DISUSUN OLEH :
FAKULTAS MATEMATIKA
2019
Operasi Himpunan
1. Irisan Himpunan
Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya ada di
himpunan A dan ada di himpunan B. Dengan kata lain yaitu himpunan yang anggotanya ada di
kedua himpunan tersebut.
Pada kedua himpunan tersebut ada dua anggota yang sama yaitu b dan c. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa irisan himpunan A dan B adalah b dan c atau ditulis dengan:
A ∩ B = {b, c}
himpunan A irisan himpunan B. Dengan diagram Venn A ∩ B bisa dinyatakan seperti pada
Gambar berikut ini.
3. Selisih
A Selisih B ditulis A-B = {x | x ∈ A atau x Ï B}
Contohnya :
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 5, 7, 11}
A-B = {1, 4}
4. Komplemen himpunan
Komplemen A ditulis A1 atau Ac = {x | x ∈ S dan x Ï A}
Contohnya :
A= {1, 2, … , 5}
S = {biangan Asli kurang dari 10}
Ac = {6, 7, 8, 9}
Jawab :
a. A ∩ B = {2, 3} c. B ∩ C = {6, 7, 8}
b. A ∩ C = {4, 5} d. A ∩ B ∩ C = { }
Hukum himpunan
1. Hukum komutatif
p∩q≡q∩p
p∪q≡q∪p
2. Hukum asosiatif
(p ∩ q) ∩ r ≡ p ∩ (q ∩ r)
(p ∪ q) ∪ r ≡ p ∪ (q ∪ r)
3. Hukum distributif
p ∩ (q ∪ r) ≡ (p ∩ q) ∪ (p ∩ r)
p ∪ (q ∩ r) ≡ (p ∪ q) ∩ (p ∪ r)
4. Hukum identitas
p∩S≡p
p∪∅≡p
5. Hukum ikatan
p∩∅≡∅
p∪S≡S
6. Hukum negasi
p ∩ p' ≡ ∅
p ∪ p' ≡ S
7. Hukum negasi ganda
(p')' ≡ p
8. Hukum idempotent
p∩p≡p
p∪p≡p
9. Hukum De Morgan
(p ∩ q)' ≡ p' ∪ q'
(p ∪ q)' ≡ p' ∩ q'
10. Hukum penyerapan
p ∩ (p ∪ q) ≡ p
p ∪ (p ∩ q) ≡ p
11. Negasi S dan ∅
S' ≡ ∅
∅' ≡ S
Prinsip Dualitas
ž Prinsip dualitas à dua konsep yang berbeda dapat saling dipertukarkan namun tetap
memberikan jawaban yang benar.
Prinsip Inklusi-Eksklusi
Untuk dua himpunan A dan B:
½A È B½ = ½A½ + ½B½ – ½A Ç B½
½A Å B½ = ½A½ +½B½ – 2½A Ç B½
Partisi
Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1, A2, …
dari A sedemikian sehingga:
(a) A1 È A2 È … = A, dan
(b) Ai Ç Aj = Æ untuk i ¹ j
Himpunan Ganda (multiset)
1. Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan
ganda (multiset).
Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.
Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan
elemen tersebut pada himpunan ganda. Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 },
multiplisitas 0 adalah 4.
12. Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini
multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.
1. Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan padanannya
(ekivalen), dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua berbeda.
Pembuktian Proposisi Perihal Himpunan
1. Proposisi himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan.
2. Proposisi dapat berupa:
1. Kesamaan (identity)
Contoh: Buktikan “A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C)”
1. Implikasi
Contoh: Buktikan bahwa “Jika A Ç B = Æ dan A Í (B È C) maka selalu berlaku bahwa A Í C”.
type
HurufBesar = ‘A’..‘Z’;{ enumerasi }
Huruf = set of HurufBesar;
var
HurufKu : Huruf;
HurufKu:=[‘M’];
Prinsip Inklusi-Eksklusi
|A ⊕ B| = |A| + |B| - 2 |A ∩ B|
|A ⊕ B| = {1,2,3} + {2,3,4} - 2 {2,3}
|A ⊕ B| = {1,2,2,3,3,4} - 2 {2,3}
|A ⊕ B| = {1,4}
Jenis-jenis Relasi dan Fungsi
● Pengertian Relasi
Suatu relasi (biner) F dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu perkawanan
elemen-elemen di A dengan elemen-elemen di B.
Contoh:
A = {2,3,4,5,6}
B = {1,2,3,4,5,6}
Relasi : “adalah faktor dari “
Dapat disajikan dalam dua macam cara.
● Pengertian Fungsi
Relasi fungsional atau sering disingkat fungsi
sering juga disebut dengan istilah pemetaan
(mapping) didefinisikan sebagai berikut :
Definisi: Suatu fungsi f dari himpunan A ke
himpunan B adalah suatu relasi yang
memasangkan setiap elemen dari A secara
tunggal, dengan elemen pada B.
Jenis-Jenis Relasi
1. Relasi Invers
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari R yang dinyatakan
dengan relasi dari B ke A yang mengandung semua pasangan terurut yang apabila
dipertukarkan masih termasuk dalam R. Ditulis dalam notasi himpunan sebagai berikut ;
R-1= {(b,a) : (a,b)R}
Contoh:
A = {1,2,3} B = {x,y}
R = {(1,x), (1,y), (3,x)} relasi dari A ke B
R-1= {(x,1), (y,1), (x,3)} relasi invers dari B ke A
2. Relasi Simetrik
Misalkan R = (A, B, P(x,y)) suatu relasi. R disebut relasi simetrik, jika tiap (a,b)R berlaku
(b,a)R. Dengan istilah lain, R disebut juga relasi simetrik jika a R b berakibat b R a.
Contoh :
Relasi Refleksif Diketahui A = {1, 2, 3, 4} dan R = {(1,1), (2,3), (3,3), (4,2), (4,4)} Apakah
R relasi refleksif ? R bukan relasi refleksif, karna (2,2) tidak termasuk dalam R. Jika (2,2)
termasuk dalam R, yaitu R1= {(1,1), (2,2), (2,3), (3,3), (4,2), (4,4)} maka R1 merupakan
relasi refleksif.
Contoh :
Misalkan R suatu relasi pada himpunan bilangan asli yang didefinisikan “y habis dibagi oleh
x”, maka R merupakan relasi anti simetrik sebab jika b habis dibagi a dan a habis dibagi b,
maka a = b.
Misalkan A = {1, 2, 3} dan R1= {(1,1), (2,1), (2,2), (2,3), (3,2)}, maka R1bukan relasi
anti simetrik, sebab (2,3)R1dan (3,2)R1.
5. Relasi Transitif
Misalkan R relasi dalam himpunan A. R disebut relasi transitif jika berlaku ; (a,b)R dan
(b,c)R maka (a,c)R. Dengan kata lain andai a berelasi dengan b dan b berelasi dengan c,
maka a berelasi dengan c.
Contoh :
Misalkan A = {a, b, c} dan R = {(a,b), (a,c), (b,a), (c,b)}, maka R bukan relasi transitif,
sebab (b,a)R dan (a,c)R tetapi (b,c)R. dilengkapi agar R menjadi relasi transitif R = {(a,a),
(a,b), (a,c), (b,a), (b,b), (b,c), (c,a), (c,b), (c,c)}
Secara sederhana, relasi bisa diartikan sebagai hubungan. Hubungan yang dimaksud di sini
yaitu hubungan antara daerah asal (domain) dan daerah kawan (kodomain).. Sedangkan
fungsi yaitu relasi yang memasangkan tiap anggota himpunan daerah asal tepat satu ke
himpunan daerah kawannya.
Perbedaan antara relasi dan fungsi ada pada cara memasangkan anggota himpunan ke
daerah asalnya.
Pada relasi, tidak ada aturan yang khusus untuk memasangkan setiap anggota himpunan
daerah asal ke daerah kawan. Aturan hanya terikat atas pernyataan relasi itu sendiri. Setiap
anggota himpunan daerah asal boleh mempunyai pasangan lebih dari satu atau boleh juga
tidak mempunyai pasangan.
Sedangkan pada fungsi, tiap-tiap anggota himpunan daerah asal dipasangkan dengan aturan
khusus. Aturan itu mengharuskan setiap anggota himpunan daerah asal mempunyai
pasangan dan hanya tepat satu dipasangkan dengan daerah kawannya.
Kesimpulannya, setiap relasi belum tentu fungsi, namun setiap fungsi pasti merupakan relasi
Contoh Soal 1
Jawab :
{(2,2)}, {(2,4)}, {(2,6)}, {(2,8)}, {(3,3)}, {(3,6)}, {(4,4)}, {(4,8)}, {(6,6)}
Contoh Soal 2
jika siska menyukai sepakbola, liya menyukai voli dan basket dan berli menyukai basket dan
sepakbola. buatlah relasi himpunan pasangan berurutan .
penyelesaian :
Contoh Soal 3
Diketahui : Ani menyukai bakso dan nasi goreng, irfan menyukai mie ayam , arman
menyukai nasi goreng dan soto , ahmad menyukai ikan bakar dan erwin menyukai bakso.
Buatlah relasi diagram panahnya
Jenis – jenis Fungsi
Jika suatu fungsi f mempunyai daerah asal dan daerah kawan yang sama, misalnya D,
maka sering dikatakan fungsi f pada D. Jika daerah asal dari fungsi tidak dinyatakan maka
yang dimaksud adalah himpunan semua bilangan real (R). Untuk fungsi-fungsi pada R kita
kenal beberapa fungsi antara lain sebagai berikut.
2.Fungsi linear
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi linear apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax + b, di
mana a ≠ 0, a dan b bilangan konstan dan grafiknya berupa garis lurus.
3.Fungsi kuadrat
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi kuadrat apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax2 + bx +
c, di mana a ≠ 0 dan a, b, dan c bilangan konstan dan grafiknya berupa parabola.
4.Fungsi identitas
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi identitas apabila setiap anggota domain fungsi berlaku f(x)
= x atau setiap anggota domain fungsi dipetakan pada dirinya sendiri. Grafik fungsi
identitas berupa garis lurus yang melalui titik asal dan semua titik absis maupun ordinatnya
sama. Fungsi identitas ditentukan oleh f(x) = x.
Kesimpulan,
Kesimpulan, –
3. Simplifikasi (Simp.)
Kesimpulan,
4. Konjungsi (Konj.)
Kesimpulan,
Kesimpulan,
Kesimpulan,
7. Constructive Dilemma (CD)
Kesimpulan,
– –
Kesimpulan, – –
9. Addition (Add)
Kesimpulan,
Contoh :
Jika tombol merah ditekan, lampu biru akan menyala. Jika lampu biru menyala, maka lampu
kuning akan ikut menyala. Dia menekan tombol merah. Jadi, pastilah lampu kuning menyala.
Misal :
Kesimpulan,
Validitas argumen tersebut dapat dibuktikan dengan :
1. (premis)
2. (premis)
3. (premis)
4. (1,3 MP)
5. (2,4 MP)
adalah aturan untuk menukar bentuk proposisi yang keduanya tautologi. Aturan
penukaran dapat digunakan untuk pembuktian teorema. Ada setidaknya 10 poin dalam
aturan ini. Berikut, semuanya akan saya absen satu persatu :
1. De Morgan
– – –
– – –
2. Komutatif
3. Assosiatif
4. Distributif
5. Double negasi
––
6. Transposisi
– –
7. Material implikasi
8. Material ekuivalen
– –
9. Eksportasi
10. Tautologi
a. Pembuktian Langsung
1) Kontraposisi
Untuk membuktikan pernyataan implikasi kita cukup membuktikan kontraposisi dari implikasi
pernyataan tersebut
Secara simbolik : p → q ≡ ~q → ~p
kebenaran ~q → ~p
kebenaran kontraposisinya.
Misalnya : p = n2 bilangan ganjil dan q = n bilangan ganjil
bilangan ganjil.
2) Kontradiksi
Contoh : Buktikan bahwa : “Untuk semua bilangan bulat n, jika n2 ganjil, maka n
ganjil”.
Bukti : Andaikan bahwa q salah, atau ~q benar yaitu n bukan bilangan bulat
Oleh karena itu kontradiksi tidak boleh terjadi, maka pengandaian harusdiingkar yang berarti
~q salah atau q benar.
c. Induksi Matematika
Induksi matematika adalah salah satu metode untuk membuktikan suatu pernyataan
tertentu yang berlaku untuk bilangan asli
Apabila P(1) benar, dan apabila P(k) benar maka P(k+1) juga benar, berakibatP(n)
benar untuk semua n.
asli n”.
= k2 + 2k + 1
= (k + 1)2