Anda di halaman 1dari 6

pISSN : 2528-3685

eISSN : 2598-3857

MAKANAN PENDAMPING ASI MENURUNKAN KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA KABUPATEN SLEMAN

Rahayu Widaryanti
Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Email : ayuxwidaryanti@gmail.com

Abstrak
Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Penelitian ini
bertujuanmengetahui pengaruh MP ASI terhadap penurunan stunting. Rancangan pada
penelitian ini menggunakan analitik observasional menggunakan desain case control dengan
prosedur matching. Lokasi penelitian di Puskesmas Kalasan Sleman.Pengumpulan data
dilakukan dengan kuisoner. Responden pada penelitian ini adalah 100 ibu yang memiliki balita
dengan usia ≥6-60 bulan, 50 anak sebagai kasus dan 50 anak sebagai control. Penelitian
menunjukan bayi yang mengalami stunting tidak mendapatkan MP ASI yang tepat sebanyak
70.76%. Hasil olah fakta menunjukkan p value 0.000 sehingga terbukti terdapat hubungan
antara MP ASI terhadap kejadian stunting dan hasil analisis diperleh r 0.643 sehingga praktik
pemberian MP ASI terhadap kejadian stunting mempunyai keeratan yang kuat. Praktik
pemberian MP ASI yang tepat terbukti dapat menurunkan angka kejadian stunting di Kabupaten
Sleman Yogyakarta.

Kata kunci: MP ASI, Stunting

JIKA, Volume 3 No. 2, Februari 2019. 23


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

WEANING FOODS DECREASE STUNTING ON TODDLERS


IN SLEMAN REGENCY

Abstract
Stunting on toddlers reflects on the reduced growth rate of their development as a result of
severe lack of nutrients. Toddlers with stunting commonly have a body which is shorter than
those who are without stunting. Severe lack of nutrients happening from fetus to two-years-old
baby can cause stunting. This research was aimed to find out the effects of weaning foods
towards the decrease of stunting.The method of the research was observational analytic using
case control design with matching procedure. The research took place in one of the medical
centers in Kalasan, Sleman and the data were collected using questionnaires.The subjects of the
research were 100 women who had a toddler in ≥6-60 months of age. The toddlers were divided
into two; 50 children as the case and 50 children as the control.The result showed that 70, 76%
toddlers who had stunting did not obtain sufficient weaning foods. The data processing
presented that p value 0.000 so it proved that there was a relation between weaning foods and
stunting. Meanwhile, the analytical result showed r 0.0643 so giving appropriate weaning foods
could decrease stunting rate in Sleman Regency.

Keywords: weaning foods, stunting.

Pendahuluan jangka menengah tahun 2015-2019. Target


Stunting pada anak mencerminkan penurunan prevalensi stunting pada anak
kondisi gagal tumbuh pada anak Balita baduta (dibawah 2 tahun) adalah
(Bawah lima tahun) akibat dari kekurangan menjadi28% (RPJMN, 2015-2019).Sasaran
gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pada tahun 2025, mengurangi 40% jumlah
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi balita pendek.2
kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 juta)
hingga usia dua tahun. Dengan demikian anak balita mengalami stunting dan
1000 hari kehidupan seyogyanya mendapat diseluruh Dunia, Indonesia adalah Negara
perhatian khusus karena menjadi penentu kelima dengan stunting terbesar. Balita/
tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan Baduta (bayi dibawah usia dua tahun) yang
produktivitas seseorang dimasa depan. Saat mengalami stunting akan memiliki
ini Indonesia merupakan salah satu negara kecerdasan tidak maksimal, anak menjadi
dengan prevalensi stunting yang cukup lebih rentan terhadap penyakit dan dimasa
tinggi dibandingkan dengan negara-negara depan dapat berisiko pada menurunnya
berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini tingkat produktivitas. (3) angka prevalensi
jika tidak diatasi dapat mempengaruhi stunting nasional mencapai 37,2%,
kinerja pembangunan Indonesia baik yang meningkat dari tahun 2010 sebanyak 35,6 %
menyangkut pertumbuhan ekonomi, dan 2007 sebesar 36,8%. Di Daerah
kemiskinan dan ketimpangan.1 Istimewa Yogyakarta angka kejadian
Pembangunan kesehatan dalam periode stunting juga masih cukup tinggi yaitu 27,
tahun 2015-2019 difokuskan pada empat 2%. Hasil pemantauan status gizi balita di
programprioritas yaitu penurunan angka Kabupaten Sleman tahun 2015 diperoleh
kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi 12,86% stunting, 7,53% underweight, 6,14%
balita pendek (stunting), pengendalian overweight dan 3,57% wasting. Kecamatan
penyakit menular dan pengendalian penyakit Kalasan merupakan kecamatan yang
tidak menular.Upaya peningkatan status gizi memiliki kejadian stunting tertinggi pada
masyarakat termasuk penurunan prevalensi tahun 2016 yaitu sebanyak 22,30%.3,4
balita pendek menjadi salah satu prioritas Berkaitan dengan hal tersebut,
pembangunan nasional yang tercantum di sebenarnya sudah ada beberapa upaya yang
dalam sasaran pokok rencana pembangunan sudah dilakukan untuk memerangi masalah
JIKA, Volume 3 No. 2, Februari 2019. 24
pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

gizi tersebut.Beberapa upaya yang dilakukan Kalasan Sleman. Pengumpulan data


pemerintah, diantaranya ada gerakan “Seribu dilakukan dengan kuisoner. Responden pada
Hari Pertama Kehidupan” itu mencakup penelitian ini adalah 100 balita dengan usia
upaya yang spesifik maupun yang ≥6-60 bulan, 50 anak sebagai kasus dan 50
sensitif.Spesifik yang dimaksud adalah hal anak sebagaai control. Instrumen pada
yang langsung berhubungan dengan gizi, penelitian ini adalah kuisoner untuk
misalnya suplementasi mikronutrien pada menanyakan praktik pemberian MP ASI,
bayi dan balita.Kemudian ada pula infantometer untuk mengukur panjang badan
suplementasi pada ibu hamil, yaitu melalui bayi dan timbangan dacin untuk mengukur
tablet tambah darah.Hal tersebut lebih berat badan bayi.Instrumen kuisoner praktik
sebagai upaya pencegahan dari stunting itu pemberian MP ASI sebelumnya sudah di
sendiri. Upaya untuk mencegah terjadinya ujia validitas isi oleh dua pakar MP ASI.
stunting salah satunya dengan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) memberikan ASI Hasil Penelitian
eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah 1. Analisis univariat
umur 6 bulan diberikan makanan Untuk mengetahui distribusi frekuensi
pendamping ASI ( MPASI) yang cukup setiap variabel baik variabel dependen
jumlah dan kwalitasnya.5 pemberian ASI eksklusif maupun variabel
Menurut penelitian Smith, etal (2017) independen dalam penelitian ini usia ibu,
IMD dapat menurunkan risiko kematian pekerjaan ibu, pendidikan ibu, usia bayi,
pada bayi hingga 22%. Menurut laporan status gizi bayi, dan pemberian MP ASI.
UNICEF mengenai Fact About Breast
Feeding bahwa pemberian susu formula Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
merupakan kekeliruan, karena pada masa usia ibu, pekerjaan ibu,
pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak pendidikan ibu, usia bayi, status
diberi ASI ternyata memiliki peluang yang gizi bayi, dan pemberian MP
jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, ASI
jantung, kanker, obesitas, diabetes, stunting Variabel (∑=100)
dan lain-lain5. Sesuai evidence based Frekuensi (n) Persentase (%)
Umur Ibu
pengenalan MP ASI yang tidak tepat akan < 20 Tahun 12 12
menyebabkan anak cenderung menyukai
20-35 Tahun 72 72
rasa tertentu dan memilih-milih makanan
‘> 35 Tahun 16 16
sehingga menyebabkan anak tidak Pendidikan
mendapatkan nutrisi yang cukup. Sebaliknya Dasar 18 18
anak yang mendapatkan MP ASI yang Menengah 65 65
beragam dan alami, dimasa mendatang akan Tinggi 17 17
memilih makanan yang sehat dengan menu Pekerjaaan
Bekerja 53 53
seimbang untuk memenuhi kebutuhan Tidak Bekerja 47 47
nutrisinya. Oleh karena itu perlu Status Gizi
ditekakankan untuk pemberian makanan Bayi
bayi dan anak yang tepat dengan Stunting 50 50
Normal 50 50
memberikan MP ASI yang tepat sesuai
Usia Anak
dengan rekomendasi WHO dan Unicef.5 6-12 Bulan 28 28
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk 13-24 Bulan 46 46
mengetahui hubungan pemberian makanan 25-36 Bulan 24 24
pendamping ASI terhadap kejadian stunting
di Kabupaten Sleman, DIY. Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
usia ibu, pekerjaan ibu,
Metode Penelitian pendidikan ibu, usia bayi, status
Jenis penelitian ini menggunakan gizi bayi, dan pemberian MP
observasional menggunakan desain case ASI
control dengan prosedur matching. Lokasi
penelitian di wilayah kerja Puskesmas
JIKA, Volume 3 No. 2, Februari 2019. 25
pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

Variabel (∑=100) status gizi baduta. Kurangnya pemberian


Frekuensi (n) Persentase (%) MP ASI membuat anak tidak maksimal
Usia Anak mendapatkan asupan gizi sehingga anak
37-48 Bulan 2 2 memiliki status gizi kurang bahkan menjadi
Pemberian stunting.6 Pemberian MP ASI yan tepat dan
MP ASI baik adalah supaya kebutuhan gizi dan anak
Tepat 18 18 terpenuhi sehingga tidak terjadi gagal
Tidak Tepat 65 65 tumbuh.MP ASI yang diberikan juga harus
Sumber : Data Primer 2018
beraneka ragam, diberikan bertahap dari
Dari hasil penelitian menunjukan bentuk lumat, lembek sampai menjadi
sebagian besar ibu yang memiliki balita terbiasa dengan makanan keluarga.7
berada pada rentang reproduksi sehat yaitu Hasil penelitian menunjukan bayi yang
72%, berdasarkan pendidikan responden mengalami stunting sebagian besar tidak
memiliki pendidikan menengah yaitu SMP mendapatkan MP ASI yang tepat. WHO
ataupun SMA.Persentase ibu bekerja 53% merekomendasikan MP ASI harus
dari pertanyaan kuisoner yang diberikan memenuhi 4 syarat yaitu: tepat waktu,
ternyata sebagian besar bekerja sebagai adekuat, aman dan diberikan dengan cara
buruh pabrik.Berdasarkan riwayat yang benar.8
pemberian MP ASI sebagian besar tidak Sejak Usia 6 bulan ASI saja sudah tidak
tepat. mencukupi kebutuhan energy, protein, zat
besi, vitamin D, seng, vitamin A sehingga
2. Analisis bivariat diperlukan makanan pendamping ASI yang
Tabel 2. Tabel silang antara Pemberian dapat melengkapi kekurangan zat besi mikro
MP ASI terhadap kejadian maupun makro tersebut.9 Hasil penelitian
stunting diperoleh sebagian besar responden mulai
Status Gizi Bayi Total P r
memberikan makan sejak usia 5 bulan,
Stunting Normal Value
makanan yang sering diberikan yaitu pisang
n % n % N %
MP Tepat 3 3 45 45 48 48 0.000 0.643 lumat dan bubur beras. Pemberian MP ASI
ASI harus memperhatikan Angka Kecukupan
Tidak 47 47 5 5 52 52 Gizi (AKG) yang di anjurkan berdasarkan
Hasil analisis bivariate dengan uji chi kelompok umur dan tekstur makanan yang
squaredidapatkan bahwa responden dengan sesuai perkembangan usia balita. terkadang
MP ASI yang tidak tepat sebagian besar orang tua memberikan MP ASI sebelum usia
mengalami stunting yaitu 47 % dan 6 bulan, padahal usia tersebut kemampuan
responden yang memberikan MP ASI secara pencernaan bayi belum siap menerima
tepat status gizinya normal sebanyak 45%. makanan tambahan. akibatnya banyak yang
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat mengalami diare.10
hubungan antara pemberian MP ASI Penelitian di Zambia (2015)
terhadap kejadian stunting pada balita menyebutkan bayi yang mengalami
dengan p value <0.05, dan hasil r 0.643 underweight praktik pemberian MP ASI
menunjukan hubungan antara praktik diberikan sebelum 6 bulan dengan berbagai
pemberian MP ASI dengan kejadian stunting alasan seperti ibu beranggapan bayi
memiliki keeratan yang kuat. menangis terlalu lama karena lapar, selain
itu asi di anggap sebagai cairan dan bukan
Pembahasan makanan sehingga ibu memberikan
Hasil analisis pemberian MP ASI dengan makanan berupa soup kacang, telur, ikan,
kejadiaan stunting pada anak balita dan roti.
menunjukan ada hubungan, hal ini sejalan Dari Focus Discussion Group (FGD)
dengan penelitian yang dilakukan Nurhayati yang dilakukan pada daerah urban di zambia
(2018) memperoleh hasil semakin baik sudah memberikan MP ASI berupa makanan
praktik pemberian makanan pendamping instan sereal atau sering disebut ”cerelac”,11
ASI (MP ASI) maka semakin baik pula dan untuk daerah pedesaan mereka biasanya
tidak maampu membeli makanan instan
JIKA, Volume 3 No. 2, Februari 2019. 26
pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

sehingga memberikan makanan pendamping kesehatan balita maka perlu mendapatkan


ASI berupa buah pisang ataupun jeruk. asupan gizi yang cukup. Pola pemberian MP
Masalah gangguan pertumbuhan pada usia ASI dipengaruhi oleh faktor ibu, karena
dini yang terjadi di Indonesia diduga kuat ibulah yang sangat berperan dalam dalam
berhubungan dengan banyaknya bayi yang mengatur konsumsi anak, yang kemudian
sudah diberi MP ASI sejak usia satu bulan, akan berpengaruh terhadap status gizi anak.
bahkan sebelumnya.10 Hal yang mempengaruhi pola pemberian MP
Penelitian yang dilakukan oleh Rochyati ASI yaitu pengetahuan ibu tentang gizi,
(2014) didapatkan hasil balita yang tidak pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat
mengalami stunting mendapatkan pola MP pendapatan keluarga, adat istiadat dan
ASI yang tepat yaitu sebanyak 48.6% penyakit infeksi.10
dibandingkan dengan balita yang mengalami Penelitian yang dilakukan di Sumenep
stunting sebesar 8.6%.12 Penelitian Yang diperoleh terdapat hubungan antara
dilakukan di Sedayu, Bantul Yogyakarta di pengetahuan ibu tentang pola pemberian MP
dapatkan hasil terdapat hubungan yang ASI dengan status gizi balita. Semakin
signifikan antara waktu pertama kali rendah pengetahuan ibu maka akan semakin
pemberian MP ASI dengan kejadian stunting rendah pula status gizi balita. Balita sering
dengan OR=2.867.13 mendapatkan makanan ringan sehingga anak
Pemberian MP ASI juga harus adekuat, menjadi tidak nafsu makan hal ini jika
MP ASI harus memiliki kandungan energy, berlangsung lama akan menyebabkaan anak
protein dan mikronutrien yang dapat menderita gizi kurang bahkan menjadi
memenuhi kebutuhan maronutrien dan stunting.17
mikronutrien bayi sesuai usianya.9 Hasil
penelitian diperoleh sebagian besar ibu Kesimpulan
memberikan MP ASI yang tidak memenuhi Praktik Pemberian MP ASI Yang tepat
kaedah sesuai rekomendasi WHO dan dapat menurunkan angka kejadian Stunting
Unicef. Bayi hanya diberikan bubur beras di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
yang tidak mencukupi kebutuhan nutrisinya.
Penelitian di Purworejo pada 577 anak usia Daftar Pustaka
11-23 bulan menunjukan bahwa kecukupan 1. TNP2K, 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk
Intervensi Anak Kerdil. Jakarta; 2017.
energi dari MP ASI hanya 30%,14 sedangkan 2. Infodatin. Situasi Balita Pendek. Pusat Data dan
penelitian di Flores menunjukan bahwa Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta;2016.
hanya 40% anak usia 6-23 bulan 3. Rikesdas. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
mendapatkan MP ASI sesuai Angka Indonesia. Jakarta;2013
4. Dinkes Sleman. Profil Kesehatan Kabupaten
Kecukupan Gizi (AKG).15 Sleman. Yogyakarta;2016.
Penelitian yang dilakukan di Bali 5. Kemenkes RI. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar
menunjukan bahwa bayi yang mengalami Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama
stunting memiliki kadar seng yang lebih Kehidupan (1000 HPK).Jakarta: Kementerian
rendah dibandingkan dengan bayi yang Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
6. Nurhayati, S. Hubungan Praktik Pemberian MP
memiliki perawakan normal.16 ASI dengan Status Gizi Baduta di Kelurahan
Secara teoritis pemberian MP ASI adalah Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga,
untuk menambah energy dan zat-zat gizi Program studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
yang diperlukan bayi karena ASI sudah Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta;2018.
tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara 7. Kemenkes RI,.Paket Konseling Pemberian Makan
terus menerus. Makanan pendamping Bayi dan Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan
berbentuk padat tidak dianjurkan terlalu Republik Indonesia; 2017
cepat diberikan pada bayi mengingat usus 8. WHO. Global Stategy for Infant and Young Child
bayi belum dapat mencerna dengan baik Feeding. Genewa : World Health Organitation;
2003
sehingga dapat mengganggu fungsi usus. 9. Sjarif, DR. Yuliarti, K. Lestari, E. Sidiartha, I.G.L.
Konsumsi energi dan protein yang kurang Nasar, S. Mexitalia, M. Rekomendasi Praktik
selama jangka waktu tertentu akan Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan
menyebabkan gizi kurang, sehingga untuk Balita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi.
Jakarta: 2015
menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan
JIKA, Volume 3 No. 2, Februari 2019. 27
pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

10. Almatsier. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan, 14. Lestari ED, Hartini, TNS, Hakimi, M, Surjono A,
Jakarta: Gramedia; 2011 Nutritional Status and Nutrient Intake From
11. Bwalya MK, Mukonka V, Kankasa C, Masaninga, Complementary Foods among Breastfed Children
Baabaniyi O, Siziya S. Infants and Young Chindren in Purworejo District, Central java Indonesia,
Feeding Practice and Nutritional Status in Two Pediatrict Indonesia ;2005; 45:31-9
Districts of Zambia. International Breasfedding 15. Wahyuni Y, Mexitalia M, Rahfiludin MZ.
Journal ;2015 Pengaruh Taburia dan Feeding Rules Terhadap
12. Rochyati, N. Perbedaan Pola Pemberian MP ASI Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan di Puskesmas
Antara Balita Stunting dan Non Stunting di Waipare Kabupaten Sikka NTT (Thesis).
Kelurahan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Semarang : Universitas Diponegoro;2013
(Skripsi). Surakarta: UMS;2014. 16. Mardewi KW, Sidiartha IGL, Gunawijaya E. Low
13. Khasanah, Dwi Puji, Hamam Hadi, and Bunga Level of Zinc Serum as Short Staruse Risk Factor
Astria Paramashanti. "Waktu pemberian makanan in Children. Jakarta : Pediatrica : 2015.
pendamping ASI (MP-ASI) berhubungan dengan 17. Sari MRN, Ratnawati LY. Hubungan Pengetahuan
kejadian stunting anak usia 6-23 bulan di Ibu Tentang Pola Pemberian Makan dengan Status
Kecamatan Sedayu." Jurnal Gizi dan Dietetik Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gapura
Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Sumenep.Jember :Universitas negeri Jember
Dietetics) 4.2 (2016): 105-111. ;2018.

JIKA, Volume 3 No. 2, Februari 2019. 28

Anda mungkin juga menyukai