Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MANAJEMEN PERAPOTEKAN

PAJAK APOTEK

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perapotekan


Semester 6 (Enam) Tahun Ajaran 2020/2021
Universitas Tadulako

Disusun Oleh:

(Kelompok 1 Kelas A 2017)

1. Meliana Muliadi (G 701 17 108)


2. Nadia Saphira Khairunisa (G 701 17 043)
3. Meliza Imelia Pratama (G 701 14 075)
4. Imoet Dian Safitri (G 701 15 163)

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Ririn Hardani, S. Farm., M.Si., Apt.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS TADULAKO
2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga Penyusunan Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
dengan pembahasan yang diharapkan dapat lebih mendalam sekaitan dengan
pokok bahasan yang akan disajikan dalam makalah ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Perapotekan
Semester 6 di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Tadulako,
Prodi Farmasi. Di dalam makalah ini, terdapat uraian-uraian materi mengenai
Istilah-istilah Pajak dan Hak Wajib Pajak yang bertujuan memberikan sedikit
wawasan serta sebagai salah satu referensi dalam mencari hal-hal yang sekaitan
dengan hal tersebut di atas.

Selesainya penyusunan makalah ini berkat bantuan dari berbagai pihak Penulis
menyadari makalah ini sangat sederhana. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Demikian makalah ini kami
buat semoga bermanfaat,

Palu, 10 Februari 2020


Penyusun,

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber pembiayaan terbesar negara dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Dari tahun ke tahun, penerimaan dari
sektor pajak terus menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari
kenaikan realisasi penerimaan pajak untuk beberapa tahun terakhir yang
cukup signifikan. Dalam nota keuangan 2011, pada tahun 2008 penerimaan
pajak mencapai 571,1 triliun rupiah, tahun 2009 menjadi 565,7 triliun rupiah,
tahun 2010 sebesar 649 triliun rupiah, tahun 2011 meningkat menjadi 872,6
triliun rupiah.

Sebagai sebuah bisnis, dari segi legalitas, apotek juga memiliki pengertian
tersendiri yang dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Dalam PP tersebut,
apotek berarti sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker.

Mengingat apotek juga diakui sebagai usaha penghasil laba oleh pemerintah,
maka selayaknya transaksi atau omzet yang dihasilkan harus dialokasikan
sebagai pembayaran pajak. Penghasilan dari usaha apotek, jika memenuhi
kriteria Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, yang memiliki omzet
usaha selama satu tahun di bawah Rp 4,8 miliar dihitung menggunakan tarif
Pajak Penghasilan Final 1 persen dari Peredaran Bruto Usaha.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut pajak Apotek?
2. Apa saja istilah-istilah pajak?
3. Apakah hak wajib apotek?
4. Apa saja jenis pajak?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak Apotek
Secara hukum, pengertian apotek bisa dilihat dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Dalam PP tersebut, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


(Kepmenkes RI) Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan MenKes RI Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan
apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Sebagai penyedia atau penyalur perbekalan farmasi atau obat-obatan, apotek


juga menjalani fungsi sebagai tempat usaha. Oleh karenanya harus membayar
pajak.

Aspek perpajakan apotek antara lain: 1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); 2)
Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana Pasal 21 Permenkeu Nomor
252/PMK/2008 menyebutkan bahwa PPh 21 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri;
3) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang merupakan pajak tidak langsung
dimana pajak terutang dihitung atas pertambahan nilai yang ada.
B. Istilah-istilah pajak
Dalam pembahasan ketentuan umum dan tata cara perpajakan akan di jumpai
pengertian-pengertian atau istilah-istilah yang sudah baku. Berikut istilah –
istilah tersebut.
1. Pajak adalah adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang, dengan tidak mendapatkan Imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
2. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan,meliputi pembayaran
pajak,pemotong pajak, dan pemungut pakak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang/modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainya,
badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah keuangan
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, lembaga dan bentuk badan lainya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4. Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak
untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam
suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-
undang KUP. Masa pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender atau
jangka waktu lain yang di atur dengan peraturan menteri keuangan paling
lama 3 (tiga) bulan kalender
5. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila
waj9b oajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.
6. Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.
7. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
8. Surat pajak adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
9. Kredit pajak untuk pajak penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri
oleh wajib pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang daalam
surat tagihan pajak karena pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar, ditamabah dengan pajak yang dipotong atau
dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
10. Kredit pajak untuk pajak pertambahan nilai adalah pajak masukan
yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian
pendahulan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang
telah dikonpensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
11. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data,keterangan, dan atau bukti yang dilaksakan secara objektif dan
propesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
12. Bukti permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana dibidang
perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara.
13. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adannya dugaan telah terjadi
tindak pidana dibidang perpajakan.
14. Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termauk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhu kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
15. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian surat pemberitahuan dan lampiran-lampiranya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
16. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
bdalam kegiatan usaha pekerjaanya menghasilkan barang,menginpor
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagaan memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
17. Pengusaha kena pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan
barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai
pajak berdasarkan Undang-undang pajak pertambahan nilai 1984 dan
perubahannya.
18. Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yanag diberikan kepada wajib
pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang di pergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
19. Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu
masa pajak.
20. Surat pemeberitahuan tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu
tahun pajak atau bagian tahun pajak.
21. Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan
dengan cara lain ke kas Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
oleh menteri keuangan.
22. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi surat
ketetapan pajak kurang bayar,surat ketetapan pajak kurang bayar tambah,
surat ketetapan pajak nihil, atau surat ketetapan pajak lebih bayar.
23. Surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah pajak yang harus dibayar.
24. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambah adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.
25. Surat ketetapan pajak nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
26. Surat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
27. Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan
atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
28. Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
openagihan pajak.
29. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi
yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh
penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
30. Pembukaan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk oleh wajib mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi, untuk
periode tahun pajak tersebut.
31. Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan
direktorat jendral pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
32. Surat keputusan pembetulan adalah surat yang membetulkankesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam
surat ketetapan pajak, surat tagihan pajak, surat keputusan pembetulan,
surat keputusan keberatan, surat keputusan pengurangan sanksi
administrasi, surat keputusan penghapusan sanksi administrasi, surat
keputusan pengurangan ketetapan pajak, surat keputusan pembatalan
ketetapan pajak, surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak, atau surat keputusan pemberian imbalan bunga.
33. Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan
terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.
34. Putusan banding adalah putusa badan peradilan pajak atas banding
terhadap surat keputusan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.
35. Putusan gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan
terhadap hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
36. Putusan peninjauan kembali adalah putusan mahkama agung atas
permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh wajib pajak atau oleh
direktur jendral pajak terhadap putusan banding atau putusan gugatan dari
badan peradilan pajak.
37. Surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak adalah
surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak untuk tertentu.
38. Surat keputusan pemberian imbalan bunga adalah surat keputusan
yang menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada wajib
pajak.
39. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal
faksimili, atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal
pada saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.
40. Tanggal terima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal
faksimili, atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal
pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung stempel
pos pengiriman.
41. Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih
dengan surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT, tidak dilakukan
dalam batas waktu pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih
dengan STP (lihat pasal 19 (1) KUP).
42. Bunga ketetapan adalah bunga yang dimasukan dalam surat ketetapan
pajak tambahan pokok pajak, bunga ketetapan dikenakan maksimum 24
bulan. Bunga ketetapan umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13
(2) KUP).
43. Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
44. Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sector swasta.
45. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
46. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikull sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpakan kepada orang lain. Contoh :
Pajak penghasilan
47. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : pajak pertambahan nilai.
48. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh :
pajak penghasilan.
49. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
50. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewas, dan bea materai.
51. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
52. Official assessment system adalah suatu system pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
53. Self assessment system adalah suatu system pemungutan pajak yang
member wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
54. With holding system adalah suatu system pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib
pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
55. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dikenakan pajak.
56. Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal
wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur jendral pajak.
57. Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan dikantor
direktorat jendral pajak.
58. Pemeriksaan ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib
pajak yang telah diterbitkan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
sebelumnya untuk jenis pajak dan masa/tahun pajak.
59. Laporan hasil pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang
pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak
secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan
pemeriksaan.
60. Pengusaha pajak kriteria tertentu adalah wajib pajak dengan kriteria
tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 C Undang-undang nomor
6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan serta telah
beberapa kali dirubah, terakhir yaitu Undang-undang nomor 28 tahun
2007.
61. Surat perintah pemeriksaan adalah surat perintah unutuk melakukan
pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan laindalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang undangan perpajakan.
62. Pembukuan adalah proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya yang disusun berupa laporan
keuangan.
63. Kuisioner pemeriksaan adalah formulir yang diberikan sejumlah
pertanyaan dan penilaian oleh wajib pajak yang terkait dengan
pelaksanaan pemeriksaan.
64. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana dibidang perpajakan

C. Hak Wajib Pajak


Hak dan kewajiban perpajakan harus dilakukan oleh wajib pajak. Mengacu
dari undang-undang yang sama, pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan kalau wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi,
siapapun, baik yang sudah memiliki NPWP atau belum, sudah termasuk ke
dalam wajib pajak jika sudah mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.
1. Hak Wajib Pajak
Hak wajib pajak disebutkan secara jelas dalam undang-undang, dan akan
dibahas secara singkat dan tuntas pada poin ini.
a. Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak
Ketika besaran pajak terutang yang dibayar atau dipotong atau
dipungut ternyata lebih kecil daripada jumlah kredit pajak, wajib
pajak berhak menerima kembali kelebihan tersebut. Dengan kalimat
sederhana, Anda berhak menerima kembali kelebihan bayar ketika
membayar pajak lebih banyak daripada jumlah yang sebenarnya.

Anda dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan bayar


pajak dengan mengirimkan surat permohonan pada Kepala KPP
(Kantor Pajak Pratama) atau melalui SPT (Surat Pemberitahuan).
Setelah menerima surat permohonan, Ditjen Pajak akan
mengembalikan kelebihan bayar pajak dalam waktu 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

Jika wajib pajak termasuk dalam kriteria wajib pajak patuh,


pengembalian ini dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPh
dan 1 bulan untuk PPN sejak permohonan diterima.

Kalau Ditjen Pajak terlambat mengembalikan kelebihan bayar pajak,


wajib pajak berhak menerima bunga sebesar 2% per bulan dengan
maksimum 24 bulan.

b. Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan


Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak pada wajib
pajak, wajib pajak berhak untuk:
 Meminta Surat Perintah Pemeriksaan.
 Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa .
 Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan.
 Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT.
 Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas
waktu yang ditentukan.

Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis pemeriksaan terbagi menjadi dua


jenis, yaitu pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan.
Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan, terhitung dari tanggal
wajib pajak memenuhi surat panggilan untuk melakukan pemeriksaan
kantor sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.
Sedangkan pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 8
(delapan) bulan, terhitung sejak tanggal surat perintah pemeriksaan
sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

c. Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan


Kembali
Setelah dilakukan pemeriksaan, umumnya akan terbit suatu surat
ketetapan pajak yang menunjukkan kalau wajib pajak kurang bayar,
lebih bayar, atau nihil perpajakannya. Jika wajib pajak tidak
sependapat dengan surat tersebut, dapat mengajukan keberatan. Lalu
bila belum puas dengan keputusan keberatan, selanjutnya wajib pajak
dapat mengajukan banding. Langkah terakhir dalam sengketa pajak,
wajib pajak dapat mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah
Agung.

d. Hak-Hak Wajib Pajak Lainnya


1) Hak kerahasiaan
Wajib pajak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan
kerahasiaan atas semua informasi yang disampaikan kepada Ditjen
Pajak dalam melaksanakan kegiatan perpajakan. Di sisi lain, pihak
yang bertugas di bidang perpajakan dilarang untuk
mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak. Kerahasiaan wajib pajak
yang dilindungi adalah:
 Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen
lainnya yang dilaporkan wajib pajak.
 Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia.
 Dokumen atau rahasia wajib pajak lainnya sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku.
Namun, keterangan atau bukti tertulis tentang wajib pajak dapat
ditunjukkan kepada pihak tertentu yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dalam rangka penyidikan, penuntutan, atau
dalam rangka kerja sama dengan instansi pemerintah lainnya.

2) Hak untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran


Wajib pajak dapat mengajukan permohonan penundaan atau
pengangsuran pembayaran pajak dalam kondisi tertentu.

3) Hak untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan


Wajib pajak dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi maupun PPh Badan dengan
alasan tertentu.

4) Hak untuk Pengurangan PPh Pasal 25


PPh Pasal 25 adalah pajak yang dibayar secara angsuran dengan
tujuan untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Dalam undang-
undang ketentuan umum perpajakan, wajib pajak memiliki hak
untuk mengajukan permohonan pengurangan besaran angsuran
PPh Pasal 25 dengan alasan tertentu.

5) Hak untuk Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Karena kondisi atau sebab tertentu, seperti rusaknya bumi dan
bangunan yang terkena bencana alam, wajib pajak dapat
mengajukan permohonan pengurangan pajak terutang PBB. Wajib
pajak yang merupakan anggota veteran pejuang dan pembela
kemerdekaan juga dapat mengajukan pengurangan PBB.

Khusus untuk Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan


(PBB P2) yang sudah dialihkan ke Pemerintah Daerah
(Kota/Kabupaten), pengurusan pengurangan PBB dilakukan di
Kantor Dinas Pendapatan Kota/Kabupaten setempat.
6) Hak untuk Pembebasan Pajak
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan
pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan dengan alasan
tertentu.

7) Hak Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran


Pajak
Wajib pajak yang termasuk ke dalam wajib pajak patuh dapat
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan untuk PPN dan 3 bulan
untuk PPh terhitung sejak tanggal permohonan.

8) Hak untuk Mendapatkan Pajak Ditanggung Pemerintah


Untuk pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah
atau dana pinjaman luar negeri, PPh terutang atas penghasilan
yang diterima kontraktor, konsultan, dan supplier utama
ditanggung oleh pemerintah.

9) Hak untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan


Dalam lingkup PPN, Barang Kena Pajak (BKP) atau kegiatan
tertentu diberikan fasilitas pembebasan PPN. BKP tersebut di
antaranya kereta api, pesawat udara, kapal laut, buku-buku,
perlengkapan TNI/Polri yang diimpor maupun yang diserahkan di
area pabean oleh wajib pajak tertentu.

Fasilitas PPN tidak dipungut ini turut diberikan pada perusahaan


yang melakukan kegiatan di kawasan tertentu, seperti kawasan
berikat, di antaranya atas impor dan perolehan bahan baku.

2. Kewajiban Wajib Pajak


Selain hak, ada kewajiban yang harus dipatuhi oleh wajib pajak, di
antaranya:
a. Kewajiban Mendaftarkan Diri
Wajib pajak harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) di kantor pajak pratama (KPP) atau
kantor pelayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan (KP2KP).
Saat ini, pendaftarakan NPWP juga dapat dilakukan melalui online.

Wajib pajak yang merupakan pengusaha, wajib dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh KPP atau KP2KP setelah
memenuhi persyaratan tertentu, di antaranya pengusaha orang pribad
atau badan melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena
pajak dengan jumlah omzet melebihi Rp4.800.000.000 dalam setahun.
Jika tidak memenuhi syarat tersebut, tetap dapat melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Setelah dikukuhkan sebagai PKP, maka wajib untuk memungut pajak


pertambahan nilai (PPN) dari setiap pembeli/pengguna jasanya
dengan menerbitkan faktur pajak. PPN tersebut kemudian dilaporkan
dalam SPT Masa. Jika ada yang harus disetorkan, wajib pajak perlu
menyetorkan PPN itu ke KPP tempat mendaftar, atau bisa secara
online.

b. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan


Pelaporan Pajak
Sesuai dengan sistem self assessment, wajib pajak harus melakukan
penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak terutangnnya sendiri.

c. Kewajiban dalam Hal Diperiksa


Ditjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan pada wajib pajak untuk
menguji kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjalankan fungsi pengawasan
terhadap wajib pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.
Kewajiban yang diperiksa di antaranya:
 Memenuhi panggilan untuk menghadiri Pemeriksaan sesuai
waktu yang ditentukan, khususnya jenis Pemeriksaan Kantor.
 Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang menjadi
dasar serta berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang
terutang pajak. Untuk jenis Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak
harus memberikan akses untuk melihat dan menyimpan data.
 Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang yang
dianggap perlu serta memberi bantuan untuk memperlancar
proses pemeriksaan.
 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan.
 Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh
Akuntan Publik, khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor.
 Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang
diperlukan.

d. Kewajiban Memberi Data


Data di sini adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang
dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha,
penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk
informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu
lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan
kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar Ditjen
Pajak.

Kewajiban ini tidak hanya dipatuhi oleh wajib pajak, tetapi juga oleh
setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain. Jika
sengaja tidak memenuhi kewajiban ini, wajib pajak akan terkena
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000.

Kesimpulan
Secara garis besar, hak dan kewajiban wajib pajak meliputi:
1. Hak wajib pajak, yang terdiri dari hak atas kelebihan pajak, hak
dalam pemeriksaan, hak untuk mengajukan keberatan atau
banding atau peninjauan kembali atas hasil pemeriksaan, hak
dijaga kerahasiaan data wajib pajak, dan hak-hak lainnya.

2. Kewajiban wajib pajak, terdiri dari mendaftarkan untuk


mendapatkan NPWP, melaksanakan kegiatan perpajakan sendiri
(menghitung, memungut, membayar, dan melaporkan pajak
terutang), kewajiban dalam pemeriksaan, dan kewajiban
memberikan data.

D. Jenis Pajak
Macam-macam pajak yang ada di Indonesia
1. Pajak penghasialn (PPh)
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu
tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun pajak dalam Undang-
Undang PPh adalah tahun takwim yaitu tahun yang dimulai dari 1
Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember tahun berjalan.
Walaupun demikian, wajib pajak dapat menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun takwim sepanjang tahun buku tersebut
meliputi jangka waktu 12 bulan.

Pada PPh yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau di peroleh wajib
pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada


wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan
bebas seperti gaji, honorarium penghasilan dan praktik dokter,
notaris aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya.
b. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
c. Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tak
gerak sepergi buga, deviden, royalti, sewa, keuntungan penjualan
harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha dan lain
sebagainya.
d. Penghasilan lain-lain seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain
sebagainya.

Besarnya tarif pajak PPh yang dikenakan terhadap wajib pajak adalah
secara progresif yaitu semakin besar penghasilan kena pajak wajib
pajak, semakin besr pula pajak terutang yang harus di bayar oleh wajib
pajak

PPh untuk wajib pajak dalam negeri dihitung berdasarkan prinsip basis
netto di mana yang dikenakan pajak adalah penghasilan kena pajak dan
bukan penghasilan kotor. Sementara untuk wajib pajak luar negeri di
kenakan atas penghasilan kotor yang diterima oleh wajib pajak dari
Indonesia tanpa di kurangi dengan unsur pengurang sebagaimana
diperkenankan pada wajib pajak dalam negeri.

2. Pajak pertambahan nilai atas barang dan jasa (PPN)


Pajak pertambahan nilai atas barang dan jasa (PPN) adalah pajak yang
dikenakan atas penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean
Indonesia yang dilakukan oleh pengusaha, impor barang kena pajak,
penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean indonesia yang
dilakukan oleh pengusaha, pemanfaatan barang kena pajak tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean indonesia,
pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean Indonesia, atau ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena
pajak.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek


pajak PPN adalah:
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean Indonesia
yang dilakukan oleh pengusaha.
b. Impor barang kena pajak.
c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean Indonesia yang
dilakukan oleh pengusaha.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean Indonesia.
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabeam Indonesia.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

Barang kena pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak
dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN dan PPn BM. Jasa kena pajak adalah setiap kegiatan
pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbutan hukum yang
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau hak tersedia untuk di
pakai termasuk jasa yang di lakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaandengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan. Sedangkan yang di maksud dengan daerah pabea adalah
wilayah republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landasan komitmen yang di dalamnya berlaku Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeaan.
Tarif pajak yang di kenakan atas penyerahan maupun pemanfaatan
barang kena pajak atau jasa kena pajak dan impor barang kena pajak
oleh pengusaha kena pajak adalah sebesar 10%. Besarnya tarif ini
ditentukan sama untuk semua jenis barang kena pajak atau jasa kena
pajak. Khusus untuk ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena
pajak besarnya tarif pajak adalah 0% dengan kata lain besarnya PPN
terutang yang di pungut oleh pengusaha kena pajak dari konsumen di
luar negrui adalah nihil.

3. Pajak penjualan atas barang mewah (PPn BM)


Pajak penjualan atas barang mewah (PPn BM) merupakan pajak yang
dikenakan atas penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah
yang di lakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang kena pajak
yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean Indonesia
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, dan impor barang kena pajak
yang tergolong mewah. PPn BM di kenakan hanya satu kali pada
waktu penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah.
Pengenaan dan pemungutan PPn BM di Indonesia saat ini didasarkan
pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang pajak
pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang
Mewah sebagaimana telah 2 kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2000.

PPn BM dipungut dengan pertimbangan bahwa:


a. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang
berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan
tinggi.
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas barang kena pajak
yang tergolong mewah.
c. Perlu adanya perlindungan terhadap prodosen kecil atau tradisional
d. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Sesuai dengan memori penjelasan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2000, yang di maksud dengan barang mewah adalah:

a. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan


pokok.
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsioleh masyarakat
berpenghasialan tinggi.
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status
e. Apabila di konsumsi dapat merusak kesehatan dan moral
masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakan seperti
minuman ber alkohol

Tarif pajak penjualan atas barang mewah(PPn BM), dengan peraturan


pemerintah, dapat ditetapkan dalam beberapa pengelompokkan tariff
yaitu: tariff yang paling rendah sebesar 10% dan tarif paling tinggi
sebesar 75 %.[5]

4. Pajak bumi dan bangunan (PBB)


Pajak bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang dikenakan
atas pemilikan dan atau pemanfaatan bumi dan bangunan di Indonesia.
Pemungutan PBB di Indonesiasaat ini di dasarkan pada Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak Bumi dan bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994.

Subjek pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau
memperoleh manfaat atas bangunan.[6]

Yang di maksud dengan bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi
yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sementara yang dimaksud
dengan bangunan adalah konstruksi tekhnik yang di tanam atau di
lekatkan secara tepat pada tanah dan atau perairan. Termasuk dalam
pengertian bangunan adalah:
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan
seperti hotel pabrik dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan
dengan kompleks bangunan tersebut.
b. Jalan tol
c. Kolam renang
d. Pagar mewah
e. Tempat olahraga
f. Galangan kapal, dermaga
g. Taman mewah
h. Tempat penampungan atau kilang minyak air dan gas, pipa minyak
dan
i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Dalam sistem pemungutan PBB di Indonesia yang menjadi dasar


pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Nilai jual kena
pajak = Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dikurangi Nilai jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) dikalikan dengan prosentase
tertentu. Pada PBB besaran tarif pajak adalah tunggal atau tetap yaitu
sebesar 0,5% . hanya saja terdapat progresitivitas dalam menentukan
besarnya NJKP dimana saat ini ada 2 tarif NJKP yang di berlakukan
sebesar 20% jika NJOP kurang dari 1 milyar dan 40% jika NJOP lebih
atau sama dengan 1 milyar.

5. Bea materai
Pemungutan bea materai di Indonesia saat ini dilakukan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985 tentang bea materai. Bea
materai adalah pajak atas dokumen. Maksud dari dokumen adalah
kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan atau
pihak yang berkepentingan, serta dokumen tersebut di tanda tangani
pihak yang yang terlibat didalamnya. Dokumen yang dikenakan Bea
Materai adalah sebagai berikut:
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang di buat dengan tujuan
untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,
kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata. Pihak-pihak yang
memegang surat perjanjian atau surat-surat lainnya di bebani
kewajiban untuk membayar bea materai atas surat yang
dipegangnya.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuatan akta tanah (PPAT)
termasuk rangkap-ragkapnya.
d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu :
1) Yang menyebutkan penerimaan uang
2) Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang
dalm rekening di bank.
3) Yang berisi pemberitahua saldo rekening di bank
4) Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan.
5) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek
6) Efek dalam nama dan bentuk apa pun.

Besarnya bea materai yang terhutang berkaitan dengan dokumen


yang digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan
adalah sebesar Rp.6000,00. Sementara apabila dokumen yang
dimaksud adalah berkaitan dengan penyerahan uang, besarnya bea
materai tergantung sesarnya uang tersebut jika kurang dari
Rp.250.000,00 maka tidak terutang bea materai, jika lebih atau
sama dengan Rp.250.000,00 tetapi kurang dari Rp.1.000.000,00
maka besarnya bea materai terhutang Rp.3000,00 dan jika lebih
dari atau sama dengan Rp.1.000.000,00 bea materai terutang
adalah Rp.6.000,00.

6. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)


Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) adalah pajak
yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehya hak atas tanah dan
atau bangunan oleh pribadi atau badan. Dasar hukum pemungutan
BPHTB di Indonesia adalah Undang-undang nomor 21 tahun 1997
tentang bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagai mana telah
diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2000.

Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan
bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang menjadi
objek pajak adalah sebagai berikut:
a. Jual beli
b. Tukar menukar
c. Hibah
d. Hibah wasiat
e. Waris
f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
h. Penunjukan pembeli dalam lelang
i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum
tetap
j. Penggabungan usaha
k. Peleburan usaha
l. Pemekaran usaha
m. Haidah
n. Perolehan hakkarena pemberian hak baru sebagai kelanjutan
pelepasan hak
o. Perolehan hak karena pemberian hak baru diluar pelepasan hak
p. Besarnya tarif BPHTB adalah sama untuk setiap jenis perolehan
hak atas tanah dan bangunan, yaitu 5% dari nilai perolehan objek
pajak kena pajak (NPOPKP). NPOPKP di peroleh dengan cara
mengurangkan NPOP sesuai dengan ketentuan (NJOP atau harga
transaksi atau nilai pasar) dengan nilai perolehan objek pajak tidak
kena pajak (NPOPTKP).
7. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan
Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan (PPPABTAP) adalah pajak atas pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah dan atau air permukaan untuk digunakan
bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah
tangga dan pertanian rakyat.
Objek pajak PPPABTAP adalah:
a. Pengambilan air bawah tanah dan atau air permukaan, antara lain
pengambilan air dalam sektor pertambangan migas;
b. Pemanfaatan air bawah tanah dan atau air permukaan, antara lain
pemanfaatan air dalam bidang ketenagalistrikan; dan
c. Pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan atau air
permukaan.

Tarif pajak PPPABTAP ditetapkan antara lain:


a. Tarif pajak pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah Tanah
sebesar 20%
b. Tariff pajak pengambilan dan pemanfaatan Air permukaan sebesar
10%.

Secara umum perhitungan PPPABTAP adalah sesuai dengan rumus


berikut.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Nilai perolehan Air

8. Pajak reklame
Pajak reklame adalah pajak yang dikeluarkan kepada mereka yang
memegang surat ijin reklame.Reklame adalah benda, alat, perbuatan,
atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya memiliki tujuan
komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau
memujikan suatu barang, jasa, atau orang. Objek pajak reklame adalah
semua penyelenggaraan reklame.

Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25 %. Secara


umum perhitungan pajak reklame adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Nilai Sewa Reklame

9. Pajak penerangan jalan


Pajak penerangan jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia
penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
Objek PPJ adalah penggunaan tenaga listrik diwilayah daerah yang
tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah
daerah.
Tarif pajak PPJ ditetapkan paling tinggi sebesar 10 %. Secara umum
perhitungan pajak penerangan jalan adalah sesuai dengan rumus
berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Nilai jual tenaga listrik

10. Pajak parkir


Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat
parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan


jalan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun
yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang
memungut bayaran.

Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 20 %. Secara umum


perhitungan pajak parkir adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x jumlah pembayaran untuk pemakaian


tempat parkir
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak merupakan sumber pembiayaan terbesar negara dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Mengingat apotek juga diakui sebagai
usaha penghasil laba oleh pemerintah, maka selayaknya transaksi atau omzet
yang dihasilkan harus dialokasikan sebagai pembayaran pajak. Aspek
perpajakan apotek antara lain: 1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); 2) Pajak
Penghasilan (PPh); 3) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang merupakan pajak
tidak langsung dimana pajak terutang dihitung atas pertambahan nilai yang
ada. Dalam pembahasan ketentuan umum dan tata cara perpajakan akan di
jumpai pengertian-pengertian atau istilah-istilah yang sudah baku seperti
Pajak, Wajib Pajak, Badan dst.

Hak dan kewajiban perpajakan harus dilakukan oleh wajib pajak. Mengacu
dari undang-undang yang sama, pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan kalau wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi,
siapapun, baik yang sudah memiliki NPWP atau belum, sudah termasuk ke
dalam wajib pajak jika sudah mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharap pembaca dapat memahami penjelasan di
dalamnya sehingga mengetahui dan memahami materi kuliah tentang Pajak
Apotek. Mungkin, banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu dimohon perhatian dan saran bagi penulis. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai