Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH “SOSIOLOGI”

KEARIFAN LOKAL
PADA MASYARAKAT BATAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu mata pelajaran


“SOSIOLOGI”

Nama guru : ibu R.SITANGGANG,Spd”


Na

DISUSUN OLEH :

Nama : LISVIA WARDANI PURBA

Kelas : XX IPS 3

SMA NEGERI 1 RAYA

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“kearifan local ” ini dengan lancar.Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh ibu R.Sitanggang
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Unsur Budaya Batak yang
ditinjau dari aspek Adat atau kesenian, realigi, bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi, sistem
kemasyarakatan dan mata pencarian, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih
jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Pematang Raya , 23 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...... i

DAFTAR ISI ............………………………………………………………............. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang………………………………………………… 1

Rumusan Masalah……….………………………………………….. 2
Tujuan Makalah…….……………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAAN

Pengertian kearifan lokal ..................................................................................................3

Pentingnya Kearifan Lokal………………………………………………………………5


Perilaku Manusia ………………………………………………………………………….. 7
Pendekatan-Pendekatan yang Dilakukan Dalam Belajar Kearifan Lokal…………………8
Kearifan local masyarakat Batak………………………………………………………….10

Solusi untuk melestarikan kearifan local…………………………………………………..12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan…………………………………………………………........... 13

3.2. Saran............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Budaya awal nya adalah kebiasaan manusia merespon keadaan luar diri dan lingkunga
yang di tempati nya atau di adaptasi untuk bisa di terima secara seksama di suatu
lingkungannya.Kebudayaan sebagai ciri bangsa yang memiliki peradaban lebih maju
diimplementasikan dalam bentuk karya bunyi, gerak, dan suara yang melahirkan
kesenian. Indonesia sendiri memliki berbagai macem etnis, suku sekitar 300 kelompok
etnis yang berada di Indonesia, di setiap etnis dan suku mempunyai warisan budaya yang
berkembang selama berabad abad, dan kebudayaan dari masing masing daerah yang
terbentang luas dari sabang hingga merauke yang berjejer pulau pulau yang ada di
Indonesia. Kekayaan budaya yang ada di Negara ini seakan ingin menunjukan kepada
Negara Negara lain bahwa keragaman yang ada di bumi nusantara Indonesia ini bukan
penghalang untuk menyatukan Indonesia dari berbagai etnis, suku, ras yang ada di
Indonesia. Dan dari budaya itu sendiri manusia menimbulkan kebiasaan dari dulu hingga
sekarang yang di sebut kearifan budaya itu sendiri, dan disini saya akan membahas
tentang kearifan budaya suku batak toba yang sejak ada sebelum agam masuk ke wilayah
danau toba di pulau sumtara utara. Penemuan tanah batak oleh si raja batak pertama kali
di awali dari Pusuk Buhit yaitu kekaguman nya kepada danau bagaikan cermin raksasa
merupakan keajaiban Muljadi Nabolon dan menyebut nya Tao Toba.Energi danau toba
dalam pandangan spiritual yang melekat pada dirinya merupakan energy kehidupan dan
taor yang artnya air tawar danau.Si raja batak memilih danau toba dan tanah sekitar nya
menjadi tempat keturunan nya kelak untuk mendapat kehidupan makmur dan rukun
dalam adat istiadat untuk menata kehidupan yang berada dalam pustaka Agong dan
Pustaha Tumbaga Holing, dan sumber energy di daerah itu adalah air. Dan setelah raja
batak mempunyai keturunan keturunan yang sangat banyak maka disitu lah mulai timbul
nya kearifan kearifan dari sana seperti tidak boleh nikah dengan satu marga, ada nya
ritual untuk para nenek moyang dengan tarian dan nyanyian, dan kegiatan seni yang
mempunya arti dan makna tertentu di zaman dulu dan sampai sekarang terbawa oleh
keturunan suku batak.
1.2 Tujuan

Tidak seharus nya masyrakat di Indonesia melupakan kebudayaan yang ada di negri
ini.Budaya seharus nya di jadikan sebagai alat untuk mempersatukan dan menarik para
wisatawan asing untuk memajukan dan melestarikan budaya yang ada di bumi pertiwi
ini.Sangat jelas bahwa peranan budaya di Indonesia sangat besar pengaruh nya untuk
mencegah perpecahan perperangan antara etnis, suku, ras, dan kelompok. Dengan terwujud
nya budaya dari masa lampau oleh nenek moyang kita hendak laah kita menjaga dan
mewariskan budaya agar memajukan nama Indonesia di bidang kepariwisataan dan terjadi
sebuah interaksi social sesame individu tanpa memandang sebuah batasan apa pun.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kearifan Budaya Lokal

Kearifan lokal merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan


alam dan lingkungan sekitar nya, dapat bersumber dari nilai nilai agama, adat istiadat, petuah
nenek moyang atau budaya setempat yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas
masyrakat untuk beradaptasi. Dalam menjalankan kelangsungan hidup masyrakat memilih
cara dan tradisi diri sendiri mengelola sumberdaya yang ada di sekitar dengan ajaran dan
petunjuk nenek moyang.

Kearifan lokal masyrakat sudah ada di dalam kehidupan masyrakat semenjak zaman
dahulu mulai dari zaman pra sejarah hinggan saat ini pun masi berlaku. Perilaku ini
berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah daerah yang ada di Indonesia dan
akan berkembang secara turun menurun, secara umum, budaya daerah di maknai sebagai
budaya yang berkembang di suatu daerah, yang unsur unsur nya adalah budaya suku suku
bangsa yang tinggal di daerah itu sendiri.

Kearifan lokal (local wisdom) merupakan warisan nenek moyang dalam khasanah tata
nilai kehidupan yang menyatu dalam bentuk kepercayaan, budaya dan adat istiadat. Dalam
perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungan dengan
mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu
dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan
hidupnya tanpa menyakiti sang ibu (alam)/ sacukupe. Kearifan lokal adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk
kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi
sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib
(Keraf, 2002).
Banyak kearifan lokal yang sampai sekarang terus menjadi panutan masyarakat di
Indonesia antara lain di Jawa (pranoto mongso, nyabuk gunung, menganggap suatu tempat
keramat); di Sulawesi (dalam bentuk larangan, ajakan, sanksi) dan di Badui Dalam (buyut
dan pikukuh serta dasa sila). Kearifan lokal-kearifan lokal tersebut ikut berperan dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya.
Namun sedemikian seiring dengan berkembangnya jaman. Lambat laun kearifan
masyarakat bersahabat dengan alam mulai tergerus oleh teknologi dan kesenjangan ekonomi.
Berujung peramabahan dan berakibat ketidak-seimbangan alam yang melahirkan bencana.

Pentingnya Kearifan Lokal


Seperti kita ketahui local wisdom tidak hanya semata-mata mencegah bencana. Contohnya
seperti kemaren adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa, Amerika dan Negara-negra
maju. Masyarakat yang hidup bersahabat dengan alam dan mampu menjaga keseimbangan
dengan lingkungannya dengan kearifan lokal yang dimiliki dan dilakukan. Tidak begitu
merasakan adanya krisis ekonomi, atau pun tidak merasa terpukul seperti halnya masyarakat
yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh kehidupan modern. Seperti yang terjadi di Roma-Italy
orang melakukan bunuh diri di tempat umum karena mengaku tidak tahan akan himpitan
ekonomi dampak krisis tersebut (Kompas TV). Maka dari itu kearifan lokal penting untuk
dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dan
sekaligus dapat melestarikan lingkungannya.
Perilaku Manusia
Perilaku manusia terhadap lingkungan disebabkan karena perilaku manusia dipengaruhi oleh
beberapa faktor dasar, pendukung, pendorong dan persepsi, serta faktor lingkungan baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, seperti pada Gambar 1. Di antara faktor-faktor
pengaruh adalah faktor dasar, yang meliputi pandangan hidup, adat istiadat, kepercayaan dan
kebiasaan masyarakat. Faktor pendukung meliputi pendidikan, pekerjaan, budaya dan
stratasosial. Sebagai faktor pendorong meliputi sentuhan media massa baik elektronik
maupun tertulis, penyuluhan, tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Sejauh mana penyerapan
informasi oleh seseorang tergantung dimensi kejiwaan dan persepsi terhadap lingkungan,
untuk selanjutnya akan direfleksikan pada tatanan perilakunya. (Su Ritohardoyo, 2006:51)
Selanjutnya tatanan perilaku seseorang dapat digambarkan dalam suatu daur bagan,
yaitu rangkaian unsur hubungan interpersonal, sistem nilai, pola pikir, sikap, perilaku dan
norma (Ronald, 1988 dalam Su Ritohardoyo, 2006:52). Pada dasarnya manusia sebagai
anggota masyarakat sangat tergantung pada lahan dan tempat tinggalnya. Di sini terdapat
perbedaan antara lahan dan tempat tinggal. Lahan merupakan lingkungan alamiah sedangkan
tempat tinggal adalah lingkungan buatan (binaan). Lingkungan binaan dipengaruhi oleh daur
pelaku dan sebaliknya .
Pendekatan-Pendekatan yang Dilakukan Dalam Belajar Kearifan Lokal
 Politik ekologi (Political Ecology)
Politik ekologi sebagai suatu pendekatan, yaitu upaya untuk mengkaji sebab akibat perubahan
lingkungan yang lebih kompleks daripada sekedar sistem biofisik yakni menyangkut
distribusi kekuasaan dalam satu masyarakat. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran
tentang beragamnya kelompok-kelompok kepentingan, persepsi dan rencana yang berbeda
terhadap lingkungan. Melalui pendekatan politik ekologi dapat untuk melihat isu-isu
pengelolaan lingkungan khususnya menyangkut isu “right to environment dan environment
justice” dimana right merujuk pada kebutuhan minimal/standarindividu terhadap obyek-
obyek right seperti hak untuk hidup, hak untuk bersuara, hak untuk lingkungan dan lain-lain.
Adapun justice menekankan alokasi pemilikan dan penguasaan atas obyek-obyek right yaitu
merujuk pada persoalan-persoalan relasional antar individu dan antar kelompok (Bakti
Setiawan, 2006).
 Human Welfare Ecology
Pendekatan Human Welfare Ecology menurut Eckersley, 1992 dalam Bakti Setiawan, 2006
menekankan bahwa kelestarian lingkungan tidak akan terwujud apabila tidak terjamin
keadilan lingkungan, khususnya terjaminnya kesejahteraan masyarakatnya. Maka dari itu
perlu strategi untuk dapat menerapkannya antara lain :
Strategi pertama, melakukan perubahan struktural kerangka perundangan dan praktek politik
pengelolaan sumberdaya alam, khususnya yang lebih memberikan peluang dan kontrol bagi
daerah, masyarakat lokal dan petani untuk mengakses sumberdaya alam (pertanahan,
kehutanan, pertambangan, kelautan). Dalam hal ini lebih memihak pada masyarakat lokal dan
petani dan membatasi kewenangan negara yang terlalu berlebihan (hubungan negara – capital
– masyarakat sipil)
Strategi kedua, menyangkut penguatan institusi masyarakat lokal dan petani.
 Perspektif Antropologi
Dalam upaya untuk menemukan model penjelas terhadap ekologi manusia dengan perspektif
antropologi memerlukan asumsi-asumsi. Tasrifin Tahara dalam Andi M, Akhbar dan
Syarifuddin (2007) selanjutnya menjelaskan bahwa secara historis, perspektif dimaksudkan
mulai dari determinisme alam (geographical determinism), yang mengasumsikan faktor-
faktor geografi dan lingkungan fisik alam sebagai penentu mutlak tipe-tipe kebudayaan
masyarakat, metode ekologi budaya (method of cultural ecology) yang menjadikan variabel-
variabel lingkungan alam dalam menjelaskan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan manusia.
Neofungsionalisme dengan asumsi keseimbangan (equilibria) dari ekosistem-ekosietem
tertutup yang dapat mengatur dirinya sendiri (self-regulating system), materialisme budaya
(cultural materialism) dengan keseimbangan cost-benefit terlembagakan, hingga ekologi
Darwinisme dengan optimal fitness dalam respon atau adaptasi untuk “survival”.
 Perspektif Ekologi Manusia
Menurut Munsi Lampe dalam Andi M, Akhbar dan Syarifuddin (2007) terdapat tiga
perspektif ekologi manusia yang dinilai relefan untuk aspek kearifan lokal, yaitu 1)
pendekatan ekologi politik, 2) pendekatan ekosistemik dan 3) pendekatan
konstruksionalisme.
1) Pendekatan ekologi politik memusatkan studi pada aspek pengelolaan sumberdaya milik
masyarakat atau tidak termiliki sama sekali, dan pada masyarakat-masyarakat asli skala kecil
yang terperangkap di tengah-tengah proses modernisasi.
2) Pendekatan ekosistemik melihat komponen-komponen manusia dan lingkungan sebagai
satu kesatuan ekosistem yang seimbang dan
3) Paradigma komunalisme dan paternalisme dari perspektif konstruksionalisme. Dalam hal
ini kedua komponen manusia dan lingkungan sumberdaya alam dilihat sebagai subyek-
subyek yang berinteraksi dan bernegosiasi untuk saling memanfaatkan secara
menguntungkan melalui sarana yang arif lingkungan.
 Pendekatan Aksi dan Konsekuensi (Model penjelasan Konstekstual Progressif)
Model ini lebih aplikatif untuk menjelaskan dan memahami fenomena-fenomena yang
menjadi pokok masalahnya. Kelebihan dari pendekatan ini adalah mempunyai asumsi dan
model penjelasan yang empirik, menyediakan tempat-tempat dan peluang bagi adopsi
asumsi-asumsi dan konsep-konsep tertentu yang sesuai. Selanjutnya Vayda dalam Su
Ritohardoyo (2006:25) menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual progressif lebih
menekankan pada obyek-obyek kajian tentang :
1) aktivitas manusia dalam hubungan dengan lingkungan
2) penyebab terjadinya aktivitas dan
3) akibat-akibat aktivitas baik terhadap lingkungan maupun terhadap manusia sebagai pelaku
aktivitas.

2.2 Pendekatan-Pendekatan yang Dilakukan Dalam Belajar Kearifan Lokal

Batak adalah suku yang terdapat di Sumatra Utara, mereka memiliki budaya yang
sangat kuat dan mempunyai persatuan yang kokoh. Dimana orang batak berada di seluruh
Indonesia dia akan membentuk persatuan dan rasa solidaritas mereka yang sangat tinggi.
Mereka seperti itu karena dari para leluhur dan nenek moyang mereka mengajarkan seperti
itu dari dulu hingga sekarang. Orang batak juga mempunyai harga diri yang sangat tinggi
mereka tidak akan pernah mau mengemis untuk meminta atau menginginkan sesuatu.

Dalam artikel yang saya buat ini akan saya uraikan mengenai beberapa kearifan yang
ada di budaya lokal orang batak, terutama batak yang ada di masyrakat batak toba, karena
masyrakat batak asli adalah batak yang berasal dari daerah danau toba di pulau samosir.

 Yang pertama saya akan menjelaskan tentang kearifan batak toba. Suku batak toba
menyusun system kekerabatan tidak hanya berdasarkan hubungan darah saja, namun
juga berdasar pada kasih sayang terhadap sesame makhluk hidup dan lingkungan
yang mereka tempatin dari dulu sampai sekarang adat ini masi di budidayakan agar
sampai sekarang untuk terus menyambung tali silahturami sesama masyrakat. Makna
dari kekerabatan ini untuk memperkuat persatuan di dalam lingkungan suku batak
agar bisa saling bantu membantu untuk membangun diri agar lebih maju dalam hal
per ekonomian maupun tradisi dan untuk mengharumkan nama kampung mereka.
Kearifan batak toba ini sudah sangat lama di budidayakan oleh para leluhur mereka
sampai saat ini orang batak sangat solid dalam pertemanan dimana pun dia berada
pasti mereka saling bantu membantu

 Yang kedua saya akan menjelaskan tentang tradisi di dalam suku batak yang kearifan
nya masi tersosialisasi sampai saat ini contoh nya yaitu :

Budaya hagabon artinya ungkapan yang berarti banyak keturunan dan panjang umur.
Ungkapan tradisional batak ini di kenal dan di ucapkan pada pengantin dengan harapan
mereka banyak di karunia anak ritual ini di lakukan sebelum seorang pasangan mengucapkan
janji di depan penghulu atau pendeta ritual ini di lakukan dengan memtong satu hewan
kerbau atau babi. Tapi sayang nya tradisi ini sudah mulai hilang tidak sebanyak zaman dulu
pada saat zaman purba atau zaman nenek moyang mereka. Selain itu ada lagi tradisi untuk
menegakan hukum adat di kampung atau daerah toba itu nama nya adalah Patik Dohot Ukum
sampai sekarang masi di sosialisasikan oleh orang batak dalam menegakan kebenaran yang
berlaku dalam adat batak itu sendiri, terutama hokum yang mengatur hak asasi manusia di
daerah sana masi menggunakan patik dohot ukum dan patik dohot ukum selalu di tanam kan
oleh keturunan keturunan masyrakat batak oleh karena itu banyak masyrakat batak yang
menjadi pengacara sukses.

Selain tradisi budaya hagabon ada juga tradisi Sari matua yaitu seseorang yang meninggal
dunia apakah suami atau istri yang sudah bercucu baik dari anak laki-laki atau pun
perempuan, tetapi masih ada di antara anak anak- anak nya yang belum kawin. Dari defenisi
berikut, seseorng tidak bias di alihkan status nya dari sari martua k saur martua (orang yang
sudah meninggal). Dalam contoh praktek nya, ketika hasahuton “marpangidon (bermohon)
kepada dongan sahuta, tulang, hula dan semua yang hadir pada acara ria raja atau
pangarapotan, agar yang meninggal sari matua itu di tolopi atau di setujui menjadi saur
matua. Jadi kepada anak masyrakat di suku batak yang belum menikah tetapi dari segi usia
sudah sepantas nya menikah apa lagi anak di suku batak yang sudah bekerja mereka lah yang
membelanjai orang tua kami yang tengah berbaring dirumah duka atau yang sudah meninggal
untuk acara adat pelepasan dari sari matua mnjadi saur martua dan anak suku batak yang
membiyai itu semua berharp dengan acara adat ini mereka secepat nya menemukan jodoh
yang dalam bahasa batak nya asa najonok. Tapi pengertia sari martua di zamansekarang
sudah di plesetkan di zaman dulu pengertia adat sari martua adaah orang tua yang meninggal
sebelum selesai tugas nya menikahi anak anak mereka. Makna dari saur martua sendiri di
kalangan suku batak toba agar anak yang belum menikah tetap sudah di tinggal dunia oleh
kedu orang tua nya segera menikan untuk mempunya keturunan dari orang tua mereka
tersebut agar bias menurunkan nama marga di belakang nama mereka.

 Yang ketiga saya akan membahas tentang tarian tor tor yang termasuk kearifan seni
suku batak :

Sejarah tarian tortor adalah tarian yang jenis nya termasuk tarian purba yang berasal dari
mandailing, berasal di pulau sumtra utara yang meliputi tapanuli utara, Humbang hasundutan,
toba samosir, dan pulau samosir.Tarian ini juga termasuk kearifan yang ada di masyrakat
batak toba karena peninggalan dari para leluhur di jaman dulu dan mempunyai makna yang
sangat kental dalam kehidupan masyrakat.Kata “tor-tor” berasal dari suara entekan kaki
penari di atas papan rumah adat batak dan penari bergerak dengan iringan gondang yang
berirama mengentak.Tarian tortor adalah tarian seremonial yang di sajikan dengan musik
gondang.Secara fisik tarian tortor termasuk tarian yang unik karena menggerakan tangan
keatas kebawah namun dari gerakan-gerakan nya tarian tortor menunjukan tarian tortor
tersebut adalah media komunikasi di zaman dulu untuk menyampaikan pesan pesan kepada
masyrakat dalam upacara upacara adat di daerah batak toba, dimana melalui gerakan yang
disajikan terjadi interaksi antara partisipasi setiap pengikut upacara.Tarian tortor juga di
iramai dengan music gondang ibarat sebuah pasangan yang tak dapat di pisahkan alat music
gondang berasal dari kabupaten mandailing Natal sejak ratusan tahun silam, sebelum agama
masuk ke mandailing. Pada zaman dulu music gondang hanya di pertunjukan kepada
kalangan istana, setelah kemerdekaan baru lah music gondang di padukan dengan tarian
tortor dan di pertunjukan ke masyrakat, musik gondang Sembilan dimainkan oleh Sembilan
orang. Alat musik yang di mainkan terdiri atas Sembilan gondang, seruling, tiga eneng eneng
dua gong sepasang sasayang, dan sebuah mong-mongan.Tujuan tarian tor-tor itu sendiri
untuk upacara kematian, panen di lading, dan penyembuhan. Makna tarian ini adalah untuk
membantu masyrakat dalam membantu dengan hal yang sedikit magic karena tarian asli tor
tor yang di toba sana menurut ahli sejarah ada acara ritusl yang berhubngsn dengan roh. Dan
sekarang tarian tor tor sudah terkenal di asia dan menjadi tarian tradisional suku batak di
tanah karo pulau Sumatra Utara.

Solusi Untuk Mempertahankan Kearifan Lokal di Indonesia

Kearifan okal dalam mempertahankan eksistensinya, diperlukan suatu usaha untuk


menjaganya untuk tetap berkembang dalam masyarakat. Usaha tersebut harus disertai dengan
kesadaran akan peranan kearifan lokal yang sangat penting di dalam menghadapi
permasalahan.
Pendidikan merupakan media dimana dalam proses pembelajaran ditanamkan nilai-nilai.
Dalam memberdayakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengintegrasikan dalam mata
pelajaran tertentu, misalnya muatan lokal. Sedangkan untuk menanamkan nilai-nilai
kelingkungan dapat dilakukan dengan hal yang sama maupun dengan mata pelajaran khusus,
seperti pendidikan kelingkungan hidup.
Pendidikan tidak hanya di dalam bangku sekolah. Pendidikan yang lebih penting adalah
pendidikan sejak dini yang dimulai dari keluarga dengan memperkenalkan kearifan lokal dan
menanamkan pedulu lingkungan kepada anggota keluarga. Sesuai yang telah dibahas di atas,
globalisasi dan westernisasi mengancam kearifan lokal. Untuk itu dalam setiap unsur asing
yang masuk, hendaknya tetap memegang nilai-nilai asli sebagai pedoman.
Usulan Bagi Pemerintah
Lebih menegakkan hukum tentang unadang-undang lingkungan hidup merupakan hal
yang wajib dilakukan. Disamping itu diperlukan usaha penghijauan dan gerakan peduli
lingkungan yang harus dilakukan mengingat kerusakan alam semakin parah.
Usulan bagi masyarakat
Kesadaran, kepedulian, dan sikap tanggung jawab diperlukan dalam menjaga kelestarian
lingkungan. Sadar bahwa lingkungan merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Peduli untuk melestarikan dan menjaga lingkungan, serta kegiatan manusia harus
disertai rasa tanggung jawab terhadap alam.
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam kearifan lokal terwujud upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang
juga merupakan wujud dari konservasi oleh masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, maka
Nababan (1995) mengemukaka prinsip-prinsip konservasi dalam pengelolaan sumberdaya
alam secara tradisional sebagai berikut :
1. Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni) Hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat tradisional lebih condong memandang dirinya sebagai
bagian dari alam itu sendiri
2. Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasan atau jenis sumberdaya
alam tertentu sebagai hak kepemilikan bersama (communal property resource). Rasa
memiliki ini mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankan sumberdaya bersama
ini dari pihak luar.
3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat (lokal knowledge system) yang memberikan
kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi
dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas.
4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang tepat guna dan hemat (input)
energi sesuai dengan kondisi alam setempat.
5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa mengamankan sumberdaya
milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh
masyarakat luar (pendatang). Dalam hal ini masyarakat tradisional sudah memiliki pranata
dan hukum adat yang mengatur semua aspek kehidupan bermasyarakat dalam satu kesatuan
sosial tertentu.
6. Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber daya milik bersama yang
dapat mencegah munculnya kesenjangan berlebihan di dalam masyarakat tradisional. Tidak
adanya kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegah pencurian atau penggunaan
sumberdaya di luar aturan adat yang berlaku
Tradisi masyrakat suku batak toba masi kental dengan kearifan-kearifan budaya nya mereka
menjaga kebudayaan mereka untuk memajukan daerah mereka dan menanamkan kepada
cucu atau keturunan mereka bahwa peninggalan peninggalan dari nenek moyang mereka dulu
harus di jaga, di budi dayaka serta menanamkan rasa bangga kepada adat istiadat yang di
tinggal kan oleh nenek moyang atau leluhur dari mereka karena menurut mereka adat disana
wajib di laksanakan untuk menghormatin dan menghargai leluhur mereka yang telah
meninggal dunia. Dan di zaman sekarang kearifan seni budaya batak menjadi kebanggan
Indonesia dalam memajukan industry pariwisata seperti tari tor tor dan danau toba tapi di
balik itu semua seni budaya nya mempunyai makna yang sangat kuat dan sedikit mempunyai
pesan spiritual menurut masyrakat setempat.

SARAN
Kebudayaan yang dimiliki suku Batak ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya.Dengan membuat makalah suku
Batak ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Batak
tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat
bermanfaat dalam dunia kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA :

 Kompas Medan Dalihan Natolu1993 , Nilai Budaya Suku Batak 17-04-2013 21:30
 http://www.anneahira.com/kebudayaan-batak.html 20-04-2013 19:45

 http://www/kidnesia.com/kidnesia/Potret-Negriku/teropong-Daerah/Sumatra-
utara/seni-budaya/tari-tor-tor.html 20-04-2013 20:37

 NARA SUMBER OM THOMAS SIMAJUNTAK ( TETANGGA RUMAH )


 Tarigan, RajaMalem . 2005. Budaya Batak Dalam Perubahan Multidimensi, Bandung
: ITB Press. (Sebuah Makalah).
 Ningrat, Kountjara. 2004. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta :Djambatan.
 Salomo, Mangaradja. 1938. Memilih dan Mengangkat Radja di Tanah Batak menurut
Adat Asli.. Sibolga: Rapatfonds Tapanuli.
 Nn. 2012. kebudayaan suku batak (online

Anda mungkin juga menyukai