Anda di halaman 1dari 10

A.

Teknologi Komunikasi

Manusia menggunakan teknologi karena memiliki akal. Dengan akalnya


manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman, dan
sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan
akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya (Ngafifi, 2014).
Menurut KBBI tahun 1990 kata teknologi mengandung sejumlah makna, yakni:

1) metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan


terapan.
2) keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan
bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Teknologi komunikasi adalah seperangkat alat penambah kemampuan orang


dalam berkomunikasi atau perangkat dan sistem hasil rekayasa manusia yang
digunakan sebagai media transmisi untuk menyampaikan ide, pesan, atau gagasan
kepada orang lain (Firman, 2009).

Suatu hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah bahwa setiap
perkembangan teknologi selalu menjanjikan kemudahan, efisiensi, serta
peningkatan produktivitas. Memang pada awalnya teknologi diciptakan untuk
mempermudah manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Berikut ini
ada beberapa hal yang dijanjikan teknologi (Martono, 2012)

1) Teknologi menjanjikan perubahan Setiap penemuan baru akan melahirkan


berbagai perubahan dalam suatu masyarakat. Ibarat sebuah subsistem,
kehadiran teknologi baru sebagai subsistem baru dalam masyarakat akan
membawa konsekuensi, subsistem lain dalam sistem tersebut mau tidak mau
harus menyesuaikan diri akibat kehadiran teknologi tersebut. Teknologi
pasti akan mengubah pola aktifitas keseharian individu. Kehadiran televisi
di rumah misalnya, akan menyebabkan munculnya agenda baru setiap hari,
ada jadwal menonton acara favorit yang sebelumnya tidak ada. Jadwal
mandi, jadwal makan, jadwal minum kopi, jadwal membersihkan rumah,
jadwal belajar, jadwal kencan, sampai jadwal tidur akan disesuaikan dengan
jadwal acara di televisi. Bahkan susunan perabotan di rumah, meja, kursi,
lemari, karpet, sofa, akan disesuaikan dengan di mana kita meletakkan
televisi.
2) Teknologi menjanjikan kemajuan Teknologi merupakan simbol kemajuan.
Siapa saja yang mampu mengakses teknologi, maka ia akan mengalami
sedikit atau banyak kemajuan ke arah entah dalam bentuk apa pun.
Seseorang tidak akan ketinggalan informasi mana kala ia menggenggam
sebuah teknologi. Teknologi telah mempengaruhi gaya hidup, dan bahkan
teknologi juga telah menjadi gaya hidup itu sendiri.
3) Teknologi menjanjikan kemudahan Teknologi memang diciptakan untuk
memberikan kemudahan bagi individu. Orang tidak perlu susah-susah untuk
menghubungi sanak keluarganya di luar kota, bahkan di luar negeri; mereka
cukup menekan beberapa nomor melalui hanphone. Orang tidak perlu
mengantri di depan petugas teller bank untuk melakukan berbagai transaksi,
kita cukup masuk ke ruang ATM dan kita dapat melakukan berbagai
transaksi menggunakan mesin tersebut, mulai mengambil uang, membayar
tagihan listrik, air, telepon, membeli pulsa, membeli tiket kereta api,
pesawat, kapal, membayar SPP, mengirim uang ke rekening lain, sampai
membayar tagihan kredit. Ketika kita lapar, kita cukup menekan beberapa
nomor delivery order, kemudian dalam beberapa menit, petugas pengantar
makanan sampai di depan pintu rumah kita. Kita dapat memanfaatkan
pesawat terbang untuk melakukan perjalanan jauh dalam waktu singkat; kita
tidak perlu bersusah payah naik ke lantai yang lebih tinggi di sebuah gedung
bertingkat, kita cukup memanfaatkan lift atau eskalator.
4) Teknologi menjanjikan peningkatan produktifitas Perusahaan besar banyak
memanfaatkan teknologi untuk alasan efisiensi dan peningkatan
produktivitas daripada harus mempekerjakan tenaga kerja manusia yang
memakan banyak anggaran untuk menggaji mereka. Teknologi juga dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan dengan berlipat ganda. Teknologi
juga dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol untuk mengevaluasi kinerja
seseorang. Teknologi finger print (sistem presensi dengan memanfaatkan
sidik jari) misalnya, akan dapat mengontrol tingkat kehadiran karyawan di
kantor.
5) Teknologi menjanjikan kecepatan Berbagai pekerjaan akan dapat
diselesaikan dengan cepat manakala kita memanfaatkan teknologi.
Keberadaan komputer akan membantu mempercepat pekerjaan di kantor,
mempercepat pembukuan, teknologi juga akan mempercepat proses
pengiriman dokumen, surat atau file, serta barang. Memasak nasi akan lebih
cepat jika menggunakan rice cooker. Semua pekerjaan dan setiap kesulitan
akan teratasi dengan teknologi.
6) Teknologi menjanjikan popularitas Manusia dengan mudahnya muncul di
layar kaca melalui internet. Situs You Tube akan memfasilitasi kita untuk
bergaya, bisa menjadi narsis, menampakkan dan mempromosikan wajah
dan penampilan kita di internet, hanya dengan berbekal kamera dan modem
untuk dapat meng-upload rekaman gambar yang kita miliki. kita dapat
bergaya sesuka hati, dan masyarakat di seluruh dunia dapat dengan mudah
menonton aksi kita. Banyak artis dadakan yang sangat terkenal setelah ia
meng-upload video mereka melalui You Tube, misalnya: Sinta dan Jojo,
dan Briptu Norman Kamaru. Semaunya dapat anda lakukan dengan bantuan
teknologi. Tidak hanya itu, kita dapat mencari teman bahkan bertemu jodoh
anda melalui teknologi. Sungguh suatu hal yang sulit dilakukan di masa
lampau, kini ada dalam kenyataan di depan kita. Namun, ada juga aksi-aksi
nakal para anak muda yang menyalahgunakan internet. Lihat saja jutaan
video porno yang dapat dengan mudah di-upload dan di-download melalui
internet. Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa kita dapat berbuat
apa saja dengan teknologi. Kita dapat memperoleh keuntungan, sekaligus
kita juga dapat memperoleh banyak kerugian.

Gejala-gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri


antara lain (Martono, 2012):
1) Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka
mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3) Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi
yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
4) Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena
keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

Pada masyarakat teknologi, ada tendensi bahwa kemajuan adalah suatu


proses dehumanisasi secara perlahan-lahan sampai akhirnya manusia takluk pada
teknik. Teknikteknik manusiawi yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat
dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saat ini telah begitu jauh
dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut
(Ngafifi, 2014):

1) Situasi tertekan. Manusia mengalami ketegangan akibat penyerapan


mekanisme-mekanisme teknik. Manusia melebur dengan mekanisme
teknik, sehingga waktu manusia dan pekerjaannya mengalami pergeseran.
Peleburan manusia dengan mekanisme teknik, menuntut kualitas dari
manusia, tetapi manusia sendiri tidak hadir di dalamnya. Contohnya: pada
sistem industri ban, seorang buruh meskipun sakit atau lelah, ataupun ada
berita duka bahwa anaknya sedang sekarat di Rumah Sakit, mungkin
pekerjaan itu tidak dapat ditinggalkan sebab akan membuat macet garis
produksi dan upah bagi temannya. Keadaan tertekan demikian, akan
menghilangkan nilai-nilai sosial dan tidak manusiawi lagi.
2) Perubahan ruang dan lingkungan manusia. Teknik telah mengubah
lingkungan manusia dan hakikat manusia. Contoh yang sederhana manusia
dalam hal makan atau tidur tidak ditentukan oleh lapar atau mengantuk
tetapi diatur oleh jam. Lingkungan manusia menjadi terbatas, manusia
sekarang hanya berhubungan dengan bangunan tinggi yang padat, sehingga
sinar matahari pagi tidak sempat lagi menyentuh permukaan kulit tubuh
manusia.
3) Perubahan waktu dan gerak manusia. Akibat teknik, manusia terlepas dari
hakikat kehidupan. Sebelumnya waktu diatur dan diukur sesuai dengan
kebutuhan dan peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia, sifatnya alamiah
dan konkrit. Tetapi sekarang waktu menjadi abstrak dengan pembagian jam,
menit dan detik. Waktu hanya mempunyai kuantitas belaka tidak ada nilai
kualitas manusiawi atau sosial, sehingga irama kehidupan harus tunduk
kepada waktu.
4) Terbentuknya suatu masyarakat massa. Akibat teknik, manusia hanya
membentuk masyarakat massa, artinya ada kesenjangan sebagai masyarakat
kolektif. Sekarang struktur masyarakat hanya ditentukan oleh hukum
ekonomi, politik, dan persaingan kelas. Proses ini telah menghilangkan
nilai-nilai hubungan sosial suatu komunitas. Terjadinya neurosa obsesional
atau gangguan syaraf menurut beberapa ahli merupakan akibat hilangnya
nilai-nilai hubungan sosial. Kondisi sekarang ini manusia sering dipandang
menjadi objek teknik dan harus selalu menyesuaikan diri dengan teknik
yang ada
5) Ternyata dunia modern yang mengukir kisah sukses secara materi dan kaya
ilmu pengetahuan serta teknologi, sepertinya tidak cukup memberi bekal
hidup yang kokoh bagi manusia, sehingga banyak manusia modern tersesat
dalam kemajuan dan kemodernannya. Manusia modern kehilangan aspek
moral sebagai fungsi kontrol dan terpasung dalam sangkar teknologi.
Berdasar teori perubahan sosial budaya kemajuan teknologi telah
menyebabkan kemajuan sekaligus kemunduran dalam kehidupan sosial
budaya.

B. Kesehatan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang


secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UUD RI No.18, 2014).
Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sama halnya
seperti kesehatan fisik pada umumnya. Dengan sehatnya mental seseorang maka
aspek kehidupan yang lain dalam dirinya akan bekerja secara lebih maksimal.
Kondisi mental yang sehat tidak dapat terlepas dari kondisi kesehatan fisik yang
baik (Putri, 2014).

Kesehatan jiwa yang baik untuk individu merupakan kondisi dimana


individu terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi dimana individu
dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam
menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui
sepanjang hidupnya. Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari
kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-
kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara
produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Saat ini lebih
dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Prevalensi gangguan
mental pada populasi penduduk dunia menurut World Health Organization (WHO)
pada tahun 2000 memperoleh data gangguan mental sebesar 12%, tahun 2001
meningkat menjadi 13%. Tahun 2002 hasil survei menunjukkan bahwa 154 juta
orang secara global mengalami depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia, 15
juta orang berada di bawah pengaruh penyalahgunaan zat terlarang, 50 juta orang
menderita epilepsy dan sekitar 877.000 orang meninggal karena bunuh diri tiap
tahunnya. Diprediksikan pada tahun 2015 menjadi 15%, dan pada negara-negara
berkembang prevalensinya lebih tinggi (Putri, 2014).

Gangguan kesehatan mental merupakan kondisi dimana seorang individu


mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan kondisi di sekitarnya.
Ketidakmampuan dalam memecahkan sebuah masalah sehingga menimbulkan
stres yang berlebih menjadikan kesehatan mental individu tersebut menjadi lebih
rentan dan akhirnya dinyatakan terkena sebuah gangguan kesehatan mental. Di
Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi
gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar
11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami
gangguan mental emosional (Putri, 2014).

C. Hubungan teknologi komunikasi dengan Kesehatan Jiwa

Seseorang yang mengalami gangguan psikososial seperti rasa cemas atau


perasaan takut untuk bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain dikategorikan
dalam gangguan jiwa. Kecemasan sosial menurut konsep Communication
Apprehension (CA), didefinisikan sebagai tekanan psikologis yang dialami
seseorang sebagai reaksi terhadap kehadiran orang. Ini berkaitan pula dengan
kecemasan komunikatif yakni digambarkan sebagai rasa takut yang berkaitan akan
hal berkomunikasi dengan orang lain. Apabila digambarkan, orang-orang yang
mengalaminya cenderung akan menghindari interaksi sosial bila memungkinkan,
berbicara lebih sedikit jika dibutuhkan untuk terlibat dalam percakapan, kurang
lancar, dan pengalaman tekanan psikologis yang berat (Soliha, 2015).

Seseorang dengan tingkat kecemasan sosial yang tinggi atau orang-orang


yang mengalami gangguan kondisi sosial di lingkungannya akan mendorong ia
untuk menggunakan media sosial dan terlibat dalam komunikasi online secara
mendalam. Mereka mencari rasa nyaman dengan cara masuk dan berinteraksi
dalam dunia maya (cyberspace). Sebab hal inilah satu-satunya cara bagi mereka
untuk memperoleh koneksi, membangun dan mengembangkan hubungan dengan
orang lain (Soliha, 2015).

Begitu pula pada kasus dalam penelitian bahwa individu menggunakan


media sosial dengan orientasi untuk kebutuhan sosial yang tidak dipenuhinya
dikehidupan nyata karena rasa cemas dalam hal ini mengganggu, maka akan
menjadi lebih bergantung pada media sosial sebagai alat komunikasi dirinya dengan
orang lain. Neil Postman menyatakan bahwa kehadiran teknologi di tengah
masyarakat dapat membentuk suatu budaya yang disebut dengan technopoly.
Teknologi didewakan dan diserahkan untuk mengontrol segala aspek kehidupan
masyarakat. Seperti halnya media sosial dikatakan sebagai transformasi
kebudayaan, khususnya dalam interaksi sosial (Soliha, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Soliha pada tahun
2015 didapatkan bahwa hasil penelitian output SPSS menunjukkan apabila dikaji
berdasarkan nilai R2 (R Square) menunjukkan bahwa 12,7% dari variance tingkat
ketergantungan pada media sosial dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel
kecemasan sosial dengan P-value = 0.000 yang jauh lebih kecil dari α = 0.05.
Sedangkan sebesar 87,3% dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini. Maka,
dapat ditarik kesimpulan bahwa teori yang dipakai sebagai dasar penelitian ini
sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, walau kontribusi yang diberikan sangat
kecil atau dengan kata lain pengaruh kecemasan sosial terhadap ketergantungan
pada media sosial adalah kecil. Dengan kata lain antara kecemasan sosial dan
ketergantungan pada media sosial memiliki hubungan yang kuat. Artinya,
penelitian ini memperkuat penelitian yang pernah dilakukan oleh Caplan (Young,
2011: 39). Menurutnya kecemasan sosial berkorelasi secara positif dengan
Pathological Internet Use (PIU), dengan kata lain bahwa kecemasan sosial secara
teoritis merupakan faktor sebagai penyebab seeorang menjadi ketergantungan. Hal
itu menginterpretasikan bahwa penelitian ini memberikan kontribusi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam kajian Teori Ketergantungan, dengan
mengintegrasikan antara konsep kecemasan sosial dan Teori Ketergantungan.
Penggabungan diantara keduanya yakni kecemasan sosial sebagai variabel
independen dan ketergantungan sebagai variable dependen telah menghasilkan
hubungan yang positif dan signifikan (Soliha, 2015).

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat pengaruh


kecemasan sosial terhadap ketergantungan pada media sosial secara signifikan dan
dengan arah positif. Artinya jika kecemasan sosial tinggi, maka ketergantungan
pada media sosialnya pun tinggi. Namun dengan pengaruh yang kecil. Penelitian
ini sejalan dengan Teori Ketergantungan, yang mana mengatakan bahwa motif
adalah salah satu faktor yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan
media dan selanjutnya dapat menghasilkan beragam ketergantungan pada media
tersebut. Kecemasan sosial dalam penelitian diposisikan sebagai motif individu
untuk memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan interpersonal relationship,
karena tidak dipenuhinya dalam lingkungan sehari-hari (Soliha, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

1. Nagififi M. Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif

Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan. Sukoharjo

2. Peraturan Presiden. 2014. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2014

tentang Kesehatan Jiwa. Lembar Negara Republik Indonesia

3. Soliha S F. 2015. Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial dan

Kecemasan Sosial. Tesis. FISIP Universitas Diponegoro. Semarang

4. Putri A W., Wibhawa B dan Gutama. 2014. Kesehatan Mental Masyarakat

Indonesia (Pengetahuan dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap

Gangguan Kesehatan Mental). Jurnal Kesehatan. Volume 2 Nomor 2

5. Martono dan Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik,

Modern, Post Modern, dan Post Kolonial. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada

Anda mungkin juga menyukai