Anda di halaman 1dari 11

JI 2 (2) (2017)

JPK
Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/index

KECENDERUNGAN GLOBAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH

IHSAN

Info Artikel Abstrak


________________ Kecenderungan global dalam pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan untuk demokrasi yang secara luar biasa berpotensi
Sejarah Artikel:
mempengaruhi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada
Diterima Juni 2017
Disetujui Juli 2017
negara-negara yang menganut faham demokrasi konstitusional.
Dipublikasikan Juli 2017 kecenderungan global itu adalah komponen-komponen yang saling
________________ berinterelasi, pengajaran konsep-konsep inti secara sistematik,
analisis terhadap studi kasus, keterampilan-keterampilan pembuatan
Keywords: keputusan, analisis komparatif, keterampilan partisipatoris dan
Citizens, The Direct Local kebajikan warga negara melalui kegiatan-kegitan belajar,
Leader Elections, politicl penggunaan buku sumber, pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-
participations.___________
kebajikan warga negara, dan menghubungkan antara isi dan proses
______
dalam belajar mengajar pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-
How to Cite: kebajikan warga negara. Berdasarkan kecenderungan global, kajian
Ihsan (2017). tentang kecenderungan global dalam pendidikan pancasila dan
Kecenderungan Global kewarganegaraan cukup berpengaruh terhadap perkembangan
Dalam Proses Pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada tingkat
Pendidikan Pancasila Dan persekolahan di Indonesia.
Kewarganegaraan Di
Sekolah. Jurnal Pancasila
Abstract
dan
Kewarganegaraan.Universi Global a tendency in education pancasila and citizenship for
tas Muhammadiyah democracy in an outstanding manner have the potential to affect
Ponorogo, Vol 2 No 2 : pancasila education and citizenship on states who adheres to ideology
Halaman 49-58 constitutional democracy. A tendency that global is a component of
._________________ rival berinterelasi, teaching the concepts of the nucleus of titling, the
analysis on a case study, decision making skills, comparative
analysis, participatory skill and the policies of citizens through
activities of learn, a source of the use of a book, knowledge, skill and
virtue a citizen , and connecting between the content and the process
of teaching and learning in knowledge , skill and in the wisdom of a
citizen. Based on global a tendency, studies on global a tendency in
education pancasila and citizenship has influenced to the
development of pancasila education and citizenship at the rate of
schools in Indonesian
© 2017 Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Alamat korespondensi: ISSN 2527-7057 (Online)
STKIP Muhammadiyah Sorong E-mail: ISSN 2549-2683 (Printed)
Ahmadmihsan0@gmail.com
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

PENDAHULUAN yang demokratis dan bertanggung jawab


Pada abad ke-21 ini, warga negara suatu secara filosofis, sosio-politis dan
bangsa dihadapkan pada berbagai psikopedagogis, merupakan (mission sacre)
perubahan dan ketidakpastian seiring dari pendidikan kewarganegaraan
dengan perkembangan konstelasi kehidupan (Winataputra, 2006).
dalam berbagai aspek, baik aspek Pendidikan kewarganegaraan tentu saja
pendidikan, sosial, ekonomi, kebudayaan, membawa implikasi dalam proses
politik, dan sebagainya. Negara Indonesia, pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
pasca runtuhnya kekuasaan Orde Baru di sekolah (sebagai mata pelajara). PKn di
tahun 1998, mendorong turut melakukan sekolah merupakan “mata pelajaran yang
perubahan yang mendasar dalam kehidupan memfokuskan pada pembentukan warga
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. negara yang memahami dan mampu
Perubahan mendasar menurut Azis Wahab melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
(2006:61) adalah suatu kehidupan yang untuk menjadi warga negara Indonesia yang
lebih bebas, lebih demokratis, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilandasi 1945”.
oleh prinsip-prinsip hukum dan keadilan,
menjunjung tinggi harkat dan martabat PEMBAHASAN
manusia yang berbudaya dan berakhlak Kecenderungan Global dalam Pendidikan
mulia. Kewarganegaraan
Tuntutan perubahan mendasar di atas lanjut Zaman era reformasi telah membuka jalan
Wahab (2006:61) direspon oleh berbagai ke arah terwujudnya paradigma baru
elemen dalam masyarakat, termasuk elemen pendidikan kewarganegaraan. Paradigma
fundamental, yaitu pendidikan yang baru itu berorientasi pada terbentuknya
bertanggung jawab untuk mengembangkan masyarakat demokratis (Muchson AR,
manusia-manusia, warga negara/warga 2003). Hal ini sejalan dengan
masyarakat yang memiliki ciri-ciri seperti kecenderungan global pendidikan pancasila
dikemukakan di atas. Pendidikan sebagai dan kewarganegaraan untuk demokrasi
elemen dalam proses perubahan (John J Patric, 1997). Pendidikan pancasila
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan kewarganegaraan paradigma baru
sebagaimana ditegaskan dalam rumusan berupaya memberdayakan warga negara
Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang melalui proses pendidikan agar mampu
Sistem Pendidikan kemampuan dan berperan aktif dalam sistem pemerintahan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang demokratis.
yang bermartabat dalam rangka Misi pancasila dan kewarganegaraan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa menciptakan kompetensi warga negara
“berkembangnya potensi peserta didik aga yang baik (good citizenship) supaya mampu
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berperan aktif dan bertanggung jawab untuk
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kelangsungan pemerintahan demokratis
kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara melalui pengembangan pengetahuan,
yang demokratis serta bertanggung jawab”. keterampilan, dan karakter
Pembentukan watak dan peradaban bangsa kewarganegaraan.
yang bermartabat dalam rangka Visi pendidikan pancasila dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan kewarganegaraan bertujuan mewujudkan
menjadikan manusia sebagai warganegara masyarakat demokratis merupakan reaksi

49
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

atas kesalahan paradigm lama yang berkarakter yang diamanatkan oleh


berlabelkan Pendidikan Pancasila dan Pancasila dan UUD 1945.
Kewarganegaraan (PPKn). Dari beberapa Sebagai negara dan bangsa yang terus
kajian literatur, seperti dikemukakan oleh terhubung dengan bangsa-bangsa yang lain,
Winarno (2006:24), mata pelajaran PPKn negara Indonesia tidak mungkin
sangat menyolok dengan misi mewujudkan melepaskan dari perkembangan global.
sikap toleransi, tenggang rasa, memelihara Begitu pun halnya dalam bidang
persatuan dan kesatuan, tidak memaksakan pendidikan, termasuk dalam pendidikan
pendapat, menghargai, dan lain-lain yang pancasila dan kewarganegaraan. Standar Isi
dirasionalisasikan demi kepentingan mata pelajaran pendidikan pancasila dan
pemerintahan untuk mendukung kewarganegaraan, tidak terlepas dari
pembangunan nasional. PPKn masa itu adanya kecenderungan-kecenderungan
sesungguhnya merupakan pendidikan global dalam pendidikan pancasila dan
pancasila dan kewarganegaraan yang kewarganegaraan.
berfungsi sebagai alat penguasa untuk Kecenderungan global dalam mata
melanggengkan kekuasaan. Karena itu, pelajaran pendidikan kewarganegaraan
tidak aneh kalau PPKn dianggap lebih yang diadaptasi dari pendapat John J. Patric
politis daripada akademis yang pada ujunya (1997). Kecenderungan global itu
di tingkat persekolahan, mata pelajaran ini tergambar dalam uraian berikut:
cenderung terdiskreditkan dan tidak banyak Pendididikan pancasila dan
diminati siswa. kewarganegaraan dalam Konseptualisasi
Lahirnya paradigma baru pendidikan yaitu komponen-komponen yang saling
pancasila dan kewarganegaraan itu tentu berinterelasi. Secara substantif, mata
bukanlah kebetulan. Ia lahir dari harapan pelajaran pendidikan pancasila dan
pendidikan di Indonesia untuk dapat kewarganegaraan mempelajari prinsip-
mempersiapkan peserta didik menjadi prinsip sekaligus mempraktekkan
warga negara yang memiliki komitmen kuat “democratic governance and citizens”.
dan konsisten untuk mempertahankan Tentang komponen-komponen yang
Negara Kesatuan Republik Indonesia berinterelasi itu, sebuah penelitian The
(Bagian Rasional Lampiran Permendiknas International Association for Evaluation
No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Achievement (IEA) sebagaimana
Hal ini penting, sebab secara historis, dikemukakan Samsuri (2006:35) terhadap
negara Indonesia telah diciptakan sebagai implementasi pendidikan pancasila dan
Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. kewarganegaraan di 28 negara, menemukan
Harapan dalam pelaksanaan pendidikan komponen pendidikan kewarganegaraan
nasional, tergambarkan dalam hakikat yaitu meliputi aspek civic knowledge, civic
Pendidikan pancasila dan engagement, dan civic attitudes dan konsep
Kewarganegaraan. Dalam Lampiran lainnya (Torney-Putra, et.all, 2001:179).
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Adapun materi kajian pendidikan
Standar Isi, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dikaji meliputi
pancasila dan kewarganegaraan dirumuskan materi demokrasi, kewarganegaraan,
sebagai mata pelajaran yang memfokuskan identitas nasional, hubungan internasional
pada pembentukan warga negara yang dan keragaman/kohesi sosial (Torney-Putra,
memahami dan mampu melaksanakan hak- et.al, 2001:29-30).
hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Selain hasil penelitian IEA di atas, John J
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan Patrick (1999:33) berpendapat bahwa ada

50
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

empat komponen atau kategori pokok yang individu warga negara, sehingga perlu
dapat dikaji secara beragam dalam proses habitation, dan pembelajaran.
pendidikan kewarganegaraan, yaitu: 1) Dari keempat komponen itu, Patric dan
pengetahuan kewarganegaraan dan Vonts (2001:46) sebagaimana dikemukakan
pemerintahan demokratis (knowledge of oleh Samsuri (2006:47) menjabarkan ke
citizenship and government in democracy dalam materi kajian pengetahuan
[civic knowledge]); 2) kecakapan kognitif pendidikan kewarganegaraan menjadi tujuh
dari kewarganegaraan demokratis topik, yaitu: 1) demokrasi perwakilan
(cognitive skills of democratic citizenship (representative democracy); 2)
[cognitive civic skills]); 3) kecakapan konstitusionalisme; 3) hak asasi manusia
partisipasi dari kewarganegaraan (liberalism); 4) kewarganegaraan
demokratis (participatory skills of (citizenship); 5) masyarakat sipil (civil
democratic citizenship [participatory civic society); 6) ekonomi pasar (free and open
skills]); dan 4) keutamaan karakter economic sistem); dan 7) tipe-tipe isu
kewarganegaraan yang demokratis (virtues publik.
and dispositions of democratic citizenship Implikasi Kecenderungan Global
[civic disposition]). Pendidikan Kewarganegaraan
Dari keempat komponen pendidikan Implikasi pada proses pembelajaran
kewarganegaraan untuk membentuk warga pendidikan kewarganegaraan di tingkat
negara demokratis (Patric, 1999:34; dan persekolahan di Indonesia. Pendapat ini
Patric, 2003:9) tersebut diuraikan sebagai ditegaskan oleh Azis Wahab (2011:15)
berikut: yang menyebut bahwa kesembilan
1. Knowledge of citizenship and kecenderungan global ini secara luar biasa
government in democracy (civic berpotensi mempengaruhi pendidikan
knowledge) pancasila dan kewarganegaraan pada
2. Cognitive skills of democratic negara-negara yang menganut faham
citizenship (intellectual civic skills) demokrasi konstitusional.
3. Participator skills of democratic Pembelajaran adalah suatu sistem yang
citizenship (participatory civic skills) terdiri atas komponen-komponen yang
4. Virtues and dispositions of democratic saling berinteraksi. Dalam ketentuan UU
citizenship (civic disposition) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pembelajaran adalah
Dari paparan konseptual komponen kajian proses interaksi peserta didik dengan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pendidik dan sumber belajar pada suatu
tersebut, secara ringkas warga negara yang lingkungan belajar. Dalam hal ini,
demokratis memiliki ciri-ciri penguasaan pembelajaran merupakan suatu proses
secara komprehensif dalam hal dimana lingkungan seseorang secara
pengetahuan mengenai pancasila sebagai sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
dasar Negara, kewarganegaraan dan turut serta dalam tingkah laku tertentu.
pemerintahan demokratis, kecakapan Pembelajaran merupakan subyek khusus
intelektual (kognitif) dan partisipasi dalam dari pendidikan Corey (1986).
hal kewarganegaraan demokratis, dan Mencermati beberapa konsep pembelajaran
karakter kewarganegaraan yang demokratis sebagaimana yang dikemukakan di atas,
(Samsuri, 2006:39). Komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam
tidak mungkin timbul begitu saja pada diri pembelajaran terdapat interaksi antara
peserta didik dan pendidik, melibatkan

51
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

unsur-unsur yang saling mempengaruhi Education (1999) Calabasas, Amerika


untuk mencapai tujuan atau kompetensi Serikat. National Standards for Civics and
yang diharapkan. Pembelajaran dalam Government merumuskan tujuan
menggambarkan kegiatan guru mengajar pembelajaran civics dalam tiga bentuk
dan siswa sebagai pembelajar dan unsur- komponen kompetensi kewargaan, yaitu
unsur lain yang saling mempengaruhi. civic knowledge, civic skills yang memuat
Pembelajaran dipandang sebagai suatu kecakapan intelektual dan partisipatori, dan
sistem, karena didalamnya terdapat civic dispositions. Hanya saja, konteks
beberapa komponen pembelajaran yang keIndonesiaan seperti dalam hal pendidikan
saling terkait antara komponen yang satu anti korupsi tampaknya sejalan dengan
dengan komponen yang lain dan saling A politik nasional untuk melawan korupsi
system ketergan is integrated set of element sebagai perwujudan dari gerakan reformasi
that interact wich each other”. Komponen- nasional. Hal tersebut menjadikan civics
kompenen pembelajaran adalah sebagai persekolahan model Indonesia memiliki
berikut: (1) tujuan, (2) bahan, (3) metoda, kekhasannya tersendiri.
(4) media, (5) evaluasi. Kedua, Bahan Atau Materi Pembelajaran.
Pertama, Komonen Tujuan. Pembelajaran Materi pembelajaran merupakan subtansi
pendidikan kewarganegaraan ditingkat yang akan disampaikan dalam proses
persekolahan memiliki tujuan agar pembelajaran (Djamarah dan Zain,
peserta didik memiliki kemampuan untuk: 2002:50). Materi pembelajaran merupakan
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan komponen penting dalam proses
kreatif dalam menanggapi isu pembelajaran, termasuk proses
kewarganegaraan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
2. Berpartisipasi secara aktif dan Kewarganegaraan. Tanpa materi
bertanggung jawab, dan bertindak pembelajaran, proses pembelajaran tidak
secara cerdas dalam kegiatan akan berjalan. Materi pembelajaran dapat
bermasyarakat, berbangsa, dan berupa fakta, konsep, prinsip maupun
bernegara, serta anti-korupsi, prosedur (Sudarman, 2003:162).
3. Berkembang secara positif dan Guru mempunyai tugas yang penting dalam
demokratis untuk membentuk diri mengembangkan dan memperkaya materi
berdasarkan karakter-karakter pembelajaran, karena hal tersebut
masyarakat Indonesia agar dapat hidup merupakan salah satu faktor penting dalam
bersama dengan bangsa-bangsa menentukan keberhasilan pembelajaran.
lainnya, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa dalam menetapkan materi pembelajaran,
lain dalam percaturan dunia secara yaitu: 1) materi pembelajaran hendaknya
langsung atau tidak langsung dengan sesuai dengan kompetensi yang ingin
memanfaatkan teknologi informasi dan dicapai; 2) materi pembelajaran hendaknya
komunikasi. (Permendiknas No. 22 disesuaikan dengan tingkat perkembangan
Tahun 2006). siswa pada umumnya; 3) materi
Rumusan tujuan tersebut di atas, menurut pembelajaran hendaknya terorganisasi
analisis Samsuri (2011:3) memiliki secara sistematik dan berkesinambungan;
kemiripan dengan tujuan pendidikan dan 4) materi pembelajaran hendaknya
kewarganegaraan dalam dokumen National mencakup hal-hal yang bersifat tekstual
Standards for Civics and Government yang maupun kontekstual (Djamarah dan Zain,
dikembangkan oleh Center for Civic 2003:51).

52
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat Disamping metode, kita juga mengenal
disimpulkan, materi pembelajaran model pembelajaran. Dalam rangka
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sosialisasi KTSP, Departemen Pendidikan
mengacu pada kompetensi yang ingin Nasional (2006) membagi tiga jenis model
dicapai. Materi yang dibelajarkan harus pembelajaran, yakni: 1) Model
bermakna bagi siswa dan merupakan Pembelajaran Langsung atau Direct
bahan-bahan yang benar-benar penting, Instruction (DI), 2) Model Pembelajaran
baik dilihat dari kompetensi yang ingin Kooperatif atau Cooperative Learning (CL),
dicapai maupun fungsinya untuk dan 3) Model Pembelajaran Berbasis
menentukan materi pada proses Masalah atau Problem-Based Instruction
pembelajaran berikutnya. (PBI).
Ketiga, metode pembelajaran PKn. Metode Oleh karena itu, peran guru melalui model
adalah suatu cara yang digunakan untuk pembelajaran ini hendaknya berupaya lebih
mencapai kompetensi yang telah banyak melibatkan siswa dalam
ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran secara terbuka, demokratis,
metode diperlukan oleh guru dan dan memiliki kebebasan berpendapat.
penggunaannya bervariasi sesuai dengan Pada hakikatnya, ketiga model
kompetensi yang ingin dicapai setelah pembelajaran di atas dapat diterapkan
kegiatan pembelajaran berakhir (Djamarah, dalam pembelajaran pendidikan
2002:72). kewarganegaraan di tingkat persekolahan
Keberhasilan pembelajaran Pendidikan dengan terlebih dahulu melakukan
Pancasila dan Kewarganegaraan tidak modifikasi atau penyesuaian dengan
hanya tergantung pada kemampuan guru kondisi dan karakteristik siswa. Namun,
dalam mengembangkan kompetensi dan apabila memperhatikan tujuan
materi pembelajaran, tetapi juga didukung pembelajaran sebagaimana ditentukan
oleh metode pembelajaran yang tepat. dalam standar isi mata pelajaran PKn, maka
Pemilihan metode yang tepat dalam proses model kedua dan ketiga perlu mendapat
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perhatian yang lebih besar. Sesuai dengan
akan membantu guru maupun siswa untuk tuntutan standar isi mata pelajaran PKn,
mencapai keberhasilan pembelajaran yang model pembelajaran berbasis masalah
dilaksanakan. Adapun metode yang relevan sangat dianjurkan untuk dikuasai dan
untuk diterapkan dalam pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran PKn. Model
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini menggunakan pendekatan inkuiri yang
adalah yang berkarakteristik sebagai sangat penting bagi PKn.
berikut: 1) menekankan pada pemecahan Model pembelajaran dengan pendekatan
masalah; 2) bisa dijalankan dijalankan inkuiri pada hakekatnya sejalan dengan
dalam berbagai konteks; 3) mengarahkan gagasan John Dewey tentang prinsip-
siswa menjadi pembelajar mandiri; 4) prinsip pembelajaran interaktif.
mengaitkan materi pelajaran dengan Keberhasilan pembelajaran demokrasi
konteks kehidupan siswa yang berbeda; 5) dalam pendidikan kewarganegaraan sebagai
mendorong siswa untuk merancang dan suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-
melakukan kegiatan ilmiah; 6) memotivasi prinsip pembelajaran interaktif model John
siswa untuk menerapkan materi yang telah Dewey, yakni:
dipelajari; 7) menerapkan penilaian otentik; 1. Menghormati dan penuh perhatian
dan 8) menyenangkan (Djamarah dan Zain, kepada orang lain
2002:122) 2. Berpikir kreatif

53
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

3. Menghasilkan sejumlah solusi tentang b. Media visual, yaitu media yang hanya
masalah-masalah bersama mengandalkan indra penglihatan.
4. Berusaha menerapkan solusi-solusi Media ini ada yang menampilkan
tersebut gambar diam seperti foto, gambar,
Keempat, Komponen Media Dan lukisan, dan sebagainya, ada pula
Sumber Pembelajaran. Media media visual yang menampilkan
pembelajaran merupakan alat bantu yang gambar bergerak seperti film bisu dan
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan film kartun.
untuk mencapai tujuan pembelajaran c. Media audiovisual, yaitu media yang
(Djamarah dan Zain, 2002:139). mempunyai unsur suara dan gambar.
Penggunaan media pembelajaran pada Jenis media ini mempunyai
dasarnya adalah untuk membantu kemampuan yang lebih baik, karena
mempermudah pemahaman siswa terhadap meliputi kedua jenis media yang
suatu ide tau teori. Media pembelajaran pertama dan kedua (Djamarah dan
sangat diperlukan pada anak-anak tingkat Zain, 2002:141).
dasar sampai menengah, dan akan banyak Dalam proses pembelajaran pendidikan
berkurang jika mereka sudah sampai pada pancasila dan kewarganegaraan, selain
tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat media- media di atas, masyarakat
sekolah dasar dan menengah, media merupakan sumber dan media utama dalam
pembelajaran akan banyak membantu anak pembelajaran pendidikan pancasila dan
didik dengan mengembangkan semua kewarganegaraan. Dalam masyarakat, siswa
indera yang ada, yakni dengan mendengar, dapat melihat langsung proses sosial yang
melihat, meraba, memanipulasi, atau sedang berlangsung, kepada siswa
mendemonstrasikan dengan media yang diperkenalkan konsep geografi setempat,
dapat dipilih. masalah kehidupan kelompok, proses dn
Dalam proses pembelajaran Pendidikan mekanisme pemerintahan, aktivitas
Pancasila dan Kewarganegaraan, kehadiran produksi dan distribusi barang dan jasa,
media mempunyai arti yang sangat penting. adat istiadat setempat, dan lokasi warisan
Ketidakjelasan materi yang disampaikan sejarah yang ada.
dapat diminimalisir dengan menghadirkan Untuk memperankan masyarakat sebagai
media sebagai perantara. Kerumitan materi media pembelajaran, guru memerlukan
yang akan disampaikan kepada siswa dapat informasi yang akurat dan memadai
disederhanakan dengan menggunakan mengenai orang-orang, lembaga, peristiwa,
media. Bahkan keabstrakan materi keadaan yang ada di dalam masyarakat.
pembelajaran dapat dikonkretkan dengan Ada dua cara yang dapat dilakukan guru
kehadiran media. Media dapat mewakili untuk menggunakan sumber masyarakat
apa yang kurang dapat guru sampaikan setempat sebagai program pembelajaran
melalui kata-kata atau kalimat tertentu. pendidikan pancasila dan kewarganegaraan,
Jenis media pembelajaran yang biasa yaitu: pertama, mengundang anggota atau
digunakan dalam setiap mata pelajaran, tokoh masyarakat setempat ke dalam kelas
termasuk pembelajaran pendidikan untuk berbicara dengan siswa-siswa
kewarganegaraan adalah: mengenai suatu topik yang berhubungan
a. Media audio, yaitu media yang hanya dengan profesinya (pekerjaannya). Terlebih
mengandalkan kemampuan suara saja, dahulu guru mengkomunikasikan kepada
seperti radio, casette recorder, dan pembicara tentang tujuan undangan itu,
piringan hitam. sehingga dapat berbicara santai dan

54
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

menyesuaikan diri dalam menggunakan mengambil keputusan (Depdiknas,


bahasa yang dapat dimengerti oleh anak 2003:20). Menurut Djahiri (2005:2),
SD. Umumnya narasumber yang evaluasi pembelajaran Pendidikan
bersangkutan berbicara tentang pengalaman Kewarganegaraan merupakan
hidup mereka sehari-hari atau tentang masa momentum/instrumen untuk
lalu. mengukur/menilai tingkat keberhasilan,
Kedua, mengunjungi langsung anggota- kegagalan, kelebihan atau kekurangan
anggota atau tokoh-tokoh masyarakat di proses dan hasil belajar serta momentum
tempat mereka tinggal atau berada. Untuk untuk melakukan relearning yang bersifat
itu siswa-siswa perlu diberi penjelasan lebih kontinyu, multidimensional, dan terbuka.
dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan Dengan kata lain, evaluasi merupakan
mereka harus menyiapkan sejumlah media untuk mengukur ketercapaian suatu
pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka kompetensi pembelajaran yang telah
ajukan. ditetapkan.
Berkaitan dengan sumber pembelajaran
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, Dalam proses evaluasi, sebenarnya terdapat
dapat dikemukakan bahwa sumber tiga istilah yang saling berkaitan dalam
pembelajaran pada hakikatnya dalah segala kegiatan evaluasi, yaitu: penilaian,
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai pengukuran dan tes. Ketiga istilah itu
tempat terdapatnya materi pembelajaran seringkali disalahartikan sehingga tidak
atau asal untuk belajar seseorang jelas makna dan kedudukannya Gronlund
(Winataputra dan Ardiwinata, 1991:165). sebagaimana dikemukakan (Rahmat,
Denga demikian, sumber belajar itu 2008:181) memberikan penjelasan untuk
merupakan bahan/materi untuk menambah ketiga istilah tersebut sebagai berikut:
ilmu pengetahuan yang mengandung hal- Penilaian adalah suatu proses yang
hal baru bagi siswa selaku peserta didik. sistematis dari pengumpulan, analisis dan
Sumber belajar terdapat di mana-mana, interpretasi informasi/data untuk
seperti di sekolah, di rumah, di pusat kota menentukan sejauh mana siswa telah
dan sebagainya. Pemanfaatan sumber- mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran
sumber belajar tersebut tergantung pada adalah suatu proses yang menghasilkan
kreatifitas guru, waktu, biaya, serta gambaran berupa angka-angka mengenai
kebijakan-kebijakan lainnya (Sudarman, tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
1991:2003). Winataputra dan Ardiwinata individu (siswa). Sedangkan Tes adalah
(1991:165) berpendapat bahwa setidaknya salah satu alat atau bentuk dari pengukuran.
terdapat lima macam sumber belajar, yaitu
manusia, buku/perpustakaan, media massa, Penilaian pembelajaran PKn dilaksanakan
lingkungan (lingkungan alam, lingkungan oleh pendidik dalam bentuk penilaian
sejarah dan lingkungan masyarakat), dan kelas (classroom assessment) dan oleh
media pendidikan. satuan pendidikan.
Kelima, Komponen Evaluasi. Evaluasi Untuk penentuan nilai akhir pada satuan
merupakan serangkaian kegiatan untuk pendidikan melalui ujian sekolah dan rapat
memperoleh, menganalisis, dan dewan pendidik. Standar penilaian
menafsirkan data tentang proses dan hasil berorientasi pada tingkat penguasaan
belajar siswa yang dilakukan secara kompetensi yang ditargetkan dalam Standar
sistematis dan berkesinambungan, sehingga Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
menjadi informasi yang bermakna dalam (SKL). SI adalah ruang lingkup materi dan

55
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

tingkat kompetensi yang dituangkan dalam penilaian dalam pendidikan


kriteria tentang kompetensi tamatan, kewarganegaraan memiliki tiga fungsi
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata penting sebagai berikut:
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang a. sebagai tolak ukur untuk mengetahui
harus dipenuhi oleh peserta didik pada keberhasilan atau kekurangan siswa,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Pasal guru ataupun program pengajaran yang
1 butir 5 PP No. 19 Tahun 2005 tentang telah disampaikan melalui proses
Standar Nasional Pendidikan). Sedangkan belajar mengajar.
SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan b. Sebagai media klasifikasi, identifikasi,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan serta penalaran diri, nilai, moral, dan
keterampilan (Pasal 1 butir 4 PP No. 19 masalah.
Tahun 2005 tentang Standar Nasional c. Sebagai media edukasi (re-edukasi)
Pendidikan). nilai-nilai moral.
Penilaian pada jenjang pendidikan dasar Evaluasi pembelajaran Pendidikan
dan menengah terdiri atas penilaian hasil pancasila dan Kewarganegaraan harus
belajar oleh pendidik, penilaian hasil bersifat utuh. Artinya evaluasi
belajar oleh satuan pendidikan, dan pembelajaran dilakukan baik dalam proses
penilaian hasil belajar oleh pemerintah. maupun hasil belajar yang menyangkut
Untuk mata pelajaran pendidikan pancasila aspek kognitif, afektif maupun psikomotor
dan kewarganegaraan, penilaian hasil (Al-Mukhtar, 2004:373). Dengan
pembelajaran dilakukan oleh pendidik dan demikian, semua ranah kehidupan siswa
satuan pendidikan. Penilaian hasil menjadi objek evaluasi pembelajaran
pembelajaran oleh pendidik dilakukan Pendidikan Kewarganegaraan.
secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam PENUTUP
bentuk ulangan harian, ulangan tengah Perkembangan kajian pendidikan pancasila
semester, ulangan akhis semester, dan dan kewarganegaraan dalam dunia global
ulangan kenaikan kelas. telah melahirkan kecenderungan global
Penilaian digunakan untuk menilai dalam pendidikan pancasila dan
pencapaian kompetensi peserta didik, bahan kewarganegaraan yang cukup berpengaruh
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, terhadap perkembangan pendidikan
dan memperbaiki proses pembelajaran kewarganegaraan pada tingkat persekolahan
(Pasal 63 ayat 1 dan 2 5 PP No. 19 Tahun di Indonesia. Kecenderungan global
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). pendidikan kewarganegaraan nampak
Untuk mata pelajaran pendidikan dalam visi dan misi pendidikan pancasila
kewarganegaraan, penilaian hasil belajar dan kewarganegaraan di Indonesia yang
dilakukan melalui pengamatan terhadap berorientasi pada terbentuknya warga
perubahan perilaku dan sikap untuk menilai negara yang baik, cerdas, dan demokratis.
perkembangan afeksi dan kepribadian Keseluruhan kecenderungan global itu
peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau berimplikasi pada proses pembelajaran
penugasan untuk mengukur aspek kognitif pendidikan kewarganegaraan pada tingkat
peserta didik (Pasal 64 ayat 3 PP No. 19 persekolahan, yaitu pada komponen tujuan,
Tahun 2005 tentang Standar Nasional materi, metode, media dan sumber, serta
Pendidikan). evaluasi pembelajaran pendidikan
Menurut Azis Wahab sebagaimana kewarganegaraan.
dikemukakan oleh Rahmat, dkk (2008:190),

56
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Syed Hussein. (1990). Gaffar, Affan. (2006). Politik Indonesia.
Corruption: its nature, causes Yogyakarta: Pustaka Pelajar
and consequences aldershot. Jain, Arvin K. (2001).
Brookfield Vt: Avebury Corruption: a review. Journal of
Economic Surveys, Vol. 15 No. 1
Almond, Gabriel A. & Sidney Verba hlm. 71-121
(1990). Budaya Politik: Tingkah
Laku Politik dan Demokrasi di Huntington, Samuel P & Joan Nelson.
Lima Negara. Terjemahan Sahat (1994). Partisipasi Politik di
Simamora. Jakarta: Bumi Negara Berkembang. Jakarta:
Aksara Rineka Cipta

Asshiddiqie, Jimly. (2011). Pengantar Koalisi Pilkada Bersih. (2017). Rilis


Ilmu Hukum Tata Negara. Media Dinasti Politik, Korupsi
Jakarta: PT Raja Grafindo Kepala Daerah, dan Pilkada
serentak 2017. Diakses dari
Azra, Azyumardy (2010). Islam, http://www.antikorupsi.org/sites/
corruption, good governance, antikorupsi.org/files/files/Siaran
and civil society: the Indonesian %20Pers/Press%20Release%20
experience. Islam and Dinasti%20Politik%20Korupsi
Civilisational Renewal Journal %20Kepala%20Daerah%20dan
Vol 2, No 1 Tahun 2010 hlm. %20Pilkada%20Serentak.pdf
14-31 pada Sabtu, 20 Mei 2017 Jam
01.19 WIB
Baowollo, Rober B. (2008). Pilkada,
Direct Civil Participation, dan Komisi Pemilihan Umum. (2017).
Civil Society: Merumuskan Pemungutan Suara Pilkada
Peran NGO dalam Proses 2018 Direncanakan 27 Juni
Pilkada. Dalam Gregorius 2018. Diakses dari
Sahdan, dkk. (Eds). Negara http://kpu.go.id/index.php/post/r
dalam Pilkada: Dari Collapse ead/2017/5979/Pemungutan-
State ke Weak State. Suara-Pilkada-2018-
Yogyakarta: IPS Press Direncanakan-27-Juni-2018
pada Sabtu, 20 Mei 2017 Jam
Budiarjo, Miriam. (1998). Partisipasi 11.08 WIB
dan Partai Politik. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia Lucky, Ovwasa O. (2013). Money
Politics And Vote Buying In
Eko, Sutoro. (2003). Transisi Nigeria: The Bane Of Good
Demokrasi Indonesia. Governance. Afro Asian Journal
Yogyakarta: APMD of Social Sciences Volume 4, No.
4.3 Quarter III 2013, hlm. 1-19
Fahmi, Khairul. (2015). Sistem
Penanganan Tindak Pidana Marijan, Kacung. (2010). Sistem Politik
Pemilu. Jurnal Konstitusi, Indonesia: Konsolidasi
Volume 12, Nomor 2, Juni 2015, Demokrasi Pasca-Orde Baru.
hlm. 264-283

57
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

Jakarta: Penerbit Kencana Sutrisno, Cucu. (2015). Penyidikan


Prenada Media Group Perkara Tindak Pidana Pemilu
Anggota Dewan Perwakilan
Muhtadi, Burhanuddin. (2013). Politik Rakyat Dewan Perwakilan
Uang dan Dinamika Elektoral Di Rakyat, Dewan Perwakilan
Indonesia: Sebuah Kajian Awal Daerah, Dan Dewan Perwakilan
Interaksi Antara “Party-Id” dan Rakyat Daerah Oleh Polisi Di
Patron-Klien. Jurnal Penelitian Kabupaten Bantul. Yogyakarta:
Politik, Volume 10 No. 1 Juni Skripsi FIS UNY (Tidak
2013, hlm. 41-58 diterbitkan)

Najib, Mohammad et.al. (2014). Tanzi, Vito. (1998). Corruption around


Pengawasan Pemilu Problem the world causes, consequences,
Dan & Tantangan.Yogyakarta: scope, and cures. Jurnal IMF
Bawaslu Propinsi DIY Staff Papers, Vol. 45, No. 4
(December 1998), hlm. 559-594
Nurhasim, Moch. (2014). Partisipasi
Pemilih pada Pemilu 2014: Studi Treisman, Daniel. (2000). The causes of
Penjajakan. dalam Moch. corruption: a cross-national
Nurhasim (Ed). (2014). study. Journal of Public
Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Economics, 76 (2000) hlm. 399–
2014: Studi Penjajakan. Jakarta: 457
Pusat Penelitian Politik LIPI
bekerjasama dengan Komisi Winardi. (2009). Politik Uang dalam
Pemilihan Umum Pemilihan Umum. Jurnal
Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni
Putra, Lutfy Mairizal. (2017). Bawaslu 2009, hlm. 150-165
Temukan 600 Dugaan Politik
Uang pada Pilkada 2017. Winarno, Budi. (2008). Sistem Politik
Diakses dari Indonesia Era Reformasi.
http://nasional.kompas.com/read Yogyakarta: Media Pressindo
/2017/02/14/19334401/bawaslu.t
emukan.600.dugaan.politik.uang
.pada.pilkada.2017 pada Sabtu,
20 Mei 2017 Jam 11.08 WIB

Santoso, Topo. dkk. (2006). Penegakan


Hukum Pemilu Praktik Pemilu
2004, Kajian Pemilu 2009-2014.
Jakarta: Perkumpulan untuk
Pemilu dan Demokrasi
(Perludem)

Soerensen, Georg. (2014). Demokrasi


dan Demokratisasi (Terjemahan
I. Made Krisna). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

58

Anda mungkin juga menyukai