SKRIPSI
Ditulis Oleh:
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2018
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar
sarjana stara-1 di Jurusan Manajemen, Fakultasi Ekonomi, Universitas Islam
Indonesia
Oleh :
iii
ABSTRAK
Dewasa ini persaingan bisnis menjadi semakin tinggi karena semua perusahaan bersaing dengan ketat.
Kepuasan pelanggan, ekuitas merek, serta resonansi merek terhadap suatu merek menjadi salah satu kunci utama
keberhasilan suatu perusahaan. Perusahaan berusaha meningkatkan kepuasan pelanggan agar mampu membuat
pelanggan merasa puas. Kepuasan pelanggan, ekuitas merek serta resonansi merek menjadi faktor utama dalam
membangun intensitas membeli kembali yang dilakukan konsumen terhadap suatu merek. Dimana jika
perusahaan mampu memenuhi konsumen dengan ketiga hal tersebut, konsumen akan cenderung melakukan
pembelian yang berulang dan menjadi berlangganan dengan suatu merek.
Responden penelitian ini adalah pengguna produk Apple di Yogyakarta. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 209 responden dengan teknik convinience sampling dan teknik analisis penelitian ini
menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan program Lisrel 8.80.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekuitas merek memiliki efek positif yang signifikan terhadap
Resonansi merek dan Kepuasan konsumen. Resonansi merek dalam penelitian ini menunjukan bahwa memiliki
efek positif yang signifikan terhadap Intensitas membeli kembali. Namun, Kepuasan konsumen dan Ekuitas merek
tidak memiliki efek positif yang signifikan terhadap Resonansi merek dan Intensitas membeli kembali.
Keterbatasan penelitian ini antara lain adanya proses subjektif, dikarenakan ekuitas merek, kepuasan
konsumen, resonansi merek dan intensitas membeli kembali konsumen terhadap merek merupakan hal pribadi
yang dirasakan per individu. Mengingat penelitian ini tidak dilakukan pada kategori tertentu, maka hasil penelitian
ini bersifat umum atau tidak terlalu spesifik, maka belum tentu dapat mewakili seluruh pengguna produk Apple
di Yogyakarta. Selain itu penelitian ini hanya dilakukan satu kali dengan satu individu yang berbeda, sehingga
terdapat kemungkinan konsumen menjawab berdasarkan hasil evaluasi terakhir mereka dalam menggunakan
produk Apple bukan berdasarkan persepsi mereka secara keseluruhan.
Kata Kunci: Ekuitas Merek, Kepuasan Konsumen, Resonansi Merek, Intensitas Pembeli Kembali, Minat
Pembelian Kembali, Apple, Model Persamaan Struktural, SEM
ABSTRACT
Nowadays business competition are getting higher because of all companies are competing one to
another tightly. The effect of customer satisfaction, brand equity, and brand resonance on a brand becomes one
of the key to the success of a company.The company trying to increase customer satisfaction in order to make
customers feel satisfied. Customer satisfaction, brand equity and brand resonance are the main factors that can
construct the customer repurchase intention of a brand. Which is, if the company have been able to reach
consumers with all these three things , the consumer will be able to conduct the purchase that recurs and being
subscribed with a brand .
The respondents of this research are Apple product users in Yogyakarta. The number of samples in this
research is 209 respondents using convinience sampling technique and the technique of this research analysis
using Structural Equation Modeling (SEM) with Lisrel 8.80 program.
The results of this study indicate that brand equity has a significant positive effect on brand Resonance
and Customer Satisfaction, also Brand Resonance in this study shows that it has a significant positive effect on
Repurchase Intention. However, Customer Satisfaction and Brand Equity have no significant positive effect on
Brand Resonance and Repurchase Intention.
Limitations of this study include the existence subjective process, due to the Brand Equity, Customer
Satisfaction, Brand Resonance and Repurchase Intention is perceived by the individual. Given the study was not
conducted on a particular category, the results of this research are general and do not necessarily represent all
users of the Apple's product in Yogyakarta. Besides this research is only done by one individual, so it is the
possibility of consumers that based on their evaluation of the final experience in using Apple's product and it is
not based on their perception.
Keywords: Brand Equity, Customer Satisfaction, Brand Resonance, Repurchase Intention, Apple, Structural
Equation Model, SEM
vi
HALAMAN MOTTO
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya pula”
vii
KATA PENGANTAR
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan berkat
berbagai dukungan moril maupun materiil serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan
1. Kedua orangtua dan keluarga yang sangat saya sayangi, terimakasih atas segala
dukungan baik moral, material dan finansial yang selalu diberikan dari hingga
akhirnya saya dapat kuliah dengan baik dan menyelesaikan skripsi ini,
2. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi,
3. Teman-teman asisten dosen (Mbak Echa, dan Mbak Dina) yang sudah selalu setia
5. Teman-teman kontrakan KURDUY squad (Fikky, Imam, Novel, Ulin, Yusril, dll)
yang selalu ada saat penulis sedang butuh hiburan dan bantuan,
6. Teman-teman ANAK BAE BAE (Didit, Raga, Bowo, Angga dan Eko) yang selalu
viii
10. Segenap staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta,
11. Para responden penelitian dan pihak-pihak lain yang terlibat langsung maupun tidak
Dalam hal ini penulis sudah berusaha dengan maksimal, namun jika masih terdapat
beberapa hal diluar kemampuan penulis, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Pada akhirnya, kami selaku penulis memohon maaf jika tedapat pada skripsi ini. Kami berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta dapat
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
BAB I: PENDAHULUAN
xi
LAMPIRAN ......................................................................................................... 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Uji I Reliabilitas dan Validitas Instrumen Penelitian ................. 29
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
disibukkan dengan berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi atau
mencukupi kebutuhan, baik itu kebutuhan primer, sekunder, ataupun tersier. Untuk
memudahkan aktivitas tersebut, masyarakat saat ini dibantu dengan kehadiran teknologi.
Perkembangan jaman saat ini, membuat teknologi menjadi semakin canggih, dan
diperoleh dengan adanya teknologi adalah internet. Internet merupakan singkatan dari
hambatan karena dapat menghubungkan satu situs informasi ke situs informasi lainnya
dalam waktu yang singkat (Novianto, 2011). Saat ini internet tidak hanya dapat diakses
melalui komputer saja, namun dapat diakses dengan mudah menggunakan gadget.
Gadget merupakan barang canggih yang diciptakan dengan berbagai aplikasi yang dapat
menyajikan berbagai informasi, media berita, jejaring sosial, hobi, bahkan hiburan
(Widiawati dan Sugiman, 2014). Gadget menurut Irawan (2013) dibagi menjadi beberapa
Mayoritas saat ini akses internet dilakukan menggunakan gadget. Data survei yang
diperoleh dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada tahun
perangkat gadget, yaitu sebesar 50,7%. Tingginya akses internet yang menggunakan
gadget tersebut membuktikan bahwa konsumsi dan minat masyarakat Indonesia dalam
Perusahan bersaing untuk tetap dapat mempertahankan dan menjaga merek nya.
Merek adalah suatu hal yang berfungsi untuk mengidentifikasikan penjual atau
atau perusahaan lain yang memiliki nilai yang berbeda yang pada setiap merek-nya
(Fachrian, 2010). Merek tersebut dapat berbentuk logo, nama, atau gabungan dari
dapat bersaing adalah menciptakan minat pembelian kembali. Oleh karena itu,
konsumen baru dan menjaga agar konsumen memiliki minat untuk melakukan pembelian
barang atau jasa yang sama di masa yang akan datang (Fornell, 1992). Repurchase
melakukan pembelian ulang dimasa yang akan datang pada merek yang sama (Ardhanari,
2008). Anoraga (2000) menyebutkan bahwa minat pembelian kembali merupakan suatu
pembelian dari produk yang ditawarkan oleh perusahaan, yang dibutuhkan oleh
konsumen tersebut. Ardhanari (2008) menjelaskan bahwa terdapat lima tahap dalam
proses pengambilan keputusan untuk pembelian kembali yang umum dilakukan oleh
atau merek, pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Kemudian menurut Sutisna (2001),
ketika seorang konsumen mendapatkan feedback positif atas tindakan yang dilakukan di
Studi yang dilakukan oleh Lee, (2009), mengungkapkan bahwa repurchase intention atau
minat pembelian kembali adalah kegiatan yang dilakukan oleh konsumen karena mereka
merasa puas atau dipuaskan. Dari penelitian tersebut, untuk membuat konsumen memiliki
konsumen puas. Namun, tidak hanya kepuasan konsumen yang mampu membuat
Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa Ekuitas Merek atau brand equity
merupakan salah satu fokus pemasaran yang saat ini sangat diperhatikan oleh banyak
perusahaan terkemuka. Hal ini karena Ekuitas Merek merupakan sekumpulan atau
seperangkat aset yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan merek, nama, dan
simbolnya, yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh perusahaan
kepada konsumen (Aaker D.A., 1997). Sedangkan Kotler dan Keller (2007)
mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan perusahaan terhadap
suatu merek kepada konsumen, yang dapat berbentuk dalam cara konsumen berpikir,
merasa dan bertindak terhadap merek. Pentingnya pemasar agar memperhatikan ekuitas
merek karena ketika perusahaan memiliki ekuitas merek yang tinggi, maka konsumen
akan memiliki pandangan bahwa merek tersebut lebih bagus dibanding kompetitor lain,
walaupun kualitas yang diberikan oleh suatu merek tersebut sedikit kalah dengan
kompetitor merek lain. Namun sebaliknya, ketika perusahaan memiliki ekuitas merek
yang rendah, maka konsumen akan sangat memandang kualitas produk dibandingkan
merek yang dimiliki perusahaan tersebut. Dalam kata lain, peran merek disini harus
mampu menanamkan sesuatu hal positif dibenak konsumen. Ketika suatu perusahaan
memiliki ekuitas merek yang baik, maka konsumen tidak enggan dalam melakukan
pembelian kembali di masa yang akan datang (Huang, 2014). Pembelian kembali tersebut
Selain ekuitas merek, dalam penelitian yang dilakukan oleh Huang (2014), perusahaan
juga harus memperhatikan resonansi merek. Aziz (2010) menjelaskan bahwa resonansi
merek adalah hubungan yang dimiliki pelanggan dengan merek tersebut. Sedangkan
menurut Keller (2003), resonansi merek adalah intensitas atau seberapa besar ikatan
psikologis konsumen terhadap merek, yang dibuktikan dengan kemauan pelanggan untuk
mencari informasi tentang merek, dan kemauan akan minat pembelian kembali terhadap
merek. Dalam kata lain, perusahaan harus mampu menciptakan hubungan yang baik,
antara konsumen, dan produk yang telah diciptakan oleh perusahaan tersebut. Ketika
konsumen sudah merasa dekat dan memiliki ikatan psikologis dengan merek tersebut,
maka konsumen akan memiliki willingness atau kerelaan yang tinggi dan mengorbankan
berbagai hal untuk suatu produk tersebut. Misalnya, ketika seseorang sudah sangat suka
terhadap merek, maka ia secara suka rela akan mencari tahu tentang update produk
merek tersebut, dan melakukan pembelian kembali dimasa yang akan datang. Tentunya
perusahaan akan senang jika memiliki pelanggan yang mempunyai resonansi merek yang
Hal ini karena ketika suatu merek mampu menciptakan resonansi merek yang bagus
Setelah ekuitas merek dan resonansi merek, Huang (2014) menjelaskan untuk
memiliki pelanggan yang mau untuk melakukan pembelian kembali di masa yang akan
datang, perusahaan juga harus memperhatikan satu faktor lain yang tidak kalah penting,
pelanggan membandingkan antara kinerja produk suatu merek terhadap yang diharapkan
konsumsi pada produk atau jasa. Sedangkan Engel dkk (1990) menyatakan bahwa
yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan. Dalam kata lain,
konsumen puas ketika harapan nya sesuai dengan ekspektasi yang ada. Berbagai
penelitian menunjukan bahwa ketika konsumen puas, maka mereka tidak enggan untuk
melakukan pembelian kembali di masa yang akan datang terhadap merek tersebut. Salah
satu penelitian dilakukan oleh Pappas (2014) menghasilkan bahwa kepuasan konsumen
Penelitian yang dilakukan oleh Pappas (2014) tersebut menunjukan bahwa cara paling
mudah untuk membuat konsumen merasa senang, bangga, dan mau melakukan
pembelian kembali dengan merek adalah dengan membuatnya puas. Karena dengan puas
nya konsumen, mereka tidak akan takut untuk melakukan pembelian kembali di masa
yang akan datang, bahkan mereka tidak enggan untuk menceritakan kepuasan nya
tersebut terhadap orang lain, yang mana hal ini biasa disebut dengan word of mouth
kembali, namun, perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan layanan nya untuk
memuaskan konsumen, hal ini karena semakin banyak pengalaman dan pengetahuan
yang diperoleh pelanggan, maka semakin sulit untuk dipuaskan sehingga sulit untuk
penelitian lebih lanjut guna mengungkapkan tentang sejauh mana pengaruh analisis
hubungan antara ekuitas merek, kepuasan konsumen, dan resonansi merek terhadap minat
3. Apakah Resonansi Merek berpengaruh terhadap Minat Pembelian Kembali pada produk
Apple?
1. Manfaat Teoritis
kembali, khususnya pada merek Apple. Selain itu, penelitian ini memberikan studi
2. Manfaat Praktis
Naskah penelitian ini terdiri dari 5 bab yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode
sebagai kajian pustaka yang berisi berbagai teori yang mendasari penelitian. Bab III
merupakan bagian metode penelitian yang berisi populasi dan sampel, sumber, teknik
pengumpulan dan pengukuran data, dan alat uji yang digunakan dalam penelitian. Bab
IV berisi hasil analisis data dan pembahasannya. Bab V berisi kesimpulan, implikasi
BAB II
Pada abad ke 20 ini, teknologi bukan hanya menjadi suatu hal yang mewah dan
tidak hanya menjadi kebutuhan tersier. Seiring berjalan nya waktu, teknologi berkembang
mendekati kebutuhan pokok manusia atau kebutuhan sekunder. Hal ini terjadi karena
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seorang manusia sangat terbantu oleh kehadiran
teknologi, salah satu teknologi yang sangat membantu manusia adalah perangkat
elektronik portable, seperti telepon genggam, laptop, dan tablet komputer. Penggunaan
perangkat tersebut mampu membantu memberikan informasi secara cepat tanpa perlu
menunggu waktu lama seperti surat - menyurat menggunakan pos, sehingga teknologi
khususnya telepon genggam kini bergeser menjadi kebutuhan pokok. Tidak berhenti
sampai disitu, penggunaan perangkat elektronik juga menjadi salah satu gengsi tersendiri.
Hal ini terjadi karena berbagai merek perangkat elektronik terkenal mahal dan terkesan
Data dari penelitian yang dilakukan oleh Romadhoni (2015) menunjukan bahwa
sebesar 64% jumlah responden yang diteliti lebih memilih merek yang memiliki citra
merek yang bagus dan terkesan ekslusif dibandingkan yang tidak. Responden tersebut
percaya bahwa merek yang sudah memiliki citra merek positif tersebut memiliki kualitas
yang baik dan merasa percaya diri dengan menggunakan produk dari merek tersebut.
yang baik selain dari fungsi yang ditawarkan. Kini berbagai produsen perangkat
menawarkan dan memvariasikan fitur yang dapat menjadi kelebihan dari fungsi dasar
dari produk yang dibuat. Tidak hanya menawarkan fungsi dan kualitas yang ada, namun
produsen juga menawarkan gengsi dan kemewahan yang akan diberikan ketika konsumen
membeli produknya. Dalam buku yang ditulis oleh (Kotler dan Keller) 2009, perangkat
elektronik masuk ke dalam golongan specialities good atau produk khusus, yaitu item-
item dengan penjualan rendah tetapi dipromosikan dan di iklankan secara besar-besaran.
berbagai fungsi yang ditawarkan pada iklan, namun bagi konsumen yang hanya
memperhatikan gengsi, maka yang terpenting adalah merek, dalam kata lain kurang
maksimalnya suatu fungsi akan menjadi masalah tetapi tidak begitu dominan. Hal ini
sesuai dengan yang disebutkan dalam tulisan yang ditulis oleh Tham (2016) pada website
Linkedin, bahwa fungsi dari suatu produk dapat dengan di tiru, namun citra suatu merek
akan tetap unik dan tidak dapat ditiru. Ketika sudah memasuki tahap pemilihan produk,
konsumen akan mengalami dua kemungkinan, yaitu apakah puas dengan produk yang
Dalam bab ini akan dikaji mengenai pentingnya repurchase intention atau minat
intention, yaitu brand equity atau ekuitas merek, brand resonance atau resonansi merek,
dan kepuasan konsumen atau customer satisfaction. Dari beberapa faktor yang sekaligus
menjadi variabel tersebut, akan diteliti mengenai pengaruh hubungan antara ekuitas
merek, kepuasan konsumen, dan resonansi merek terhadap intensitas pembelian kembali
10
Brand equity atau Ekuitas Merek adalah sekumpulan atau seperangkat aset yang
dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan merek, nama, dan simbolnya, yang dapat
menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen
(Aaker D.A., 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Keller (1993) menghasilkan bahwa
brand equity berasal dari hasil pemasaran merek, dengan pengetahuan merek konsumen.
Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang
diberikan kepada perusahaan terhadap suatu merek kepada konsumen, yang dapat
berbentuk dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak terhadap merek. Jika
pelanggan membeli produk dengan tidak terlalu memperdulikan merek, maka merek
tersebut memiliki ekuitas merek yang rendah, namun bila pelanggan membeli suatu
merek walaupun kompetitor lain memberikan kualitas yang lebih bagus, maka merek
tersebut memiliki nilai ekuitas merek yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Lin
(2010) juga mengungkapkan bahwa hanya dengan produk yang terkenal tidak menjamin
produk itu menang di pasaran, suatu bisnis membutuhkan merek dengan brand equity
yang kuat. Banyak penelitian mengungkap bahwa bahwa brand equity adalah fokus
pemasaran saat ini dari banyak perusahaan terkemuka. Kegunaan brand equity di dunia
bisnis memang sangat penting, hal ini tidak hanya penting untuk bisnis yang menawarkan
produk tetapi juga untuk organisasi yang menawarkan layanan atau jasa (Aziz, 2010).
Keller (2001) menunjukkan bahwa ekuitas merek tidak hanya mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen, namun juga merupakan sumber penting bagi perusahaan untuk
merek berbasis konsumen, yang percaya bahwa ekuitas merek mencakup brand
significance, brand performance, brand image, brand determination, brand sense dan
11
brand resonance. Memahami brand equity dalam konteks pemasaran merupakan cara
yang dianggap sebagai usaha untuk mendefinisikan hubungan antara pelanggan dan
merek (Wood, 2000). Dari hasil analisis faktor pada konstruksi brand equity, seperti yang
diusulkan dalam Brand Resonance Model oleh Keller (2001), terbukti bahwa hanya lima
faktor yang relevan dan berpengaruh dalam membangun ekuitas merek. Dari ke lima
Penelitian yang dilakukan oleh Keller (2001) menunjukkan bahwa ekuitas merek dapat
mempengaruhi resonansi merek. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh dari
penelitian yang dilakukan oleh Nafi’ah (2017), yang menyatakan bahwa ekuitas merek
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Tseng (2010), brand yang kuat
bahwa terdapat hubungan substansial antara brand equity dan kepuasan pelanggan. brand
equity memiliki hubungan positif terhadap kepuasan konsumen, sehingga pemasar harus
meningkatkan brand equity secara keseluruhan, dan khususnya fokus pada asosiasi
merek, kesadaran merek dan kualitas yang hal itu akan meningkatkan kepuasan
pelanggan. Iriawan (2014), mengungkapkan bahwa mencari pelanggan baru lebih sulit
dibandingan menjaga pelanggan yang sudah ada, sehingga baiknya perusahaan menjaga
12
Iriawan (2014) menyatakan bahwa ekuitas merek memiliki dampak positif yang
signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hal serupa juga dapat dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tanveer, (2016) yang menyatakan bahwa Ekuitas merek)
yang terdiri dari brand loyalty, perceived quality, brand awareness, dan brand
(2016) dalam studinya juga mengungkapkan bahwa ekuitas merek berpengaruh positif
terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan beberapa penelitian dan teori terdahulu, dapat
Penelitian yang dilakukan oleh Lin (2010) menunjukan bahwa brand equity
konsumen memiliki hubungan langsung dengan purchase intention dan brand equity
yang lebih tinggi dapat menyebabkan purchase intention yang lebih tinggi pula. Untuk
konsumen, suatu bisnis harus meningkatkan brand equity, keterlibatan produk dan
keterikatan merek untuk mendapatkan kepercayaan konsumen yang lebih tinggi yang
menghasilkan tingginya intensitas pembelian kembali (Lin, 2010). Jika suatu bisnis ingin
meningkatkan niat beli di pasar industri, maka caranya adalah dengan memperhatikan
ekuitas merek atau brand equity, faktor terpenting lain adalah dengan membuat
pelanggan setia dan itu adalah faktor dalam menciptakan rekomendasi pembelian pada
pelanggan. (Roozy, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang, (2014)
pembelian kembali.
13
pembelian kembali (repurchase intention) dipengaruhi oleh brand equity. Keller (2001)
konsumen. Hasil dari kesimpulan yang dilakukan oleh Huang, (2014) adalah bahwa tiga
dimensi yang salah satunya adalah ekuitas merek, dapat secara langsung mempengaruhi
minat pembelian kembali pelanggan. Namun temuan berbeda diungkap oleh Nafi’ah,
(2017), yang mana menunjukan bahwa Ekuitas merek tidak berpengaruh positif secara
signifikan terhadap intensitas niat pembelian kembali. Hal serupa juga didapatkan dari
penelitian yang dilakukan oleh Lawu, (2015), yang menunjukan bahwa brand equity tidak
H4: Ekuitas Merek memiliki dampak positif terhadap Minat Pembelian Kembali.
membandingkan antara kinerja produk suatu merek terhadap yang diharapkan di dalam
merupakan hal paling penting untuk konsep pemasaran dengan bukti kuat hubungan
strategis antara kualitas layanan secara keseluruhan dan customer satisfaction (Truch,
2006). Seperti yang diungkapkan oleh Ishaq (2011), customer satisfaction dinilai sebagai
jiwa kemenangan dalam dunia bisnis yang kompetitif saat ini. Dalam lingkungan yang
kompetitif saat ini, kepuasan pelanggan telah diakui memiliki peran penting untuk
bertahan hidup dan sukses di pasar (Ishaq, 2011). Kepuasan itu penting dilihat dari sudut
pandang konsumen, karena ini mencerminkan hasil positif dari pengeluaran sumber daya
14
yang langka, dan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (Bearden dan Teel, 1983).
Studi yang dilakukan oleh Saini (2015) menemukan bahwa kepuasan secara signifikan
mempengaruhi sikap pelanggan dan keinginan mereka untuk membeli. Kepuasan ataupun
dipengaruhi oleh kinerja serta nilai yang dirasakan dari produk atau layanan (Anderson
dan Sullivan, 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Keller (1993) menunjukkan bahwa
untuk menyesuaikan diri dengan merek tertentu, konsumen tidak hanya perlu sering
menggunakan produk dari merek tersebut, namun juga perlu secara aktif memperhatikan
informasi yang berkaitan dengan merek tersebut, yang membentuk keterikatan psikologis
yang kuat dengan merek tersebut. Laporan IBM baru-baru ini telah mengidentifikasi
pengalaman pelanggan dengan merek sebagai faktor kunci bagi perusahaan dalam
membangun loyalitas terhadap merek, saluran dan layanan (Badgett, Boyce &
Kleinberger, 2007).
merupakan salah satu dari dua dimensi yang dapat meningkatkan tingkat resonansi merek
konsumen. Studi yang dilakukan oleh Sharma, (2016) menghasilkan bahwa memberikan
pengalaman kepuasan pelanggan merupakan hal yang sangat penting dalam strategi
perusahaan untuk menciptakan resonansi merek yang kuat. Namun hasil penelitian yang
sedikit berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Nafi’ah, (2017), yang
studinya mengenai produk Nike. Dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut, maka
15
intention atau intensitas pembelian kembali adalah kegiatan yang dilakukan oleh
konsumen karena mereka merasa puas atau dipuaskan. Salah satu variabel yang
hanya menjadi faktor kunci yang mempengaruhi perilaku pembelian kembali, tetapi juga
merupakan faktor penting dari loyalitas pelanggan (Lee, 2009). Penelitian yang dilakukan
oleh Khalifa dan Liu (2017) mengungkapkan bahwa dampak pengalaman memiliki
pengaruh terhadap hubungan antara kepuasan dan niat pelanggan untuk membeli
kembali, maka penting untuk membuat dan memuaskan konsumen, karena kepuasan
konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat untuk membeli kembali,
walaupun cukup sulit untuk membuat puas pada konsumen yang memiliki pengalaman
pembelian yang lebih tinggi (Pappas et al., 2014). Oleh sebab itu, penting diperhatikan
ketika sedang berinteraksi dengan pelanggan yang sudah loyal, perusahaan harus
berfokus untuk memahami, dan mematuhi aturan yang ada, hal ini disebabkan karena
semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh pelanggan, maka semakin
sulit untuk dipuaskan sehingga sulit untuk membuat konsumen melakukan pembelian
kembali (Dholakia, 2010). Studi empiris yang dilakukan oleh Pappas et al. (2014)
menghasilkan bahwa untuk membuat puas konsumen dengan pengalaman yang lebih
akan lebih tinggi dan lebih besar bila konsumen masih memiliki pengalaman yang rendah
dibandingkan dengan konsumen yang memiliki pengalaman tinggi, hal itu karena
16
konsumen dengan pengalaman rendah cenderung lebih mudah dipuaskan (Pappas et al.,
2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Pappas et al. (2014) juga menghasilkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Zboja dan Voorhees (2006) menghasilkan bahwa
kepercayaan merek dan kepuasan memberi dampak pada niat membeli kembali, dampak
konsumen yang loyal dan memiliki kemauan untuk membeli kembali, manajer tidak
hanya cukup untuk fokus terhadap kepuasan dan kepercayaan pelanggan saja, hal ini
dibuktikan oleh beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan Garcia dkk. (2012)
selalu kembali melakukan pembelian kepada penjual yang sama. Sharma dan Patterson
H5: Kepuasan Konsumen memiliki dampak positif terhadap Minat Pembelian Kembali.
besar ikatan psikologis konsumen terhadap merek, yang dibuktikan dengan intensitas
pembelian ulang, kegiatan pelanggan mencari informasi terhadap merek, dan berbagai
aktifitas lain yang menunjukan pelanggan loyal terhadap merek (Keller, 2003). Brand
resonance mengacu pada sifat hubungan yang akan dimiliki pelanggan dengan merek
17
dan reaksi terhadap merek (Aziz et al., 2010). Hubungan kuat antara konsumen dan merek
tersebut dikenal sebagai resonansi. Ini mengacu pada sifat hubungan terakhir dan sejauh
mana pelanggan merasa mereka 'selaras' dengan merek (Keller, 2003). Keller (2003)
menjelaskan pada model customer based brand equity (CBBE), terdapat enam variabel
yaitu brand sailence, brand performance, brand imagery, band judgements, brand
feelings, dan brand resonance, dan variabel yang paling bernilai adalah brand resonance,
karena brand resonance terbentuk setelah ke lima variabel sebelumnya dapat sukses
harmonis antara pelanggan dan merek (Sharma et al., 2016). Seorang manajer harus
2012. Di antara enam dimensi model piramida ekuitas merek yang diajukan oleh Keller
(2001), resonansi merek berada di puncak piramida ini, yang berarti bahwa ketika
resonansi merek.
Dari studi yang dilakukan oleh Rasoulidizaji et al. (2012) menghasilkan bahwa
resonansi merek memiliki dampak positif secara langsung terhadap minat pembelian
kembali. Huang (2006), menyarankan agar membentuk resonansi merek yang baik,
karena resonansi merek berpengaruh terhadap pembelian kembali pada produk. Hasil
penelitian dari Huang et al. (2014) juga membuktikan bahwa niat membeli kembali
dipengaruhi oleh resonansi merek. Namun hasil berbeda diperoleh dari penelitian Putera
dan Diansyah (2017) yang menunjukan bahwa resonansi merek tidak berpengaruh secara
18
positif terhadap minat pembelian kembali. Dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut,
Ekuitas Merek H4
H1 Minat Pembelian
Resonansi Merek Kembali
H2 H6
H3
Kepuasan
H5
Konsumen
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini
penjualan produk Apple yang cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya lebih dari
4 toko resmi Apple d kota ini. Selain itu, Daerah Istimewa Yogyakarta juga dipilih karena
Penelitian ini dilakukan khusus dan hanya pada konsumen produk bermerk Apple
saja. Hal ini dilakukan karena Apple merupakan perusahaan yang sedang merajai pasar
Nawawi (1985) menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang
populasi menurut Sugiyono (1997) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek
atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
20
peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan, Nazir (1983)
mengatakan bahwa populasi berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Lalu,
sedangkan Sampel menurut Suharsimi Arikunto (1998) adalah bagian dari populasi
(sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi
yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Menurut
Sugiyono (1997) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan suatu objek atau subjek
yang berada pada suatu wilayah dan memiliki suatu karakteristik tertentu yang dapat
Ghozali dan Fuad (2005) menjelaskan bahwa ukuran sampel minimum yang
perbandingan 5-10 kali jumlah observasi untuk setiap estimated parameter atau indikator
yang dipakai, berdasarkan hal tersebut dan karena penelitian ini menggunakan alat
analisis data SEM, dengan perhitungan jumlah indikator yang dipakai yaitu berjumlah
25, sehingga 5 kali jumlahnya menjadi 125 responden minimal yang dibutuhkan sebagai
sampel dalam penelitian ini. Namun penulis menggunakan lebih dari 125 responden,
dengan menyebarkan kuisioner kepada sampel yang diambil sebanyak 209 kuisioner.
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
21
Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuat set pertanyaan yang secara logis
jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Daftar pertanyaan tersebut
Variabel yang diteliti terdiri dari satu variabel bebas (independen) yaitu Ekuitas
Merek, variabel antara (intervening) yaitu Kepuasan Konsumen dan Resonansi Merek,
dan variabel terikat (dependen) yaitu Minat Pembelian Kembali. Instrumen pengukuran
diambil dari literatur sebelumnya yang dilakukan oleh Huang, dkk (2014). Konstruksi
dan instrumen pengukuran juga diambil dari studi yang asli yang berasal dari Huang, dkk
(2014).
Ekuitas Merek adalah sekumpulan atau seperangkat aset yang dimiliki oleh
perusahaan yang berkaitan dengan merek, nama, dan simbolnya, yang dapat menambah
atau mengurangi nilai yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen (Aaker , 1997).
22
antara kinerja produk suatu merek terhadap yang diharapkan di dalam pikiran pelanggan
(Kotler, 2014). Variabel ini diukur dengan beberapa indikator sebagai berikut :
konsumen terhadap merek, yang dibuktikan dengan intensitas pembelian ulang, kegiatan
pelanggan mencari informasi terhadap merek, dan berbagai aktifitas lain yang
menunjukan pelanggan loyal terhadap merek (Keller, 2003). Variabel ini diukur dengan
23
barang/jasa kembali di masa yang akan datang (Fornell, 1992). Variabel ini diukur
Menurut Sukardi (2013) validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes
mengukur apa yang hendak diukur. Validitas adalah suatu derajat ketepatan atau
kelayakan instrumen yang digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Arifin,
2012). Sedangkan Azwar (2014) menyatakan bahwa validitas mengacu sejauh mana
24
akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Dari ketiga
digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur dan bagaimana instrumen tersebut
menjalakan fungsinya.
menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas dari kesalahan) dan
arena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item
dalam instrument. Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi
mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengukur konsep dan membantu
suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia
melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang
itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda. Berdasarkan
pengertian yang telah disebutkan, reliabilitas berkaitan dengan instrument yang bebas
dari bias (error free) dan konsistensi instrument. Pengambilan data pada mulanya
reliabilitas. Pengujian dimaksudkan untuk mencari indikator mana yang valid dan reliabel
yang kemudian indikator tersebut akan disebarkan ke lebih banyak responden. Indikator
dikatakan valid dan reliabel apabila nilai corrected item total correlation memiliki nilai
lebih dari sama dengan 0,3, dan nilai Cronbach's Alpha dikatakan reliabel jika memiliki
nilai lebih dari sama dengan 0,6. Uji sampel untuk valliditas dan reliabilitas ini diuji
menggunakan aplikasi SPSS. Pengujian ini mengambil sampel pengguna produk Apple
di kota Yogyakarta. Dari hasil pengujian dibawah ini dapat dilihat bahwa kini seluruh
25
indikator dari variabel pengalaman merek dan loyalitas merek telah memenuhi nilai yang
telah ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan seluruh variabel telah dinyatakan reliable
26
RI 4 0,513 Valid
RI 5 0,513 Valid
Tabel 3.1: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian
Dari hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa seluruh indikator dari variabel
ekuitas merek, kepuasan konsumen, resonansi merek dan minat pembelian kembali telah
memenuhi nilai Cronbach's Alpha yang telah ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa seluruh variabel telah dinyatakan reliable dan seluruh indikatornya dinyatakan
valid.
Pada penelitian ini, teknis analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan
analisis structural equation modeling (SEM), model konseptual penelitian ini mempunyai
tiga dependen, satu moderat dan satu independen variabel. SEM merupakan teknik
yang lain secara simultan (Ghozali, 2008). Teknik analisis SEM ini menggunakan
Menurut Hair dkk (1998) dalam Ferdinand (2002) menunjukan bahwa terdapat tujuh
27
melakukan telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang
akan dikembangkan.
Dalam langkah ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan
pengembangan suatu model pada Lisrel. Dalam diagram alur, hubungan antar
konstruk akan disimbolkan dengan anak panah. Anak panah yang lurus
lainnya. Sedangkan akan panah lengkung antar konstruk dengan anak panah pada
28
menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel
yang berbeda, yang tidak dapat disajikan oleh korelasi. Sebagaimana yang
disebutkan oleh Hair et.al (1998) bahwa matriks varians/kovarians pada saat
disajikan.
negatif.
d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat
(misal ≥ 0,9).
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model, apakah model
telah sesuai dengan berbagai kriteria goodness of fit. Beberapa hal yang di
29
of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), The Minimum
Index(CFI).
c. Uji Validitas.
adalah untuk melihat apakah modifikasi yang dilakukan dapat memperbaiki nilai-
menurunkan nilai chi-square, dll. Apabila model telah dispesifikasi dengan benar
maka model dapat digunakan untuk menguji model penelitian dan hipotesis.
30
BAB IV
Bab ini memberikan sajian data dari hasil penelitian yang diperoleh dari
responden, proses pengolahan data, dan hasil analisis data yang sudah diolah tersebut.
Hasil tersebut di sajikan melalui analisis deskriptif karakteristik responden, dan analisis
(SEM) dengan menggunakan program aplikasi Lisrel 8.80. Analisis dilakukan sesuai
dengan berbagai tahapan dalam analisis SEM yangmana telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Evaluasi terhadap model SEM juga akan dianalisis untuk mendapatkan dan
mengevaluasi kesesuaian model yang telah diajukan. Setelah diketahui semua hasil
pengolahan data, pada akhir analisis ini diperoleh pembuktian dari hipotesis yang telah
Penelitian ini mengamati perilaku pengguna produk merek Apple, sehingga pada
penelitian ini populasi yang di amati dan diteliti adalah pengguna produk merek Apple di
Yogyakarta. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 209
responden. Jumlah sampel yang ada sesuai dengan syarat minimum untuk analisis SEM.
31
Bagian ini akan menjelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari
responden. Data deskriptif penelitian disajikan agar dapat menggambarkan profil data
penelitian serta hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian.
Presentase responden menurut usia dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini :
< 20 18 8.61
31-40 3 1.43
>40 1 0.47
sebanyak 89.47%. Sementara presentase responden paling kecil terdapat pada usia diatas
32
Presentase responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat dalam table 4.2
berikut ini :
yakni sebanyak 92.34%. Sementara presentase responden paling kecil pada pada
33
Presentase responden menurut jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut
ini:
Laki-laki 91 43.54
Equation Model/SEM) untuk menganalisis model penelitian yang telah diajukan dan
multivariat dari teori struktural berdasarkan fenomena yang terjadi (Byrne, 1998).
dipakai (dihapus) karena mampunyai nilai standardized loading factor >1, berkorelasi
34
ganda pada variabel dan tidak memenuhi nilai CR dan EV. Pada Brand Equity (BE) tiga
indikator dihapus yaitu B2, B4 dan B6 karena berkorelasi ganda dan nilai error yang lebih
besar. Pada variabel Customer Satisfaction (CS) terdapat dua variable terobservasi yang
dihapus yaitu CS6 dan CS7 dengan nilai standardized loading factor masing-masing 0.46
dan 0.2, kedua variabel terobservasi ini dihapus karena pada aplikasi Lisrel menyarankan
untuk berkorelasi ganda. Pada variabel Brand Resonance (BR) terdapat lima variable
terobservasi yang dihapus yaitu BR2, BR3, BR5, BR6 dan BR7 dengan standardized
loading factor masing-masing 0.33, 0.48, 0.48, 0.16 dan 0.18. Pada variabel Repurchase
Intention (RI) ada dua indikator yang dihapus yaitu RI1 dan RI2 dengan nilai
standardized loading factor masing-masing 0.21, dan 0.36. Setelah memastikan bahwa
tidak terdapat offending estimates dalam model, uji kelayakan dapat dilanjutkan dengan
uji selanjutnya. Hasil analisis offending estimate ditampilkan pada tabel 4.5 berikut ini:
Indikator
35
dua belas indikator yang tidak valid yaitu BE2, BE4, BE6, CS6, CS7, BR2, BR3, BR5,
BR6, RI1 dan RI2 dengan nilai factor loading 0.12, 0.64, 0.75, 0.46, 0.21, 0.33, 0.48,
0.48, 0.16, 0.18, 0.36, dan 0.21. Walaupun secara keseluruhan nilai-nilai tersebut
menunjukan angka kurang dari satu, namun ketika dilakukan uji CR dan VE indikator
tersebut tidak lolos dan menunjukan saran korelasi ganda yangmana tidak diperbolehkan.
36
penelitian ini berjumlah 13 yaitu pada variabel Ekuitas Merek (BE) BE1, BE3, dan BE5.
Pada variabel Kepuasan Konsumen (CS) CS1, CS2, CS3, CS4 dan CS5. Pada variabel
Resonansi Merek (BR) BR1, dan BR4. Pada variabel Minat Pembelian Kembali (RI)
RI3,RI4, dan RI5. Setelah lolos uji validitas maka dilanjutkan uji kesesuaian model atau
Goodness of Fit.
Dalam proses pengujian structural equation modelling (SEM) tidak terdapat alat
ukur statistik tunggal untuk menganalisa atau menguji hipotesis yang di ajukan. Hair
(1998) menyatakan bahwa untuk mengukur “kesesuaian” model atau baik tidak nya
model yang diajukan, maka peneliti dapat melakukan pengujian dengan mengacu pada
indeks goodness of fit. Seperti yang dijelaskan oleh Byrne (1998), penelitian ini
37
menggunakan indeks goodness of fit untuk mengevaluasi kesesuaian dari model, yaitu tes
χ2, root mean square error of approximation/kesalahan kuadrat mean akar dari
penaksiran (RMSEA), goodness of fit (GFI), normed fit index (NFI) dan indeks
pada variabel yang sebelumnya telah dianalisis validitas indikatornya. Hasil tersebut di
Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai goodness of
Reliabilitas diartikan sebagai suatu tingkatan dimana satu atau lebih indikator-
indikator memiliki pengukuran yang sama dari suatu variabel (konsisten), sedangkan
variabel sebuah penelitian dengan tepat (Hair dkk., 1998). Homes-Smith (2001)
menyebutkan bahwa reliabilitas tidak menjamin validitas dan sebaliknya. Hal ini
menandakan bahwa suatu indikator bisa saja reliable tetapi tidak valid, atau jika tidak,
38
pengujian yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas variabel. Hal ini meliputi
korelasi ganda kuadrat (R2) dari masing-masing indikator, reliabilitas gabungan, dan
Holmes-Smith (2001) menjelaskan bahwa variabel akan menjadi reliabel ketika R2 dari
indikator-indikatornya melebihi 0.50, reliabilitas gabungannya lebih besar dari 0.70, dan
varian terekstraknya lebih besar dari 0.50. Reliabilitas gabungan dan varian terekstraknya
dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari Fornell dan Larker (1981) berikut ini:
(Σλ i)2
Reliabilitas Gabungan =
Σλ i2
Varian Terekstrak =
Σλ i2 + Σεi
terobservasi)
dalam penelitian ini yang dijelaskan pada tabel 4.8 di bawah ini:
39
Construct Variance
Indikator λi εi Keterangan Keterangan
Reliability
Extracted
Tabel di atas menunjukkan bahwa reliabilitas gabungan dari empat variabel yang
digunakan dalam penelitian ini berkisar antara 0,7 (variabel “Ekuitas Merek, Resonansi
Merek, dan Minat Pembelian Kembali”) hingga 0,8 (variabel “Kepuasan Konsumen”).
Sedangkan untuk nilai varian yang terekstraksi dari empat variabel yang digunakan
dalam penelitian ini keseluruhan memiliki nilai yang sama yaitu 0,5. Nilai-nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai reliabilitas gabungan dan nilai dari keseluruhan variabel
tersebut dapat diterima karena nilai reliabilitas nya berada di atas 0,7 dan nilai varian
yang berada di atas 0,50. Dengan demikian, dapat bahwa tiga belas variabel terobservasi
dan empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bersifat reliabel.
40
Pada langkah ini, model persamaan struktural awal yang digunakan adalah model
penelitian yang dikembangkan pada Bab IV gambar 4.1. Nilai-nilai statistik menunjukkan
bahwa model yang dihipotesiskan sudah baik sehingga bisa digunakan untuk menjawab
hipotesi-hipotesis yang telah di ajukan. Nilai statistik kesesuaian model tersebut dapat
of fit semua sudah baik, sehingga output Lisrel dari model tersebut, sudah dapat
digunakan untuk pengujian hipotesa. Berikut gambar dari model struktural tersebut :
41
β atau γ Standart
Jalur Regresi t-values P-values.
Error
Berdasarkan hasil statistik di atas, nilai probabilitas antara pengaruh satu variabel
dengan variabel lain harus dibawah Level of Significant = 0.05, maka gambar model
struktural menunjukkan bahwa dari enam arah yang dihipotesiskan dalam penelitian ini,
42
ada tiga jalur arah yaitu CS → BR, BE → RI dan CS → RI bersifat tidak signifikan.
Tabel 4.12 di bawah ini menunjukkan ringkasan uji hipotesis dan level
Arah
Hipotesis β atau γ Keterangan
Pengaruh
repurchase intention.
Sumber : Hasil Olah Data SEM, 2018 (Lampiran F)
43
Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada gambar 4.2 dan tabel 4.12 model hasil
H1: Ekuitas Merek memiliki dampak positif signifikan terhadap Resonansi Merek.
Dengan taraf nyata (α) < 1% = 0,01 dan hasil perhitungan Structural Equation Modeling
demikian, hipotesis H1, yang menyatakan bahwa Ekuitas Merek memiliki efek positif
positif terhadap resonansi merek pada konsumen yang menggunakan produk Apple di
Yogyakarta. Dengan demikian, semakin tinggi ekuitas merek maka semakin tinggi pula
resonansi merek, yaitu ikatan psikologis konsumen dengan merek Apple semakin
meningkat ketika ekuitas merek juga meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Keller (2001) yang menunjukkan bahwa ekuitas merek dapat
mempengaruhi resonansi merek. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh dari
penelitian yang dilakukan oleh Nafi’ah, D.I (2017), yang menyatakan bahwa ekuitas
merek perpengaruh positif terhadap resonansi merek. Disebutkan juga oleh Huang dkk.,
(2014) bahwa ekuitas merek dapat secara positif mempengaruhi resonansi merek. Huang
dkk., (2014) juga menyebutkan bahwa apa yang dilakukan oleh suatu merek yang
bertujuan untuk meningkatkan ekuitas merek akan meningkatkan resonansi merek yang
dirasakan pelanggan. Dalam hal ini salah satu yang dilakukan oleh merek Apple adalah
Apple memberikan pelayanan seumur hidup terhadap konsumen yang memiliki produk
bermerk Apple, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan ekuitas merek Apple dan dapat
44
meningkatkan resonansi merek atau ikatan psikologis merek Apple dengan konsumen.
Hal ini menunjukan bahwa ekuitas merek merupakan faktor yang penting dan harus diberi
H2: Ekuitas Merek memiliki dampak positif signifikan terhadap Kepuasan Konsumen.
Dengan taraf nyata (α) < 1% = 0,01 dan hasil perhitungan Structural Equation Modeling
demikian, hipotesis H2, yang menyatakan bahwa Ekuitas Merek memiliki dampak positif
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
ekuitas merek produk Apple yang cukup tinggi. Ekuitas merek yang cukup tinggi dapat
dilihat dari cara berpikir konsumen, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan
merek Apple. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi,
Irwan (2014) yang menyatakan bahwa ekuitas merek memiliki dampak positif yang
signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hal serupa juga dapat dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tanveer, dkk. (2016) yang menghasilkan bahwa Ekuitas
merek (brand equity) yang terdiri dari brand loyalty, perceived quality, brand awareness,
dan brand association memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan konsumen
(Customer Satisfaction).
45
Merek Apple mampu memberikan kepuasan yang diharapkan konsumen karena Apple
mampu memberikan nilai sesuai dari ekspektasi yang diharapkan oleh konsumen, yang
dibuktikan dengan adanya rasa bangga dan puas menggunakan produk bermerk Apple
tersebut. Menurut Hadi, Irwan (2014), mencari pelanggan baru lebih sulit dibandingan
menjaga pelanggan yang sudah ada. Dalam kata lain, perusahaan lebih mudah untuk
menjaga dan membuat pelanggan yang ada merasa puas, sehingga perusahaan diharapkan
H3: Kepuasan Konsumen memiliki dampak positif yang signifikan terhadap Resonansi
Merek.
Dengan taraf nyata (α) < 9% = 0,09 dan hasil perhitungan Structural Equation Modeling
demikian, hipotesis H3, yang menyatakan bahwa Kepuasan Konsumen memiliki dampak
berpengaruh positif terhadap resonansi merek. Hasil studi ini berbeda dengan studi yang
dilakukan Huang dkk. (2014) yang menunjukan bahwa brand resonance menjadi variabel
perantara antara kepuasan pelanggan dan niat membeli kembali, dengan efek mediasi
penuh, atau dalam kata lain kepuasan pelanggan akan mempengaruhi niat membeli
kembali melalui brand resonance. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nafi’ah, D.I (2017), menunjukan bahwa kepuasan konsumen tidak
mempengaruhi resonansi merek, dalam studinya mengenai produk Nike. Hal ini dapat
terjadi karena ketika konsumen merasa puas, kepuasan tersebut tidak secara langsung dan
tiba-tiba dapat menciptakan hubungan psikologis terhadap suatu merek. Hal tersebut
46
dengan merek. Dalam kasus ini, merek Apple di Indonesia banyak beredar dalam bentuk
refurbished unit atau unit yang sudah rusak dan diperbaiki kembali sehingga hal tersebut
dapat mengurangi tingkat kepuasan konsumen merek Apple. Selain itu, perusahaan harus
Dalam arti kata lain, perusahaan dari suatu merek membutuhkan waktu yang cukup lama
H4: Ekuitas Merek memiliki dampak positif yang signifikan terhadap Minat Pembelian
Kembali.
Dengan taraf nyata (α) < 5% = 0,5 dan hasil perhitungan Structural Equation Modeling
demikian, hipotesis H4 yang menyatakan bahwa Ekuitas Merek memiliki dampak positif
Hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa ekuitas merek tidak memiliki dampak
positif yang signifikan terhadap intensitas membeli kembali. Hasil ini sesuai dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nafi’ah, D.I (2017), yang mana menunjukan
bahwa Ekuitas merek tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap intensitas niat
pembelian kembali. Hal serupa juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh
Lawu, L (2015), yang menunjukan bahwa perceived quality sebagai bagian dari brand
equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap repurchase intention. Hasil yang
berbeda ditemukan oleh Khasanah (2013), yang menunjukan bahwa ekuitas merek
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2013), hal
47
ini dapat terjadi karena harga yang diberikan oleh merek Apple relatif lebih mahal
dibandingkan dengan kompetitor lain dalam jenis yang sama, sehingga konsumen
berpikir kembali untuk membeli lagi merek Apple di masa yang akan datang.
H5: Kepuasan Konsumen memiliki efek positif signifikan terhadap Minat Pembelian
Kembali.
Dengan taraf nyata (α) < 6% = 0,6 dan hasil perhitungan Structural Equation Modeling
Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa kepuasan konsumen terhadap
merek Apple tidak memiliki dampak positif yang signifikan terhadap intensitas
pembelian ulang pada merek Apple. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sanchez-Garcia dkk. (2012) yang menunjukan bahwa meskipun pelanggan puas
penjual yang sama. Sharma dan Patterson (2000) mengungkapkan bahwa kepuasan
Penelitian ini berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh Zboja (2014), yang menunjukan
bahwa kepercayaan merek dan kepuasan memberi dampak pada niat membeli kembali,
dampak tersebut dimediasi melalui kepercayaan dan kepuasan. Konsumen yang puas
dapat saja tidak membeli kembali pada tempat yang sama karena beberapa alasan, yaitu
harga yang mahal dan kualitas produk yang kurang mampu bersaing dibanding
kompetitor, walaupun puas dalam proses pelayanan namun belum tentu puas dalam
penggunaan produk. Dalam kasus ini, Apple sejak ditinggal oleh pionirnya yaitu Steve
48
Jobs, kurang mengalami inovasi yang maksimal dan terbilang tertinggal dibandingkan
Curve sejak tahun 2015, Apple baru menggunakan nya di tahun 2017 ini pada produk
iPhone X. Di sisi lain harga dari produk Apple cukup mahal, ditambah pajak masuk
Indonesia yang cukup tinggi mengakibatkan harga produk Apple kurang mampu bersaing
dibanding kompetitornya dan membuat konsumen berpikir dua kali untuk melakukan
pembelian ulang.
H6: Resonansi Merek memiliki efek positif signifikan terhadap Minat Pembelian
Kembali.
Dengan taraf nyata (α) < 3% = 0,3 dan hasil perhitungan Structural Equation Modeling
demikian, hipotesis H6 yang menyatakan bahwa Resonansi Merek memiliki efek positif
Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa ketika konsumen memiliki ikatan yang
kuat terhadap merek, maka akan berpotensi tinggi untuk melakukan pembelian kembali
di masa yang akan datang. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Huang dkk., (2014), yang menghasilkan bahwa resonansi merek menjadi hal yang sangat
ulang di kemudian waktu. Penelitian yang dilakukan oleh Nafi’ah, D.I (2017) juga
menghasilkan hal yang sama, yaitu resonansi merek dapat berpengaruh secara positif dan
juga menghasilkan hal yang sama. Dalam hal ini Apple mampu membentuk ikatan
perasaan dan psikologis yang kuat dengan konsumen sehingga dapat melakukan
49
intensitas pembelian kembali di masa yang akan datang. Hal ini terjadi karena konsumen
Apple yang sudah menjadi fanboy dan mampu merasakan kombinasi dalam melakukan
pemakaian setiap lini produknya merasa sangat dimudahkan. Sebagai contoh, seseorang
yang menggunakan MacBook, iPhone, dan iWatch secara bersamaan akan mendapatkan
informasi yang sama dan tersinkronisasi, sehingga hal tersebut yang membuat konsumen
merasa memiliki ikatan dengan Apple dan menjadi candu dalam memakainya, sehingga
50
BAB V
Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil dari penelitian yang berjudul “Analisis
Hubungan Antara Ekuitas Merek, Kepuasan Konsumen, Dan Resonansi Merek Terhadap
Minat Pembelian Kembali Dalam Produk Apple”. Dari penelitian yang dilakukan ini
dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap resonansi merek (H1) dan kepuasan konsumen (H2), serta resonansi merek
berpengaruh positif secara signifikan terhadap intensitas membeli kembali (H6) produk
merek Apple di Yogyakarta. Sedangkan tiga hipotesis lainnya yaitu H3, H4 dan H5 tidak
terbukti yang artinya kepuasan konsumen tidak memiliki pengaruh positif terhadap
resonansi merek Apple di Yogyakarta, ekuitas merek tidak memiliki pengaruh positif
konsumen tidak memiliki pengaruh positif terhadap intensitas membeli kembali merek
diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran akan diuraikan sebagai berikut :
5.1. Kesimpulan.
rumuskan, terdapat 3 hipotesis yang diterima yaitu H1 dan H2 dan H6. Sedangkan H3, H4
Ekuitas Merek (BE) berpengaruh positif terhadap Resonansi Merek (BR) dan
Kepuasan Konsumen (CS). Sehingga dapat diartikan bahwa merek Apple sudah mampu
menumbuhkan ekuitas merek yang berarti nilai tambah dari suatu merek, dan resonansi
51
merek yang dapat diartikan sebagai ikatan psikologis konsumen dengan merek, dan hal
tersebut mampu membuat konsumen merasa puas. Hal ini terbukti dalam penelitian ini
yang menunjukan hubungan Ekuitas Merek terhadap Resonansi Merek dan Kepuasan
Ketiga hipotesis lain yaitu Ekuitas Merek (BE) terhadap Intensitas Pembelian
Kembali (RI) serta Kepuasan Konsumen (CS) terhadap Resonansi Merek (BR) dan
Intensitas Pembelian Kembali (RI) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Hal ini
kompetitor utama nya yaitu Samsung. Pada mulanya konsumen Apple dibuat penasaran
dengan kemunculan produk terbarunya yaitu iPhone X, namun konsumen merasa kecewa
lantaran iPhone X dinilai overprice dan tidak sebanding dengan teknologi yang diberikan.
andalannya pada produk terbarunya tersebut. Selain itu, Konsumen mengeluh lantaran
iPhone X sebagai salahsatu produk andalan dalam lini smartphone nya tersebut sangat
boros baterai. Konsumen Apple merasa puas dengan pelayanan Apple yang memberikan
life time warranty kepada konsumennya, namun pada segi produk, konsumen Apple
merasa kecewa karena beberapa hal yang sudah disebutkan diatas. Dari hal tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa konsumen Apple yang sudah puas belum tentu akan membeli
kembali produk Apple di masa yang akan datang. Konsumen Apple yang puas dapat saja
hanya puas pada pelayanan Apple, namun karena produk Apple yang overprice tersebut
membuat konsumen berpikir kembali untuk melakukan pembelian ulang di masa yang
akan datang.
52
5.2. Saran
resonansi merek dan intensitas membeli kembali, maka peneliti menyarankan kepada
hubungan emosi yang lebih baik dengan konsumen. Dengan demikian, maka ekuitas
merek dan resonansi merek akan mengalami peningkatan dan sesuai hasil pada penelitian
ini, ketika ekuitas merek dan resonansi merek suatu perusahaan dapat dicapai dengan baik
dan benar, maka intensitas membeli kembali konsumen terhadap merek pun akan
meningkat. Sedangkan pada variabel kepuasan konsumen yang pada penelitian ini tidak
tidak hanya memberikan kepuasan konsumen hanya berdasar pada layanan saja tetapi
juga memperhatikan pada berbagai aspek lain, seperti kepuasan kepada produk, kepuasan
kemudahan memperoleh informasi, dan kepuasan lain yang mampu meningkatkan taraf
kepuasan konsumen.
Kedua, penelitian ini terbatas hanya menginvestigasi pada tiga faktor yang
mempengaruhi intensitas membeli kembali, yaitu ekuitas merek, resonansi merek, dan
53
Ketiga, jumlah responden dalam penelitian ini < 250 responden dan memiliki
selanjutnya agar dapat memperoleh jumlah responden yang lebih banyak dan memiliki
karakteristik responden yang lebih variatif agar dapat mewakili berbagai kelompok yang
54
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai dari Suatu
Merek. Cetakan Pertama. Jakarta: Mitra Utama.
Aiken, L. R., & Groth-Marnat, G. (2008). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi Edisi
Kedua Belas. Jakarta: PT Indeks.
Arifin, Zainal. 2012. Penenlitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Aziz A. N. , Yasin N. M. (2010), "Analyzing the Brand Equity and Resonance of Banking
Services : Malaysian Consumer Perspective", International Journal of Marketing
Studies, Vol. 2, No. 2, pp. 180-189.
Azwar, Saifuddin (2014). Reliabilitas dan Validitas (Edisi IV). Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Badgett, M., Boyce, M., & Kleinberger, H. (2007). Turning shopper into advocates.
55
Bearden, W.O. and Teel, J.E. (1983), “Selected determinants of consumer satisfaction
and complaint reports”, Journal of Marketing Research, Vol. 20, pp. 21-8.
Beritagar (2017, 18 Desember). Iphone 8 dan Iphone X Paling Populer Di Google Search,
Diperoleh 18 Desember 2017, dari https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/iphone-8-dan-
iphone-x-paling-populer-di-google-search
Engel, James F, et al. (1990), Perilaku Konsumen, Jilid II. Binarupa Aksara, Jakarta.
Fachrian, Ilman Fadli. (2010), "Analisis Customer Based Brand Equity (CBBE) dalam
membangun ekuitas merek", Universitas Indonesia.
Ghozali, I. & Fuad. (2005). Struktural Equation Modelling: Pengantar, Jilid 1, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
56
Ghozali, I. & Fuad. (2008). Structural Equation Modeling: Teori, Konsep, dan Aplikasi
Dengan Program Lisrel 8.80, Jilid 2, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hadi. M (2014), "Pengaruh Ekuitas Merek dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas
Smartphone Samsung di UMY", Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student
Conference. pp. 277-286
Hair, J.F. Jr., et al. (1998), Multivariate Data Analysis, Edisi Kelima, New Jersey:
Prentice Hall. Upper Saddle River.
Huang, Chun-Chen (2014), "The Relationship Among Brand Equity , Customer
Satisfaction , And Brand Resonance To Repurchase Intention Of Cultural And Creative
Industries In Taiwan", The International Journal of Organizational Innovation, Vol. 6,
No. 3
J. Zboja, C. Voorhees (2002), "The impact of brand trust and satisfaction on retailer
repurchase intentions", Journal of Services Marketing, Vol. 5, No. 5.
57
Keller, K. L. (2001). Building customer based brand equity: a blueprint for creating strong
brands, pp. 68-72.
Keller, K. L., (2003). Strategic brand management: Building, measuring and managing
brand equity (2nd ed.)
Khalifa, M. and Liu, V. (2007), “Online consumer retention: contingent effects of online
shopping habit and online shopping experience”, European Journal of Information
Systems, Vol. 16 No. 6, pp. 780-792.
Kompas. (2016, 24 Oktober). 2016, Pengguna Internet di Indonesia Capai 132 Juta.
Diperoleh 6 Desember 2017, dari
http://tekno.kompas.com/read/2016/10/24/15064727/2016.pengguna.internet.di.indone
sia.capai.132.juta
Kotler, P and Keller, K. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip & Gerry Armstrong, (2014). Principle Of Marketing, 15th edition. New
Jersey: Pearson Pretice Hall.
Lawu, B.J.L. (2015), "Pengaruh Elemen Brand Knowledge dan Brand Equity Terhadap
Repurchase Intention", Jurnal Manajemen, Vol. 14, No. 2.
Lee, H., Choi, S.-Y. and Kang, Y.-S. (2009), “Formation of e-satisfaction and repurchase
intention: moderating roles of computer self-efficacy and computer anxiety”, Expert
Systems with Applications: An International Journal, Vol. 36, No. 4, pp. 7848-7859.
Lin, S. Chen, C. Hung. (2011). "The impacts of brand equity , brand attachment , product
involvement and repurchase intention on bicycle users". African Journal of Business
58
Linkedin (2016) Why Brand More Important than Product, Diperoleh 4 Januari 2018 dari,
https://www.linkedin.com/pulse/why-brand-more-important-than-product-tammy-
tham/
Makemac (2012, 7 September). Apple Tetap No. 1 Dalam Kepuasan Konsumen Terhadap
Smartphone, Diperoleh 25 Desember 2017, dari https://www.makemac.com/apple-
tetap-no-1-dalam-kepuasan-konsumen-terhadap-smartphone/
Nafi'ah, Dwi Iffatun (2017), "Analisis Pengaruh Ekuitas Merek, Kepuasan Konsumen,
dan Resonansi Merek terhadap Niat Pembelian Kembali pada Produk Sepatu NIKE",
Universitas Airlangga.
Nawawi, Hadari (1985). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Airlangga.
Nugroheni, W.D. (2007), "Pengaruh Brand Equity Terhadap Minat Membeli Ulang
Deterjen Daia Di Kecamatan Purworejo", Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Pappas, A. Pateli, M. Giannakos (2014), "Moderating effects of online shopping
experience on customer satisfaction and repurchase intentions", International Journal
of Retail & Distribution Management, Vol. 42, No. 3, pp. 187-204.
59
Puspita, Yosephin Hanny (2014), "Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Berbasis Pelanggan
Terhadap Minat Beli Produk Sepeda Motor Matic (Studi Kasus Pada Mahasiswa Unika
Soegijapranata Pengguna Sepeda Motor Matic", Universitas Katolik Soegijapranata.
Putera R.M , Diansyah. (2017). "Pengaruh Ekuitas Merek Dan Promosi Penjualan
Terhadap Loyalitas Pelanggan Dimediasi Keputusan Pembelian", Media Ekonomi dan
Manajemen, Vol. 32, No. 2
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Sharma, N., dan Patterson, P.G. (2000), “Switching costs, alternative attractiveness and
experiences as moderators of relationship commitment in professional consumer
services”, International Journal of Service Industry Management.
60
Truch, E., (2006), “Lean consumption and its influence on brand”, Journal of Consumer
Behavior, Vol. 165, pp. 157-165.
Widiawati, I, Sugiman, H & Edy. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya
Wilkie, W.L. (1990). Customer Behavior, Edisi Kedua. John Wiley & Sons, Inc. New
York.
Wood, L. (2000). Brands and brand equity: Definition and management. Management
Decision, 38.
Zhou, L., Dai, L. and Zhang, D. (2007), “Online Shopping Acceptance Model – a critical
survey of consumer factors in online shopping”, Journal of Electronic Commerce
Research, Vol. 8 No. 1, pp. 41-62.
61
LAMPIRAN A
KUISIONER PENELITIAN
Kepada Yth.
Bpk/Ibu/Saudara
Di Tempat
Assalamua’laikum.Wr.Wb
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen yang sedang melakukan
penelitian dengan judul Analisis Hubungan Antara Ekuitas Merek, Kepuasan Konsumen,
Dan Resonansi Merek Terhadap Minat Membeli Kembali Dalam Produk Apple. Untuk
kepentingan penelitian tersebut kami menyusun kuesioner yang di dalamnya terdapat
pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk memperoleh penilaian
Bpk/Ibu/Saudara, khususnya berkenaan dengan pengalaman dan minat dalam
menggunakan produk Apple selama ini.
Hormat kami,
62
Pertanyaan berikut berkenaan dengan penggunaan produk merek Apple bapak/ibu/saudara. Jawablah
pertanyaan tersebut dengan memberi tanda silang (X) pada nomer jawaban yang dianggap paling
sesuai
63
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Agak Tidak Setuju (ATS) 5 = Setuju (S)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Agak Setuju (AS) 6 = Setuju Sekali (SS)
1. Pernyatan dibawah ini berkenaan dengan keterpercayaan Sangat Tidak Setuju Setuju Sekali
konsumen mengenai nama merek, yang dapat menambah atau
mengurangi nilai dari suatu merek tersebut STS TS ATS AS S SS
64
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Agak Tidak Setuju (ATS) 5 = Setuju (S)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Agak Setuju (AS) 6 = Setuju Sekali (SS)
1. Pernyatan dibawah ini berkenaan dengan perasaan pelanggan Sangat Tidak Setuju Setuju Sekali
mengenai merek Apple
STS TS ATS AS S SS
Menggunakan produk Apple merupakan pengalaman yang
menyenangkan.
65
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Agak Tidak Setuju (ATS) 5 = Setuju (S)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Agak Setuju (AS) 6 = Setuju Sekali (SS)
1. Pernyatan dibawah ini berkenaan dengan kemauan konsumen Sangat Tidak Setuju Setuju Sekali
untuk mencari tahu berbagai hal mengenai produk Apple
STS TS ATS AS S SS
Saya secara aktif akan mencari informasi mengenai produk
Apple.
Saya akan meluangkan waktu dan uang saya untuk produk Apple.
66
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Agak Tidak Setuju (ATS) 5 = Setuju (S)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Agak Setuju (AS) 6 = Setuju Sekali (SS)
1. Pernyatan dibawah ini berkenaan dengan intensitas pembelian Sangat Tidak Setuju Setuju Sekali
kembali konsumen terhadap produk Apple
STS TS ATS AS S SS
Saya berniat untuk membeli produk Apple secara reguler
Ketika ada produk Apple yang baru, saya akan membeli atau
meminjamnya.
67
1. Pria
2. Wanita
1. Pelajar/Mahasiswa
2. Pegawai Swasta
3. PNS/TNI/Polri
68
LAMPIRAN B
a. Brand Equity
.683 6
69
b. Customer Satisfaction
Excluded
a
0 .0 Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.752 7
70
c. Brand Resonance
.799 7
71
d. Repurchase Intention
N % Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Cases Valid 35 100.0
a Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Excluded 0 .0
RI1 8.23 3.593 .513 .676
Total 35 100.0
RI2 8.51 3.316 .572 .606
a. Listwise deletion based on all variables in the
RI3 8.63 3.240 .556 .627
procedure.
RI4 3.63 .593 .513
RI5 3.97 1.029 .513
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.725 5
72
LAMPIRAN C
A. Usia
B. Pekerjaan
C. Jenis Kelamin
73
LAMPIRAN D
a. Brand Equity
74
L I S R E L 8.80
Number of Y - Variables 0
BE1 0.41
RI1 RI2 RI3 RI4 RI5 BE5 0.23 0.03 0.12 0.19 0.42
BR1 BR2 BR3 BR4 BR5 BR6 BR7 BE6 0.24 0.08 0.13 0.52 0.23 0.97
SE
LK LAMBDA-X
BRAND EQUITY
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 BRAND
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 --------
PD BE1 1
OU MI FS SS BE2 2
75
BE4 4 (0.05)
BE5 5 7.61
(0.06)
THETA-DELTA 11.72
7 8 9 10 11 12
BRAND
--------
1.00
Number of Iterations = 10
BE1 BE2 BE3 BE4 BE5
BE6
LISREL Estimates (Maximum Likelihood) -------- -------- -------- -------- -------- --------
BRAND
BE1 0.37
2.83
BE3 0.24
Goodness of Fit Statistics
(0.04)
6.08
Degrees of Freedom = 9
BE4 0.64
Minimum Fit Function Chi-Square = 54.70 (P =
(0.05) 0.00)
13.20
76
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square Relative Fit Index (RFI) = 0.78
= 57.42 (P = 0.00)
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.14 ; Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) =
0.37) 0.80
Root Mean Square Error of Approximation Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) =
(RMSEA) = 0.16 0.39
ECVI for Saturated Model = 0.20 No Non-Zero Modification Indices for PHI
Normed Fit Index (NFI) = 0.87 BE6 6.85 0.19 8.10 46.64 2.77 -
-
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.81
77
BE2 0.01 --
PHI
BE3 0.03 0.03 --
Maximum Modification Index is 46.64 for Element ( 6, Time used: 0.000 Seconds
4) of THETA-DELTA
KSI
Standardized Solution
LAMBDA-X
BRAND
--------
BE1 0.37
BE2 0.12
BE3 0.24
78
b. Customer Satisfaction
79
0.17
BY CS7
--------
Karl G. Jˆreskog & Dag Sˆrbom CS7 0.42
80
Squared Multiple Correlations for Y - Variables Modification Indices and Expected Change
81
CS7
--------
CS7 --
ETA
ETA
CS7
--------
CUSTOMER 0.06
Standardized Solution
LAMBDA-Y
CUSTOMER
--------
CS1 0.40
CS2 0.54
CS3 0.47
CS4 0.53
CS5 0.48
CS6 0.46
82
c. Brand Resonance
83
BY BR7
--------
Karl G. Jˆreskog & Dag Sˆrbom BR7 0.47
84
Squared Multiple Correlations for Y - Variables Modification Indices and Expected Change
85
BR7
--------
BR7 --
ETA
ETA
BR7
--------
BRAND 0.05
Standardized Solution
LAMBDA-Y
BRAND
--------
BR1 0.33
BR2 0.33
BR3 0.48
BR4 0.44
BR5 0.48
86
d. Repurchase Intention
87
LAMBDA-Y
DATE: 2/13/2018
TIME: 1:26 REPURCHA
--------
RI1 0
L I S R E L 8.80 RI2 1
RI3 2
BY RI4 3
RI5 4
Karl G. Jˆreskog & Dag Sˆrbom
PSI
88
THETA-EPS
Modification Indices and Expected Change
RI1 RI2 RI3 RI4 RI5
-------- -------- -------- -------- -------- No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-Y
0.16 0.19 0.16 0.17 0.09
(0.02) (0.02) (0.02) (0.02) (0.01) No Non-Zero Modification Indices for PSI
9.50 8.45 8.36 7.73 6.31
Modification Indices for THETA-EPS
Squared Multiple Correlations for Y - Variables
RI1 RI2 RI3 RI4 RI5
RI1 RI2 RI3 RI4 RI5 -------- -------- -------- -------- --------
-------- -------- -------- -------- -------- RI1 --
0.22 0.41 0.42 0.49 0.60 RI2 27.13 --
RI3 0.00 0.31 --
RI4 0.16 4.25 0.42 --
Goodness of Fit Statistics RI5 15.38 0.77 1.19 8.09 --
89
LAMPIRAN E
a. Brand Equity
90
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1
L I S R E L 8.80 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3
PD
BY OU MI FS SS
Use of this program is subject to the terms UJI VALIDITAS BRAND EQUITY
specified in the
CM FI =209KUISIONER.COV
SE
20 22 24/
UJI VALIDITAS BRAND EQUITY
MO NX=3 NK=1 LX=FU, FI TD=SY, FI PH=SY,FR
LK
Parameter Specifications
BRAND EQUITY
91
(0.06)
BRAND 8.45
--------
BE1 1 PHI
BE3 2
BE5 3 BRAND
--------
THETA-DELTA 1.00
BRAND
--------
BE1 0.47
(0.06)
8.32
BE3 0.24
(0.04)
5.77
92
BE1 0.47
BE5 0.50
--------
KSI
93
b. Customer Satisfaction
94
BY Number of Y - Variables 5
CM FI = 209KUISIONER.COV
Parameter Specifications
SE
13 14 15 16 17/
LAMBDA-Y
MO NY=5 NE=1 LY=FU, FI TE=SY, FI PS=DI
LE
CUSTOMER
CUSTOMER SATISFACTION
--------
FR LY 1 1 LY 2 1 LY 3 1 LY 4 1 LY 5 1
CS1 0
FR TE 1 1 TE 2 2 TE 3 3 TE 4 4 TE 5 5 te 5 3
CS2 1
PD
CS3 2
OU MI FS SS
CS4 3
CS5 4
UJI VALIDITAS CUSTOMER SATISFACTION
95
(0.04)
PSI 10.99
CS4 0.53
CUSTOMER (0.05)
-------- 11.04
5 CS5 0.46
(0.05)
THETA-EPS 9.22
CS1 6 CUSTOMER
CS2 0 7 --------
CS3 0 0 8 1.00
CS4 0 0 0 9
CS5 0 0 10 0 11 PSI
CUSTOMER
--------
(0.16)
-------- (0.01)
(0.04) (0.02)
12.74 6.17
96
(0.02)
(0.02) (0.03)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square Relative Fit Index (RFI) = 0.99
= 2.83 (P = 0.59)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) UJI VALIDITAS CUSTOMER SATISFACTION
= 0.78
97
Modification Indices and Expected Change CS1 CS2 CS3 CS4 CS5
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-Y CUSTOMER 0.35 0.58 0.37 0.26
0.24
CS1 --
CUSTOMER
CS2 2.46 --
--------
CS3 0.86 0.00 --
CS1 0.39
CS4 0.58 0.75 0.93 --
CS2 0.57
CS5 0.02 0.79 -- 1.24 --
CS3 0.49
CS4 0.53
Expected Change for THETA-EPS
CS5 0.46
CS1 --
CUSTOMER
CS2 0.02 --
--------
CS3 -0.01 0.00 --
1.00
CS4 -0.01 -0.02 0.02 --
--------
ETA
98
c. Brand Resonance
99
Number of X - Variables 0
Website: www.ssicentral.com
DA NI=2 NO=209 MA=CM
BR1 BR2
LAMBDA-Y
CM FI= BR1BR4.COV
SE
BRAND
1 2/
--------
MO NY=2 NE=1 LY=FU,FR PS=SY,FR TE=SY,FI
BR1 0
LE
BR2 1
BRAND RESONANCE
FR TE 1 1
PSI
EQ TE 1 1 TE 2 2
PD
BRAND
OU MI FS SS
--------
2
DA NI=2 NO=209 MA=CM
100
THETA-EPS (0.19)
5.31
BR1 BR2
3 3
BR1 BR2
-------- --------
0.15 0.15
10.20 10.20
Number of Iterations = 5
BR1 BR2
0.53 0.44
BRAND
--------
BR2 0.34
--------
1.00
PSI
BRAND
1.00
101
ETA
BR1 BR2
-------- --------
Standardized Solution
LAMBDA-Y
BRAND
--------
BR1 0.41
BR2 0.34
BRAND
--------
1.00
PSI
BRAND
--------
1.00
102
d. Repurchase Intention
103
L I S R E L 8.80
Number of Y - Variables 3
RI3 0.27
LA
CM FI = 209KUISIONER.COV
LAMBDA-Y
SE
345/
REPURCHA
MO NY=3 NE=1 LY=FU, FI TE=SY, FI PS=DI
--------
LE
RI3 0
REPURCHASE INTENTION
RI4 1
FR LY 1 1 LY 2 1 LY 3 1
RI5 2
FR TE 1 1 TE 2 2 TE 3 3
PD
PSI
OU MI FS SS
104
--------
REPURCHA 1.00
--------
3 PSI
THETA-EPS REPURCHA
--------
4 5 6 4.34
THETA-EPS
RI4 0.40
(0.05)
RI5 0.40
105
--------
--------
ETA
Standardized Solution
LAMBDA-Y
REPURCHA
--------
RI3 0.32
RI4 0.40
RI5 0.40
106
LAMPIRAN F
107
THETA-DELTA
TI FULL MODEL JADI
BE1 BE3 BE5
Parameter Specifications -------- -------- --------
30 31 32
LAMBDA-Y
108
109
110
111
Chi-Square for Independence Model with 78 Standardized Expected Change for LAMBDA-
Degrees of Freedom = 1966.43 Y
Independence AIC = 1992.43
Model AIC = 205.31 REPURCHA BRAND RE CUSTOMER
Saturated AIC = 182.00 -------- -------- --------
Independence CAIC = 2048.88 RI3 -- -0.15 -0.09
Model CAIC = 344.26 RI4 -- 0.22 0.18
Saturated CAIC = 577.15 RI5 -- -0.05 -0.13
BR1 -0.91 -- 0.10
Normed Fit Index (NFI) = 0.91 BR4 0.91 -- -0.10
Non-Normed Fit Index (NNFI) = CS1 0.00 -0.01 --
0.91 CS2 -0.02 -0.02 --
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = CS3 -0.04 -0.04 --
0.69 CS4 0.03 0.06 --
Comparative Fit Index (CFI) = 0.94 CS5 0.04 0.05 --
Incremental Fit Index (IFI) = 0.94
Relative Fit Index (RFI) = 0.88 No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-
X
Critical N (CN) = 100.91
No Non-Zero Modification Indices for BETA
Root Mean Square Residual (RMR) = No Non-Zero Modification Indices for GAMMA
0.024
Standardized RMR = 0.064 No Non-Zero Modification Indices for PHI
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) No Non-Zero Modification Indices for PSI
= 0.85
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) Modification Indices for THETA-EPS
= 0.59
RI3 RI4 RI5 BR1 BR4
TI FULL MODEL JADI CS1
-------- -------- -------- -------- -------- --
Modification Indices and Expected Change ------
RI3 --
Modification Indices for LAMBDA-Y RI4 1.37 --
112
113
ETA LAMBDA-X
114
115
(0.04)
8.29 REPURCHA BRAND RE CUSTOMER
CS3 0.31 -------- -------- --------
(0.04) RI3 -- 0.35 0.02
7.61 RI4 -- 0.37 0.02
CS4 0.35 RI5 -- 0.36 0.02
(0.05) BR1 -- -- 0.00
7.73 BR4 -- -- 0.00
CS5 0.29 CS1 -- -- --
(0.04) CS2 -- -- --
6.90 CS3 -- -- --
CS4 -- -- --
TI FULL MODEL JADI CS5 -- -- --
116
117