Anda di halaman 1dari 16

Pengantar Dasar Matematika

OPERASI PADA HIMPUNAN, HUKUM-HUKUM HIMPUNAN, DUALITAS DAN PARTISI

PRINSIP IKUINSI, EKSKUINSI, JENIS-JENIS RELASI DAN FUNGSI

PENARIKAN KESIMPULAN, ATURAN PENUKARAN DAN METODE PEMBUKTIAN TIDAK LANGSUNG

DOSEN : Ratna Sariningsih, M.Pd

DISUSUN OLEH :

RENDI A RIDWAN (19510241)

RAMDAN ZILFIKOR (19510222)

ERIK SETIAWAN (19510211)

BENI MAUANA YUSUP (19510194)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

FAKULTAS MATEMATIKA

2019
Operasi Himpunan

1. Irisan Himpunan
Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya ada di
himpunan A dan ada di himpunan B. Dengan kata lain yaitu himpunan yang anggotanya ada di
kedua himpunan tersebut.

Contoh: A = {a, b, c, d, e} dan B = {b, c, f, g, h}

Pada kedua himpunan tersebut ada dua anggota yang sama yaitu b dan c. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa irisan himpunan A dan B adalah b dan c atau ditulis dengan:

A ∩ B = {b, c}

himpunan A irisan himpunan B. Dengan diagram Venn A ∩ B bisa dinyatakan seperti pada
Gambar berikut ini.

 daerah irisan A dan B


2. Gabungan Himpunan
A gabungan B ditulis A ∪ B = {x | x ∈ A atau x ∈ B}
Contohnya :
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 5, 7, 11}
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 11}

3. Selisih
A Selisih B ditulis A-B = {x | x ∈ A atau x Ï B}
Contohnya :
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 5, 7, 11}
A-B = {1, 4}

4. Komplemen himpunan
Komplemen A ditulis A1 atau Ac = {x | x ∈ S dan x Ï A}
Contohnya :
A= {1, 2, … , 5}
S = {biangan Asli kurang dari 10}
Ac = {6, 7, 8, 9}

Contoh Soal operasi himpunan


Jika Diketahui: A= {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 6, 7, 8}
C = {4, 5, 6, 7, 8}
Tentukanlah:
a. A ∩ B c. B ∩ C
b. A ∩ C d. A ∩ B ∩ C

Jawab :
a. A ∩ B = {2, 3} c. B ∩ C = {6, 7, 8}
b. A ∩ C = {4, 5} d. A ∩ B ∩ C = { }

Hukum himpunan
1. Hukum komutatif
 p∩q≡q∩p
 p∪q≡q∪p
2. Hukum asosiatif
 (p ∩ q) ∩ r ≡ p ∩ (q ∩ r)
 (p ∪ q) ∪ r ≡ p ∪ (q ∪ r)
3. Hukum distributif
 p ∩ (q ∪ r) ≡ (p ∩ q) ∪ (p ∩ r)
 p ∪ (q ∩ r) ≡ (p ∪ q) ∩ (p ∪ r)
4. Hukum identitas
 p∩S≡p
 p∪∅≡p
5. Hukum ikatan
 p∩∅≡∅
 p∪S≡S
6. Hukum negasi
 p ∩ p' ≡ ∅
 p ∪ p' ≡ S
7. Hukum negasi ganda
 (p')' ≡ p
8. Hukum idempotent
 p∩p≡p
 p∪p≡p
9. Hukum De Morgan
 (p ∩ q)' ≡ p' ∪ q'
 (p ∪ q)' ≡ p' ∩ q'
10. Hukum penyerapan
 p ∩ (p ∪ q) ≡ p
 p ∪ (p ∩ q) ≡ p
11. Negasi S dan ∅
 S' ≡ ∅

 ∅' ≡ S
Prinsip Dualitas
ž Prinsip dualitas à dua konsep yang berbeda dapat saling dipertukarkan namun tetap
memberikan jawaban yang benar.

Prinsip Inklusi-Eksklusi
Untuk dua himpunan A dan B:
½A È B½ = ½A½ + ½B½ – ½A Ç B½
½A Å B½ = ½A½ +½B½ – 2½A Ç B½
Partisi
Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1, A2, …
dari A sedemikian sehingga:
(a) A1 È A2 È … = A, dan
(b) Ai Ç Aj = Æ untuk i ¹ j
Himpunan Ganda (multiset)
1. Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan
ganda (multiset).
Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.

 Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan
elemen tersebut pada himpunan ganda. Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 },
multiplisitas 0 adalah 4.
12. Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini
multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.
1. Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan padanannya
(ekivalen), dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua berbeda.
Pembuktian Proposisi Perihal Himpunan
1. Proposisi himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan.
2. Proposisi dapat berupa:
1. Kesamaan (identity)
Contoh: Buktikan “A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C)”
1. Implikasi
Contoh: Buktikan bahwa “Jika A Ç B = Æ dan A Í (B È C) maka selalu berlaku bahwa A Í C”.

1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn

2. Pembuktikan dengan menggunakan tabel keanggotaan

3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan.

4. Pembuktian dengan menggunakan definisi


Tipe Set dalam Bahasa Pascal
Bahasa Pascal menyediakan tipe data khusus untuk himpunan, yang bernama set. Tipe set
menyatakan himpunan kuasa dari tipe ordinal (integer, character).
Contoh:

type
HurufBesar = ‘A’..‘Z’;{ enumerasi }
Huruf = set of HurufBesar;
var
HurufKu : Huruf;

Nilai untuk peubah HurufKu dapat diisi dengan pernyataan berikut:

HurufKu:=[‘A’, ‘C’, ‘D’];

HurufKu:=[‘M’];

HurufKu:=[]; { himpunan kosong }

Contoh soal partisi

1. Buatlah 2 (dua) partisi dari himpunan A = {1,2,3,4,5,6}


2. Misal A ={1,2,3,4,5,6}
R ={(1,1), (1,5), (2,2), (2,3), (2,6), (3,2), (3,3), (3,6), (4,4), (5,1), (5,5), (6,2),
(6,3), (6,6)}
Carilah partisi dari A yang dihasilkan oleh R!
3. Misalkan A = {2,4,6,8}. Tentukan dibawah ini mana yang merupakan partisi dari A.
Jelaskan!
(a). [(2,4), (6,8)]
(b). [(2,4), (4), (6,8)]
(c). [(2), (4,6), (8)]

Prinsip Inklusi-Eksklusi

Gabungan(union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya


merupakan anggota himpunan A atau himpunan B, Prinsip inklusi-eksklusi dapat
dirampatkan untuk operasi lebih dari dua buah himpunan.
Setiap unsur yang sama itu telah dihitung dua kali, sekali pada |A| dan sekali pada |B|,
meskipun ia dianggap sebagai sebuah elemen pada |A ∪ B|. Karena itu, jumlah elemen hasil
penggabungan seharusnya adalah elemen di masing-masing himpunan dikurangi
dengan jumlah elemen di dalam irisannya, atau |A ∪ B| = |A| + |B| – |A ∩ B|.

Dengan cara yang sama, kita dapat menghitung jumlah elemen


hasil operasi beda setangkup.
Contoh 1: A
= {1,2,3} B
= {2,3,4}

|A ⊕ B| = |A| + |B| - 2 |A ∩ B|
|A ⊕ B| = {1,2,3} + {2,3,4} - 2 {2,3}
|A ⊕ B| = {1,2,2,3,3,4} - 2 {2,3}
|A ⊕ B| = {1,4}
Jenis-jenis Relasi dan Fungsi

● Pengertian Relasi
Suatu relasi (biner) F dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu perkawanan
elemen-elemen di A dengan elemen-elemen di B.
Contoh:
A = {2,3,4,5,6}
B = {1,2,3,4,5,6}
Relasi : “adalah faktor dari “
Dapat disajikan dalam dua macam cara.

● Pengertian Fungsi
Relasi fungsional atau sering disingkat fungsi
sering juga disebut dengan istilah pemetaan
(mapping) didefinisikan sebagai berikut :
Definisi: Suatu fungsi f dari himpunan A ke
himpunan B adalah suatu relasi yang
memasangkan setiap elemen dari A secara
tunggal, dengan elemen pada B.

Jenis-Jenis Relasi

1. Relasi Invers

Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari R yang dinyatakan
dengan relasi dari B ke A yang mengandung semua pasangan terurut yang apabila
dipertukarkan masih termasuk dalam R. Ditulis dalam notasi himpunan sebagai berikut ;
R-1= {(b,a) : (a,b)R}

Contoh:

A = {1,2,3} B = {x,y}
R = {(1,x), (1,y), (3,x)} relasi dari A ke B
R-1= {(x,1), (y,1), (x,3)} relasi invers dari B ke A

2. Relasi Simetrik

Misalkan R = (A, B, P(x,y)) suatu relasi. R disebut relasi simetrik, jika tiap (a,b)R berlaku
(b,a)R. Dengan istilah lain, R disebut juga relasi simetrik jika a R b berakibat b R a.

Contoh Relasi Simetrik :


perhatikan satu per satu. Setiap kali kamu menemukan pasangan, misalnya (a, b), maka
cari apakah (b, a) juga ada. Kalau ternyata tidak ada, pasti relasi itu tidak simetrik.
3. Relasi Refleksif
Misalkan R = (A, A, P(x,y)) suatu relasi. R disebut relasi refleksif, jika setiap A berlaku
(a,a)R. Dengan kata lain, R disebut relasi refleksif jika tiap-tiap anggota pada A berelasi
dengan dirinya sendiri

Contoh :
Relasi Refleksif Diketahui A = {1, 2, 3, 4} dan R = {(1,1), (2,3), (3,3), (4,2), (4,4)} Apakah
R relasi refleksif ? R bukan relasi refleksif, karna (2,2) tidak termasuk dalam R. Jika (2,2)
termasuk dalam R, yaitu R1= {(1,1), (2,2), (2,3), (3,3), (4,2), (4,4)} maka R1 merupakan
relasi refleksif.

4. Relasi anti Simetrik


Suatu relasi R bisa disebut relasi anti simetrik andai (a,b)R dan (b,a)R maka a=b. Dengan
kata lain Jika a, b A, a≠b, maka (a,b)R atau (b,a)R, tetapi tidak kedua-duanya.

Contoh :
Misalkan R suatu relasi pada himpunan bilangan asli yang didefinisikan “y habis dibagi oleh
x”, maka R merupakan relasi anti simetrik sebab jika b habis dibagi a dan a habis dibagi b,
maka a = b.
Misalkan A = {1, 2, 3} dan R1= {(1,1), (2,1), (2,2), (2,3), (3,2)}, maka R1bukan relasi
anti simetrik, sebab (2,3)R1dan (3,2)R1.

5. Relasi Transitif
Misalkan R relasi dalam himpunan A. R disebut relasi transitif jika berlaku ; (a,b)R dan
(b,c)R maka (a,c)R. Dengan kata lain andai a berelasi dengan b dan b berelasi dengan c,
maka a berelasi dengan c.

Contoh :
Misalkan A = {a, b, c} dan R = {(a,b), (a,c), (b,a), (c,b)}, maka R bukan relasi transitif,
sebab (b,a)R dan (a,c)R tetapi (b,c)R. dilengkapi agar R menjadi relasi transitif R = {(a,a),
(a,b), (a,c), (b,a), (b,b), (b,c), (c,a), (c,b), (c,c)}

*Perbedaan Relasi dan Fungsi

Secara sederhana, relasi bisa diartikan sebagai hubungan. Hubungan yang dimaksud di sini
yaitu hubungan antara daerah asal (domain) dan daerah kawan (kodomain).. Sedangkan
fungsi yaitu relasi yang memasangkan tiap anggota himpunan daerah asal tepat satu ke
himpunan daerah kawannya.

Perbedaan antara relasi dan fungsi ada pada cara memasangkan anggota himpunan ke
daerah asalnya.

Pada relasi, tidak ada aturan yang khusus untuk memasangkan setiap anggota himpunan
daerah asal ke daerah kawan. Aturan hanya terikat atas pernyataan relasi itu sendiri. Setiap
anggota himpunan daerah asal boleh mempunyai pasangan lebih dari satu atau boleh juga
tidak mempunyai pasangan.

Sedangkan pada fungsi, tiap-tiap anggota himpunan daerah asal dipasangkan dengan aturan
khusus. Aturan itu mengharuskan setiap anggota himpunan daerah asal mempunyai
pasangan dan hanya tepat satu dipasangkan dengan daerah kawannya.

Kesimpulannya, setiap relasi belum tentu fungsi, namun setiap fungsi pasti merupakan relasi

Contoh Soal Relasi Matematika

Contoh Soal 1

Himpunan P = {2, 3, 4, 6} dan Q = {1,2,3,4,6,8} dan “faktor dari” merupakan relasi


yang menghubungkan antara himpunan P ke himpunan Q . Buatlah relasi ke bentuk
himpunan pasangan berurutan.

Jawab :
{(2,2)}, {(2,4)}, {(2,6)}, {(2,8)}, {(3,3)}, {(3,6)}, {(4,4)}, {(4,8)}, {(6,6)}

Contoh Soal 2

jika siska menyukai sepakbola, liya menyukai voli dan basket dan berli menyukai basket dan
sepakbola. buatlah relasi himpunan pasangan berurutan .

penyelesaian :

{(Siska,sepakbola)}, {(liya,voli)}, {(liya,basket)}, {(berli,basket)}, {(berli,sepakbola)}

Contoh Soal 3

Diketahui : Ani menyukai bakso dan nasi goreng, irfan menyukai mie ayam , arman
menyukai nasi goreng dan soto , ahmad menyukai ikan bakar dan erwin menyukai bakso.
Buatlah relasi diagram panahnya
Jenis – jenis Fungsi

Jika suatu fungsi f mempunyai daerah asal dan daerah kawan yang sama, misalnya D,
maka sering dikatakan fungsi f pada D. Jika daerah asal dari fungsi tidak dinyatakan maka
yang dimaksud adalah himpunan semua bilangan real (R). Untuk fungsi-fungsi pada R kita
kenal beberapa fungsi antara lain sebagai berikut.

1.Fungsi konstan (fungsi tetap)


Suatu fungsi f : A → B ditentukan dengan rumus f(x) disebut fungsi konstan apabila
untuk setiap anggota domain fungsi selalu berlaku f(x) = C, di mana C bilangan konstan.

2.Fungsi linear
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi linear apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax + b, di
mana a ≠ 0, a dan b bilangan konstan dan grafiknya berupa garis lurus.

3.Fungsi kuadrat
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi kuadrat apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax2 + bx +
c, di mana a ≠ 0 dan a, b, dan c bilangan konstan dan grafiknya berupa parabola.

4.Fungsi identitas
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi identitas apabila setiap anggota domain fungsi berlaku f(x)
= x atau setiap anggota domain fungsi dipetakan pada dirinya sendiri. Grafik fungsi
identitas berupa garis lurus yang melalui titik asal dan semua titik absis maupun ordinatnya
sama. Fungsi identitas ditentukan oleh f(x) = x.

5.Fungsi tangga (bertingkat)


Suatu fungsi f(x) disebut fungsi tangga apabila grafik fungsi f(x) berbentuk interval-
interval yang sejajar.
6.Fungsi modulus
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi modulus (mutlak) apabila fungsi ini memetakan setiap
bilangan real pada domain fungsi ke unsur harga mutlaknya.

7.Fungsi ganjil dan fungsi genap


Suatu fungsi f(x) disebut fungsi ganjil apabila berlaku f(–x) = –f(x) dan disebut fungsi genap
apabila berlaku f(–x) = f(x). Jika f(–x) ≠ –f(x) maka fungsi ini tidak genap dan tidak ganjil.
1.Aturan-aturan Penarikan Kesimpulan:
Modus Ponen, Modus Tollens, dan Kawan-kawannya
Dengan mengikuti aturan penarikan kesimpulan atau Rule of Inferences, kita dapat
membuktikan validitas argumen. Caranya adalah dengan menarik premis untuk membentuk
argumen dan menciptakan konklusi lanjutan. Kemudian, konklusi lanjutan ini dapat dijadikan
bahan untuk membuat konklusi selanjutnya lagi sampai mendapatkan hasil akhir.Pada pos ini,
gue hanya meng-absenkesembilan aturan dalam rule of inferences tersebut. Berikut
kesembilan aturan tersebut :

1. Modus Ponen (MP)

Kesimpulan,

2. Modus Tollen (MT)

Kesimpulan, –

3. Simplifikasi (Simp.)

Kesimpulan,

4. Konjungsi (Konj.)

Kesimpulan,

5. Hypothetycal Syllogism (HS)

Kesimpulan,

6. Disjunctive Syllogism (DS)

Kesimpulan,
7. Constructive Dilemma (CD)

Kesimpulan,

8. Destructive Dilemma (DD)

– –

Kesimpulan, – –

9. Addition (Add)

Kesimpulan,

Contoh :

Buktikan argument berikut valid!

Jika tombol merah ditekan, lampu biru akan menyala. Jika lampu biru menyala, maka lampu
kuning akan ikut menyala. Dia menekan tombol merah. Jadi, pastilah lampu kuning menyala.

Misal :

p : tombol merah ditekan

q : lampu biru menyala

r : lampu kuning menyala

Bentuk matematis dari argumen di atas adalah :

Kesimpulan,
Validitas argumen tersebut dapat dibuktikan dengan :

1. (premis)
2. (premis)
3. (premis)
4. (1,3 MP)
5. (2,4 MP)

Jadi, argumen terbukti valid.

2 . Aturan penukaran atau rule of replacement

adalah aturan untuk menukar bentuk proposisi yang keduanya tautologi. Aturan
penukaran dapat digunakan untuk pembuktian teorema. Ada setidaknya 10 poin dalam
aturan ini. Berikut, semuanya akan saya absen satu persatu :

1. De Morgan

– – –

– – –

2. Komutatif

3. Assosiatif

4. Distributif

5. Double negasi

––

6. Transposisi

– –

7. Material implikasi

8. Material ekuivalen
– –

9. Eksportasi

10. Tautologi

3.Metode Pembuktian Matematika

a. Pembuktian Langsung

Pembuktian langsung dalam matematika dilakukan dengan menguraikan premis


dengandilandasi oleh definisi, fakta, aksioma yang ada untuk sampai pada suatu kesimpulan
(konklusi)

Contoh : Buktikan bahwa : “jika n bilangan ganjil, maka n2 bilangan ganjil”.

Bukti : Diketahui bahwa n bilangan ganjil, maka dapat dituliskan n = 2k+1,

dengan k bilangan bulat

sehingga n2 = (2k+1) 2 = 4k2 + 4k + 1 = 2(2k2+2k) + 1

Bentuk 2(2k2+2k) + 1 adalah bilangan ganjil

Jadi n2 bilangan ganjil

b. Pembuktian Tidak Langsung

Pembuktian tidak langsung atau pembuktian dengan kemustahilan (reductio ad


absurdum) yang dibahas ada 2 cara yaitu :

1) Kontraposisi

Pembuktian tidak langsung kontraposisi digunakan untuk membuktikan pernyataan implikasi

Untuk membuktikan pernyataan implikasi kita cukup membuktikan kontraposisi dari implikasi
pernyataan tersebut

Secara simbolik : p → q ≡ ~q → ~p

Untuk membuktikan kebenaran p → q, maka kita cukup membuktikan

kebenaran ~q → ~p

Contoh : Buktikan bahwa: “jika n2 bilangan ganjil, maka n bilangan ganjil”.

Bukti : Untuk membuktikan pernyataan tersebut kita akan membuktikan

kebenaran kontraposisinya.
Misalnya : p = n2 bilangan ganjil dan q = n bilangan ganjil

Apakah p → q benar ? Kita akan periksa apakah ~q → ~p benar ?

Andaikan n bukan bilangan ganjil, maka nbilangan genap, sehingga n dinyatakan


dengansebagai n = 2k, k bilangan asli.

Akibatnya n2 = (2k)2 = 4k2 = 2(2k2).

Artinya n2 bilangan genap.

Jadi pengandaian bahwa n bukan bilangan ganjiladalah BENAR,

sehingga kontraposisi ~q →~p juga BENAR.

Jadi implikasi p → q benar , ini berarti n2bilanganganjil maka n adalah

bilangan ganjil.

2) Kontradiksi

Pembuktian tidak langsung dengan kontradiksi dilakukan dengan mengandaikan konklusi


yang salah dan menemukan suatu hal yang bertentangan dengan fakta, aksioma, atau teorema
yang ada. Pengandaian konklusi salah tidak bisa diterima dan akibatnya konklusi yang ada
benar berdasarkan premis yang ada

Contoh : Buktikan bahwa : “Untuk semua bilangan bulat n, jika n2 ganjil, maka n
ganjil”.

Bukti : Andaikan bahwa q salah, atau ~q benar yaitu n bukan bilangan bulat

ganjil, maka n bilangan bulat genap.

Dapat dimisalkan n = 2k dengan k bilangan bulat.

Dengan demikian maka n2 = (2k)2 atau n2 = 4k2

Ini menunjukkan bahwa n2 = bilangan bulat genap (~p)

Terjadilah suatu kontradiksi : yang diketahui pbenar, sedangdari langkah-langkah logis


diturunkan ~p benar.

Oleh karena itu kontradiksi tidak boleh terjadi, maka pengandaian harusdiingkar yang berarti
~q salah atau q benar.

c. Induksi Matematika

Induksi matematika adalah salah satu metode untuk membuktikan suatu pernyataan
tertentu yang berlaku untuk bilangan asli

Prinsip Induksi Matematika :


Misalkan P(n) adalah suatu pernyataan yang menyangkut bilangan asli n.

Apabila P(1) benar, dan apabila P(k) benar maka P(k+1) juga benar, berakibatP(n)
benar untuk semua n.

Contoh : Buktikan bahwa : “1 + 3 + 5 + … + (2n-1) = n2, untuk semua bilangan

asli n”.

Bukti : Misalkan P(n) adalah 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2n-1) = n2

P(1) benar, sebab 1 = 1

Bila P(k) benar, yaitu apabila ; 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2k-1) = k2, maka

1 + 3 + 5 + 7 + … + 2k-1 + 2k+1= (1 + 3 + 5 + 7 + … + 2k- 1 + 2k+1.

= k2 + 2k + 1

= (k + 1)2

Sehingga P(k+1) benar

Anda mungkin juga menyukai