Penyakitfamur Akar Putih pada Tanaman Pala di Kabupaten Aceh selatan, dalam Buletin RISTRI Vol 2 (3) 2011 Hal. 383-390, Herre, E.A., L.C. Mejia, D.A. Kyllo, E. Rojas, Z. Maynard, A. Butler&S.A. Van Bael. 2007. Ecological implications of anti-pathogen effects of tropical fungal endophytes and mycorthizac. Ecology 88:550-558 Khan, S.A. M. Hamayun, A.L. Khan, LJ. Lee, ZK. Shinwari&J. Kim, 2012. Isolation of plant growth promotic fungi from dicots inhabiting coastal sand dunes of Korea. J Bot. Vol. 44(4): 1453-1460. Mulaw, T.B, LS. Druzhinina, C.P. Kubieck & L. Atanasova. 2013. Novel Endophytic Trichoderma spp. Isolated from Healthy Coffea arabica Roots are Capable of Controlling Coffee Tracheomycosis Diversity ISSN 1424-2818 www.mdpi smal/div Institute of Chemical Engineering, Vienna University of Technology, Vienna. Nur'asiah. 2011. Keanekaragamaan kelimpahan cendawan endofit pada batang padi. Skripsi. Bogor: IPB. Nurdiana. 2010. Identifikasi cendawan endofit yang berasosiasi pada daun tanaman kakao. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Photita, W., S. Lumyong, P, Lumyong, EH.C. McKenzie K.D. Hyde 2004. Are someendophytes of Musa acuminata latent pathogens? Fungal Diversity 16: 131-140. Rahman, A, M. F. Begum, M. Rahman, M.A. Bari, G.N.M. Tias, & M.F, Alam, 2009. Isolation and identification of Trichoderma species from different habitats and their use for bioconversion of solid waste. Turk J Biol35: 183-19 Silva, HAS., JPL. Tozzi, CRF. Terassan & W. Bettiol.2012. Endophytic microorganisms from coffee tissues as plant growth promoters and biocontrol agents of coffee leaf rust. Biocontrol 63: 62-67. Siriwach, R. 2013. Screening of novel secondary metabolite from endophyte fungi by chemical library analysis. Doctoral Disertation. Osaka University Knowledge Archieve Tondok EF., MS. Sinaga, Widodo & M.T. Suhartono, 2012. Potensi cendawan endofit sebagai agens pengendali hayati Phytophthora palmivora (Butl.) penyebab busuk buah kakao. J. Agron. Indonesia 40 (2) : 146 - 152 Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PFI XXIII | 187 Wages M., A.L. Khan, M, Kamran, M. Hamayun, S.M. Kang, Y.H. Kim& LJ. Lee. 2012. Endophytic fungi produce gibberellins and indoleacetic acid and promotes host-plant growth during stress. Jumnal molecules. Vol. 17(9):164-175. Wilia, W.. 1 Hayati & D. Ristiyadi. Eksplorasi cendawan endofit dari tanaman padisebagai agens pemacu pertumbuhan tanaman. Jumal. Vol. 1(4) ISSN: 2302-6472. Yu, H.L. Zhang, L. Li, C. Zheng, L. Guo, W. Li, P. Sun & L. Qin, 2010. Recent developments and future prospects of antimicrobial metabolites produced by endophytes. Microbiological research. Vol. 165:437-449, 188 | Prosiging Seminar Nasional dan Kongres PFI XXII

Anda mungkin juga menyukai